Tafsiran Terhadap Kitab Keluaran
4:10-17
Dengan Metode Naratif
I.
Pendahuluan
Menafsir merupakan suatu cara pendekatan yang
dilakukan untuk menggali isi Alkitab yang lebih dalam untuk memahami makna yang
terkandung dalam teks Alkitab. Dalam menafsirkan Alkitab ada beberapa metode
yang dilakukan yaitu metode penafsiran Historis kritis, Naratif, Ilmu-ilmu
murni, Teologi pembebasan dan Kanonikal. Dan pada kesempatan kali ini penafsir
akan menafsir Keluaran 4: 10-17, dengan metode Naratif, dalam metode ini kita
akan lebih mudah mengetahui apa isi dari teks Ayat Alkitab tersebut. Semoga
pemaparan ini dapat berguna bagi kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Metode Naratif
Penafsiran dengan metode narasi adalah pendekatan
yang memperhatikan unsur – unsur suatu cerita dalam teks yang di pahami sebagai
suatu ajaran.[1]
Kritik naratif adalah cabang dari sastra yang disebut mirip dengan apa yang
telah di kerjakan oleh para pembaca satra klasik berabad-abad lamanya.
Pengkajian kritik naratif, pendekatan dilakukan dengan menganalisis alur cerita
(plot), tema, watak (karakterisassi), narrator, sudut pandang.[2]
Dalam konteks ini metode narasi memperkenalkan suatu pendekatan baru terhadap
Alkitab yang secara sastra Alkitab sendiri terdiri dari cerita-cerita, sehingga
metode ini mencoba menyelidiki unsur – unsur yang membangun cerita tersebut,
baik aspek wacana atau strukturnya. Sehingga dalam suatu teks dalam metode ini
adalah penting mengetahui konteks cerita dalam teks.[3]
2.2. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Narati
a.
Kelebihan
Metode Naratif[4]
Adapun kelebihan dari metode Naratif ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode
ini menggunakan bahasa Perpormatif, sehingga pembaca merasa terlibat atas teks
yang di bacanya. Sehingga metode ini bukan hanya bersifat informative seperti
metode historis.
2. Metode
ini merekontruksi cerita teks dalam sifat – sifat aktif dan pasif dalam teks dan
menghubungkannya dalam pengertian sebab akibat
untuk menemukan tujuan yang mau disampaikan.
3. Metode
ini menggabungkan dan menghubungkan pokok cerita (makro) dan cerita – cerita
yang membangunnya (mikro). Sebab dalam narasi bisa saja makna cerita dalam teks
terdapat pada mikro sebaliknya, apabila itu bersifat berdiri sendiri.
b.
Kekurangan
Metode Naratif
Di balik kelebihan dari
metode ini, metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1. Metode
penafsiran narasi dengan pendekatannya mirip dengan pendekatan metode kanonikal
yaitu kurang bersifat historis. Dimana peristiwa atau pengalaman yang berada di
balik teks kurang diperhatikan, baik itu unsur-unsur sosiologis historis,
konteks psikologis, politik, ekonomi, dan budaya.
2. Alkitab
itu sendiri dalam setiap cerita kesustraan keagamaan memiliki perbedaan konteks
yang besar dalam setiap teks dengan yang lain secara historis. Sehingga metode
narasi dapat terjebak kepada unsure subyektivitas dan relativitas.
2.3. Latar Belakang Kitab Keluaran
Kitab
keluaran mengisahkan dua peristiwa penting dalam sejarah umat Israel. Dimana
peristiwa pertama, keluarnya umat dari mesir diawali kelahiran Musa. Cerita
tentang keluarnya bangsa Israel dari mesir ini meliputi kisah seputar
tula-tulah yang dasyat yang didatangkan Allah atas Mesir untuk memaksa RajaNya
mengijinkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Peristiwa kedua mencakup keajaiban ketika bangsa Israel
meneyeberangi Laut Teberau.[5]
2.3.1. Pengertian Kitab Keluaran
Dalam
buku pengantar perjanjian Lama 1, kata “Keluaran” merupakan terjemahan dari
bahasa Yunani yaitu Exodus ‘keluar’.
Nama yang diberikan kepada Kitab itu dalam Septuaginta.
Meskipun tidak seluruhnya menggambarkan isinya namun ini tepat untuk kitab
itu, karena salah satu bagian terpenting adalah peristiwa “ keluaran dari
Mesir”.[6]
2.3.2. Penulis dan Waktu Penulisan
Kitab Keluaran
Menurut
kepercayaan Bangsa Israel yang menyatakan bahwa penulis dari kitab Keluaran
adalah Nabi Musa. Orang lain menganggap Kitab Keluaran sebagai hasuil penulisan
dari pengganti Musa, seperti Yosua atau iaman Eleazar, berdasarkan tradisi
lisan yang diterima dari Musa dan Harun. Para pakar yang menerima Musa sebagai
penulisnya untuk sebagian atau untuk seluruh Keluaran memperkirakan bahwa karya
penulisan itu dilakukan sekitar abad ke-15 atau ke-13 Sm.[7]
2.3.3. Tujuan Penulisan Kitab
Kitab keluaran dituliskan untuk melukiskan kesulitan
– kesulitan orang Israel di Mesir dan kesetiaan Allah yang menyelamatkan mereka
dalam perbudakan.[8]
Didalam Kitab Keluaran terdapat sejarah perbudakan Bangsa Israel di Mesir
setelah kematian Yusuf kemudian mereka diselamatkan agar dapat menjadi umat
Allah serta melayani dan memuliakan Dia. Hal ini merupakan pertanda dari suatu
penyelamatan yang besar dimana orang yang dahulu bukan umat Allah, sekarang
boleh menjadi umat-Nya.[9]
2.3.4. Struktur Kitab
Adapun struktur kitab menurut Andrew E. Hill dan
John H. Walton dalam bukunya Survey Pl yaitu sebagai berikut:
1. Israel
di Mesir
a. Perbudakan di Mesir
(1)
b. Kelahiran, kehidupan
awal dan panggilan Musa (2-3)
c. Penindasan Firaun
atas Israel (5:1-6: 13)
d. Silsilah (6:14-27)
e. Berbagai tulah dan
paskah (6:28-12:36)
2. Perjalanan
dari mesir menuju Sinai
a. Keluar dari mesir ke
Sinai (12:37-14:31)
b. Nyanian Musa (15:1-21)
c. Padang Gurun Syur
(15:1-21)
d. Padang Gurun Sin
(16)
e. Gunung Batu di
Rifidim (17)
F. Yitro dan Musa (18)
3. Kovenan
(Perjanjian) dan hukum taurat di Sinai
a. Persiapan –
persiapan untuk Kovenan (19)
b. Sepuluh Hukum
(20:1-17)
c. Undang – undang Kovenan
(20: 1-17)
4. Pengesahan
kovenan (24)
5. Kemah
suci (25-40)
a. Perincian (25-27)
b. Imam-imam (28-29)
c. Perabot kemah suci
(30)
d. Orang yang di beri
keahlian (31: 1-11)
e. Hari Sabat
(31-12-18)
f. Israel melanggar
kovenan dengan membuat anak lembu emas (32)
g.Yahwe dan Musa (33)
h. Pembaharuan Kovenan
(34)
i. Pembangunan kemah
suci (35-38)
j. Pakaian keimanan
(39)
k. Penyelesaian dan
penahbisan kemah suci (40).[10]
Sedangkan struktur
menurut Tafsiran Akitab Masa Kini yaitu sebagai berikut:
1:1-4:31
Pentas diatur
1:1-7
Suatu tinjauan historis
1:8-22 Permulaan Penindasan
2:1-4:31 Tingkat-tingkat pertama dalam maksud
pengadilan dan penyelamatan oleh Allah
5:1-15:21
Penghukuman dan kelepasan
5:1-11:10
Penghukuman pendahuluan atas Mesir
12:1-14:31 Hukuman terakhir atas Mesir dan
berakhirnya perbudakan yang mencapai puncaknya di Laut Teberau
15:1-21 Nyanyian orang-orang yang ditebus
15:22-19:2 Dari Laut Teberau ke padang Gurun Sinai
15:22-17:16 Di Mara, Elim, padang gurun Sin dan Rafidim
18:
1-27 Kunjungan dan nasehat Yitro
19:1,2 Di gunung Sinai
19:3-24:18
Pengikatan perjanjian
19:3-6 Maksud Allah dinyatakan
19:7-25 Penerimaan formil oleh bangsa itu
dan persiapan mereka untuk mendengar suara Tuhan
20:1-23:19 Undang – undang yang berkenan dengan
tuntutan-tuntutan perjanjian
23:
20-33 Ringkasan asas-asas
perlakuan Allah di masa depan
24:
1-18 Pengesahan perjanjian
25:1-31:18 Lembaga-lembaga perjanjian–kemah suci
dan keimaman
25:1-27:21 Persembahan khusu sukarela untuk tabut
perjanjian, roti sajian, kandil emas dan Kemah Suci, dengan pola untuk
membuatnya
28:
1-29:46 Penetapan jabatan imam dan
penahbisannya
30:1-31:11 Pola dan pekerjan – pekerjaan untuk bahan
– bahan lain yang berkenan dengan Kemah Suci
31:
12-18 Tanda hari Sabat dan loh-loh
hukum Taurat
32:1-34:35 Perjanjian dilanggar dan diperbaharui
32:
1-10 kemurtadan berupa
penyembahan anak lembu emas
32:11-33:23 Pengantaraan syafaat dan pembersihan
34:1-35 Perjanjian diperbaharui
35:
1-40:38 Pembuatan dan pembanguan
Kemah Suci
35:1-39:43 Bangsa itu memberikan persembahan
sukarela dan pekerjaan dilakukan menurut pola
40: 1-38 Kemah Suci didirikan oleh kemuliaan
TUHAN turun memenuhinya.[11]
Dalam kedua struktur diatas saya sebagai penafsir
lebih setuju dengan struktur yang dimuat dalam survei PL, karena struktur
tersebut lebih sistematis, lebih terperinci dan jelas.
2.3. Langkah – Langkah Penafsiran
Naratif
2.3.1 Relasi Intertekstual
Relasi Intertekstual dilakukan untuk mencari
hubungan teks yang satu dengan yang lainnya yaitu sebelum dan sesudah nats.[12]
a.
Konteks Mikro
Konteks Mikro adalah hubungan yang terbentuk
antara cerita sebelum dan sesudah teks yang akan ditafsirkan. Yang menjadi konteks
Mikro dalam Keluaran 4:10-17 memiliki hubungan dengan ayat sebelumnya yaitu
Pasal 4:1-9 dimana teks ini menceritakan alasan Musa yang menyatakan
ketidaksanggupannya atas panggilan yang telah diterimanya sebagai hamba Allah.
Dia merasa dia tidak sanggup melakukan semua ini padahal TUHAN telah
menyertainya.
b.
Konteks Makro
Konteks
makro artinya menceritakan tentang hubungan cerita dalam teks secara menyeluruh
dalam Alkitab. Jadi dalam analisa intertekstual ini kita perlu melihat hubungan
cerita sebelum dan sesudah teks dan juga secara umum Alkitab.[13]
Penafsir melihat bahwa dalam Kitab Keluaran 4: 10-17 memiliki hubungan dengan
nats Yeremia 1: 4-19 yaitu bahwa TUHAN berkuasa mengutus siapa saja untuk
memberitakan firman-Nya, dan Tuhan tidak memandang siapapun untuk memberitakan
Injil.
2.3.2. Latar/ Setting
Dalam hal latar (setting), ada dua latar yang
digunakan penafsit dalam menafsirkan teks ini, yaitu sebagai berikut:
a.
Latar
tempat
Adapun yang menjadi
latar tempat dalam kitab Keluaran 4: 10-17 yaitu:
Ø Gunung
Horeb: saya sebagai penafsir tidak menemukan latar tempat pada ayat yang saya
tafsirkan ini. Tetapi setelah saya baca pada pasal sebelumnya yaitu pasal 3
saya menemukan bahwa Latar tempatnya itu di gunung Horeb karena pasal 3 dan
pasal 4 masih berkesinambungan yaitu tentang Musa di utus Tuhan
b.
Latar
waktu
Penafsir kurang
mengetahui kapan waktu terjadinya.
2.3.3. Alur Cerita
Alur yang dipakai dalam cerita teks Alkitab adalah
alur maju, karena dalam tafsiran diceritakan secara berkesinambungan tanpa ada
bolak – balik dalam cerita.
2.3.4. Narator dan Sudut Pandang
Narator merupakan suatu unsur yang penting dalam
cerita. Dimana narator berfungsi sebagai pembimbing dalam cerita. Dalam
Keluaran 4: 10-17 yang menjadi Narator adalah orang yang ikut berperan serta
dalam peristiwa atau cerita tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang internal. Dimana dia menjadi tokoh
utama dalam cerita tersebut.
2.3.5. Tokoh dan Karakter
1.
Tuhan
Dalam teks ini TUHAN diceritakan adalah TUHAN yang Maha kuasa,
yang dapat berbuat sesuai dengan kehendaknya, Maha tahu
2.
Musa
Dalam
teks ini Musa di ceritakan sebagai sosok yang tidak percaya diri, rendah hati,
dan juga taat.
3.
Harun
Dalam
teks ini Harun adalah orang yang pandai berbicara.
2.4. Analisa teks
2.4.1. Perbandingan Bahasa
Ayat
10
LAI :
Dahulu
BDE :
Nantuari (Kemarin)
NIV :
the past (Dahulu)
TM :
מִחְּמוׄל
(Kemarin)
Keputusan:
yang mendekati TM adalah BDE
Ayat
11
LAI :
Lidah
BDE :
Pamangan (mulut)
NIV :
Mouth (mulut)
TM :
פֶּה֮
(mulut)
Keputusan:
yang mendekati TM adalah NIV dan BDE
Ayat
12
LAI :
Mengajar
BDE :
Hupodahon (Kunasehatkan)
NIV :
Teach (mengajar)
TM :
זְהֽוׄרֶיתׅיךָ
(mengajar)
Keputusan:
Yang mendekati TM adalah NIV dan
LAI
Ayat
13
LAI :
Utus
BDE :
Suru (menyuruh)
NIV :
Send ( mengirim)
TM :
שְֽלַח
(mengirim)
Keputusan:
yang mendekati TM adalah NIV
Ayat
14
LAI :
Murka
BDE :
Tarrimas (marah)
NIV :
Anger (marah)
TM :
אַף יְהוָׄה
(Marah)
Keputusan:
yang mendekati TM adalah
Ayat
15
LAI :
Menyertai
BDE :
Hudongani pe ( Aku akan menemani)
NIV :
Help (menolong)
TM :
ןְהֽןׄרֵיחי
(mengajar)
Keputusan:
Tidak ada yang mendekati TM
Ayat
16
LAI :
Berbicara
BDE :
Mandok (mengatakan)
NIV :
Speak (berbicara)
TM : וְדִבֶּה֥וּא (berbicara)
Keputusan:
yang mendekati TM adalah NIV dan LAI
Ayat
17
LAI :
Bawalah
BDE :
Tiop ma (peganglah)
NIV :
Take (mengambil)
TM :
חּׅקַּ֣ח (mengambil)
Keputusan:
yang mendekati TM adalah NIV
2.5. Kritik Aparatus
Ayat
10 a :
Dalam TM terdapat kata וְהׇי֥וּ
yang artinya menjadikan demikian juga dalam kejadian 2: 18, kritik apparatus
mengusulkan dalam kodeks leningradensis. Tangan pertama (penulis asli), adalah
banyak, yaitu lebih drai 20 kodes tulis tangan, terbitan teks Alkitab Ibrani
menurut Benyamin kennicott (1718-1783) yaitu ךָ
Keputusan
: Penafsir menolak
usulan aparatus karena tidak menemukan arti sesungguhnya
Ayat
11 a : Dalam
TM terdapat kata יָשׂ֣וּם
yang artinya membuat Kritik apparatus mengusulkan dalam Teks Pentateukh (taurat
Musa) berbahasa Ibrani-Samaria Menurut A. Van Gall, 1914-1918 menggunakan kata ישׂים yang artinya membuat
Keputusan : Penafsir menerima
usulan aparatus karena kata tersebut juga punya arti yang sama
Ayat
11 b :
Dalam TM terdapat kata יְהוׇֽה
yang artinya “TUHAN” Kritik Aparatus mengusulkan dalam kodeks vanitikus, kodeks
tulisan tangan menggunakan kata ο θεὁς yang artinya “Allah itu” dalam kodeks –
kodeks tulisan Yunani menggunakan kata κύριος ὁ θεος yang artinya “Tuhan Allah
itu”
Keputusan
: Penafsir menerima usulan aparatus karena
kata tersebut juga punya arti yang sama
Ayat
14 a :
Dalam TM terdapat kata בְּלִבּֽוׄ
yang artinya dalam hatinya kritik apparatus mengusulkan dalam teks Pentateukh
(taurat Musa) berbahasa Ibrani-Samaria menurut A. Van Gall, 1914-1918
menggunakan kata בִּלְכָכןׄ
yang artinya dalam hatinya
Keputusan
: Penafsir
menerima usulan aparatus karena kata tersebut juga punya arti yang sama
2.6. Terjemahan Akhir
Ayat
10 : Lalu kata Musa kepada TUHAN : “Ah Tuhan, aku ini
tidak pandai berbicara, kemarin pun
tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat
mulut dan berat lidah.”
Ayat
11: Tetapi
TUHAN berfirman kepadanya: “siapakah yang membuat mulut manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat
orang melihat atau buta; bukankah Aku yakni TUHAN?
Ayat
12 : Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu
dan mengajar engkau, apa yang harus kau katakan.”
Ayat
13 :
Tetapi Musa berkata: “ Ah, Tuhan, mengirim
kiranya siapa saja yang patut Kaukirim
.”
Ayat
14 : Maka bangkitlah marah
TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu,
kakakmu? Akun tahu, bahwa ia pandai bicara; lagi pula ia telah berangkat
menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam
hatinya.
Ayat
15 :
Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu kedalam
mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu
apa yang harus kamu lakukan.
Ayat
16 : Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu dengan
demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti
Allah baginya.
Ayat
17 : Dan mengambil
tongkat ini di tanganmu, yang harus kau pakai untuk membuat tanda – tanda
mujizat.”
2.6. Terjemahan Akhir
Ayat
10 : Lalu kata Musa kepada TUHAN : “Ah Tuhan, aku ini
tidak pandai berbicara, kemarin pun
tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat
mulut dan berat lidah.”
Ayat
11: Tetapi
TUHAN berfirman kepadanya: “siapakah yang membuat mulut manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat
orang melihat atau buta; bukankah Aku yakni TUHAN?
Ayat
12 : Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu
dan mengajar engkau, apa yang harus kau katakan.”
Ayat
13 :
Tetapi Musa berkata: “ Ah, Tuhan, mengirim
kiranya siapa saja yang patut Kaukirim
.”
Ayat
14 : Maka bangkitlah marah
TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu,
kakakmu? Akun tahu, bahwa ia pandai bicara; lagi pula ia telah berangkat
menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam
hatinya.
Ayat
15 :
Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu kedalam
mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu
apa yang harus kamu lakukan.
Ayat
16 : Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu dengan
demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti
Allah baginya.
Ayat
17 : Dan mengambil
tongkat ini di tanganmu, yang harus kau pakai untuk membuat tanda – tanda
mujizat.”
2.7. Tafsiran Teks
Musa
adalah seorang yang di utus TUHAN untuk membebaskan bangsanya dari tanah Mesir,
namun ketika TUHAN mengutus Musa, Musa malah menolak pengutusan itu ia berkata
kepada TUHAN : “Ah Tuhan, aku ini tidak pandai berbicara, dahulupun tidak dan
sejak Engkau berfirman kepada hambamu pun tidak, sebab aku berat mulut dan
berat lidah, Musa menyadari kekurangan yang ia miliki dan memberitahunya kepada
Tuhan. Akan tetapi Tuhan telah mengetahui kekurangan Musa tersebut. Dan inilah
suatu tugas yang diberikan Tuhan kepada Musa untuk dapat membebaskan bangsa
Israel yang ada di tanah Mesir.
Dan TUHANpun berfirman kepada Musa: Siapakah yang
membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang buta atau tuli, membuat
orang melihat atau buta; bukankah aku yakni TUHAN? Dan setelah itu TUHAN
menyuruh Musa agar segera pergi ke tanah Mesir untuk membebaskan bangsa Israel
dari tanah perbudakan namun hal itu tidak membuat Musa berubah pikiran Musa
tetap pada pendiriannya dan menolak pengutusan TUHAN terhadapnya sehingga hal
ini membuat TUHAN marah kepada Musa, Musa tetap ragu –ragu, Karena ia takut
tidak dapat berkata-kata di depan umat TUHAN , ia tidak yakin bahwa Tuhan akan
menyertai dia, namun TUHAN tetap membantah perkataan Musa sehingga Musa tidak
dapat mengelak pengutusan TUHAN terhadapnya.
Tuhan tidak membiarkan Musa sendiri, Musa di bantu
oleh Harun kakaknya seorang yang pandai
berbicara dan bertutur kata, Harunlah yang menjadi penyambung lidah Musa untuk
berbicara kepada umat TUHAN yang ada di Mesir. Dan Tuhan menyuruh Musa untuk
mengambil tongkat dan membawa tongkat itu untuk melakukan tanda – tanda mujizat
yang akan di lakukannya di tanah Mesir untuk menyelamatkan bangsa Israel dari
tanah Mesir.
III.
Refleksi
Teologis
Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa
kabar sukacita kepada bangsa Israel atau yang dipilih Tuhan untuk membawa
bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Namun Musa menolak panggilan itu karena
ia tidak yakin dengan dirinya sendiri. Ia merasa bahwa ia tidak mampu untuk
melakukan semua perintah Tuhan itu. Hal Ini adalah suatu hal yang tidak bisa kita
contoh: ketika Allah sudah memilih kita maka kita harus siap untuk melakukan
panggilan itu, jangan seperti Musa yang mengeluh ketika ia diutus oleh Tuhan.
Tuhan sudah mengetahui terlebih dahulu siapa yang Ia pilih itu, Tuhan tidak
memilih orang yang pintar saja, dan orang baik saja, bahkan orang yang masih
muda pun Tuhan memilih nya untuk menjadi seorang hamba. Namun, sering sekali
kita merasa bahwa kita tidak mampu dalam menjalankan arti panggilan itu, sama
seperti halnya kita meragukan kemampuan kita dalam memberitakan Firman Tuhan,
dan sering kali kita menganggap orang dewasa itulah yang lebih mampu. Sedangkan
dalam 1 Timotius 4:12 dikatakan “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah
karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam
kesucian.” Dalam nats ini jelas-jelas dikatakan bahwa Allah tidak memandang
siapapun untuk memberitakan Injil, sama juga seperti halnya Yeremia yang masih
didalam kandungan ibunya Allah sudah memanggil dan memilih dia. Jadi meskipun
kita masih muda kita harus siap jika Tuhan memilih kita. Karena Allah sudah
lebih dulu mengenal kita dan Dia tahu siapa yang Ia pilih itu dan Tuhan juga
tahu bahwa kita mampu untuk diutus. Karena sama seperti Musa yang diberkati
Tuhan dalam menjalankan panggilannya meskipun awalnya ia menolak namun pada
akhirnya Musa berhasil membawa bangsa Israel kepada tanah perjanjian yaitu
tanah Kanaan. Begitu juga dengan kita jika kita benar-benar percaya akan panggilan
kita Tuhan juga akan menyertai kita, karena bukan kita yang memilih, tetapi
Tuhan lah yang memilih kita. Oleh karena itu ketika Tuhan memanggil kita
baiklah kita sedia untuk merima panggilan yang Tuhan berikan kepada kita.
karena ketika kita melakukan panggilan yang Tuhan berikan kepada kita maka
Tuhan akan memberkati serta memberikan berkat kepada kita. sama halnya ketika
kita tidak sanggup untuk memberitakan firman Tuhan maka Tuhan akan memberikan
keberanian, kekuatan kepada Kita supaya kita dapat memberitakan-Nya sesuai yang
dijanjikan-Nya seperti Musa, ketika dia merasa tidak sanggup untuk memberitakan
Firman Tuhan tetapi Tuhan memeberikan jalan keluar dimana saudaranya Harun yang pandai berbicara yang membantu Musa
dalam memberitakan Firman Tuhan dan Tuhan menyertai lidah Musa serta
mengajarkan kepada Musa apa yang harus dilakukan oleh Musa.
IV.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penafsir menyimpulkan bahwa Tuhan
berkuasa memilih siapapun untuk memberitakan injil-Nya, Tuhan tidak memandang
seseorang itu dari segi fisik maupun kepintaranya. Seperti Musa yang tidak
pandai berbicara tetapi karena TUHAN berkuasa atasnya, Tuhan Memampukan Musa
untuk dapat menyelamatkan bangsa Israel Dari tanah mesir, yaitu melalui
kakaknya Harun seorang yang pandai berbicara. Harunlah yang menjadi penyambung
lidah Musa untuk berbicara.
V.
Daftar
Pustaka
Saragih, Agus Jestron, Exegese Narasi, Medan: P3M
STT Abdi sabda, 2006
Sitompul, A. A dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta:
BPK-GM, 2004
E.G. Singgih, Apa
dan Mengapa Exegese Narasi? Yogyakarta: Duta Wacana, 1993
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Stusi, Jakarta: LAI, 2013
Lasor, W. S., Pengantar
Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-GM, 2004
Hill, Andrew E. & Jhon H. Walton Survei Perjanjian Lama, Malang: 2004
Wolf, Herbert, Pengenalan
Pentateukh, Malang: Gandum Mas, 2004
Green, Denis, Pembimbing
pada Pengenalan Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
Simajuntak, A., Tafsiran
Alkitab Masa Kini1 Kejadian - Ester, Jakarta:
YKBK/OMF, 2008
Baker, F.L., Sejarah
Kerajaan Allah, Jakarta: BPK-GM, 1990
[1]
Agus Jestron Saragih, Exegese Narasi, (Medan: P3M STT Abdi sabda, 2006), 8
[2]
A. A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode
Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 302
[3]
E.G. Singgih, Apa dan Mengapa Exegese
Narasi? (Yogyakarta: Duta Wacana, 1993), 14
[4]
Agus Jetron Saragih, Exegese Narasi, 24
[5]
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi
Stusi, (Jakarta: LAI, 2013), 107
[6]
W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama
1,”(Jakarta: BPK-GM, 2004), 190
[8]
Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh,
(Malang: Gandum Mas, 2004), 51
[9]
Denis Green, Pembimbing pada Pengenalan
Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 51
[10]
Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei
Pejanjian Lama,173
[11]
A. Simajuntak, Tafsiran Alkitab Masa
Kini1 Kejadian - Ester, (Jakarta:
YKBK/OMF, 2008), 150-151
[12]
F.L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta:
BPK-GM, 1990), 307
[13]
Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif, 35
No comments:
Post a Comment