Penafsiran Kitab Yehezkiel 3:16-21 Dengan Metode Naratif

Penafsiran Kitab Yehezkiel 3:16-21
Dengan Metode Naratif

I.                   Pendahuluan
Naratif adalah satu satu metode penafsiran Alkitab yang memperhatikan secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun cerita dalam teks dan sekaligus hubungan antara unsur-unsur tersebut. Metode ini berangkat dari asumsi bahwa makna cerita ada di dalam teks bukan sejarahnya. Oleh sebab itu untuk dapat memahami Isi Alkitab metode ini sangatlah penting dan dapat membantu dalam menafsirkan pesan yang disampaikan. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai metode penafsiran yang tertulis dalam Yehezkiel 3:16-21. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama. Tuhan Yesus Memberkati.

II.                Pembahasan
2.1.         Pengertian Metode Naratif
Dalam KBBI, kata narasi adalah suatu cerita atau kejadian deskripsi dari tema atau suatu karya.[1] Metode naratif merupakan ilmu tafsir yang digunakan dengan menggali atau menyelidiki unsur-unsur yang membangun dalam cerita teks di Alkitab, sehingga penafsiran dapat memahami pesan-pesan dari naskah Alkitab.[2] Selain itu, metode ini merupakan cabang dari suatu kritik sastra yang pendekatan kajiannya dilakukan dengan menganalisis alur cerita (plot), tema, motif-motif, watak atau karakterisasi, narator, sudut pandang, dan sebagainya.[3]

2.2.Tujuan Metode Naratif
Adapun tujuan dari penafsiran naratif ini adalah:[4]
1.      Menemukan makna Firman Allah sebagai karakter dari teks itu sendiri.
2.      Menemukan pemahaman yang lebih jelas tentang pengertian, prinsip-prinsip dasar, metode-metode serta perannya dalam sejarah perkembangan ilmu tafsir.
3.      Membantu untuk mencari makna cerita yang dituliskan dalam Alkitab.

2.3.Kitab Yehezkiel
2.3.1.                Nama dan Pribadi Yehezkiel
Yehezkiel adalah seorang Imam dan Anak Busi, seorang imam dari keturunan Zadok (Yeh. 1:3). Yehezkiel dipanggil oleh TUHAN di tanah Babil.[5] Dia termasuk kelompok 10.000 orang Ibrani yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar dari Babilonia pada tahun 597 SM. Yehezkiel dan para tawanan ke Mesopotamia menetap di dekat sungai Kebar di Babilonia. Yehezkiel sudah menikah namun dalam kehidupannya sebelum dia dipanggil untuk pelayan kenabian tidak diketahui. Namanya berarti “Allah menguatkan” yang mengingatkan pada pelayanan penghiburan dan pemberian semangat di antara orang-orang Ibrani dalam pembuangan. Kitab Yehezkiel ini merupakan bagian dari kelompok yang diberi nama Nabi-nabi Besar di dalam kanon Ibrani, sesudah Yesaya dan Yeremia.[6]
2.3.2.                 Latar Belakang Kitab Yehezkiel
Kitab Yehezkiel adalah salah satu kitab yang berasal dari zaman pembuangan sekitar tahun 593-571 SM. Kitab Yehezkiel menggambarkan tahapan baru dari nubutan Israel.[7] Latar belakang dari kitab ini ialah Nebukadnezar telah membawa tawanan orang Yahudi dari Yerusalem ke Babel dalam tiga tahap: (1) Pada tahun 605 SM, pemuda-pemuda Yahudi pilihan dibawa ke Babel, antara lain Daniel dan ketiga sahabatnya; (2) Pada tahun 597 SM, 10.000 tawanan dibawa ke Babel, diantaranya Yehezkiel; dan (3) Pada tahun 586 SM, pasukan Nebukadnezar telah membinasakan kota dan Bait Sucinya, lalu membawa sebagian besar orang yang tidak terbunuh ke Babel. Pelayanan Yehezkiel sebagai nabi terjadi pada masa sejarah PL yang paling gelap; tujuh tahun sebelum kebinasaan itu pada tahun 586 SM (593-586 SM dan 15 tahun setelah kebinasaan itu (586-571 SM). Dia sedang dalam pendidikan untuk menjadi imam di Bait Suci ketika  dibawa ke Babel pada tahun  597 SM. Pada umur 30 tahun (1:2-3), Yehezkiel menerima panggilan sebagai nabi dan penugasan ilahinya, setelah itu ia melayani dengan setia selama sekurang-kurangnya 22 tahun (29: 17). [8]
2.2.3.                Penulis dan Waktu penulisan
Beberapa pandangan menerima bahwa penulis kitab adalah Yehezkiel sendiri dengan alasan karena bentuk dan susunannya sangat rapi dan teratur. Ada beberapa faktor keteraturan yang kelihatan dalam Yehezkiel ini, diantaranya:
Ø  Keteraturan antar peringatan akan hukuman
Ø  Alur cerita yang sistematis antara; hukuman, mulai dari Yehuda, bangsa-bangsa, dan nubuat pembaharuan Israel.
Ada pendapat yang menentang pandangan tradisi di atas, pandangan ini lebih menekankan bahwa penulis lebih dari satu orang. Ada pendapat bahwa kitab Yehezkiel adalah karya sesudah Yehezkiel tetapi nubuat dan penglihatan itu dipastikan dari Yehezkiel sendiri, alasannya;
§  Nabi memandang ibadah dan korban sebagai sesuatu yang positif.
§  Isi nubuat berbicara tentang pembangunan dan pembaharuan kembali bait Allah di Yerusalem. Pemberitahuan ini biasanya pada zaman sesudah pembuangan.[9]
Kesimpulan: Penafsir lebih setuju dengan pandangan tradisi yang menerima bahwa penulis kitab ini adalah Yehezkiel sendiri. Karena kata ganti diri dan kata ganti milik seperti “aku” dan “ku” pada kitab ini (bnd. Yeh. 2:1-3) dan dalam ayat yang saya tafsir yaitu Yeh. 3:16-21 terlihat bahwa Yehezkiel sedang menceritakan pengalamannya sendiri sebagai “penjaga Israel” yang ditetapkan oleh Allah.
2.2.4.                Tujuan Penulisan Kitab Yehezkiel
Adapun tujuan nubuat-nubuat Yehezkiel terutama bersifat ganda:
(1) Untuk menyampaikan berita Allah mengenai hukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang sudah murtad (pasal 1-24) dan tujuh bangsa asing di sekitar mereka (pasal 25-32).
(2) Untuk menopang iman sisa umat Allah dalam pembuangan mengenai pemulihan umat perjanjian-Nya dan kemuliaan akhir dari kerajaan-Nya (pasal 33-48). Sang nabi juga menekankan tanggung jawab pribadi setiap orang di hadapan Allah dan bukan memikirkan hukuman pembuangan sebagai sekedar akibat dosa-dosa leluhur saja (18:1-32; 33:10-20).[10]
2.2.5.                Garis Besar Isi Kitab Yehezkiel
Ø  Garis-garis besar isi kitab Yehezkiel menurut buku Tafsiran Alkitab Masa Kini 2: [11]
1:1-24:27                     Dosa-dosa Israel dan hukuman yang mengancam
1:1-3:27                       Pemanggilan nabi Yehezkiel
4:1-5:17                       Empat nubuat yang dilambangkan dalam tindakan nabi Yehezkiel
6:1-14                          Nubuat melawan gunung-gunung Israel
7:1-27                          Kebinasaan Israel yang sudah dekat sekali

8:1-11:25                     Dosa-dosa Yerusalem dan hukumannya: Allah membuang
                                    Yerusalem
12:1-24:27                   Nubuat-nubuat melawan Yerusalem
25:1-32:32                   Nubuat-nubuat melawan bangsa-bangsa
25:1-17                        Nubuat-nubuat melawan bangsa-bangsa di sekitar Israel
26:1-28:26                   Nubuat melawan Tirus
29:1-32:32                   Nubuat melawan Mesir
33:1-48:35                   Pemulihan Israel
33:1-20                        Tanggung jawab nabi dan umat Israel
33:21-33                      Titik perputaran dalam pelayanan Yehezkiel
34:1-37:28                   Kembalinya Isarel ke negerinya sendiri
38:1-39:29                   Nubuat melawan Gog
40:1-48:35                   Bait suci dan umat Allah dalam Kerajaan Allah

Ø  Garis-garis besar isi kitab Yehezkiel menurut buku Alkitab Edisi Studi: [12]
I.                   Tuhan akan Menghukum Yehuda dan Yerusalem (1:1-24:27)
Yehezkiel Dipanggil sebagai Nabi (1:1-3:27)
Malapetaka (4:1-7:27)
Kemuliaan TUHAN meninggalkan Yerusalem (8:1-11:25)
Nubuat tentang Malapetaka yang Menimpa Yehuda dan Yerusalem (12:1-24:27)
II.                Nubuat-nubuat Penghukuman terhadap Bangsa-bangsa Asing (25:1-32:32)
III.             Tuhan akan Memulihkan Yerusalem dan Isarel (33:1-39:29)
Penjaga dan Gembala (33:1-34:31)
Mempersiapkan Jalan untuk Masa Depan Yehuda yang Baru (35:1-39:29)
IV.             Kemuliaan Tuhan Kembali ke Yehuda dan Yerusalem (40:1-48:35)
Bait Suci yang Baru (40:1-44:3)
Hukum dan Peraturan bagi Umat Allah (44:4-46:24
Pembagian Tanah (47:1-48:34)
Kesimpulan: Saya sebagai penafsir memilih struktur yang ada dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 karena lebih terstruktur dan sistematis.
2.2.6.                Ciri-ciri Kitab Yehezkiel
Ciri- ciri utama menandai Kitab Yehezkiel: [13]
1.      Kitab ini penuh dengan penglihatan misterius, perumpamaan yang berani dan perbuatan simbolik yang aneh sebagai sarana pernyataan nubuat Allah.
2.      Isinya diatur dan diberi tanggal dengan seksama; terdapat lebih banyak tanggal daripada kitab nubuat PL lainnya.
3.      Yehezkiel secara khusus disapa oleh Allah dengan sebutan “anak manusia” dan “penjaga”.
4.      Kitab ini mencatat dua penglihatan luar biasa mengenai Bait Suci. Yang pertama sebagai Bait Suci yang menanti kebinasaan (pasal 8-11) dan yang lain sebagai dipulihkan dengan sempurna (pasal 40-48).
5.      Lebih dari nabi lain, Yehezkiel disuruh oleh Allah untuk menyatukan dirinya secara pribadi dengan sabda kenabian dengan melakukannya selaku lambang nubuat.
6.      Yehezkiel menekankan tanggung jawab pribadi kepada Allah.
2.2.7.                Tema-tema Teologi Kitab Yehezkiel
Tema-tema teologis yang dirangkum dalam Kitab Yehezkiel ini yaitu sebagai berikut:[14]
1.      Yehezkiel adalah nabi yang berasal dari golongan imam.
2.      Yehezkiel adalah orang yang terbuang tetapi dia dipanggil menjadi nabi untuk mengingatkan orang-orang Yerusalem yang belum dibuang.
3.      Allah hadir kepada Yehezkiel di pembuangan Babel adalah sebagai bukti bahwa Allah berkuasa dan berotoritas.
4.      Babel sebagai tempat pembuangan adalah gambaran penderitaan dan kematian.
5.      Ada perkembangan teologi dalam memahami dosa; dari dosa komunal menjadi personal.




2.2.8.                Kedudukan Kitab dalam Kanon
Kitab Yehezkiel terdiri dari 48 pasal, yang mana dalam Alkitab Ibrani terletak di antara Yeremia dan dua belas nabi kecil, sedangkan dalam Alkitab Yunani kitab ini terletak antara Surat Yeremia dan Daniel. Bentuk yang lebih pendek dari teks ini dapat ditemukan dalam LXX, secara umum kitab Yehezkiel termasuk dalam kitab nabi-nabi besar. Dalam Alkitab yang dimiliki umat Protestan saat ini, kitab Yehezkiel berada sesudah Ratapan (ini mengikuti urutan yang ada dalam LXX).[15]

2.3.      Langkah-langkah Penafsiran Kitab Yehezkiel
2.3.1.                Relasi Intertekstual
Hal yang perlu dalam melaksanakan eksegese narasi adalah membatasi teks yang akan ditafsir, pembatasan ini dapat dilakukan berdasarkan tempat, waktu, tokoh atau tema cerita. Pembatasan ini penting untuk dapat melihat dan memahami dinamika kisah tersebut.[16] Namun di dalam eksegese narasi adalah menjunjung tinggi adanya kesatuan cerita dalam Alkitab. Dari segi kesatuan muncul dua konteks yaitu konteks Mikro dan konteks Makro.[17] Konteks Mikro Narasi adalah hubungan yang berbentuk antara cerita sebelum dan sesudah teks yang akan ditafsir. Sedangkan Konteks Makro adalah hubungan cerita sebelum dan sesudah teks dan juga secara umum kitab.[18]
1.      Konteks Mikro
Konteks mikro/yang berhubungan dengan kitab Yehezkiel 3:16-21 adalah Yehezkiel 33:7-9 bahwa dalam nats ini juga menceritakan tugas yang diberikan TUHAN terhadap Yehezkiel sebagai penjaga Israel.
2.      Konteks Makro
Konteks makro/yang berhubungan dengan Yehezkiel 3:16-21 yaitu hubungan cerita dalam teks dengan cerita secara menyeluruh dalam kitab. Saya sebagai penafsir mengambil dari Matius 18:15-17 yang menceritakan tentang bagaimana seseorang harus menasehati dan menegor sesamanya yang berbuat dosa tetapi apabila ia tidak mau maka itu bukanlah tanggungjawabnya lagi.
2.3.2.                Latar/Setting
1.      Tempat
Adapun latar tempat dari ayat yang saya tafsirkan adalah di pembuangan Babel lebih tepatnya di tepi sungai Kebar di Tel-Abib (terlihat dari ayat sebelumnya yaitu ayat 15)
2.      Waktu
Saya sebagai penafsir memandang bahwa keterangan waktu yang ada dalam Yehezkiel 3:16-21 ini adalah sesudah tujuh hari panggilan TUHAN kepada Yehezkiel.
2.3.3.                Alur/Plot Cerita
Yang menjadi alur dalam Yehezkiel 3:16-21 ini adalah alur maju. Karena alur maju merupakan rangkaian peristiwa dari masa awal hingga masa akhir cerita dengan urutan waktu yang teratur dan beruntut. Dalam nats ini ada ungkapan pengenalan seperti “sesudah tujuh hari”, kemudian muncul konflik yaitu masalah untuk memperingatkan orang yang jahat, klimaksnya apabila Yehezkiel tidak memperingatkan orang yang jahat itu TUHAN akan minta pertanggungjawaban atas nyawanya. Sementara penyelesaiannya adalah apabila ia memperingatkan orang jahat itu dan ia berbalik dari kejahatannya maka sama saja Yehezkiel menyelamatkan nyawanya.
2.3.4.                Sudut Pandang
Sudut pandang yang dipakai dalam Yehezkiel 3:16-21 ini adalah sudut pandang orang pertama karena menggunakan kata “ku” dalam ayat 16 ini artinya yang sedang diceritakan adalah pengalaman Yehezkiel itu sendiri.
2.3.5.                Gaya Bahasa/Narasi
Gaya bahasa yang digunakan dalam Yehezkiel 3:16-21 adalah gaya bahasa “Hiperbola” artinya gaya bahasa yang dipakai untuk melukiskan keadaan secara berlebihan. Hal ini terbukti di ayat 18 dan 19 mengenai “kalau Yehezkiel tidak memperingatkan orang yang berbuat jahat maka akan diminta pertanggungjawaban atas nyawanya pada Yehezkiel dan kalau sudah diperingatkan tapi tidak mengindahkan peringatan itu maka nyawa Yehezkiel selamat.



2.3.6.                Tokoh
TUHAN                                    : TUHAN adalah sebagai pemberi firman yang tegas dan berkuasa
                                 dan Maha Kasih.
Yehezkiel                       : Yehezkiel sebagai nabi yang harus menyampaikan kehendak
                                TUHAN pada orang-orang buangan.
Bangsa Israel                 : Orang Israel digambarkan sebagai kaum pemberontak, orang
                                Yang jahat bahkan dikatakan juga orang yang berdosa.

2.3.7.                Tafsiran Implisit
Melalui tafsiran ini narator berusaha membawa pembaca menuju sasaran yang diberitakan.[19] Dalam hal ini tafsiran Yehezkiel 3:16-21 ini menceritakan bagaimana tugas yang harus diemban oleh Yehezkiel untuk menjaga bangsa Israel. Bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala sehingga mereka perlu dinasehati supaya mereka tidak mati dalam kesalahannya.

2.4.      Analisa Teks
2.4.1.                Perbandingan Bahasa

Perbandingan bahasa penafsir menggunakan empat Alkitab yaitu: LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), BDE (Bibel Dohot Ende), NIV (New International Version), TM (Teks Masora).

Ayat 16                 : Tidak Ada Perbedaan Yang Signifikan
Ayat 17
LAI                       : Aku Telah Menetapkan Engkau
BDE                      : Nunga Hu Pabangkit Ho (Aku Telah Membangkitkanmu)
NIV                       : I Have Made You (Aku Telah Membuatmu)
TM                        : נְתַתּׅיךׇ (Aku Telah Membuatmu)
Keputusan             : Yang Mendekati TM adalah NIV
Ayat 18
LAI                       : Nyawanya
BDE                      : Mudarna (Darahnya)
NIV                       : Their Blood (Darah mereka)
TM                        : וְדָמוֺ (Darahnya)
Keputusan             : Yang Mendekati TM adalah BDE
Ayat 19
LAI                       : Telah Menyelamatkan
BDE                      : Alai Malua (Tetapi Lepas)
NIV                       : Will Have Saved (Akankah Diselamatkan)
TM                        : הׅצַּלְתׇּ (Akankah Diselamatkan)
Keputusan             : Yang Mendekati TM adalah NIV
Ayat 20                 : Tidak Ada Perbedaan Yang Signifikan
Ayat 21                 : Tidak Ada Perbedaan Yang Signifikan

2.4.2.      Kritik Apparatus
Ayat 19 b-b
Dalam Teks Masora ditemukan kata “אוּה֚ העָ֑שָׁרְהָ” artinya “tidak dari kejahatannya dia”. Dalam Kritik apparatus terjemahan Yunani Septuaginta ditemukan kata ό ἂνομος έκεινος artinya “yang sangat jahat itu”. Sama dengan bahasa Ibrani diusulkan kata רׇשׇׄע הוא yang artinya “dia jahat”. Bandingkan dengan naskah  kodeks tulisan tangan bahasa Ibrani dan  ayat 18.
Keputusan: Penafsir menolak kritik apparatus karena memperkabur makna teks.

Ayat 20 a
Dalam Teks Masora ditemukan kata וֹ֙קדְצִּמִ “miṣṣiḏqō yang artinya “dari kebenarannya”. Kata ini merupakan kata benda maskulin dari kata dasar “קדצtsedeq yang artinya “kebenaran”. Kritik apparatus mengusulkan satu kata מצדקׇתוׄmiṣṣiḏqāṯō” yang artinya “dari kebenarannya”. Kata ini merupakan kata benda feminim dari kata dasar “הקדצtsedāqāh yang artinya “kebenaran”. Bandingkanlah dalam pasal 18:24 dan 33:18.
Keputusan: Penafsir menolak kritik apparatus karena memperkabur makna teks.

Ayat 21a
Dalam Teks Masora ditemukan kata הׅזְהַרְתּ֣וׄ hizhartō yang artinya “memperingatkan”. Kata ini merupakan kata kerja dari kata dasar “רהזzāhar yang artinya “ajar/memberikan peringatan”. Kritik apparatus mungkin mengusulkan satu kata yakni kata הזהרתׇ  hizhartā yang artinya memberikan peringatan. Bandingkan pasal 19.
Keputusan: Penafsir menolak kritik apparatus karena memperkabur makna teks.




2.4.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 16      :Sesudah tujuh hari datanglah firman TUHAN kepadaku:
Ayat 17      :"Hai anak manusia, Aku telah membuatmu menjadi penjaga kaum Israel.
Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah  mereka atas nama-Ku.
Ayat 18      :Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! dan
engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk   memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut tanggung jawab atas darahnya dari padamu.
Ayat 19      :Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari
kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya,      tetapi engkau akankah diselamatkan nyawamu.
Ayat 20      :Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang,
dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Ayat 21      :Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan
berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau   menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."

2.5.      Tafsiran Yehezkiel 3:16-21
Dalam nats ini menceritakan bagaimana firman TUHAN kepada Yehezkiel sesudah tujuh hari ia dipanggil untuk melayani orang-orang Israel yang ada di pembuangan Babel. TUHAN memanggil Yehezkiel dan menyebutnya dalam nats ini adalah “anak manusia” artinya panggilan untuknya itu menunjukkan sisi kemanusiaan dan jabatannya sebagai nabi yang diutus dan menjadi perpanjangan lidah TUHAN. TUHAN telah membuat Yehezkiel menjadi penjaga bagi Israel. Apabila Yehezkiel mendengar firman dari pada TUHAN, peringatkanlah mereka atas nama-Ku artinya memberi nasihat atau teguran tentang sesuatu yang akan terjadi. Akan tetapi teguran atau nasehat yang disampaikan itu bukanlah apa yang berasal dari dirinya sendiri melainkan berdasarkan apa yang TUHAN kehendaki. Dengan kata lain, Yehezkiel ditugaskan untuk bertanggung jawab memperingatkan bangsanya. Apabila Yehezkiel sudah mendengarkan Firman TUHAN maka dia harus memperingatkan bangsa Israel atas nama TUHAN yang telah memberikan firman itu.
Menjadi penjaga bukanlah sesuatu hal yang mudah karena tugas penjaga adalah sebagai orang yang pertama kali menyerukan siaga kepada umat bilamana ada hal-hal yang akan terjadi. Selain itu menjadi penjaga bukanlah menjamin dan membuat orang bertobat. Namun tugas Yehezkiel adalah melayani, memberitahu, menegur dan mengingatkan tentunya dengan cara yang bijaksana dan tepat bukan menghakimi, sampai TUHAN menjamah hati mereka dan menuntun mereka kepada TUHAN. Dalam pemanggilan Yehezkiel sebagai nabi di tengah-tengah orang buangan, TUHAN lah yang membuatnya dan yang berkuasa atas hidup Yehezkiel. Hal yang perlu diperhatikan dalam tugas ini yaitu: sebagai penjaga Israel, TUHAN mutlak memilih Yehezkiel bukan karena kelebihan dan kehebatannya. Dia harus berbicara demi kepentingan TUHAN karena ternyata TUHAN juga tidak menginginkan bangsa itu mati dalam keberdosaannya. Buktinya dapat kita lihat dalam ayat 18 apabila Yehezkiel tidak memperingatkannya dan tidak berkata apa-apa (seolah berdiam diri membiarkan yang jahat itu tetap dalam keberdosaannya) yang di tuntut adalah Yehezkiel. Artinya di sini memang TUHAN sama sekali tidak menginginkan kematian yang jahat itu. Maka sangatlah diperlukan kepekaan dalam dirinya untuk mengerti kehendak TUHAN supaya ia jangan salah dalam bersikap. Sebagai wakil TUHAN maka haruslah Yehezkiel juga taat sepenuhnya dan menjaga kekudusan hidupnya.
   Tugas Yehezkiel sebagai penjaga Israel adalah untuk memberitakan peringatan kepada orang jahat. Tetapi ternyata peringatan itu tidaklah hanya kepada orang yang berbuat jahat saja melainkan juga kepada orang benar yang berbalik dari kebenarannya dan yang berbuat curang bahwa dia juga akan mati. Segala perbuatan baik dan kebenaran-kebenaran yang dilakukan seumur hidupnya tidaklah akan diperhitungkaan apabila ia belum kembali kepada TUHAN. Artinya peringatan yang ingin disampaikan adalah hukuman TUHAN atas kejahatan harus diberitakan sehingga orang jahat dan orang benar yang berbalik dari kebenarannya dapat kembali kepada Allah supaya kematian tidak dijatuhi padanya. Jika Yehezkiel tidak memberi peringatan kepada orang jahat dan kepada orang benar yang berbalik dari kebenarannya itu maka, saat mereka mati dalam kejahatannya yang harus bertanggung jawab atas darahnya adalah Yehezkiel sendiri. Tetapi apabila Yehezkiel sudah memperingatkan lalu mereka tidak mau berbalik dari kejahatannya dan hidupnya yang jahat maka, itu bukanlah tanggung jawab Yehezkiel lagi melainkan tanggung jawab mereka sendiri.
   Dalam tugas penjagaan ini dapat dilihat bagaimana kesetiaan Yehezkiel untuk memberitakan firman TUHAN, termasuk soal penghukuman. Oleh karena itu, setiap orang percaya diperintahkan untuk memberitakan firman TUHAN, serta dipanggil untuk boleh menyatakan dan mempersaksikan kebenaran TUHAN di dunia ini. Tiap orang percaya seperti Yehezkiel dipanggil dan dipilih untuk menjadi penjaga bagi sesamanya. Selain itu orang percaya juga haruslah mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain maka sangatlah perlu mengingatkan seseorang yang jatuh dalam kesalahan. Tugas penjaga sesama dilakukan dengan berani menegur yang salah dan menyatakan kebenaran sesuai dengan firman yang telah disampaikan TUHAN.

2.6.      Skopus
“Hiduplah sebagai penjaga sesama”

2.7.      Teologi Tafsiran
Saya sebagai penafsir mengambil teologi tafsiran yaitu TUHAN sama sekali tidak menginginkan bangsa Israel itu mati dalam keberdosaannya. Maka, TUHAN memilih Yehezkiel menjadi penjaga atas bangsa itu untuk mengawasi, mengingatkan, menegur dan mengajar bangsa Israel agar tetap hidup dan berpengharapan kepada TUHAN sekalipun hidup mereka jauh dari apa yang mereka harapkan karena mereka ada di pembuangan..

2.8.      Refleksi Teologis
Melalui ayat penafsiran ini saya mengambil refleksi teologis dari Yehezkiel 3:17 “Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku artinya sebagai penjaga sesama kita diminta untuk peduli akan kesalahan/dosa orang lain. Contohnya apabila di lingkungan kita atau bahkan di gereja terbukti ada kasus KKN dan berbagai bentuk kejahatan lain firman TUHAN katakan kita harus berani memperingatkannya serta menegurnya supaya ia tidak semakin jatuh dalam keberdosaannya. Tujuannya bukan untuk mempermalukan, menjatuhkan, dan mengucilkannya tetapi supaya kita bisa menjadikannya sebagai seorang sahabat atau bahkan keluarga yang perlu di bawa kembali kepada TUHAN.

2.9.      Kesimpulan
Dari pemaparan di atas saya sebagai penafsir menyimpulkan bahwa ternyata dosa telah menimbulkan kerusakan hubungan antara TUHAN dan manusia tetapi karena kasih TUHAN juga maka Ia telah membuat Yehezkiel menjadi penjaga bangsa Israel dan menjadi alat perdamaian apabila mau menerima nasehat dan teguran yang diberikan Yehezkiel.

2.10.  Daftar Pustaka
…… Alkitab Edisi Studi, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015
.... Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2012
…. KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
….Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: Yayasan Komukasi Bina Kasih/OMF, 1994
Barus, A., Analisa Naratif, Apa dan Bagaimana, Dalam Forum Biblika, no.9, 1999
Hill, Andrew & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008
Kaiser, Otto, Introduction to The Old Testament, Oxford: Basil Blackwell, 1973
Lasor, W.S., dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973
Saragih, Agus Jetron, Eksegese Naratif, Medan: P3M, 2016
Saragih, Agus Jetron, Kitab Ilahi, Medan: Bina Media Perintis, 2016
Sitompul, A. A. dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 2004
Tate, W. R., Biblika Interpretation An Intergrted Aproach Approach, New York:
      Hendrikson, 1997
Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000



[1] …. KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka,, 1999), 683
[2] Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, (Medan: P3M, 2016), 7
[3] A. A. Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004), 302-303
[4] Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, 6-8
[5] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000), 250
[6] Andrew Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 559
[7]  W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), 383
[8]  ....Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas 2012), 1261-1262
[9] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 208-209
[10] ....Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1262
[11]….Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, (Jakarta: Yayasan Komukasi Bina Kasih/OMF, 1994), 511-512
[12] ……Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015), 1038-1039
[13]  ....Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1263
[14]  Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 210-211
[15]  Otto Kaiser, Introduction to The Old Testament, (Oxford: Basil Blackwell, 1973), 255-256
[16] Agus Jetron Saragih, Eksegese naratif, 35
[17] A. Barus, Analisa Naratif, Apa dan Bagaimana, (Dalam Forum Biblika, no.9, 1999), 51
[18] W. R. Tate, Biblika Interpretation An Intergrted Aproach Approach, (New York: Hendrikson, 1997), 100
[19] Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif, 113
Share:

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS