Tafsiran Kitab Lukas 1:46-56 Dengan Metode Historis Kritis

Tafsiran Kitab Lukas 1:46-56 Dengan Metode Historis Kritis

I.                   Pendahuluan
Maria adalah nama seorang wanita yang tidak asing lagi didengar dalam ranah lingkungan Kristen. Maria selalu menjadi topik pembicaraan yang selalu dibahas terutama dalam pembahasan sejarah Tuhan Yesus. Maria dianggap menjadi seorang yang sangat penting, bahkan agama Katholik menganggap Maria adalah Bunda Suci. Namun pada kesempatan kali ini, kita tidak akan membahas terlalu dalam siapa itu Maria atau bagaimana seluk beluk Maria ini. Namun, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas puji-pujian yang dinaikkan oleh Maria yang tertulis dalam kitab Injil Lukas 1:46-56, yaitu karena peristiwa yang ia alami. Dalam pembahasan ini, kita akan mengikut sertakan Metode Historis Kritis sebagai alat kita untuk membantu memahami apa yang tersirat dalam ayat-ayat ini.  Pada pembahasan kali ini juga, penafsir ingin menyampaikan tentang kisah Maria pada Kitab Lukas yang di mana tafsiran ini dilengkapi dengan tema teologis dan sejarah singkat dari Kitab Lukas ini sendiri, semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua, Tuhan Yesus Memberkati.
II.                Pembahasan
2.1. Metode Historis Kritis
2.1.1.      Pengertian Metode Historis Kritis
Historis Kritis merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menafsirkan Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menemukan makna yang terkandung dalam suatu teks Alkitab.[1] Metode ini juga dikenal sebagai metode kritikal historical atau kritisisme tinggi sebagai suatu cabang kritisisme yang meneliti asal-usul suatu teks kuno yang menekankan “dunia di balik teks itu”.[2] Historis Kritis merupakan metode penafsiran Alkitab yang menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan sejarah teks itu sendiri tuturkan, entah tokoh-tokoh tertentu, peristiwa-peristiwa serta keadaan sosialnya.[3]
2.1.2.      Tujuan Metode Historis Kritis Dalam Penafsiran Alkitab
Metode Historis Kritis bertujuan untuk menemukan arti dan makna dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis dan menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan yang asing atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang ke dalam horizon pengertian masa kini.[4] Metode ini menjangkau teks asli yang dapat dipercaya. Dengan metode ini penafsir akan mempelajari teks dan kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan-kesalahan yang akan dibenarkan, bagaimana melengkapi, menyisipi, memelihara, sampai kepada tulisan yang kurang atau berlebihan.[5]
2.2.Pengantar Kitab Lukas
2.2.1.      Latar Belakang Kitab Lukas
Di antara ketiga Injil sinoptis, Lukaslah yang memberi asal usulnya sendiri. Sang penulis tidak memberitahukan namanya, menyertakan suatu bab yang menyatakan tujuannya menulis Injil ini, metode  yang ia gunakan dan rekan-rekan sezamannya yang mencoba melakukan hal yang sama, kata pembuka ini (Lukas 1:1-4) adalah kunci bagi kitab ini, dan juga kitab Kisah Para Rasul adalah satu kesatuan.[6]


2.2.2.      Penulis dan Waktu Penulisan
Lukas adalah satu-satunya penulis Alkitab yang berasal dari kelahiran asal kafir, jabatnnya adalah tabib. Sudah sejak pertengahan abad kedua ia dipandang sebagai penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis Injil yang ketiga yaitu Injil Lukas. Ada banyak bukti yang menerangkan dan menguatkan bahwa Lukaslah penulis Injil Lukas.[7]
Tidaklah mungkin memastikan waktu yang tepat kapan Lukas menyelesaikan kitab Injilnya. Oleh karena ia memasukkan dalam kitabnya sendiri bahan-bahan dari Injil Markus, ia rupanya menulis teks akhir dari kitab itu setelah Injil Markus diedarkan. Ada yang mengemukakan pendapat bahwa Lukas menunjukkan pengetahuan  tentang jatuhnya Yerusalem ke tangan orang Roma pada tahun 70 M (Luk. 21:5-24), dan kalau itu benar kita harus menyimpulkan kitab Injil tersebut selesai ditulis setelah kejadian itu. Tetapi bebarapa ahli diantara mereka mengatakan bahwa sekitar tahun 57-60 M.[8]
Kesimpulan penulisan dan waktu penulisan:  Lukaslah yang menulis Injil Lukas, alasan kami para penyaji membuat keputusan tentang penulisan ini ialah dikarenakan Lukas adalah rekan kerja Paulus dan jelas dalam kesaksian Alkitab ada yang bernama Lukas yaitu rekan sekerja Paulus () dan waktu penulisan ditulis pada tahun 70 M karena jelas dalam Lukas 21:5-24.  Lukas menunjukkan tentang jatuhnya Yerusallem, maka injil lukas diselesaikan tahun 70 M.
2.3. Struktur Kitab Lukas
Struktur Kitab Lukas ini akan kami paparkan berdasarkan 2 sumber yang kami pakai, guna untuk lebih dalam memahami dan membantu penafsir serta  pembaca dalam tafsiran kitab Lukas ini. Sumber pertama yang kami pakai ialah berdasarkan ringkasan dari buku Survey Perjanjian Baru dengan penulisnya Merril C Tenney, sebagai berikut:
                                                                       I.            Kata Pembuka(1:1-4)
                                                                    II.            Persiapan bagi Sang Juruselamat(1:5-2, :52)
Pewartaan kabar gembira (1:5-56)
Kelahiran Yohanes (1:57-80)
Kelahiran dan Masa kecil Yesus (2:1-52)
                                                                 III.            Perkenalan Sang Juruselamat(3:1-4, :15)
Pelayanan Yohanes (3:1-20)
Pembaptisan (3:21-22)
Silsilah (3:23-38)
Pencobaan (4:1-13)
Kembali ke Galilea (4:14-15)
                                                                  IV.            Pelayanan Sang Juruselamat(4:14-15)
Pernyataan tujuanNya (4:16-9, :50)
Perwujudan kekuasaanNya (5:1-6, :11)
Penunjukan para pembantuNya (6:12-19)
Pernyataan prinsip ajaranNya (6:20-49)
Pelayanan belaskasihNya (7:1-9, :19)
Pemberitahuan tentang penyaliban (9:18-50)
                                                                     V.            Misi Sang Juruselamat (9-51, 18:31)
Tantangan masyarakat (9:51, 18:31)
Penunjukan ketujuh puluh murid (10:1-24)
Pengajaran tentang kerajaan Allah (10:25, 13:21)
Timbulnya pertentangan masyarakat (13:22, 16:31)
Nasihat kepada para murid (17:1, 18:30)
                                                                  VI.            Kesengsaraan Sang Juruselamat(18:31, 23:56)
Peristiwa-peristiwa dalam
Perjalanan ke Yerusalem (18:31, 19:27)
Kedatangan di Yerusalem (19:28-44)
Pertentangan di Yerusalem (19:45, 21:4)
Ramalan tentang Yerusalem (21:5-38)
Perjamuan malam terakhir (22:1-38)
Penghianatan (22:39-53)
Penangkapan dan pengadilan (22:54, 23:25)
Penyaliban (23:26-49)
Penguburan (23:50-56)
                                                               VII.            Kebangkitan Sang Juruselamat(24:1-53)
Kubur yang kosong (24:1-12)
Penampakan di Emaus (24:12-35)
Penampakan kepada para murid (24:44-49)
Pengutusan Amanat Agung (24:44-49)
Kenaikan (24:50-53)
Sedangkan sumber yang kedua yang akan kami ambil untuk struktur garis besar Injil Lukas ialah  diambil dari buku Alkitab Edisi Studi oleh LAI yaitu sebagai berikut:
                                                          I.            Mempersiapkan jalan bagi Yesus (1:1-4:13)
Pengantar: mengapa Lukas menulis Injil ini (1:1-4)
Dua kelahiran ajaib (1:5-2:21)
Yesus sebagai kanak-kanak (2:22-52)
Yesus Aanak Allah (3:1-4:13)
                                                       II.            Yesus di Galilea (4:14-9:50)
Berbagai reaksi terhadap Yesus (4:14-9:50)
Yesus menyembuhkan banyak orang dan memilih para muridNya (4:38-5:32)
Yesus melanjutkan karyaNya di Galiea (5:33-9:17)
Siapa Yesus dan apa yang harus dilakukan (9:18-50)
                                                    III.            Yesus Pergi Ke Yerusalem
Para murid dan orang-orang yang tidak percaya (9:51-10:42)
Yesus mengajarkan banyak hal (11:1-12:59)
 Pengajaran tentang kerajaan Allah (13:1-14:35)
Yang hilang ditemukan (15:1-32)
Para hamba yang setia (16:1-19:27)
                                                    IV.            Minggu terakhir Yesus di Yerusalem (19:28-23:56)
Yesus mengajar di Yerusalem(19:28-21:28)
Hari-hari terakhir Yesus: peradilan dan kematianNya (22:1-23:56)
                                                       V.            Yesus bangkit dari kematian dan menampakkan diri kepada murid-muridNya (24:1-53)
2.4. Tema Theologis Kitab Lukas[9]
1.      Kemanusiaan Yesus
Jika dibandingkan dengan Injil lainnya, maka Injil Lukas memberikan informasi yang lebih lengkap tentang permulaan dan pelayanan Yesus. Lukas banyak mencatat tentang perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Yesus , memberi informasi tentang pribadi-pribadi
2.      Doa
Merupakan tema yang sangat penting dalam Injil Lukas. Hal ini dibuktikan dalam catatan-catatan Lukas yang senantiasa melaporkan bahwa doa mendapat tempat utama dalam hidup dan pelayanan Yesus. Yesus senantiasa mengalamatkan doaNya kepada Bapa ketika: Yesus dibaptis (3:21), di padang gurun (5:16), sebelum memilih para murid (6:12), berdoa untuk Petrus (22:32), di taman Getsemani (22:22).
3.      Roh Kudus
Sama halnya seperti doa, maka peran Roh Kudus juga sangat sentral dalam hidup dan pelayanan Yesus, Roh Kudus mengurapi Yesus; dalam hidup dan pekerjaanYesus.
4.      Pengampunan
Kabar baik pada dasarnya ialah berita tentang pengampunan dosa. Lukas mencatat bahwa tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia adalah untuk menyediakan pengampunan dosa bagi semua orang
2.5. Sitz Im Leben
2.5.1.      Konteks Agama
Banyak orang merasa lebih wajar untuk mencari makna hidup melalui Agama. Memang bagi mereka yang sungguh-sungguh menganut Helenisme. Ada yang masih menyembah dewa-dewi Yunani dan Romawi kuno. Pengalaman emosional yang berlangsung tentang Allah juga memainkan peranan penting dalam berbagai agama misteri yang muncul dalam kekaisaran Roma. Mitraisme merupakan salah satu diantaranya yang paling terkenal, tetapi ada banyak lagi yang berkaitan dengan dengan dewa-dewa Asia kecil dan Mesir di samping kebiasaan-kebiasaan tradisional Yunani. Begitu juga dengan penganut aliran agama-agama lain seperti yang diutarakan oleh ahli sejarah Yahudi, Yosefus, yang hidup pada akhir abad pertama Masehi, mengutarakan bahwa ada tiga pendapat utama di kalangan orang Yahudi di Palestina: “Filsafat Yahudi mempunyai tiga bentuk. Pengikut pertama disebut Farisi, yang kedua saduki, dan sekte ketiga, yang memiliki reputasi karena disiplin yang tinggi, adalah golongan Eseni.” Ia juga menyebut golongan keempat, yakni kaum Zelot.[10]
Ada juga aliran berpengaruh lainnya, salah satu golongan yang agak berpengaruh pada zaman perjanjian baru ialah aliran Stoa. Aliran pemikiran ini didirikan oleh Zeno (335-263 sM) dan Aliran Epikurus merupakan aliran fisafat populer lainnya pada zaman Helenis, yang juga mempunyai asal-usul yang tua. Pendiri filsafat ini adalah orang Yunani yang bernama Epikurus (341-270 sM).[11]
2.5.2.      Konteks Politik
Pada tahun 64 sM negeri Palestina diduduki panglima Roma, bernama Pompeius. Selanjutnya Romalah yang menentukan siapa yang berkuasa di sana. Melalui catur politis yang licik dan sangat berliku-liku (sehingga sukar diketahui seluk-beluknya) pada tahun 37 sM, seorang yang bernama Herodes bin Antipater oleh Roma diakui, berarti diangkat menjadi raja seluruh negeri Palestina. Kemudian diberi gelar “Herodes Agung” (tahun 37 sM-tahun 4 M). Disatu pihak Herodes Agung seorang politikus yang cakap dan lihai dan seorang pembangun yang hebat. Ia malah membangun gedung-gedung yang hebat dan kuil-kuil bagi dewa-dewi di luar negeri. Di dalam negeri ia membangun kota-kota baru dan benteng-benteng kuat. Ia terkenal terutama karena mambangun Bait Allah secara megah (mulai tahun 20 sM dan belum seluruhnya selesai ketika dibakar pada tahun 70 M). Watak Herodes ganas dan galak dan tidak kenal ampun terhadap siapa saja yang dicurigai. Namun demikian ia tetap orang kepercayaan kaisar Roma. Setelah Herodes Agung mati kesatuan politis Palestina terpecah. Daerah Yudea, setelah sebentar diperintah oleh anak Herodes, Arkhilaus, langsung diperintah oleh Roma melalui seorang wali negeri. Sampai dengan tahun 70 M. Berturut-turut menjabat: Coponius, Valerius Gratus, Pontius Pilatus, Marcellus, Cuspius Fadus, Tiberius Alexander, Ventidius Cumanus, Antonius Felix, Porcius Festus, Luceius Albinus, Gesius Flores. Hanya sebentar pada tahun 41-44 M wilayah Yudea dibawah raja Herodes Agrippa I (tahun 41-44 M). Sama seperti masa Herodes Agung wilayah Herodes Agrippa I meliputi seluruh Palestina.[12]
2.5.3.      Konteks Sosial Budaya
Masyarakat Romawi-Yunani terdiri atas beberapa “kelas sosial”[13] yang pertama: Kaum Ningrat, yaitu para pemilik tanah menguasai tanah-tanah rakyat oleh kekuasaannya dan yang membeli tanah-tanah itu dengan harga murah dari keluarga-keluarga yang jatuh miskin oleh karena peperangan atau karena tidak mungkin lagi hidup dari hasil tanah pertanian mereka yang kecil. Pemanfaatan propinsi-propinsi taklukan yang baru ini mendatangkan sumber penghasilan baru. Maka para pengusaha yang bertindak selaku kontraktor pemerintah atau tukang catut menikmati hasil yang berlimpah-limpah.
 Kedua: Kelas menengah, sebagian besar meningkatnya perbudakan, yang memanfaatkan para tawanan perang, masyarakat kelas menengah nyaris tersingkir habis dari negara ini. Banyak yang diantara gugur dalam peperangan atau pembuangan. Sebagian lainnya tidak mampu bersaing dengan mereka yang menggunakan tenaga budak dan makin lama makin merana di tanah-tanah pertanian mereka yang kecil. Lambat-laun mereka turut memperbesar gerombolan tunakarya dan tunawisma yang memenuhi kota-kota besar, terutama Roma, dan menggantungkan hidup mereka pada negara.
Ketiga: Rakyat Jelata, atau kaum papa, banyak sekali jumlahnya dan keadaan mereka sangat memprihatinkan. Banyak diantara yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan lebih berkekurangan dari pada para budak.
Keempat: Kaum Budak dan Penjahat, mereka mengerjakan hampir seluruh pekerjaan di tanah-tanah pertanian yang luas, pelayanan di rumah-rumah dan pekerjaan administrasi di perusahaan-perusahaan. Adanya budak membuat para majikan menjadi sangat bergantung pada tenaga dan kemauan mereka sendiri. Harga diri dan moralitas tidak mungkin dipertahankan diantara mereka yang hanya menganut satu hukum yaitu kehendak majikannya yang sewenang-wenang.[14]
2.6. Analisa Teks
Untuk memaparkan analisa teks pada penafsiran kitab Lukas ini, kami para penyaji menggunakan 4 Alkitab dalam 4 bahasa, yaitu Alkitab Bahasa Indonesia (LAI), Bibel Pakon Haleluya (BPH) berbahasa Simalungun, New International Version (NTG) berbahasa Inggris, beserta New Testament Greek (NTG) berbahasa Yunani sebagai tolak ukurnya.
Ayat 46
LAI                 :Jiwaku memuliakan Tuhan
BPH                :I patimbul uhurhu do Tuhan in (hatiku memuliakan Tuhan)
NIV                 :My soul glorifies the Lord (Jiwaku memuliakan   Tuhan)
NTG               :μεγαλυνει ή ψυχή μου τόν κυριον (Jiwa saya memperbesar Tuhan)
Kesimpulan    : Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 47
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 48
LAI                 :sebab Ia memperhatikan
BPH                :ai I tatap do (karena Ia memperhatikan)
NIV                 :for He took(karena Dia mengambilnya)
NTG               :ότι πεβλεψεν (karena Dia melihat)
Kesimpulan    : tidak ada yang mendekati NTG


Ayat 49
LAI                 :karena yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan yang besar kepadaku
BPH                :ai baggal do nabinahen ni Pargogoh in bakku (sebab besarlah yang dilakukan Penguat kepadaku)
NIV                 :for the Mighty One has done great things for me (karena yang perkasa telah melakukan hal-hal besar bagiku)
NTG               :ότιέποιησενμοιμεγαλαόδυνατος (bahwa Ia membuatku besar )
Kesimpulan    : tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 50
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 51
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 52
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 53
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 54
Tidaka ada perbedaan yang signifikan
Ayat 55
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 56
Tidak ada perbedaan yang signifikan
2.7. Kritik Apparatus
Ayat 46
Pada Teks Alkitab bahasa Yunani, terdapat kata μαριαμ (mariam). Kritik Apparatus mengusulkan kata ini diganti dengan kata μαρια,  didukung oleh teks Paris: Ephraemi Rescriptus dan Paris: Claromontanus dengan berbagai huruf dari teks versi vulgata.
Kesimpulan: penafsir menolak usulan kritik Apparatus untuk mengganti kata Maryam menjadi Maria. Karena menurut kami penafsir, penggunaan kata asli lebih tepat dan lebih baik digunakan.
2.8. Terjemahan Akhir
Ayat 46: Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan,
Ayat 47: dan waktu hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
Ayat 48: sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
Ayat 49: karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus.
Ayat 50: dan rahmatNya turun temurun atas orang yang takut akan Dia
Ayat 51: Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya dan mencerai-beraikan orang-orang  yang congkak hatinya;
Ayat 52: Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahktanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.
Ayat 53: Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ayat 54: Ia menolong Israel, hambaNya, karena Ia mengingat rahmatNya,
Ayat 55: seperti yang dijanjikanNya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
Ayat 56: Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
2.9. Tafsiran
Ayat 46-55
Ketika Maria mendengar kata-kata Elisabet itu, ia pun sangat terharu. Sukacita, kagum, rasa-hormat, khidmat, itu semuanya memenuhi hatinya, dan ia sangat tergerak, sehingga mengucapkan pujian-hormat kepada Allah. Tak kuasa ia berpikir lagi, bertanya pun ia tak sanggup lagi, ia hanya dapat memuji Allah. “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku”.[15]
Pernah diragukan orang apakah “Magnificat”[16] ini betul-betul dapat disebutkan “nyanyian pujian Maria”. Dalam ayat 46 menurut aslinya barangkali hanya terdapat “ia berkata”, tanpa nama Maria, sehingga mungkin juga yang dimaksudkan ialah Elisabet. Seperti contoh pada ayat 48a misalnya, bukankah lebih cocok dengan keadaan Elisabet wanita yang mandul. Dibandingkan keadaan Maria yang masih perawan. Lagipula yang lebih diutamakan dalam bagian ini ialah peranan Maria daripada peranan Elisabet. Jadi kita dapat tetap mengatakan bahwa ini ialah nyanyian Maria. Sudah barang tentu hal itu tidak berarti bahwa Maria sendiri yang mengucapkan perkataan ini tepat seperti bunyinya sekarang. Dalam bentuknya yang sekarang nyanyian itu merupakan syair gubahan Lukas. Nyanyian itu adalah digubah sama-sekali sesuai dengan gaya bahasa dan corak nyanyian-nyanyian dari Perjanjian Lama. Jenis nyanyian-nyanyian ini disebut “nyanyian eskatologis”, yaitu nyanyian pujian di mana hal-hal yang akan datang pada “akhir Zaman” diperbincangkan seakan-akan sudah terjadi. Pada ayat 46b bait pertama Maria berkata: jiwaku (=rohku; yaitu manusia berfokus/berpusat dari dalam kepribadiannya) mengagungkan dan memuliakan dengan kegembiraan besar Allah, Juruselamatku.[17]
Jiwaku.. hatiku.. walaupun di sini dikatakan jiwaku.. hatiku.. tentu yang dimaksud adalah “aku” dengan seluruh perasaannya yang terdalam. Jadi, ini dapat juga diungkapkan menjadi: “Aku memuji Tuhan, dan aku sangat bergembira..” . karena Allah, Juruselamatku, menunjukkan bahwa Allahlah yang menjadi sumber kebahagiaan itu.[18] Selanjutnya dalam ayat 54-55 diagungkan kesetiaan Allah terhadap Israel, yang disebutkan “Hamba Allah“ atau “Anak Allah”. Pertolongan kepada Israel dilihat sebagai pekerjaan besar yang akan dilaksanakan Allah dalam “waktu akhir”. Sekarang Mesias akan datang, dan akan tibalah masa besar itu! Dan dengan melalui bangsa Israel maka rahmat (kasih-setia) Allah akan berkembang menjadi keselamatan dan berkat untuk seluruh dunia bangsa-bangsa, seperti yang telah dijanjikan kepada Abraham.[19]
Nyanyian pujian Maria ini merupakan nyanyian sebuah doa yang memuliakan Allah, dan nyanyian ini sekaligus memperkenalkan salah satu gagasan utama Injil LUKAS bahwa Alah membela orang miskin.[20] Kemudian pada ayat 47 Allah, Juruselamatku, Maria bukan orang tanpa dosa, dia mengakui kebutuhannya akan seoarang Juruselamat. Ayat 48 ditemukan juga kata hambaNya (Yunani, doule), secara harfiah artinya seorang budak perempuan.  Pada ayat 51 yang congkak hatinya, congkak yang dimaksud di sini ialah mengandung  arti kesombongan, atau berbagai harapan penuh kecongkakan yang mereka banggakan.[21] Kemudian pada ayat 55 ini terdapat kata kepada nenek moyang kita, yang dimaksud adalah segenap bangsa Israel, keturunan Abraham dan Sara. Allah mengikat perjanjian dengan Abraham yang menaati Allah. Allah berjanji bahwa Abraham dan Sara akan menjadi leluhur suatu bangsa yang besar.[22]
Mengenai Magnificat yang disinggung diatas, ternyata magnificat ini mengatakan tentang 3 revolusi Allah:
(i)                 Ia menceraiberaikan orang-orang yang congkak hatinya. Inilah salah satu revolusi moral. Kekristenan adalah kematian kecongkakan. Mengapa? Oleh karena apabila seseorang meletakkan hidupnya di samping Kristus maka Ia akan meniadakan kecongkakannya. Kristus memampukan seseorang untuk menemukan dirinya. Matinya suatu kecongkakan adalah mulainya revolusi moral.
(ii)               Ia menurunkan orang-orang yang rendah. Inilah suatu revolusi social. Kekristenan mengakhiri gengsi kesombongan duniawi. Apabila kita telah meyadari untuk apa Kristus mati bagi seluruh umat manusia, maka tidak mungkin lagi kita mengatakan seorang manusia biasa. Tingkatan-tingkatan social telah ditiadakan.
(iii)             Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa. Inilah suatu revolusi ekonomi. Suatu masyarakat non-Kristen adalah suatu masyarakat yang tamak di mana setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. Suatu masyarakat Kristen adalah suatu masyarakat di mana seseorang tidak berani untuk mempunyai begitu banyak sementara yang lainnya mempunyai begitu sedikit, di mana setiap orang harus mendapatkan untuk diberikan lagi.[23]
Ayat 56
Kira-kira 3 bulan lamanya Maria tinggal pada Elisabet. Tidaklah jelas apakah Lukas bermaksud: sampai sesudah kelahiran Yohanes, atau bahwa Maria berangkat sebelum saat itu. Memang tentang kelahiran itu barulah dibicarakan dalam ayat 57, sedang di sini dalam ayat 56 telah dikatakan bahwa Maria pulang ke rumahnya. Tetapi itu pun dapat juga diterangkan sebagai berikut:sebelum Lukas memulai kisah yang baru (yakni kelahiran Yohanes), ia mengakhiri dahulu kisah ini dengan catatan bahwa Maria 3 bulan kemudian tinggal bersam-sama (yaitu sebelum perjalanan ke Betlehem) sesuai dengan adat Yahudi yang disebutkan dalam 1:26-27. Tetapi soal-soal semacam itu janganlah kita buat itu penting. Yang menjadi pokok dalam bagian  ini ialah: Elisabet bersukaria dan Maria memuji Allah. Kedua-duanya karena alasan yang sama, yaitu oleh karena mereka telah mendengar dan mempercayai perkataan Allah, yakni bahwa sudah hendak dating Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh orang saleh di Israel.[24] Lagu itu diakhiri, dengan Lukas memberi tahu bahwa proses ini terjadi sekitar 3 bulan setelah itu dia pulang ke rumah. Dia menyelesaikan bagian cerita dari Maria ini ketika ia kembali pada Elizabeth, dan yang lebih pasti tampaknya Maria pergi sebelum Yohannes pembaptis lahhir.[25]
2.10.                    Skopus
Merespon anugrah Allah dengan pujian”


III.             Kesimpulan
Banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi di dalam kehidupan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut kadang kala bisa saja di luar akal manusia. Dengan kata lain kemungkinan tersebut kadang mampu membuat pemikiran manusia lari dari kenyataan. Tidak lain lagi seperti kisah yang sudah dialami oleh Maria. Maria yang dalam kondisi keperawanannya yang menerima kuasa Ilahi untuk melahirkan Sang Juruselamat bagi dunia adalah suatu peristiwa yang sebenarnya sulit dan susah untuk diterima oleh pikiran manusia itu sendiri, khususnya bagi Maria. Namun dalam nats Alkitab yang satu ini, Maria adalah salah satu pribadi yang tidak begitu memberontak akan hal yang terjadi pada dirinya. Tidak bisa dipungkiri, itulah gambaran pemikirannya. Bahkan ia mampu untuk menerima apa yang akan terjadi. Bahkan karena ketulusannya tersebut ia mampu untuk menaikkan puji-pujian bagi Tuhan, layaknya ia memang adalah seseorang yang harus menjalaninya. Itulah Maria, seorang pribadi yang kuat, yang patut ditiru, dalam kondisi apapun mampu untuk bersyukur, menyerahkan kehidupannya, dan menaikkan puji-pujian atas apa yang diterimanya tersebut.

IV.             Refleksi Theologis
Keteladanan yang perlu ditiru dari Maria adalah kerendahan hatinya, dia merespon Allah dengan menyerahkan seluruh hati dan jiwanya kepada Allah. Itu disebabkan karena Allah sebagai juruselamat yang telah menyelamatkan manusia dari dosanya dan telah menyediakan keselamatan bagi umat manusia. RahmatNya terus dicurahkan secara melimpah kepada orang yang takut akan Dia dan yang rendah hari serta lapar akan kebenaran. Sebaliknya ia menjungkirbalikkan orang sombong, penguasa korup, dan orang kaya yang menindas orang miskin. Allah juga setia pada janjiNya kepada Abraham dan keturunannya dengan menolong dan menyelamatkan umatNya (Mat. 1 : 21). Bagi Kristen masa kini, keberpihakan Allah berimplikasi dua hal. Pertama, Allah terhadap umatNya; kita patut bersyukur dan memuliakan Allah, karena Allah yang adil itu aktif berpihak, mengerjakan rencanaNya bagi kita umatNya. Kedua, respons kita terhadap keberpihakan Allah; penting bagi kita untuk menunjukkan keberpihakan kita kepada Allah melalui hidup kita sehari-hari. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk merendahkan diri untuk menyadari setiap berkat yang sudah diterima, dan tidak ada salahnya apabila menyerahkan hidup kepada Tuhan. Dalam artian menyerahkan hidup untuk dibentuk dan ditempah oleh Dia, mengingat semua berasal dari Dia dan oleh Dia.
V.                Daftar Pustaka
Boland B. J., TAFSIRAN ALKITAB INJIL LUKAS, Jakarta: BPK-GM, 2015
Drane Jh ne, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2012
Drane Jonhn, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK GM, 2016
Groenen C. OFM, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1993
Hayas Jhon H. & Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, Atlanta: John Knox Press, 1982
LAI, Alkitab Edisi Studi,2015
M Robert., Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2010
Morris Leon, TYNDALE NEW TESTAMENT COMMENTARIES LUKE, USA, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1986
Pasaribu Marulak, Eksposisi Injil Sinoptik, Malang, Gandum Mas, 2005
Saulena, dkk, Handbook of Biblical Criticisme, Lousville, Westminster John Knox Press
Tenney Merrill C., Survei perjanjian Baru, Jawa Timur: Gandum Mas, 1985



[1]Jhon H. Hayas & Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, (Atlanta: John Knox Press, 1982), 53
[2]Saulena, dkk, Handbook of Biblical Criticisme, (Lousville, Westminster John Knox Press), 78
[3] Jhon H. Hayas & Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, 52
[4]Robert. M, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 171
[5][5] Jhon H. Hayas & Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, 54
[6]C. Groenen OFM, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 71
[7]Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik, (Malang, Gandum Mas, 2005), 169-170
[8]Jh ne Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 213
[9]Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik, 175-178
[10]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK GM, 2016), 26-31
[11]Ibid....., 25
[12]C. Groenen Ofm, Penghantar ke dalam perjanjian baru, (Yogyakarta: KANISIUS, 1984), 34-35
[13]Ibid....., 58
[14]Merrill C. Tenney, Survei perjanjian Baru, (Jawa Timur: Gandum Mas, 1985), 60-62
[15]A. Simanjuntak, Sejarah Kerajaan Allah 2, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 47
[16]Magnificat berasal dari kata bahasa Inggris yaitu Mgnification yang berarti “pembesaran”, tapi ada juga ada seorang ahli yang bernama Stanley Jones yang mengatakan Magnificat itu adalah dokumen yang paling revolusioner dalam dunia
[17]B. J. Boland, TAFSIRAN ALKITAB INJIL LUKAS, (Jakarta: BPK-GM, 2015),  35-36
[18] LAI, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta, IKAPI, 2005), 37
[19] B. J. Boland, TAFSIRAN ALKITAB INJIL LUKAS, 35-36
[20]  LAI, Alkitab Edisi Studi, 2015, 1661-1662
   
[21] Dianne Bergant &Robert J. Karris, Tafsir Perjanjian Baru, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2002), 283
[22] ...ibid
[24] B. J. Boland, TAFSIRAN ALKITAB INJIL LUKAS, 36-37
[25]Leon Morris, TYNDALE NEW TESTAMENT COMMENTARIES LUKE, (USA, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1986), 77
Share:

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS