Teologi Pemulung


Teologi Pemulung
(lahir dari Teologi Paulus tentang Karya Penebusan Kristus)
I.            Pendahuluan
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa manusia itu menjadi manusia yang hidup dalam belenggu dosa. Manusia dengan segala kekurangan dan keberdosaannya selalu tidak pernah merasa puas akan apapun yang ia miliki. Selalu merasa bahwa apa yang mereka miliki sekarang belum cukup dan tidak ada apa-apanya. Hal inilah yang membuat manusia itu semakin jauh dari Tuhan. Dan ini jugalah yang mengakibatkan manusia semakin hanyut dan tenggelam dalam keberdosaannya. Manusia menjadi rusak secara moral dan spriritual. Oleh karena itu, kemanakah manusia akan pergi? Apakah manusia itu cukup hanya pasrah saja menuju kepada kebinasaan? Apakah manusia itu bisa menyelamatkan dirinya sendiri? Dalam paper ini akan dipaparkan ke manakah tempat tujuan manusia yang tepat untuk meminta kesembuhan dan keselamatan.
II.         Pembahasan
2.1. Dosa
Kej. 3:1-7 adalah mengisahkan bagaimana manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Manusia jatuh ke dalam dosa itu diawali ketika manusia itu hendak menjadi sama seperti Allah.[1] Aspek yang paling khas dari dosa adalah bahwa dosa bertujuan melawan Allah (bnd. Maz. 51:6, Rom. 8:7, Yak. 4:4). Dosa itu menyeluruh bukan hanya secara geografis, tetapi mempengaruhi setiap manusia secara keseluruhan.[2]
Ø     Kehendak (Yoh 8:34, Rom. 7:14-24, Ef. 2:1-3, II Pet. 2:19)
Ø     Pikiran dan pengertian (Kej. 6:5, I Kor. 1:2, Ef. 4:17)
Ø     Perasaan (Rom. 1:24-27, I Tim. 6:10, II Tim. 3:4)
Ø     Ucapan dan perilaku (Mrk. 7:21-22, Gal. 5:19-21, Yak. 3:5-9)
Keadaan ini menurut tradisi disebut ”kerusakan total” (total depravity). Ini tidak berarti bahwa taraf kejahatan setiap manusia sudah maksimal, yang akan membuatnya menjadi setaraf dengan setan, tetapi bahwa tak satupun dari segi watak yang luput dari pengaruh dosa. Tidak ada satu segi dari kepribadian manusia yang dapat dikemukakan untuk menyatakan diri benar.
Begitulah dosa menguasai seluruh aspek kehidupan manusia sehingga menjadi rusaklah hubungan antara manusia dengan Allah Penciptanya, yang mengakibatkan manusia tidak layak untuk menghadap kepada Allah, tidak sanggup melakukan kehendak Allah, tidak benar di hadapan Allah, tidak peka lagi terhadap firman Allah. kemudian hubungan antara manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, selain itu juga manusia sudah mempunyai hubungan yang rusak dengan waktu, di mana semua angan-angan manusia akan dihentikan oleh waktu. Semuanya telah rusak oleh karena keberdosaan manusia. Bahkan manusia dengan dirinya sendiri juga sudah tidak berdamai oleh karena penguasaan dosa dalam dirinya sendiri, seperti konflik batin manusia yang mengakibatkan keresahan yang tak terobati dalam dirinya. Sama seperti orang-orang fasik yang sama seperi ombak laut yang tidak dapat tenang (Yes. 57:20-21).[3]

2.2. Masalah Yang Muncul
Oleh karena keberdosaan dalam diri manusia, menguasai seluruh aspek kehidupan manusia, manusia semakin hari semakin jauh dengan Allah. Manusia tidak mampu berbuat apa pun di luar Allah. segala perbuatan manusia adalah berasal dari dosa yang semakin menimbulkan banyak kekacauan dan bencana. Dosa yang menguasai tubuh manusia semakin hari membawa manusia untuk berbuat sesuai dengan keinginan tubuh atau daging yang dikuasai dosa itu.
Dalam kehidupan masa kini, begitu banyak masalah yang terjadi akibat dosa-dosa manusia. Seperti yang bisa kita lihat sendiri, di mana ada banyak contoh kasus yang menunjukkan manusia sekarang sudah tidak lagi hidup dalam terang kasih Allah. semua hal yang diperbuat manusia adalah keinginan-keinginan daging yang membawa manusia semakin jauh dari Allah. dosa tidak mengenal siapapun, petani, pedagang, pegawai negri, pelajar, dan bahkan pendeta juga telah asyik bergelimang dalam kehidupan yang penuh cela dosa. Masalah yang sedang hangat pada saat ini yang penulis lihat di Zaman post Modern ini adalah masalah korupsi, Kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya. Hal ini sangat berkembang pada saat ini. Akibat Dosa ini telah benar-benar mampu merasuk pikiran manusia. Manusia tidak lagi merasa sungkan-sungkan berbuat dosa Orang-orang sudah tidak tau malu, dan bahkan merasa bahwa itu adalah suatu hal yang sudah biasa, dan bahkan sangat biasa. Iblis benar-benar berhasil memanfaatkan keadaan ini untuk semakin membawa manusia ke dalam keasikannya di dalam praktek bebuat dosa ini. Manusia yang malas bekerja tetapi ingin dengan cara cepat untuk mendapatkan hasil berupa uang yang banyak berlipat ganda. Ketamakan, kerakusan, manusia diimbangi dengan sifat malas itu, akan membuat manusia begitu mudah untuk masuk ke dalam jurang Dosa. Tanpa disadari semua itu juga akan menghasilkan hasil yang lebih buruk kepada diri manusia itu sendiri.

2.2. Bagaimana Menyelesaikan Masalah
Bila berbicara bagaimana cara atau metode untuk menyelesaikan masalah ini, sungguh manusia tidak akan mampu berbuat apa-apa tanpa campur tangan Allah. bagaimana mungkin orang buta dapat menuntun orang buta. Bagaimana mungkin orang sakit dapat menyembuhkan orang sakit. Manusia yang seluruhnya secara total telah berdosa, tidak akan mungkin untuk menyembuhkan sesamanya yang berdosa. Oleh karena itu, manusia yang berdosa itu haruslah dibersihkan terlebih dahulu oleh Allah yang tidak berdosa. Kemudian setelah menjadi bersih, barulah manusia itu mampu untuk membantu sesamanya manusia dalam masalah-masalah yang ia alami.
Mengenai Dosa yang sedang marak di Zaman post modern ini, memang telah sangat sulit untuk diperbaiki. Telah dibuat undang-undang untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran, dan dibuat hukuman bagi yang melanggar. Tetapi itu belum bisa untuk memperbaharui kehidupan manusia untuk hidup baik dan teratur. Mungkin inilah yang cara-cara yang dapat dilakukan oleh manusia terkhusus pemerintah dalam hal pengamanan terhadap orang-orang yang terlibat masalah togel ini.
Namun sangat tidak cukup bila hanya itu saja yang kita lakukan dalam menanggulangi masalah ini. Manusia yang telah rusak secara total harus juga diperbaiki secara total. Manusia harus dirombak ulang dari segi jasmani dan rohani.  Oleh sebab itu yang mampu merombak dan melakukan pembaharuan total hanyalah Tuhan sendiri. Hanya dalam Tuhan ada pengampunan dan pertobatan yang sejati. Bila manusia itu benar-benar berserah kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengubahkan hidupnya secara total,

2.3. Teologi Pemulung
Dalam poin ini akan dipaparkan ke manakah arah dan tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Bagaimanakah metode dan jalan yang harus ditempuh oleh manusia untuk mendapat kelepasan dan ketenangan, supaya manusia kembali dapat memperbaiki dan membaharui dirinya. Pada poin ini juga akan dipaparkan bagaimana Tuhan akan mengubah dan membentuk manusia dalam hidupnya untuk bangkit dari keterpurukan, bangkit dari keberdosaan dan berjalan menuju pembaharuan sehingga menjadi berarti.
Yang hendak dikatakan di sini adalah Tuhan itu seumpama Pemulung yang siap mencari sampah-sampah di segala tempat. Dosa-dosa apa saja pun yang dialami oleh manusia Allah bersedia untuk mengubahnya. Tuhan senantiasa memberikan waktu dan tempat bagi siapa saja dan kapan saja. Sama seperti Pemulung yang selalu bersedia memungut sampah-sampah dimanapun berada. Ia berjalan dari tempat yang satu ketempat lainnya untuk mencari sampah-sampah atau barang-barang yang tidak berguna lagi. Sampah-sampah atau barang-barang yang tidak bisa dipergunakan lagi itu diambilnya lalu di daur-ulang sehingga barang atau sampah tersebut bisa dipergunakan lagi atau bermanfaat bagi orang lain.
Begitulah Pemulung dalam mencari sampah atau barang bekas yang tidak terpakai lagi ia membawa sampah tersebut ke tempat pendaur-ulangan. Sehingga sampah atau barang-barang yang tidak berguna itu bisa digunakan setelah sampah atau barang tersebut di daur-ulang. Sampah atau barang bekas yang tidak terpakai lagi itu tetap saja menjadi barang yang tidak punya manfaat sebelum diperbaharui. Tetapi setelah di daur ulang atau diubah menjadi sebuah barang yang bermanfaat bagi orang.
Dalam hal ini, yang hendak digambarkan adalah Tuhan sebagai Pemulung dan manusia sebagai sampah atau barang bekas yang tidak berguna. Tuhan sebagai Pemulung yang siap mengubah manusia yang berdosa menjadi manusia yang baru. Dimana dulu manusia itu adalah manusia yang hidup dalam daging atau hidup dalam keberdosaaannya sekarang manusia itu menjadi manusia yang baru yang hidup menurut Roh. Tanpa pembaharuan Allah manusia tetap jadi manusia yang hidup dalam dosa atau hidup dalam kegelapan.

2.3.1. Tuhan sebagai Pemulung mengubah manusia berdosa
Pada poin ini, yang hendak dipaparkan adalah bagaimana Tuhan bekerja di dalam hidup manusia yang penuh dengan segala penyakit yang mengakibatkan kehidupan manusia menjadi jatuh dan tidak berdaya. Seolah-olah tidak ada harapan dan masa depan yang jelas dalam kehidupan ini. Kekecewaan, kemarahan, dan ketidak damaian mengakibatkan manusia merasa tidak berguna. Dalam hal ini manusia akan selalu berusaha untuk mencari di mana tempat perlindungan, siapakah orang yang dapat mendukung dan menopang dikala kegundahan dan kehancuran ada di depan mata. Ketika manusia menemukan jawaban yang tepat, maka manusia itu akan dipulihkan dan disembuhkan di dalam Tuhan, tetapi ketika manusia itu tidak menemukan jawaban yang tepat maka ia benar-benar akan masuk ke dalam jurang kehancuran.
Ketika manusia menemukan jawaban yang tepat, maka ia akan masuk dan datang kepada Tuhan. Ketika kita dengan segala kelemahan dan keberdosaan kita mengaku dan datang meminta pertolongan kepada Tuhan, maka Ia akan menerima kita. Seperti dalam I Yoh. 1:9, yang mengatakan bahwa jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Demikianlah Tuhan akan akan senantiasa menerima dan menyucikan orang-orang berdosa yang hendak berbalik kepada-Nya. Dalam penyucian ini kita dibersihkan dari dosa kita sehingga kita menjadi tahir. Sama seperti Zakeus si pemungut cukai, ketika Ia datang kepada Yesus dan hendak bertobat, maka ia diberkati dan hal itu membawa suatu perubahan yang besar dalah hidupnya. Ia menjadi orang yang suka memberi dan membagi-bagikan hartanya, terutama kepada orang-orang yang sudah pernah ia tipu (Luk. 19:1-9). Itu adalah suatu pertanda yang sangat baik yang menandakan ia mulai diperbaiki, di mana kuasa Tuhan sedang berlaku dalam kehidupannya. Segala perbuatan-pebuatan yang tidak baik yang pernah ia lakukan sebagai pemungut cukai, yaitu menipu, mengambil secara paksa milik orang lain, mulai diubah dengan sifat-sifat yang baru, yaitu mau berbagi dan memberi kepada orang-orang yang pernah ia tipu, dan memberikan setengah dari hartanya juga hendak ia berikan kepada orang-orang miskin. Ini merupakan suatu perubahan yang sungguh luar biasa ketika ia mengenal Yesus. Demikianlah ketika seseorang bertemu dan bergaul dekat dengan Tuhan, maka segala sifat dan tabiat buruk yang lama itu akan diubah dan diganti dengan sifat dan tabiat yang baru di dalam Kristus, yaitu hidup dalam suatu hal yang sangat berbeda dan berbuah. Menjadi berkat bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Begitulah manusia berdosa itu akan diberikan warna baru oleh kuasa Tuhan. Suatu hak yang jika kita bayangkan tidak akan pernah bisa terjadi, jika di dalam Tuhan maka semuanya itu tidak ada yang mustahil. Sejahat apapun seseorang, sehancur apapun, dan sesakit apapun perasaan dan kehidupan seseorang, semua akan dipulihkan oleh kebesaran kuasa Tuhan. Tuhan menjanjikan masa depan yang indah kepada orang-orang yang percaya dan berserah kepada-Nya. Tuhan dapat mengubahkan kehidupan yang kacau menjadi kehidupan yang teratur dan harmonis. Tidak hanya itu, Tuhan juga menjanjikan masa depan yang indah kepada anak dan cucu orang-orang percaya.
Dari hal-hal yang terkecil sampai kepada hal yang besar, semuanya diperhatikan oleh Tuhan, dan tidak luput dari hadapan-Nya. Begitu juga manusia akan diselamatkan oleh penyerahan dirinya kepada Allah melalui Yesus Kristus. Setelah manusia itu diubah dan diperbaharui di dalam Tuhan, maka ia akan diselamatkan, ia semakin berbunga dan berbuah. Dalam hal inilah manusia yang diselamatkan itu tidak mampu untuk berdiri sendiri, ia tetap membutuhkan kehadiran dan pembaharuan Tuhan dalam menjalani kehidupannya. Ia harus memelihara hubungannya dengan Tuhan, untuk mengerjakan keselamatan yang telah ia dapatkan itu. Oleh sebab itu, sebagai orang yang telah beroleh keselamatan, manusia harus tetap bergantung kepada Tuhan, sebab tidak ada seorangpun yang mampu bertahan untuk hidup di luar hubungannya dengan Tuhan. Dan melalui hubungan yang dekat dengan Tuhan, maka manusia akan tampil menjadi sosok yang baru dan bertumbuh dalam kasih Tuhan.
Kepribadian manusia yang tamak, rakus dan gila akan kemilau kehidupan duniawi akan diubah menjadi suatu pribadi yang jauh berbeda. Sifat-sisat kedagingan dan keduniawian akan digantingan dengan sifat-sifat Allah karena kita akan hidup dalam Roh Allah. demikianlah kita akan hidup seturut dengan keinginan Roh dan menghasilkan buah-buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Itulah yang akan menjadi pembaharuan bagi orang-orang yang hidup di dalam Tuhan. Dengan demikian manusia baru yang hidup dalam Tuhan akan menjadi manusia yang tampil beda, orang yang bebas dari cengkraman kehancuran, bangkit dari keterpurukan dan menjadi orang yang kuat dalam menghadapi hidup. Berani menatap masa depan yang cerah di dalam Tuhan dan benar-benar menjadi berkat bagi orang lain.


               2.3.2. Teologi Pemulung dihubungkan dengan Teologi Paulus tentang Karya Penebusan Kristus
Teologi Pemulung ini sama seperti teologi Paulus yang menyatakan bahwa manusia berdosa diselamatkan karena karya penebusan Yesus bukan karena usaha manusia melakukan perbuatan baik.
 Paulus menggunakan kata yang seakar yang mengandung arti “Penebusan” yaitu Apolutrosis. Kata ini menunjuk pada proses mencapai kelepasan dengan cara membayar tebusan.[4] Roma 3:24-25 “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma dengan penebusan dalam Kristus Yesus”. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” Ayat ini menegaskan bahwa kita dibenarkan oleh karena kasih karunia-Nya. Makna yang lebih jelas lagi adalah dapat kita lihat dalam Efesus 1:7-8 “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita memperoleh penebusan yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.” Dalam ayat ini penebusan dikaitkan dengan penumpahan darah dalam arti itulah harga yang dibayarkan. Istilah Apolutrosis ini hanya muncul sepuluh kali dalam Perjanjian Baru, tujuh kali dalam tulisan Paulus, dua kali dalam Surat Ibrani dan sekali dalam Injil Lukas.
Penebusan juga dinyatakan oleh kata kerja Agoradzo yang berarti membeli. 1 Kor. 6:20 “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar : karena itu muliakan Allah dengan tubuhmu,” dan 1 Kor. 7:23 “kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.” Walaupun harga pembelian tidak disebutkan dengan jelas tetapi hal tersebut ada dalam pikiran Paulus berdasarkan fakta bahwa kedua ayat ini berkaitan dengan harga. Yang dimaksudkan adalah kematian Kristus.[5] Didalam Galatia 3:13 dipakai istilah yang mirip yaitu Exagoradzo yang dengan tepat diterjemahkan menebus. Yang perlu diperhatikan adalah Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat. Kristus menjadi kutuk dengan jalan dengan mati dikayu salib dan hal ini dilakukannya bagi kita. Hal ini menunjukkan kelepasan dari bahaya hukuman dibawah Taurat yang kedalamnya kita telah jatuh karena kegagalan dalam menaatinya. Hal ini merupakan salah satu petunjuk bahwa Paulus meyakini makna kematian Kristus yaitu sebagai pengganti dan menjalani hukuman.[6] Jadi penebusan yang dilakukan Kristus bagi kita adalah karena keadaan dosa yang dari padanya manusia harus ditebus, manusia tidak dapat membayar hutang dosa hanya Yesus yang dapat menebus manusia. Manusia ditebus supaya menjadi anak-anak Allah dan melakukan kehendak Allah.
Kata yang sinonim dengan penebusan adalah Dikayusune yang memiliki arti Pembenaran (Rom 3:37) dan pembebasan dari hukum taurat karena kita semua ini telah di bawah hukum taurat (Ul 21:23, Gal 3:10). Oleh sebab itu bagi Paulus kata itu adalah hidup dalam kutuk dosa, namun Kristus membebaskan. Paulus juga mengatakan bahwa Allah telah mengutus anak-Nya ke dalam hukum taurat.
2.3.3. Dasar Teologi Paulus tentang Karya Penebusan Kristus
Teologi Paulus tentang penebusan didasarkan pada peristiwa Salib.[7] Paulus menegaskan berulang kali bahwa kasih Allah itu diperoleh melalui penebusan yang dikerjakan melalui kematian Kristus. Paulus tidak pernah menyebut salib hanya sebagai peristiwa dalam sejarah manusia dan dia juga tidak menaruh perhatian banyak pada faktor-faktor historis yang menyebabkan kematian Kristus. Baginya bentuk exsekusi penghukuman manusia yang paling kejam dan bengis (kejam) telah menjadi ajang dimana Allah memperlihatkan kasih-Nya.  Salib itu bukan hanya menjadi ukuran kasih Kristus, melainkan Allah sendiri. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh kristus (2 Kor 5:19). Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa (Rom 5:8). “dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa. Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa didalam daging” (Rom8:3). “Ia yang tidak menyayangkan anak-Nya sendiri tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua (Rom 8:32).”
Paulus tidak membedakan antara kasih Allah dan kasih Kristus, keduanya terlihat pada salib. Pada dasarnya kasih Kristus juga kasih Allah dan sebaliknya, “dan hidupku yang ku hidupi sekarang didalam daging adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”(Gal 2:20). “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami karena kami telah mengerti bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang maka mereka semua sudah mati”(2 Kor 5:14). “Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya bagi kita” (Ef 5:25). Jadi  Kasih Allah dalam pengorbanan Kristus adalah nada dasar Teologinya.[8] 
2.3.4. Makna Teologi Penebusan
Dalam kenyataannya Allah telah menjelma dalam diri Yesus Kristus yang menciptakan suatu era baru dalam kehidupan manusia. Melalui Yesus Kristus manusia telah ditebus dari dosa, melalui kematianNya di kayu salib, kristus telah menebus manusia dengan harga yang mahal. Ia melepaskan manusia dari belenggu dosa supaya manusia yang terbelenggu itu mendapatkan kebebasan sejati. Jadi Kristus telah menjadi korban penebusan bagi manusia. Dari gagasan ini dapat kita katakan bahwa penebusan Allah memiliki makna yang sangat tinggi. Penebusan itu tidak hanya terbatas pada pemindahan status manusia dari penderitaan kepada kebahagiaan, dari perbudakan kepada kebebasan, dari kegelapan kepada terang, tetapi penebusan meliputi segalanya. Penebusan menciptakan penyelamatan dan pendamaian bagi manusia. Ketika manusia telah ditebus, maka ia memperoleh keselamatan dari Allah, karena melalui penebusan Kristus, manusia telah diperdamaikan dengan Allah. Masalah antara Allah dengan manusia karena dosa telah diselesaikan, sehingga manusia tidak lagi menjadi hamba dosa yang selalu menderita karena murka Allah, melainkan hamba Allah yang selalu bersukacita dalam persekutuan, hidup baru yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia itu. Jadi makna penebusan itu tertulis dalam I Korintus 6:20 yang berbunyi “sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar karena itu muliakan Allah dengan tubuhmu”.
2.3.5. Manusia diselamatkan
Manusia diselamatkan itu artinya manusia sudah terlepas dari kuasa maut dan mendapatkan kehidupan telah didamaikan dari permusuhan yang terjadi diantara Allah dengan manusia. Keselamatan yang dimaksud disini adalah suatu kehidupan yang jauh berbeda dan jauh lebih baik dengan kehidupan selama ini, dan digeluti oleh manusia.[9]
          2.3.6. Manusia diperdamaikan dengan Allah
Secara umum, kata damai digunakan untuk mengemukakan adanya penyelesaian suatu sengketa atau masalah. Dalam Alkitab kata ‘damai” sering digunakan untuk mengemukakan hubungan yang terjadi diantara Allah dan manusia. Manusia yang sebelumnya menjadi musuh Allah karena dosa-dosanya, tetapi melalui Kristus ia telah diperdamaikan dengan Allah. Karya penebusan yang dilakukan oleh Kristus telah mengatasi keterasingan manusia dari Allah, dan itu merupakan wujud kasih kepada manusia.[10] Jika sebelumnya manusia berada dipihak yang berlawanan dengan Allah maka melalui penebusan yang dilakukan oleh Yesus kristus perlawanan tersebut telah dihapuskan. kematian kristus telah menyingkirkan dosa  manusia dan itu artinya dia telah menyingkirkan perseteruan manusia dengan Allah serta membuka jalan bagi manusia untuk kembali mendekati Allah.[11]
          2.3.7. Manusia diperdamaikan dengan dunia dan sesamanya
Penekanan Paulus tentang pendamaian adalah dengan melihat peranan Allah sebagai jaminan dari mereka yang didamaikan dengan sesama manusia. Artinya keselamatan yang diperoleh oleh manusia juga tergantung pada penyelesaian akan konflik-konflik yang timbul diantara manusia. Allah yang pendamai dan yang telah berdamai dengan manusia menghendaki pendamaian itu terjadi diantara manusia. Manusia harus bisa berdamai dengan sesama dan lingkungannya dan inilah yang disebut dengan pendamaian horizontal. Ketika  manusia jatuh kedalam dosa, pada saat itu juga manusia telah merusak hubungannya dengan sesama dan lingkunganya. Namun didalam penebusan dari keberdosaannya tersebut hanyalah hadir melalui Yesus Kristus maka, manusia akan didamaikan dengan sesama dan lingkungan.
2.4. Refleksi Teologis
Dalam kehidupan kita, sering sekali kita merasa mampu, kuat dan pasti sanggup untuk menghadapi badai dan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan kita. Kita sering sekali hanya berharap dan bersandar pada kemampuan kita sendiri. Jadi dalam hal ini, manusia sungguh merasa diri hebat dalam menjalani hidup. Manusia tidak merasakan bahwa secara total kehidupannya dapat berjalan oleh karena campur tangan Tuhan. Kebanyakan manusia pada masa ini, tamak, rakus dan tidak pernah merasa puas akan apa yang mereka miliki. Ini membuktikan bahwa memang manusia itu telah jauh dari Tuhan dan hidup dalam dosa. Manusia hanya memikirkan persoalan-persoalan kepuasan daging. Inilah yang menyebabkan manusia itu mau menempuh jalan apapun, yaitu demi untuk mendapatkan memenuhi hasrat kedagingan mereka. Menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi mereka.
Semua usaha yang dilakukan manusia itu ternyata hanya membawa mereka ke dalam pintu gerbang kehancuran. Semakin hari tidak hanya diri kita sendiri yang hancur tapi sekeliling kita, orang-orang lain termasuk keluarga terdekat kita, dan lingkungan alam sekitar kita juga ikut menjadi korban karena sifat ketidak-puasan kita. Oleh karena itu kita kembali mengingat Tuhan untuk meminta pertolongan dalam segala kegagalan kita. Karena hanya itulah memang jalan yang terbaik untuk menanggulangi hidup kita. Ketika kita hanya mengandalkan kekuatan kita, mengandalkan dukungan dari teman-teman kita, orangtua kita, maka kita akan kecewa tanpa ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Oleh sebab itu, memang hanya ada jalan yang sangat menjanjikan kepada kita kelegaan, yaitu kepada Tuhan sendiri (Mat. 11:23). Yesus sendiri yang berkata marilah kepada-Ku semua yang berbeban berat. Jadi kita semua yang punya beban, datanglah kepada Yesus maka Ia akan memberikan kelegaan kepada kita.
Ketika kita berharap dan berserah kepada Yesus, maka Ia akan membukakan jalan kepada kita, Ia akan menuntun kita dalam setiap perjalanan kehidupan kita, dan kelepasan serta kesembuhan akan ada pada kita. Ketika kita mempercayakan dan menyerahkan seluruh kehidupan kita dalam lawatan tangan Tuhan, maka kita akan diubahkan dan dibentuk menjadi sesuatu yang berguna dan mempunyai kwalitas yang tidak akan mengecawakan diri kita sendiri maupun orang lain.
III.      Kesimpulan
Melaui pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, manusia dengan segala penyakit keberdosaannya, yang membawa manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, tidak mampu untuk mengobati dan mengubahkan diri sendiri. Pengharapan manusia kepada teman sesama manusia akan sia-sia belaka jika ia tidak mengikutsertakan campur tangan Tuhan. Jadi satu-satunya jalan menuju kesembuhan itu adalah hanya ada di dalam Tuhan.
IV.      Daftar Pustaka
Milne, Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta: BPK-GM, 2003
Guthrie, Donal, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta : BPK-GM, 1996
Ladd, George Eldon, Teologi Perjanjian Baru jilid 2, Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002
Purba, Fry Vefdy Robby, Rekaman Catatan Teologi Perjanjian Baru  Kelas IV-C, Medan : STT AS
Ladd, George Eldon, Teologi Perjanjian Baru jilid 2, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002), 168-169
Wongso, Peter, soteorologi: Doktrin keselamatan, (Malang : SAAT, 2000),  3-5  
Morris, L.L., “Damai, Pendamaian”,  dalam  Ensiklopedi Alkitab masa Kini jilid A-L, Jakarta : YKBK/OMF, 1998



[1] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2003),  146
[2] Ibid., 147
[3] Ibid., 152
[4] Donal Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta : BPK-GM, 1996),  98
[5] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru jilid 2, Bandung : (Yayasan Kalam Hidup, 2002), 182  
[6] Ibid,  182
[7] Makna salib diluar kekristenan adalah suatu yang menghinakan dan meresahkan, bagi orang Yahudi salib adalah batu sandungan, bagi orang Yunani salib adalah kebodohan dan bagi orang Romawi salib adalah kehinaan, memalukan. Sedangkan menurut Paulus salib adalah kemenangan (bnd 1Kor 1:23).  Fry Vefdy Robby Purba, Rekaman Catatan  Kelas IV-C, (Medan : STT AS)
[8] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru jilid 2, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002), 168-169
[9] Peter wongso, soteorologi: Doktrin keselamatan, (Malang : SAAT, 2000),  3-5  
[10] Donal Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, 109-110
[11] L.L. Morris, “Damai, Pendamaian”,  dalam  Ensiklopedi Alkitab masa Kini jilid A-L, (Jakarta : YKBK/OMF, 1998),  227
Share:

1 comment:

POSTINGAN POPULER

SEMUA POSTINGAN

Total Pageviews

FOLLOWERS