Mengenali dan Belajar dari
Identitas, Karakter dan Pelayanan Petrus dalam Kaitan Pelayanan di Gereja dan
Masyarakat
I.
Pendahuluan
Petrus
adalah salah satu rasul
dari dua belas rasul Kristus, Ia juga di kenal sebagai Simon, ia dipilih Yesus
menjadi murid-Nya dan menjadikan dia sebagai penjala manusia. Didalam perjalan
kehidupannya Petrus melakukan pelayanan di tengah-tengah masyarakat. Dan di
dalam pelayanannya Petrus juga menuliskan surat-surat kepada jemaat Tuhan. Yang
dimana surat itu ditulisnya kepada orang Kristen yang mendapat penganiayaan.
Dan juga mendorong orang percaya agar mempertahankan kehidupan dan kesalehan
melalui pengenalan yang benar akan Kristus. Maka dari itu pada kesempatan kali
ini kita akan membahas tentang Identitas,
Karakter dan Pelayanan Petrus dalam Kaitan Pelayanan di Gereja dan Masyarakat.
Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1
Identitas
Petrus
Nama
asli Pertus ialah nama Ibrani ‘Simeon’ nama bapaknya ialah Yunus (Mat 16:17; ) Petrus
berkeluarga (Mrk 1:30), dalam perjalanan misinya ia disertai istrinya (1Kor
9:5). Menurut injil Yohanes, Petrus berasal dari Betsaida, suatu kota di daerah
Golan (atau Gaulanitis), yang penduduknya kebanyakan orang Yunani (Yoh 1:44).
Bahasa sehari-hari Petrus adalah bahasa Aram dengan logat khas utara (Mrk
14:70). Ia menerapkan kesalehan dan memegang teguh pengharapan umatnya (bnd Kis
10:14) kendati tidak belajar hukum taurat (Kis 4:13).[1] Simon Petrus adalah salah satu
rasul Kristus yang terkenal. Dia adalah orang Galilea, seorang nelayan, yang
dibawa kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya (Yoh. 1:41-42.[2]
Petrus
anak Yona dari Betsaida di Galilea, adalah seorang Rasul pertama yang dipanggil
Yesus untuk mengikutiNya. Ia tinggal bersama isterinya di Kapernaum dan bersama
adiknya , Andreas bekerja sebagai nelayan di Tasik Galilea. Yesus berjanji
menjadikannya penjala manusia (Mat. 4:20) dan mengganti namanya Simon menjadi Kefas atau Petrus, artinya ‘batu wadas’
(Mrk 3, 16; Gal 2,11) untuk menandakan, bahwa Petruslah ketua para Rasul dan
landasan gereja yang akan didirikan Kristus (Mat. 16, 18-19). Petrus memiliki
bakat alamiah seorang pemimpin. Di keempat Injil maupun di Kisah para Rasul
(bagian pertama) ia tampil sebagai pemimpin Keduabelas Rasul. Ia digambarkan
sebagai seorang yang perasaannya mudah meluap dalam arti positif maupun
negative. Tiga peristiwa menampilkan Petrus secara mencolok selama ia mengikut
Yesus: Dialah yang pertama kali memberikan pengakuan iman akan Yesus sebagai
Kristus (dan Allah-Putra) di Kaisarea (Mat 16, 13-20). Tak lama sesudahnya,
bersama dua rasul lain ia menyaksikan transfigurasi atau pemuliaan Yesus di
atas gunung dan ingin mempertahankan pengalaman itu dengan mendirikan tiga
kemah (Mat 17,4) namun demikian Petruslah yang menyangkal gurunya tiga kali
waktu Yesus diadili; suatu perbuatan yang menimbulkan penyesalan yang amat
pahit (Luk. 22, 54-62 dan Yoh. 21,17). Kebangkitan, Yesus menmapakkan diri
pertama kali pada Petrus (Mrk. 16:7; Luk 24: 34; 1Kor15:5). Ia direhabilitasi waktu
sedang menjala ikan (Yoh. 21), persis seperti ketika ia dipanggil pertama kali.
Perintah supaya ia menjadi penggembala Umat Allah diucapkan Yesus sampai tiga
kali. Pelaksanaan tugas ini didukung oleh peranan Petrus di Gereja Perdana. Di
umat Yerusalem maupun di Gereja perdana seluruhnya, Petrus bertindak sebagai
seorang pemimpin, yaitu di pemilihan pengganti Yudas. [3]
2.2
Karakter
Petrus
Banyak sekali sifat-sifat atau
karakter-karakter dari Rasul Petrus yang bisa kita temui. Rasul Petrus bersifat
sanguinis yang memiliki ciri utama ekstover, suka bicara, optimis, cepat, lemah
dan kurang praktis. Berikut adalah beberapa karakter Rasul Petrus beserta
implikasinya.
Petrus adalah seorang pemimpin alamiah hal ini terbukti dari
kemampuan dan sikap Petrus dalam memimpin sebelas rasul Tuhan.
2. Suka menurutkan kata hati
Rasul Petrus memulai kerasulannya sebagai seorang yang suka
menurutkan kata hatinya serta berbicara apa adanya. Ia suka meminta Yesus untuk
bertindak sesuai dengan keinginan hatinya. Hal ini pun tidak jauh beda dengan
karakter rasul Yakobus
3. Mudah bimbang, cepat bertindak tapi
juga cepat surut, gampang berubah pendirian (Mat. 14:26-32)
Ini kesaksian hidup Petrus dan para murid Yesus yang tidak
asing lagi bagi kita. Lihatlah bahwa apa yang dialami Petrus pada mulanya luar
biasa. Petrus sudah mengalami keajaiban dengan berjalan di atas air. Tapi
ketika rasa bimbang mulai timbul disertai rasa takut, maka ia pun mulai
tenggelam. Ini sebuah gambaran jelas bagaimana kebimbangan bisa menghancurkan
hidup kita.
4. Emosional
Ketika Yesus hendak membasuh kaki Petrus di ruang atas,
murid yang emosional ini berseru, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai
selama-lamanya.” Namun, ketika Yesus bersikeras, Petrus berkata “Tuhan, jangan
hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” (Yoh. 13:8-9)
5. Suka bertindak ekstrem
Di Kaisarea Filipi, Yesus bertanya, “Tetapi apa katamu,
siapakah Aku ini?” Segera Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias Anak Allah
yang hidup!” (Mat.16:15-16). Tetapi tujuh ayat kemudian, kita membaca “Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping, dan menegur Dia….” Beralih dari satu tindakan
ekstrem kepada tindakan ektrem yang lain merupakan sifat khas Petrus
6. Terbawa perasaan dan mudah bimbang
Yesus sudah mengetahui sebelumnya bahwa sifat Petrus yang
mudah terbawa perasaan dan mudah bimbang akan menjadi teguh dan dapat
diandalkan seperti sebuah batu karang. Sehingga Yesus memberikan julukan
“Petrus”
7. Implusif
Watak Petrus yang Implusif terlihat jelas dari tindakannya
memotong telinga hamba imam agung waktu Yesus ditangkap (Yo 18,10), sebenarnya
Petrus bukan pengecut; penyangkalannya bukan karena ia takut, tetapi karena
terpojok akibat terlalu percaya pada dirinya.[5]
8. Sifat gampang berubah pendirian dan
susah diduga
Sifat ini dapat dilihat ketika pada malam terakhir mereka
bersama, Petrus mengatakan pada Yesus, “biarpun mereka semua terguncang
imannya, aku tidak” (Mrk 14:29). Namun dalam beberapa jam saja, Petrus tidak
saja menyangkal Yesus, tetapi juga mengutuki-Nya (Markus 14:71).[6]
Meskipun kita ketahui bahwa Petrus memiliki karakter yang
buruk, tetapi ada sesuatu yang istimewa yaitu kita telah tahu bahwa dia
adalah rasul yang menempati urutan teratas dalam daftar para rasul. Hal ini
dapat diartikan bahwa Petrus adalah rasul yang terpenting di antara kedua
belas.
2.3
Pelayanan
Petrus
Petrus
adalah murid Yesus yang pertama dipanggil; ia selalu disebut yang pertama dalam
urutan murid-murid; ia juga seorang dari ketiga murid yang merupakan kelompok
akrab dengan guru mereka (Mrk 5::37; 9:2 14:33; bnd. 13:3). Tindak pelayanannya
yang didorong gelora hatinya, sering dilukiskan dalam Alkitab (bnd Mat 14:28;
Mrk 14:29; Luk 5:8; Yoh 21:7), dan dia bertindak sebagai juru bicara dari ke-12
murid itu (Mat 15:15; 18:21; Mrk 1:36). Dalam, saat penentuan dekat Kaisarea
Filipi dialah juru bicara dari kelompok ke-12 murid: sebab pertanyaan itu
ditunjukkan kepada mereka semua (Mrk 8:27, 29) dan semua mereka tergenggam satu
dalam pandangan mata Yesus, yang menyertai tempelakan-Nya yang menyusul kemudian
(8:33). Pemuliaan Yesus di atas gunung (Mrk 9:1) sangat erat hubungannya dengan
pengakuan rasul-rasul yang mendahuluinya. Penagaman itu berkesan sekali dalam
diri Petrus: 1 Ptr 5:1; 2 Ptr 1:16 ditafsirkan berdasarkan pemulihan Yesus itu.
Diantara para rasul, Petrus adalah rasul yang pertama dihubungkan dengan
penginjilan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Hal ini terjadi tentu dengan
kehendak Allah, tapi langsung mengundang kencaman terhadap dirinya sendiri; dan
itu bukan yang terakhir kali. Dalam Gal 2: 11 diceritakan Petrus di Anthiokia,
yakni gereja pertama yang anggotanya sebagian besar non-Yahudi. Ia turut
bersekutu pada meja perjamuan bersama non-Yahudi yang sudah bertobat.[7]
Simon
Petrus yang selalu menempati urutan pertama dalam daftar para rasul yang
disebutkan oleh keempat penulis Injil. Hal ini menunjukkan bahwa para penulis
Perjanjian Baru memandangnya sebagai orang yang terpenting diantara kedua belas
rasul. Ia tidak menulis sebanyak Yohanes atau Matius, tetapi ia muncul sebagai
pemimpin yang paling berpengaruh di gereja mula-mula. Sekalipun sebanyak 120
orang pengikut Yesus menerima curahan Roh Kudus pada hari pentakosta, Alkitab
hanya mencatat ucapan-ucapan Petrus ( Kis. 2:14-40). Petruslah yang menyarankan
agar para rasul segera mencari penggati Yudas Iskariot (Kis 1:22). Dan ia
bersama Yohanes merupakan rasul-rasul pertama yang mengadakan mukjizat setelah
pentakosta, dengan menyembuhkan orang lumpuh di Gerbang Indah Yerusalem (Kis
3:1-11). Petrus merasa bebas untuk melayani orang-orang bukan Yahudi (bnd. Kis
10”), namun ia paling dikenal sebagai rasul bagi orang Yahudi (Bnd.Galatia
2:8). Kalau kita membaca kitab-kitab injil dan bagian-bagian awal dari kitab
Kisah Para Rasul secara teliti, Nampak kecenderungan untuk mendukung tradisi
yang mengatakan bahwa Petrus adalah tokoh pemimpin gereja mula-mula. Sumber
tradisi bahwa Petrus merupakan figur pemimpin gereja apostolik (rasuli)
mendapat dukungan kuat.[8] Didalam
mengadakan perjalanan-perjalanannya, Petrus menjadi yakin akan pentingnya
keikutsertaan orang-orang bukan Yahudi demi masa depan jemaat Kristen. Petrus
tidak pernah menampakkan keyahudiannya yang begitu konservatif dan tradisional
seperti beberapa anggota jemaat yang tinggal di Yerusalem. Kenyataanya dia
bersedia menyampaikan pemberitaannya ke bagian-bagian Palestina yang lebih
Helenis sudah merupakan bukti hal itu.[9]
Selain
itu dalam pelayanannya Petrus menuliskan surat kepada Jemaat-jemaat, surat itu
dimulai (1:3-12) dengan suatu ungkapan pujian kepada Allah. Melalui Dia para
pembaca telah dilahirkan kembali dalam suatu harapan yang hidup dan tak dapat
dipadamkan oleh penderitaan, juga dalam pengharapan akan keselamatan mulia yang
didasarkan pada kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Gereja-gereja harus
bertahan dalam penganiayaan dahsyat yang terjadi saat ini, karena penderitaan
adalah kehormatan sejauh orang menanggungnya sebagai orang Kristen dan bukan
sebagai penjahat (4:12-19). Dalam penulisan suratnya Petrus adalah untuk
mendorong orang-orang Kristen agar teguh dalam pencobaan-pencobaan mereka
dengan mengingatkan saat baptisan mereka.[10] Petrus
menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada
orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk
memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan
yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau
orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka
untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah.[11]
Pada
waktu Petrus menulis kepada orang-orang Kristen yang diancaman penganiayaan, ia
berkata dengan penuh arti bahwa mereka mendapat bagian dalam penderitaan
Kristus (1 Ptr. 4:13). Apa yang diderita-Nya adalah penderitaan sebagai seorang
manusia, sehingga teladan-Nya dapat membangkitkan semangat manusia lain,
walaupun kematian-Nya mempunyai akibat yang jauh lebih dalam daripada hal itu.
Petrus menyatakan bahwa ia sudah menjadi saksi dari penderitaan Kristus (1 Ptr.
5:1).[12]
Gagasan lain yang menonjol dalam surat Petrus ialah gagasan umat Allah. Mereka
yang dahulu “bukan uamat Allah” sekarang telah menjadi umat Allah (1 Ptr.
2:10). Disamping itu, mereka ditunjuk sebagai “bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (atau umat Allah
yang khusus, 1 Ptr. 2:9).[13] Sedangkan
dalam surat Petrus yang kedua memusatkan perhatiannya kepada beberapa topik. Ia
mulai dengan keselamatan yang dianugerahkan Allah dalam Kristus dan cara hidup
yang seharusnya mewarnai kehidupan orang yang telah mengalami keselamatan.
Petrus menyebut Yesus sebagai “Allah dan Jurus’lamat kita, Yesus Kristus (1:1).
Dengan pernyataan ini hampir pasti ia menyebut Yesus “Allah”. Petrus memberi
Kristus kedudukan yang setinggi mungkin.[14]
Dalam II Petrus ini, ia bicara dengan penuh semangat mengenai dosa-dosa lama yang
telah dihapuskan ( 1:9). Ia menyiratkan dengan jelas mengenai hari kematiannya
yang hampir tiba (1:3), sebagaimana yang telah diramalkan oleh Yesus sendiri
(1:4; bnd Yoh. 21:18-19).[15]
2.4
Implementasi yang didapat dari Identitas, Karakter dan Pelayanan Petrus dalam
Kaitan Pelayanan di Gereja dan Masyarakat
Adapun implementasi yang dapat diambil dari identitas,
karakter dan pelayanan Petrus dalam kaitan pelayanan di Gereja dan masyarakat ialah
bahwasanya Petrus dapat menjadi panutan bagi masyarakat dan gereja di mana dalam masa pelayanannya Petrus
dapat menyebabkan sekitar tiga ribu orang bertobat. Petrus menerima orang bukan
Yahudi pertama yang masuk Gereja, yaitu Kornelius (Kis 10). Suatu penampakan
khusus meyakinkannya untuk melakukan misi ini di rumah orang bukan Yahudi.
Petrus menjadi printis pewarta injil di Yerusalem dan gembala pertama umat
Kristen.[16]
Sebelum Pentakosta Petrus memegang pimpinan dalam persekutuan rasuli (Kis 1:15)
sesudah Pentakosta dialah pengkhotbah utama (2:14 dab; 3:12 dab), juru bicara
dihadapan penguasa Yahudi (4:8), dan pimpinan dalam pelaksanaan tata tertib
(5:3). Dia menjadi rasul pertama yang dihubungkan dengan penginjilan kepada
bangsa-bangsa non-Yahudi.[17]
Paus pertama Katolik Roma, dan penulis kitab 1 dan 2 Petrus.
2.5
Refleksi
Teologis
Refleksi
teologis yang dapat kita ambil dari catatan tentang kehidupan Petrus ialah
bahwasanya meskipun seseorang itu memiliki
banyak kekurangan namun Tuhan tidak memandangnya rendah, Tuhan menginginkan
orang-orang yang mau melayani-Nya dengan sepenuh hati, meskipun orang berkata
buruk tentang kita, tetapi Tuhan tidak. Ia melihat hati, bukan melihat rupa dan
harta. Sebab dalam Ulangan 10:17 dikatakan “sebab TUHAN, Allahmu Allah segala
Allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak
memandang bulu ataupun menerima suap”. Diayat ini dikatakan dengan jelas bahwa
Tuhan tidak memandang bulu. Ketika Tuhan Yesus memilih Petrus, pasti
banyak pertanyaan di benak kita “Apakah tidak ada orang lain yang lebih
pantas?” dengan menimbang karakter Petrus yang ada. Tapi kita bisa melihat
dibalik itu semua ternyata kuasa Tuhan paling banyak terjadi di murid-Nya yang
satu ini. Banyak dampak yang terjadi ketika Petrus setia melayani Tuhan. Meskipun
Petrus memiliki karakter buruk namun itu bukan penghambat baginya ia tetap
memberitakan injil. Sebab Firman Tuhan
dalam Matius 28: 19-20 mengatakan “Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah, Aku senantiasa meyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
Zaman. Disini Allah memerintahkan kita untuk mengabarkan firman Tuhan agar
setiap orang memproleh keselamatan. Demikianlah yang telah dilakukan Petrus
meskipun dia memiliki karakter buruk tetapi Tuhan tidak memandangnya rendah
malah Tuhan memakainya menjadi penjala manusia untuk memberitakan injil.
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Petrus adalah salah satu murid Yesus
yang dipanggil menjadi penjala manusia, yang pada awalnya ia adalah seorang
nelayan, tetapi setelah Yesus menjumpainya dia menjadi penjala manusia. Petrus
merupakan rasul yang memiliki urutan teratas diantara para kedua belas murid
Yesus, Petrus memiliki beberapa karakter yang dimana antara lain; Seorang Pemimpin alamiah, Suka
menurutkan kata hati, Mudah bimbang, cepat bertindak tapi juga cepat surut,
gampang berubah pendirian (Mat. 14:26-32), Emosional, Suka bertindak ekstrem,
Terbawa perasaan dan mudah bimbang, Implusif, Sifat gampang berubah pendirian
dan susah diduga. Namun demikian kita dapat melihat bahwa Petrus dapat
menyebabkan sekitar tiga ribu orang bertobat. Petrus menerima orang bukan
Yahudi pertama yang masuk Gereja, yaitu Kornelius ( Kis 10). Petrus menjadi
printis pewarta injil di Yerusalem dan gembala pertama umat Kristen. Petrus
memegang pimpinan dalam persekutuan rasuli (Kis 1:15) Dialah pengkhotbah utama
(2:14 dab; 3:12 dab), juru bicara dihadapan penguasa Yahudi (4:8), dan pimpinan
dalam pelaksanaan tata tertib (5:3). Dia menjadi rasul pertama yang dihubungkan
dengan penginjilan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, Paus pertama Katolik Roma, dan penulis kitab
1 dan 2 Petrus.
IV.
Daftar
Pustaka
Drane,
John, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 1996
Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 1992
Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 1992
Heuken,
Adolf, Ensiklopedi Gereja, Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993
Marxsen,
Willi, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 2009
Morris,
Leon, Teologi Perjanjian Baru,
Malang: Gandum Mas, 2004
Packer,
J.I dkk, Dunia Perjanjian Baru, Penerbit
Yakin, 1993
Tenney,
Merrill C, Survei Perjanjian Baru, Malang:
Gandum Mas, 2009
Tim
Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas
Tim
Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini
jilid II M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000
Sumber
Lain:
http://paperalvinbkristian.blogspot.co.id/2015/01/karakter-rasul-petrus.html,
diakses pada tanggal 19 September 2017
[1]Tim Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid II M-Z,
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 255
[2] http://paperalvinbkristian.blogspot.co.id/2015/01/karakter-rasul-petrus.html, diakses
pada tanggal 19 September 2017
[3] Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja, (Jakarta: Yayasan
Cipta Loka Caraka, 1993), 397-398
[4] http://paperalvinbkristian.blogspot.co.id/2015/01/karakter-rasul-petrus.html, diakses
pada tanggal 19 September 2017
[5] Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja, 397
[6] J.I Packer dkk, Dunia Perjanjian Baru, (Penerbit Yakin,
1993), 162
[7] Tim Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid II M-Z,
256
[8] J.I Packer dkk, Dunia Perjanjian Baru, 163
[9] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 265-266
[10] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta:
BPK-GM, 2009), 288-293
[11] Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang:
Gandum Mas), 2095
[12] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 1992), 254
[13] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 1992). 117
[14] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004), 447-448
[15] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum
Mas, 2009), 453
[16] Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja, 397
[17] Tim Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid II M-Z,
257
No comments:
Post a Comment