Doktrin Kristologi

 Doktrin Kristologi 
(=Tabiat & Kehendak: Ke-Ilahian & Ke-insanian)
b. Konsili Konstantinopel II-III

       I.            Pendahuluan
Kristologi merupakan hal yang berkaitan dengan Kekristenan, dalam Kristologi kita berhadapan dengan masalah yang sungguh-sungguh murni tentang Kristen. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Doktrin Kristologi pada Konsili Konstantinopel II-III, semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.

    II.            Pembahasan
2.1.      Pengertian Kristologi
            Krsitologi bersal dari bahasa Yunani yaitu “Kristos” yang artinya Kristus, dan “Logos” artinya ilmu pengetahuan. Kristologi yaitu Doktrin tentang pribadi Kristus.[1] Kristologi menyangkut masalah hubungan antara apa yang bersifat ilahi dengan apa yang bersifat insani di dalam pribadi Yesus Kristus.[2] Gelar – gelar Kristologi menjelaskan lebih terinci fungsi keselamatan itu.[3]

2.2.      Latar Belakang Kristologi
            Masalah Kritologi merupakan soal khusus Kristiani.[4] Kristologi dan ajaran tentang Trinitas tidak dapat dipisahkan satu sama lain.[5] Setiap pernyataan kristologi selalu mengandung pemahaman tertentu tentang Trinitas, dan juga sebaliknya setiap pernyataan trinitas sekaligus mengandung penegaran Kristologi.[6] Setelah perdebatan panjang dan kadang – kadang sengit, dalam konsili calsedon di Asia kecil pada 451, Gereja memberi defenisi final mengenai Kristologi , yang menegaskan kepercayaan kepada Yesus sebagai Suatu Pribadi dengan Dua hakikat, yang dipersatukan tanpa dikacaukan.[7] Didalam Kristologi pada Gereja Purba terutama dipersoalkan apakah Yesus adalah Allah dan bagaimana hubungan antara ketuhanan-Nya dan kemanusian-Nya.[8] Selama abad kedua perkembangan Kristologi selanjutnya tidak terjadi melalui bapa – bapa rasuli, tetapi dengan kaum apologet. Kaum apologet berpendapat bahwa konsep Logos tidak kurang pentingnya bagi pemahaman mengenai Yesus Kristus sendiri.[9]

2.3.      Pengertian Konsili
            Konsili berasal Dari bahasa latin “Concilium”  yang berarti rapat untuk merundingkan sesuatu dengan kata lain sinode. Sedangkan dalam bahasa Yunani “Synodos” yang berarti rapat atau pertemuan.[10] Konsili adalah sidang resmi para uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan tujuan merumuskan suatu ajaran atau disiplin Gereja.[11]

2.4.      Konsili Konstantinopel II
Pada tahun 553 Justinianus memanggil Konsili Konstantinopel, konsili oikumenis yang kelima.[12]  Konsili okumenis V, yang berhimpun di Konstantinopel ini memberikan perhatian baru lagi terhadap masalah Kristologis.[13] Konsili ini dipanggil dengan tujuan untuk mengambil keputusan apakah Theodorus dari Mopsuestia, Theodorus dari sirus, dan Ibas dari Edessa dikutuk karena ajaran mereka berbau Nestorianisme ataukah dibiarkan saja seperti sikap konsili Chalcedon.[14]  Dalam catatan – catatan yang berasal dari Konsili oikumenis V banyak dikemukakan mengenai kesatuan dua tabiat sementara ungkapan Cyrilius, “kesatuan hypostasis” tidak diambil alih di Chalcedon, maka justru treminilogi inilah yang sekarang dikemukakan sebagai interprestasi yang layak dari Chalcedon. Kristologi Theodore dari Mopsuestia dan juga dari Nestorius sekarang dilawan dan dikutuk, sebab pandangan – pandangan itu dipahami sebagai yang menyebabkan orang mempertahankan dua pribadi Yesus. Ungkapan “dua hypostasis” yang ada dalam Kristus juga ditolak, dan dengan tandas dikatakan bahwa ungkapan ini merupakan suatu pemutarbalikan Pengakuan Iman Chalcedon.[15] Cyrillus menekankan ke-Allahan bahwa percampuran 2 tabiat itu digambarkan seperti susu dan air. Dan percampuran itu tidak ada perubahan berbaur dengan Allah. tidak ada pergantian peran. Dan kedua pemikiran itu ditolak Dan dicampurkan dan tabiat ilahi itu tidak tercampur, Tidak terbagi dan terpisahkan.[16]
Ada tiga bagian dari hasil konsili ini, yaitu:[17]
·         Sejak tahun 630-an ada konflik mengenai beberapa segi ajaran Origenes. Pada tahun 543 Justinianus mengeluarkan maklumat melawan pengikut – pengikut Origenes. Pada tahun 553 konsili mengesahkan pengutukan itu dengan mengeluarkan 15 anathema melawan ajaran Origenes dan Evagrius.
·         Atas desakan Aleksandria pada tahun 544, kaisar mengeluarkan maklumat melawan “ketiga pokok”, yaitu melawan Theodorus dan Mopsuestia.
·         Yang terpenting dari konsili ini ialah bahwa Chalcedon harus ditafsirkan menurut tafsiran Alekxsandria. Para uskup mengaku bahwa kita menerima keempat sinode yang kudus, yaitu Nicea, Konstantinopel, Efesus pertama dan Chalcedon, kita telah menerima dan sekarang mengajar segala yang telah ditetapkan konsili – konsili tersebut mengenai iman yang satu itu”. Akhirnya, suatu rumusan Aleksandria yang sangat disukai para Monofisit, diterima yaitu: salah satu dari ketritunggalan di salibkan dalam daging.
            Sidang konsili konstantinopel II ini di pimpin oleh Eutikhes, Patriakh Konstantinopel. Konsili ini dihadiri oleh uskup yang semulanya adalah uskup dari Timur.[18]

2.5.      Konsili Konstantinopel III
Konsili konstantinopel III dipanggil atas desakan Kaisar Konstantinus IV (Pongonatus) pada tahun 680 untuk menyelesaikan persoalan Monotelit (suatu kehendak pada inkarnasi Kristus) dalam Gereja Timur.[19] Para Monofisit tidak puas dengan Hasil Konsili Konstantinopel tahun 553. Sergius, uskup agung dari Konstantinopel, mengusulkan suatu rumusan yang berasal dari Severus, Monofisit yang moderat dari Antiokhia. Menurut rumusan ini Kristus mempunyai satu kekuatan “teandrik” (ilahi/ manusiawi), yang dipergunakan untuk melakukan tindakan ilahi maupun manusiawi. Serigius mengatakan bahwa Yesus Kristus hanya mempunyai satu kehendak. Paus Honorius dari Roma setuju dengan rumusan ini. Pada tahun 649 Paus Martinus memanggil sinode di Roma yang memproklamasikan bahwa Yesus Kristus mempunyai dua kehendak.[20] Suatu perumusan yang menetapkan bahwa Kristus yang terdiri dari dua tabiat itu melaksanakan segala sesuatu “dengan satu energi” yang bersifat theandrik” (bersifat ilahi-manusia). Formula ini kemudian membawa orang pada kontroversi-kontroversi yang baru dan lebih pahit lagi. Konsepsi “satu energy” minimbulkan perlawanan yang besar khususnya di Barat. Untuk suatu waktu tertentu terdapatlah persetujuan untuk menggantikan ungkapan “satu kehendak” dan “satu energy yang Theandrik”. Perumusan ini bahkan disahkan oleh Paus Honorius I. dan ungkapan ini tidak dapat memuaskan pengikut-pengikut pengakuan Iman Chalcedon. Dan hal ini menimbulkan perlawanan terhadap monotheletisme (ajaran tentang satu kehendak). Tetapi pada akhirnya perlawanan terhadap monotheletisme mencapai kemenangan.[21] Setelah itu oposisi Roma terhadap Monotheletisme agak mereda sampai pada masa jabatan Paus Agatho (tahun 678-681). Ia berhasil membujuk Kaisar Timur untuk memanggil konsili ladi di Konstantinopel, yaitu Konsili okumenis ke-6.[22]
Konsili Okumenis VI yang berhimpun di Konstantinopel tahun 680 – 681, menyetujui Dytheletisme (ajaran tentang dua kehendak) Konsili ini memutuskan bahwa dalam acuan terhadap persoalan entah Yesus Kristus mempunyai satu dua kehendak dengan asumsi bahwa Ia mempunyai dua kehendak, telah diakui pengakuan iman Chalcedon. Tetapi sejajar dengan Pengakuan Iman Chalcedon, disini diungkapkan bahwa dua kehendak tabiat” dan “dua energi” dalam Kristus diakui sebagai yang “tidak tercampur, tidak berubah, tidak terbagi tidak terpisah. Suatu perlawanan dalam Logos yang berinkarnasi itu antara kehendak yang ilahi dan yangn insani adalah tidak mungkin. Alasan yang diberikan adalah, bahwa kehendak Yesus yang bersifat insani tunduk pada kehendak ilahi-Nya, tanpa perlawanan.[23] Chalcedon disatu sisi menolak keinsanian dan keillahian terpisah, tidak bercampur dan tidak terbagi. Yang tergantung dalam salib itu Yesus Kristus.[24] Dengan Konsili konstantinopel ke-3 berakhirlah perkembangan awal dari ajaran-ajaran mengenai diri Yesus Kristus serta pengaruh dari apa yang terkandung dalam rumusan Chalcedon.[25]    

 III.            Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kristologi merupakan Doktrin tentang pribadi Kristus. Kristologi menyangkut masalah hubungan antara apa yang bersifat ilahi dengan apa yang bersifat insani di dalam pribadi Yesus Kristus. Konsili konstantinopel II diadakan untuk memberikan perhatian baru terhadap masalah Kristologi. Konsili ini dipanggil dengan tujuan untuk mengambil keputusan apakah Theodorus dari Mopsuestia, Theodorus dari sirus, dan Ibas dari Edessa dikutuk karena ajaran mereka berbau Nestorianisme ataukah dibiarkan saja seperti sikap konsili Chalcedon. Dan konsili Konstantinopel III dilaksanakan untuk menyelesaikan persoalan Monotelit (suatu kehendak pada inkarnasi Kristus) dalam Gereja Timur, karena Para Monofisit tidak puas dengan Hasil Konsili Konstantinopel tahun 553. Konsili Okumenis VI yang berhimpun di Konstantinopel tahun 680-681, menyetujui Dytheletisme (ajaran tentang dua kehendak) Konsili ini memutuskan bahwa dalam acuan terhadap persoalan entah Yesus Kristus mempunyai satu dua kehendak dengan asumsi bahwa Ia mempunyai dua kehendak, telah diakui pengakuan iman Chalcedon.
Persoalan Teologi tertua adalah Kristologi bukan Trinitas. Persoalan teologi lebih awal adalah Kristologi. Hanya ada tiga point yang tercakup:
1.      Hakikat keAllahan-Nya
àhal ini dituntaskan dalam Konsili Nicea dan Konstantinopel
2.      Tabiat ke-Allahan dan Keinsanian, Keillahiannya
àKonsili Efesus – Chalcedon
3.      Kehendak Ke-Allahan
àKonsili Konstantinopel I dan II
I.          Nicea                           2 arus pemikiran
            Konstantinopel            yang ke-1 ketunggalan dan yang ke 2 Ketigaan
Kedua arus ini disempurnakan menjadi pandanagan yang sama di konstantinopel
II.        Efesus – Chalcedon
            àKe-Insanian
            àKe-Allahan
            àMencampurkan ke-duanya
Peristiwa pembabtisan Yesus, pembabtisan itulah yang menjumpakan dengan Yesus. Dalam babtisan itulah bertemu dengan Yesus. Ada yang mengatakan pada pembabtisna itu hinggap pada Yesus Kristus. Dua arus yang menekankan ke-Allahan Penyaliban menurut mereka Allah tidak mungkin disalibkan oleh karena itu menjelang penyaliban, Allah meninggalkan Yesus jadi yang disalibkan itu adalah daging yang dipinjam dari Kristus. Maka Yesus menjerit. Allah-Allah mengapa Engkau meninggalkan Aku.
Nisterius mencoba menjumpakna kedua tabiat itu dikatakannya percampuran keduanya itu seperti minyak dan air dengan kata lain terpisah dan terbagi dengan demikian 2 tabiat dipertahankan tidak ada tabiat yang keluar dan melebur apa aplikasinya ini bagi ajaran Nestorius. Ada 2 peran yang berganti-ganti
àkadang kala kemanusiaannya
àkadang kala keilahiannya
Kemudian Cyrillus menekankan ke-Allahan bahwa percampuran 2 tabiat itu digambarkan seperti susu dan air. Dan percampuran itu tidak ada perubahan berbaur dengan Allah. tidak ada pergantian peran. Dan kedua pemikiran itu ditolak Dan dicampurkan dan tabiat ilahi itu tidak tercampur. Tidak terbagi dan terpisahkan.
Chalcedon disatu sisi menolak keinsanian dan keillahian terpisah, tidak bercampur dan tidak terbagi. Yang tergantung dalam salib itu Yesus Kristus
III.       Kehendak
 Ketika di Efesus dan chalcedon. Nestorius à mengenai kehendak Yesus Kristus mempunyai 2 tabiat tetapi dia hanya memiliki satu kehendak dasar. Pemikirannya mengatakan itu Yesus berdoa sebelum ditangkap peristiwa penyaliban itu.
Apakah kita memahami kedua kehendak itu seperti pemandangan Nestorius? Jawabnya tidak! Yang rumusannya hampir sama dengan Chalcedon: dua kehendak, tidak terpisah, tidak tercampur, tidak terbagi.
Dan kedua kehendak itu tidak saling bertentangan dan saling mengikuti bukan bertentangan dan pemaksaan. Kehendak insani mengikuti kehendak Ilahi. 
 IV.            Daftar Pustaka
Becker Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta: Gunung Mulia, 2011
Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: Gunung Mulia, 2015
Churtis A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2012
Dister Nico Syukur, Teologi Sistematika 1, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2004
End Th. Van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2011
Jonge Cristian De, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: BPK-GM, 2009
Jonge, C.D.E, Pembimbing kedalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Lane Tony, Runtut Pijar, Jakarta: Gunung Mulia, 2012
Loshe Bernhard, Pengantar Sejarah Dogmatika Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1994 
Wellen F.D., Kamus Sejarah Gereja Jakarta: Gunung Mulia, 2011


[1] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 215
[2] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2004), 181
[3] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 113
[4] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, 181
[5] Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogmatika Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 1994), 90
[6] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, 181
[7] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, 215 - 216
[8] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), 113
[9] Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogmatika Kristen, 96-97
[10] Cristian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 1
[11] F.D. Wellen, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 232
[12] Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta: Gunung Mulia, 2012),60
[13] Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogmatika Kristen, 122
[14] F.D. Wellem, Kamus sejarah gereja, 237
[15] Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogmatika Kristen, 122
[16] Rekaman Catatan Akademik  dari Pdt. Pardomuan Munthe, tanggal 19 April 2015 diruang kelas 2-A
[17] Tony Lane, Runtut Pijar, 59-60
[18] F.D. Wellem, Kamus sejarah gereja, 237
[19] F.D. Wellem, Kamus sejarah gereja, 237
[20] Tony Lane, Runtut Pijar, 61-62
[21] Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogmatika, 123
[22] Tony Lane, Runtut Pijar, 62
[23]  Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogmatika, 123
[24] Rekaman catatan dari Pdt. Pardomuan Munthe, tanggal 19 April 2015 diruang kelas 2-A
[25] Tony Lane, Runtut Pijar, 63
Share:

Roh Kudus Oknum/ Pribadi Allah yang Ke-Tiga

Roh Kudus Oknum/ Pribadi Allah yang 
Ke-Tiga
(Hubungannya dengan Bapa dan Yesus Kristus)


       I.            Pendahuluan
Roh Kudus merupakan oknum pribadi Allah yang ketiga, Roh Kudus dengan Bapa, dan Yesus Kristus saling berhubungan. Kata Roh Kudus dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru.  Dan pada kesempatan kali ini penyaji akan membahas tentang Roh Kudus Oknum/ Pribadi Allah yang ketiga (Hubungannya dengan Bapa dan Yesus Kristus). Semoga sajian kalian ini dapat menambah wawasan kita bersama.

    II.            Pembahasan
2.1. Pengertian Roh Kudus
            Roh Kudus adalah oknum pribadi Allah yang ketiga yang dinyatakan kedatangannya dalam PB. Roh Kudus tidak identik  atau tidak sama dengan Roh Allah dan Roh Tuhan. Dalam sejarah keselamatan Roh Kudus itu identik dengan oleh Allah dan Yesus Kristus menjadi satu-satunya oknum untuk menuntun, menolong, menghibur dan menginsafkan dunia dalam Yesus Kristus. Roh Kudus bukan tenaga aktif dari Allah atau kekuatan Allah atau motifasi Allah, atau kepribadian Allah sendiri tetapi oknum / pribadi Allah yang ketiga oleh karena itu Roh Kudus belum dinyatakan dalam PL. Dengan demikian Ia tidak bisa disamakan dengan Roh Allah dan Roh Tuhan.[1] 


2.2. Roh Kudus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru[2]
            2.2.1. Roh Kudus dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama istilah yang dipakai untuk kata ‘Roh’ ialah ‘ruah. Dalam hubungannya dengan Allah, istilah yang dipakai ialah Roh Allah (Mis. Yes. 61:1a) dan istilah ini berarti bahwa Allah sendiri yang hadir dan bertindak. Istilah ini juga berarti ‘nafas yang dihembuskan’ yang menjadi pusat kehidupan atau ‘nepes’ yang berati ‘nafas Allah’ atau ‘nafas yang di hembuskan Allah’ (Yes. 40:7; Yehez. 37:9) seperi angin yang bertiup. Secara singkat dalam PL Roh Allah  berfungsi dalam beberapa hal.
1.      Membentuk ciptaan, memberi hidup kepada binatang dan manusia dan mengarahkan alam dan sejarah alam semesta (kej. 1:2; 2:7; Ayub 33:4; Maz. 33:6; 104:2-30).
2.      Menyatakan firman Allah kepada hamba yang akan dipakai mengungkapkannya, misalnya para nabi (Bil. 24:2, 2 Sam 23:2).
3.      Mengajar orang untuk setia berjalan sesuai denngan Firman Allah (Neh. 9:20; Maz 143: 10; Yes 48:1,6).
4.      Meningkatkan iman, pertobatan, ketaatan, kebenaran, pujian dan doa (Maz. 51:10-12; Yes. 11:2; 44:3; Yehez. 11:19; 37:14; Yoe 2:28-29).
5.      Memperlengkapi kepemimpinan yang kuat dan bijaksana (kej. 41:38; Bil:11:16; Ul. 34:9; Hakim 3:10)
6.      Memberi keterampilan untuk pekerjaan kreatif (Kel. 31:1-11; Hag.2:5; Zak4:6).

            2.2.2. Roh Kudus dalam Perjanjian Baru
Dalam perjanjian Baru Istilah Bahasa Yunani yang dipakai untuk kata ‘roh’ ialah ‘pneuma’. Dalam Yohanes 3:8 istilah ini diterjemahkan dengan ‘angin’ dan dalam Tes. 2:8 diterjemahkan dengan ‘nafas’. Istilah lain yang dipakai dalam bahasa Yunani ialah ‘parakletos’. kata ini berasal dari dua kata yaitu ‘para’ dan ‘kleo’ artinya ‘dipanggil untuk bersama seseorang’ atau ‘dipanggil’ untuk membantu seseorang’. Jadi dengan istilah ini yang paling ditekankan ialah fungsi Roh, yaitu Roh Kudus yang dipanggil sebagai pembimbing, penolong, yang menguatkan, penopang, penasehat.
Roh Kudus juga menyatakan kebenaran tentang Yesus (Yoh. 14:26; 16:13; Ef. 3:2-6; 1Tim. 4:1), menerangi pikiran pendengar sehingga mereka menerima kesaksian para Rasul dengan pengertian yang  benar, mengakui ketuhanan Kristus dan mengalami kekuasaan-Nya yang merubah hidup manusia melalui iman (Yoh. 16:8-11; Kis. 10:44-48; 1Kor. 2:14-16). Juga Roh kudus mempersatukan orang percaya dengan Kristus dalam proses kelahiran baru menjadi waris kerajaanNya (Rom. 14:17).

2.3. Roh Kudus sebagai Oknum/ Pribadi Allah yang ke-Tiga
Roh Kudus mengajar kita untuk berdiri atas dasar nisbah antara anak dan Bapa, dan Roh itu juga memelihara hubungan yang hidup. Ia memasuki hati orang beriman untuk membangkitkan kesadaran para anak itu. Dari hati orang beriman tadi Ia naik ke hadirat Tuhan Allah, serta membantu orang beriman berdoa (Rm. 8:15).[3]
Bersama dengan Anak, Allah Bapa mengutus Roh Kudus dari kekekalan, “jikalau penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh kebenaran yang keluar dari Bapa, ia akan bersaksi tentang Aku” (Yoh 15:26). Allah tidak terbagi menjadi tiga bagian, yang tiap bagian pribadi menjadi sepertiga Allah; tetapi, tiap Pribadi adalah kepenuhan Allah (Kol. 2:9). Tiap pribadipun bukanlah perwujudan atau tahap yang berbeda, dan masing-masing adalah Allah yang penuh dan sempurna. Jadi Bapa adalah Allah yang benar dan satu-satunya (Yoh. 17:3), Anak adalah Allah yang benar (1Yoh. 5:20), dan Roh Kudus juga adalah Allah yang benar (Kis. 5:3,4). Pribadi yang satu tidak lebih rendah  atau lebih tinggi dari Pribadi yang lain. Kedudukan dan kemuliaan dari ketiga pribadi itu sama, dan tak satupun pribadi  yang lebih agung dari pada yang lain (Yoh. 5:23).[4]
Roh Kudus tidak bersifat universal, artinya tidak diberikan secraa bebas kepada setiap orang tetapi kedatangannya hanya terbatas kepada manusia menurut kriteria yang ditentukan oleh Yesus Kristus sendiri. Roh Kudus kedatanganya adalah untuk menggenapi tugas dan fungsinya sebagai maha yang dijanjikan oleh Yesus Kristus Kepada orang-orang percaya.[5]

2.4. Hubungan Roh Kudus dengan Bapa
            Sebagai satu pribadi maka Roh Kudus itu adalah Allah. Dalam Kisah Para Rasul 28:25 Lukas mengatakan bahwa Firman yang dikatakan Yesaya dalam Yes. 6:9-10 dikatakan oleh Roh Kudus. Sebagai Allah sifat yang dimiliki oleh Roh Kudus sama dengan sifat yang dimiliki oleh Bapa dan Tuhan Yesus Kristus yang juga sekaligus membuktikan bahwa ia adalah Allah.[6]
            Sesudah kematian dan kebangkitan Yesus, Allah melanjutkan pekerjaaNya dalam Roh Kudus. Roh Kudus adalah nama lain untuk Kasih Allah yang pergi kepada manusia dan yang merobah dan memperbaharuinya. Roh Kudus – seperti  yang dikatakan tadi – adalah kehadiran Allah yang kita alami dalam hidup kita: kehadiran Allah yang menguatkan kita dan menatang kita, kehadiran Allah yang menghibur kita dan yang membuka perspektif – perspektif baru untuk kita kemasa depan.[7]
            Sebab Roh Kudus diutus memasuki hati orang beriman dan roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh orang beriman (Gal. 4:6; Rm. 8:16). Maka orang beriman dipanggil untuk hidup didalam hubungan dengan Allah sebagai anak Allah yang sejati. Mereka harus membuang roh perbudakan (Rm. 8:15; Gal. 4:6). Diini tampak dengan jelas hubungan antara Roh Kudus dan hal “menjadi anak Allah”.[8]

            2.5. Hubungan Roh Kudus dengan Yesus Kristus
Kristus dan Roh Kudus tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Pekerjaan Roh Kudus dicirikan oleh keesaan-Nya dengan Kristus. Roh Kudus tidak berkata dari dirinya sendiri (Yoh. 16:13). Roh itu bersaksi tentang Kristus (Yoh. 15:26). Roh Kudus datang dari Kristus dan mau memimpin kita kepada Kristus (1 Yoh 4:1-3). Dengan perantaraan Roh Kudus dan Alkitab, Kristus sendiri berbicara kepada kita. Roh Kudus dapat disebut Roh Kristus (Galatia 4:6; Rm 8:9; FLP 1:19; 1Ptr 1:11). Yesus sendiri dapat berkata kepada murid-murid-Nya: “Terimalah Roh Kudus!” (Yoh 20:22). Dimana Roh Kudus bekerja disitulah Kristus diberitakan dan dimuliakan. Demikianlah orang-orang beriman dapat menguji segala roh dan membedakan antara Roh Kudus dan pelbagai roh palsu. Roh Kudus datang dari Kristus dan mau memimpin kita kepada Kristus (1Yoh 4:1-3).[9]
Roh Kudus sendiri memusatkan perhatian pada Kristus dan selalu memuliakan Dia (Yohanes 15:26; 16:4). Roh Kudus itu diakui sebagai Pribadi yang nyata, yang berakal, berperasaan, dan berkehendak.[10] Dalam Perjanjian Baru Allah menyatakan diri-Nya lebih jelas lagi di dalam dan melalui Anak-Nya yang Tunggal, Firman yang telah menjadi manusia yaitu Yesus Kristus untuk melakukan karya penyelamatan bagi manusia. Kedatangan Yesus Kristus juga merupakan penggenapan semua janji keselamatan yang dikatakan dalam Perjanjian Lama. Yesaya menubuatkan bahwa Tuhan Yesus di urapi Roh Kudus (Yes. 42:1) dan Roh itu juga memberikan Dia kekuatan, hikmat dan pengetahuan untuk melakukan pelayanan-Nya (Yes. 11:2-3). Ketika Yesus menyatakan diri-Nya kepada mereka melalaui firman-Nya dan melalui mujizat yang dilakukan-Nya kepada mereka maka Roh Kudus bekerja didalam hati mereka.[11]

2.6. Hubungan Roh Kudus dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus (Tritunggal)
Roh Kudus adalah sehakekat dengan Allah Bapa dan Allah anak:  “sebagaimana Bapa, begitu juga anak, begitu jugalah Roh Kudus”,  Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah, namun itu bukanlah tiga ilah , melainkan satu Allah; Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, Roh Kudus adalah Tuhan,” namun itu bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan. Demikianlah ditekankan kesamaan dan keesaan antara Allah Bapa, Yesus Kristus serta Roh Kudus.[12] Yesus adalah manusia, tetapi yang begitu bersatu dengan Allah, sehingga di dalam Dia kita bertemu dengan Allah sendiri, dah bahwa Roh Kudus bukanlah sesuatu yang berada disamping Allah, tetapi Allah sendiri yang hadir dan bertindak di dalam manusia dan didalam dunia.[13]
Ditinjau dari segi pelaksanaan tugas walaupun secara tertulis kelihatan penekanan peran masing-masing pribadi, misalnya Bapa mencipta, anak menebus dan Roh Kudus menyucikan, namun didalam pelaksanaan peran tersebut ketiga person Tritunggal itu selalu terlibat bersama-sama. Didalam proses penciptaan misalnya ketiga oknukm tersebut terlibat (Kej. 1:1; Kol. 1:16; Maz. 149:5; Yoh.1:3; Maz. 104:30). Demikian juga dalam menjadikan mansuaia menjqadi baru/ melahirkan kembali Roh Kudus berperan penting (Yoh. 3:5-6; 1 Yoh. 5:4). Juga dalam karya pengudusan (Yud. 1; Ibr. 2:11 dan 1 Petr. 1:2), sebagai sumber hidup (Rom. 6:23; Yoh.10:28), Gal. 6:8). Ketiga oknum Allah Tritunggal itu selalu aktif. Jadi Bapa, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah yaitu Allah yang Esa.[14]
Dalam Yoh 3: 16 dikatakan karena begitu besar kasih Allah sehingga dikaruniaknnya Yesus Kristus mengadakan perseteruan dengan Allah. Tapi Allah karena kasih-Nya mengutus Yesus Kristus untuk memperdamaikan perseteruan manusia dengan Yesus dan menuntun, memimpin serta menolong manusia untuk percaya kepada Yesus Kristus. Sehingga satu-satunya Jurus’lamat yang sudah ditentukan oleh Allah Bapa sehingga dengan demikian tujuan missi Allah tercapai sebagaimana dituliskan dalam Yoh. 3:16 b; supya setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus memperoleh hidup yang kekal.[15]

 III.            Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Roh kudus adalah oknum pribadi Allah yang ketiga yang dinyatakan kedatangannya dalam PB. Roh Kudus bukan tenaga aktif dari Allah atau kekuatan Allah atau motifasi Allah, atau kepribadian Allah sendiri tetapi oknum / pribadi Allah yang ketiga oleh karena itu Roh Kudus belum dinyatakan dalam PL. Dengan demikian Ia tidak bisa disamakan dengan Roh Allah dan Roh Tuhan. Roh Kudus tidak bersifat universal, artinya tidak diberikan secara bebas kepada setiap orang tetapi kedatangannya hanya terbatas kepada manusia menurut kriteria yang ditentukan oleh Yesus Kristus sendiri.

 IV.            Daftar Pustaka
Abineno J.L. Ch., Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, Jakarta: Gunung mulia, 1999
Boland, B.J., Inti Sari Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1986
Hadiwijono. Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2014
Horton. Stanley M., Oknum Roh Kudus, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2002
Koehler. Edward W.A., Intisari Ajaran Kristen, Pematang siantar: Kolportase Pusat GKPI, 2010
Niftrik. G.C. van & B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 1999
Tobing Victor L., Roh Kudus, Medan: Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaan Alkitab, 2004


[1] P. Munthe, Rekaman catatan Rekaman Akademik Dogmatika II, (Kamis, 10 November 2016) 
[2] Victor L.. Tobing, Roh Kudus, (Medan: Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaan Alktab, 2004), 17 – 21 
[3] Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2014), 361
[4] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Kolportase Pusat GKPI, 2010), 33-34
[5] P. Munthe, Rekaman catatan Rekaman Akademik Dogmatika II, (Kamis, 10 November 2016) 
[6] Victor L. Tobing, Roh Kudus, 25
[7] J.L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 199), 136 – 137  
[8] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 361
[9] G.C. van Niftrik & B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 1999), 343
[10] Stanley M. Horton, Oknum Roh Kudus, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2002), 8
[11] Victor L.. Tobing, Roh Kudus, 72
[12] G.C. van Niftrik & B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, 345         
[13] J.L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, 144
[14] Victor L.. Tobing, Roh Kudus 33
[15] P. Munthe, Rekaman catatan Rekaman Akademik Dogmatika II, (Kamis, 10 November 2016)  
Share:

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS