Israel Sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan Allah


Israel Sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan Allah

       I.            Pendahuluan
Israel adalah umat pilihan Allah, oleh karena itu Allah telah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel, Allah Israel adalah Allah yang menampakkan diri kepada bangsa-Nya dan hadir di tengah-tengah bangsa Israel; Allah menyatakan diri bagi mereka, berbicara, memberikan tugas dan mengikat perjanjian. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai Israel sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan Allah, disini penyaji akan memaparkan bagaimana perjanjian Allah dengan bangsa Israel dan mengapa Allah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama. 
    II.            Pembahasan
2.1. Pengertian Israel, Umat, Perjanjian dan Pilihan
2.2.1. Pengertian Israel
Israel (Ibrani yisra’él,’Allah bergumul’).[1] Israel digunakan untuk menyebut keduabelas suku yang menurut asal usulnya dari *Yakub, yang juga disebut Israel (Kej.32:28). Menurut Tradisi yang paling awal, umat Israel adalah “orang asing ditanah” Mesir, dan itu menyebabkan mereka melarikan diri ke Palestina.[2]  
2.2.2. Pengertian Umat
Umat dalam Perjanjian Lama adalah keseluruhan orang Israel yang dibedakan dari bangsa – bangsa lain di dunia (Bil. 23:9). Inipun ditemukan dalam Perjanjian Baru (Luk. 1:68; Rom. 11:1-2); tetapi sebutan umat dipakai untuk umat Allah yang baru, yaitu orang – orang Kristen (Tit. 2:14; 1 Ptr. 2:9).[3] Israel sebagai umat pilihanAllah, yang dipisahkan dari bangsa – bangsa lain dan diperlihatkan oleh Allah secara Khusus melalui ikatan perjanjian  ( Kel 5: 1; 19:3-6; Ul 4: 20; 7:6-8; Yes 43:20-21; Yer 31:33; Mzm 100:3).[4]
2.2.3. Pengertian Perjanjian
Dalam bahasa Ibrani “Perjanjian” dinyatakan dengan istilah Berit. Janji ialah satu kata yang keluar memasuki waktu yang belum dipenuhi. Janji dapat mewujudkan jaminan terhadap perbuatan yang terus menerus atau tindakan pada masa depan demi kepentingan seseorang. Janji dapat berarti persetujuan yang sungguh-sungguh mengenai hubungan dua pihak (walaupun tidak setaraf) yang abadi: seperti perjanjian Allah dengan Israel.[5]  Perjanjian ialah ikatan Allah dengan seluruh umat mansia, yang diwakili oleh Nuh (Kej 9:8-17) dan Abraham serta keturunannya (Kej 15:18; 17:1-22). Disinai Allah mengikat perjanjian dengan perantara Musa (Kel 19: 5-6; 24:7-8). Sepuluh perintah Allah merangkum kewajiban Israel sehubungan dengan perjanjian itu (Kel 20:1-17; Ul 5:1-21; Yer 11:1-8).[6]
2.2. Latar Belakang Bangsa Israel
Sejarah Israel dimulai dengan pemanggilan Allah terhadap Abraham untuk menjadi Bapa dari suatu bangsa yang baru yang hendak ditujukan Allah kepadanya (Kej. 12:1), kemudian dilanjutkan dengan kelahiran Ishak (Kej. 21:1-7), dan Yakub (Kej. 25:19-26) sampai kepada kedua belas anak yakub yang menjadi nenek moyang dua belas suku Israel, dan mereka inilah yang menjadi bapa – bapa leluhur.[7]
Bangsa Israel adalah pilihan Allah. menurut tradisi yang paling awal orang Israel adalah orang asing di tanah Mesir, orang Israel meyakini bahwa mereka dipilih Allah, khusus untuk menepati yang dijanjikan yaitu tanah Kanaan.  Mereka juga percaya bahwa telah diberi hak istimewa untuk menerima “Taurat digunung Sinai”. Mereka dipanggil untuk berkat bagi seluruh bangsa –bangsa lain dan Taurat merupakan ringkasan perintah–perintah Allah dengan mereka sebagai dasar mewujudkan panggilan tersebut.[8]
2.3. Latar Belakang Perjanjian Allah Terhadap Bangsa Israel
Dalam perjanjian Allah dengan bangsa Israel dipercayai bahwa pemilihan ini dilaksanakan dengan tindakan yang saling berkaitan satu dengan yang lain yaitu:
1.      Pemanggilan Abraham dari tanah Ur-kasdim dan membawanya ketanah Kanaan yang merupakan tanda bahwa Allah memilih Abraham serta keturunanya (Kej. 15:4-7).
2.      Pelepasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan memperbaharui perjanjian-Nya kepada Abraham dalam bentuk yang diperluas digunung Sinai serta menempatkan mereka di tanah perjanjian sebagai Negara kebangsaan mereka (Kel 3:6-10; Ul.6:21-23; Maz 105).[9]
3.      Dalam panggilan Allah kepada Musa (Kel. 3:6), dalam pemberian hukum Taurat digunung Sinai (Kel.20:2, 12), dan dalam sistem kurban dalam kitab Imamat (bnd. Im. 18:1-5, 24-30), janji ini disebut pada saat para pengintai diutus ke Kanaan (Bil. 13:2), dan dalam laporan Yosua dan Kaleb (Bil. 14: 6-8).[10]
2.4. Pemilihan Bangsa Israel
Keluarnya bangsa Israel dari Mesir merupakan pokok yang demikian penting, sebab justru itulah yang meletakkan dasar berdirinya umat Israel, oleh kuasa perbuatan Allah inilah Israel lahir sebagai umat Allah dan diletakkan juga oleh pemilihan para bapa leluhur, oleh penyataan Allah digunung Sinai, dan juga oleh bimbingan Israel di padang gurun secara tidak langsung ditujukan kepada kelahiran umat itu. Allah yang bertindak sedemikian rupa dan membawa umat-Nya keluar dari Mesir hingga umat itu keluar pergi meninggalkan tanah perbudakan itu dan berjalan dengan kakinya sendiri. Jadi, Allah membebaskan dan memerdekakan umat-Nya.[11] Pembebasan dari Mesir mewajibkan bangsa Israel untuk menjadi umat suci Allah. Allah, yang telah mengikat perjanjian dengan Abraham dan keturunannya, telah membebaskan orang Israel dan mengikat perjanjian dengan mereka menjadi suatu bangsa (Keluaran 19:3-24:8).[12]
Status Israel adalah status yang berbeda dari antara bangsa – bangsa di bumi karena merupakan keturunan Abram, dari anak perjanjian dan bukan merupakan pemilihan yang biasa – biasa saja. Allah berfirman kepada Musa bahwa Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, Ishak dan yakub dan mengangkat mereka lebih dari bangsa yang lain, akan tetapi TUHAN konsisten dengan apa yang menjadi janji-Nya. Dan itu semata –mata adalah anugerah, kerelaan kehendak-Nya yang telah dinyatakan kepada leluhurnya.[13]
2.5. Tujuan Pemilihan Israel Sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan
Perjanjian sebagai perhatian Allah yang mengasihi Israel, Allah telah mengaruniakan kepada mereka daya dan kekuatan sepenuhnya untuk memperkembangkan kurnia tersebut. Perjanjian seperti ini terumus dalam kisah para leluhur dalam wujud kasih Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, lih. Kej. 12:7; 13: 14. 17; 28:13 untuk memberikan tanah dan keturunan yang subur, lih.Kej 12:2; 22:17; 26-24.[14]
Tujuan Allah memilih bangsa Israel sebagai umat perjanjian dan pilihan yaitu:[15]
Ø Supaya mereka  menjadi bangsa yang baru, dimana pemilihan Allah itu bukanlah perbuatan yang sewenang – wenang, yang seolah – olah Allah memilih suatu bangsa yang telah ada dan merendahkan yang lainnya. Karya penyelamatan-Nya yang baru memerlukan bangsa yang baru. Itulah sebabnya Ia memanggil Abraham membentuk satu bangsa baru yang berasal dari keluarga Abraham dan dari peristiwa-peristiwa sejarahnya. “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih TUHAN, Allahmu dari segala bangsa diatas muka bumi: (Ul. 7:6), pemilihan ini dilakukan bukan karena banyaknya jumlah orang Israel (ay 7), tetapi karena Allah mengasihi kamu dna memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu.” (ay 8). 
Ø Saat Allah memilih Abraham dan keturunannya Allah mempunyai suatu tujuan: “olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Dan Allah ingin menjadikan Israel menjadi kesaksian kepada bangsa-bangsa lainyang akan diberkati melalui pemilihan mereka.
2.6.  Israel Sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan Allah 
v  Perjanjian dengan Abraham dan Yakub
Latar belakang pemanggilan Abraham Jelas diceritakan dalam Kejadian 12. Abraham dipanggil untuk pergi dari sanak saudaranya, meninggalkan dunia orang kafir dan TUHAN yang memanggil itu berjanji bahwa Abraham akan menjadi berkat (Kej. 12:2) dan semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12.3).[16]  Perjanjian Allah kepada Abraham muncul dalam 4 tahap perkembangan. Hal tersebut dapat ditemukan dalam Kejadian 12: 1-3; 13:14-16; 15:4-16 (mungkin 22:15-18 ). Isi dari janji tersebut pada dasarnya rangkap tiga, yaitu: keturunan, tanah pusaka, dan berkat bagi seluruh bangsa di bumi. Allah telah berjanji untuk mengadakan hubungan dengan Abraham, karenanya ia akan menjadikan dan melakukan sesuatu bagi Abraham, dan menguntungkan baik bagi Abraham maupun seluruh bangsa di bumi.[17]  
Dan Allah juga memberi janji-Nya kepada Yakub yaitu berupa berkat dan tanah yang dijanjikan yaitu tanah Kanaan, dan Allah juga menggantikan nama Yakub dengan nama Israel, karena telah bergumul dengan Allah dan manusia, sehingga dengan pemberian nama ini Allah menyatakan, bahwa Allah mendengar doa Yakub dan bahwa Allah memberkati dia.[18]
v  Perjanjian Allah dengan Musa terhadap bangsa Israel
Musa adalah tokoh terpenting dalam sejarah dan agama Israel. Ia dianggap sebagai nabi yang ideal, hamba Allah yang sebenarnya, dan pengantara yang sebenarnya, dan pengantara yang sangat terpercaya yang menyampaikan firman Allah kepada manusia (Bil.12:1-5; Ul.18:15-22).[19] Melalui Musa Allah mengadakan suatu “perjanjian” dengan orang Israel. Istilah “perjanjian” Mengungkapkan kepercayaan umat Israel bahwa sejak dahulu sudah ada hubungan istimewa antara Allah dengan bangsa itu. Inti “perjanjian” itu ialah: Allah menjadi Allah orang Israel dan orang Israel menjadi umat pilihan Allah. Berdasarkan kehendak-Nya sendiri, ialah kasih-Nya yang tidak mempunyai dasar di luar Allah, Tuhan memilih Israel. Ia menjanjikan berkat dan perlindungan-Nya, baik sekarang maupun dimasa mendatang. Orang Israel mennaggapi tindakan kasih Allah itu dengan ketaatan tanpa syarat dan menjadikan Tuhan satu–satunya Allah yang mereka puja.[20]
 III.            Refleksi Teologis
            Pemilihan Allah terahadap bangsa Israel bukan karena bangsa Israel adalah suatu bangsa yang besar, tetapi karena Allah ingin menjadikan suatu bangsa yang baru, dan memberi bekat kepada semua kaum dimuka bumi. Seperti dalam Ulangan 7:7-8a dikatakan “bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu – bukanlah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu” dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah itu memilih umat-Nya-maupun seorang itu bukan karena kehebatannya, tetapi karena kasih dan karunia Allahlah umatnya dipilih dan dijadikan sebagai anak-anak-Nya. Dan kita sebagai umat Allah kita telah memperoleh kasih karunia Allah yang diberikan Allah kepada kita sehingga kita dapat merasakan apa yang telah Allah karuniakan dalam hidup kita.
 IV.            Kesimpulan
Dari pemparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan Allah terhadap bangsa Israel yang dimana telah dijadikan sebagai umat perjanjian dan pilihan Allah bukan karena bangsa Israel adalah orang–orang yang hebat dan kuat, tetapi karena kasih dan karunia Allah kepada bangsa Israel. Perjanjian ini Allah lakukan karena Allah telah berjanji kepada nenek moyang bangsa Israel yang dimana menjanjikan keturunannya menjadi bangsa yang besar. Dan tujuan allah menjadikan bangsa Isarel menjadi bangsa yang terpilih Supaya mereka  menjadi bangsa yang baru, dimana pemilihan Allah itu bukanlah perbuatan yang sewenang – wenang, yang seolah – olah Allah memilih suatu bangsa yang telah ada dan merendahkan yang lainnya. Dan supaya semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Dan Allah ingin menjadikan Israel menjadi kesaksian kepada bangsa-bangsa lain yang akan diberkati melalui pemilihan mereka.
    V.            Daftar Pustaka
Bakker F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK-GM, 2007
Barth, C. Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-GM, 2004
Browning, W.R.F, Kamus Alkitab, A Dictionary Of The Bible, Jakarta: BPK:GM, 2009
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2015
Darmanwijaya, Jiwa & Semangat Perjanjian Lama 1,Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995     Lasor, W.S. dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK – GM , 2010
Groenen, C., Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 1984
Hinson, David F., Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2012
Kaiser, Walter C., Teologi Perjanjian Lama, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2004
Leeuwen, A. Th. Van, Agama Kristen dalam Sejarah Dunia, Jakarta: BPK-GM, 1988
Naftalino, A. Teologi Missi, Jakarta: Heaven Light, 2007
 O’Collins, Gerald & Edward G. Farrugia, Kamus Teologia, Malang: Penerbit Kanisius, 1995
Schultz, Samuel J. Pengantar Perjanjian Lama, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001
Tim Penyusun,  Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid I A-L, Jakarta : IKAPI, 2000
Wismoady, Wahono, S., Disini Kutemukan, Jakarta: BPK–GM, 2015
Woga, Edmud, Dasar – dasar Misiologia. Yogyakarta: Kanisius, 2002



[1] Tim Penyusun,  Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid I A-L (Jakarta : IKAPI, 2000), 447
[2] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2015), 158
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab,  469
[4]  Gerald O’Collins, & Edward G. Farrugia, Kamus Teologia (Malang : Penerbit Kanisius), 1995,344
[5] Tim Penyusun,  Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid I A-L, 479
[6] Gerald O’Collins, & Edward G. Farrugia, Kamus Teologia , 251
[7] David F. Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 30
[8] W.R.F.Browning, Kamus Alkitab, A Dictionary Of The Bible, (Jakarta: BPK:GM, 2009), 159
[9] A. Th. Van Leeuwen, Agama Kristen dalam Sejarah Dunia, (Jakarta: BPK-GM, 1988), 23-24
[10] W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 255
[11] C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM,2004), 131-135
[12] Samuel J. Schultz, Pengantar Perjanjian Lama, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 31
[13] A. Naftalino, Teologi Missi, (Jakarta: Heaven Light, 2007), 30
[14] Darmanwijaya, Jiwa & Semangat Perjanjian Lama 1,(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), 73
[15] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama, 255-257
[16] Edmud Woga, Dasar – dasar Misiologia, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 64
[17] Walter C. Kaiser, Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2004), 119
[18] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 195-196
[19] Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK –GM, 2015), 100
[20] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 113 
Share:

Menggali dan Meneliti Teologi Injil Yohannes


Menggali dan Meneliti Teologi Injil Yohannes

I.          Pendahuluan
Dibandingkan dengan Kitab-kitab Injil Sinoptik, Injil Yohanes sangat sedikit berbicara tentang Kerajaa. Hanya ada dua gagasan yang menceritakan gagasan itu. Mengingat betapa pentingnya pengajarana ini dalam kitab injil Sinoptik, perluah kita mencari keterangan pengajaran ini dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, perlulah kita mencari keterangan mengapa tidak demikian halnya dalan Injil Yohanes.  
II.       Pembahasan
2.1.           Latar Belakang Injil Yohannes
Kitab injil Yohanes mempunyai latar belakang yang agak kompleks. Di dalam kitab ini ditemukan banyak sekali bahan dan cara berfikir agama Yahudi. Latar belakang injil ini sangat kaya dengan pola pikir Yunani (helenistis).[1]
Injil Yohanes adalah yang paling berbeda dan mungkin yang paling berharga diantara keempat Injil kanonik. [2] Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus.[3] Pengajaran Yesus yang dikutip didalamnya lebih banyak menyangkut pribadi-Nya dari pada ajaran etika tentang Kerajaan. Percakapan pribadi jauh lebih banyak, dan hubungan pribadi Yesus lebih ditekankan dari pada hubungan umum-Nya dengan masyarakat. Inil ini sangat bercorak teologis, dan terutama membahas sifat-sifat pribadi Yesus serta makna iman kepada-Nya.[4]
2.2.  Penulis dan Waktu Penulisan
Penulisnya di identifikasikan secara tidak langsung sebagai “murid yang dikasihi-Nya” (13:23; 19: 26;  20:2; 21: 7, 20). Kesaksian tradisi kekristenan serta bukti yang terkandung dalam injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohannes anak Zebedeus, salah satu diantara dua belas murid yang anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohannes, dan Yakobus).[5] Tentang waktunya Injil ini dikarang, perlu diperhatikan suatu hal pada penghabisan injil ini: sebenarnya fasal 20:30 sudah merupakan akhirnya. Agaknya fasal 21 adalah tambahan orang lain (ayat 24). Mereka, yang menambahkan bagian ini (”kita” 21:24), agaknya adalah murid-murid Yohanes. Waktu Yohanes meninggal ternyata bahwa ada kalangan yang kecewaoleh karena mereka menyangka bahwa Yesus sendiri telah menjanjikan bahwa ia tidak akan mati. Kesalah pahaman itu dikoreksi dalam ayat 23. Jiak Yohanes meninggak pada usia yang sangat lanjut pada masa Kaaisar Trayanus (98-117). Jika kabar ini benar maka, maka injil ini diterbitkan sesudah tahun 98, jadi ± tahun 100. Agaknya tidak alama kemudiannya, sebab papyrus yang tertua ini terdapat di Mesir dan berasal agaknya dari waktu sekitar tahun 130. Hal itu berarti bahwa pada zaman itu suatu salinan sudah dibawa ke Mesir.[6] 
2.3.  Tujuan Penulisan
Yohannes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam 20:31, yaitu “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”[7] Tujuan utama penulisan Injil Yohanes yaitu: “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias” (20:31).[8]
2.4.  Ciri Khas Injil Yohannes[9]
Terdapat delapan penekanan utama menandai Injil ini, yaitu:
1.      Keilahian Yesus sebagai “Anak Allah” ditekankan. Dari prolog Yohannes dengan pernyataan yang luar biasa, “kita telah melihat kemuliaan-Nya” (1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku” (20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
2.      Kata “percaya” yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
3.      “Hidup kekal” adalah konsep kunci dari Yohannes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus.
4.      Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini
5.      Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus
6.      Injil ini menekankan “kebenaran”- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus  adalah Roh kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (8:32), menyucikan mereka (15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat iblis.
7.      Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pertanyaan “Aku adalah” menegaskan siapa Yesus itu.
8.      Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohannes adalah “firman”, “terang”, “daging”, “kasih”, “kesaksian”, “tahu”, “kegelapan”, dan “dunia.”
2.5. Tema Teologi Injil Yohanes [10]
Adapun tema teologi Injil Yohanes yaitu;
1)      Identitas Yesus
Bagi penginjil, unsure terpenting dalam injilnya adalah apa artinya menjadi seorang Kristen. Memahami bahwa Yesus dari Allah dan telah naik kepada Allah merupakan pusat Kristologi dari Injil. Kristus adalah anak Bapa(3:13-15; 9:62; 20:17; 3:31) dan anak Tunggal (1:18; 3:16), Kristus adalah utusan istimewa Allah (5:23, 4:30; 10:36; 11:42; 17:8). Dan akhirnya Kristus adalah pembuat mujizat (2:1-11;6:1-14).
2)      Kematian Yesus
Sebagai kurban bagi dosa-dosa manusia, tidak diragukan lagi bahwa kaematian Yesus bagi yohanes adalah suatu peristiwa, yang bilamana dilihat bahwa kematian Yesus adalah untuk menyelamatkan manusia.
2.6. Teologi Injil Yohanes
Di dalam Teologi Injil Yohanes terdapat Tiga hal yang penting ,yaitu:
1.      Keselamatan pasti merupakan buah dari iman. Jadi iman adalah sarana yang olehnya orang diterima kedalam suatu persekutuan baru, yang terlihat sebagai suatu keluarga. Dalam bagian pembukaan injil terdapat pembedaan yang jelas antara orang-orang percaya dan dunia, suatu pembedaan yang terpantul diseluruh kitab ini. Imanlah yang menjamin kehidupan kekal.(Yoh 3:16) dan ketiadaan imanlah yang membawa kepada penghukuman (ay 18). Dibandingkan dengan kitab-kitab Injil Sinoptik ,Injil Yohanes lebih memperlihatkan tuntutan Yesus kepada murid-murid agar beriaman kepada-Nya. Iman itu sama jenisnya dengan iman kepada Allah (Yoh 14:1). Dalam surat-surat Yohanes , pentingnya iman masih nyata. Hubungan erat antara percaya kepada Yesus dan mengakui Dia di depan umum juga tedapat dala surat ini(1Yoh 4:5 dan 5:1).Ini memperlihatkan bahwa iman kepada Kristus tidaklah bersifat rahasia melainkan terbuka. Pada hakikatnya iman adalah tanggapan kepada undangan Allah. Allah menampilkananak-Nya kepada kita dan kita wajib membuat keputusan tentang Dia. Jika kita meneri ma Dia , menaati Dia , melihat Dia, megenal Dia, maka tanggapan kita bersifat positif. Jika kita tidak menyambut Dia dengan cara-cara ini, maka kita tidak mempunyai iman. Kita digolongkan kepada mereka yang telah menolak keselamatan yang disediakan Allah.
2.      Pengampunan Pengakuan merupakan syarat satu-satunya bagi pengampunan. Pokok 1 Yohanes adalah pemeliharaan perekutuan dengan Allah , dan untuk ini pengetahuan tentang cara menyingkirkan setiap rintagan terhadap persekutuan itu sangat penting berdasarkan alas an inilah maka tema pendamaian sangat menonjol dalam surat ini, dikatakan bahwa dosa-dosa diampuni oleh karena nama-Nya. Sejauh  menyangkut dosa-dosa yang lalu ,pengampunan telah tuntas, tetapi ketidak-sempurnaan saat ini dalam kehidupan Kristen memerlukan cara pembersihan penyucian dan hal ini dijelaskan dalam 1 Yohanes ini.
3.      Kelahiran Kembali, Disini perlu di ingat suatu ciri khusus dari pengajaran dalam Injil Yohanes, yang bersagkut paut dengan tema hidup baru. Ciri ini berkenaan dengan kelahiran baru. Wawasan kelahiran baru pertama kali diisyaratkan dalam Yohanes 1:12 di mana orang percaya kepadaYesus menerima kuasa untuk mendidik anak-anak Allah. Jika seseorang dilahirkan secara baru maka sudah wajar bahwa hidup baru itu harus terus-menerus dipelihara dalam cara-cara baru yaitu rohani. Tak seorang pun dapat menghasilkan kelahiran barunya sendiri, lebih dari ia tak bisa menghasilkan sendiri kelahiran jasmaninya. Proses-proses pembaharuan hidup menyusuli kelahiran kembali itu bersifat progresif dan dapat disebut “penyucian”. Pembahuruan tak dapat mendahului kelahiran kembali ,  tetapi ia memang melengkapinya. Orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaruan. Pembahasan tentang ini membawa kepada seluruh wawasan kehidupan baru dalam Kristus.[11] Yohanes menjadikan subjek Injilnya suatu tokoh yang universal, perwujudan dan Akal Budi yang kekal yaitu Allah, yang datang dari Allah dan yang menyatakan Allah, seperti seorang anak menyatakan ayahnya. Injil Yohanes menekankan keilahian Yesus Kristus, Anak Allah.[12] Gagasan kelahiran kembali dipahaminya secara harafiah dan kerena itu hanya diterima dengan ragu. Sama seperti dalam injil sinoptik gagasan itu dikemukakan tanpa penjelasan.tetapi ayat ini melanhkah lebih jauh dari kitab-kitab injil sinoptik, dan hal ini dihubungkannya “keikutsertaan dalam kerajaan” dengan “kelahiran kembali”.[13]
III.             Kesimpulan
  Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes adalah salah satu dari Injil Sinoptik yang dimana Injil Yohanes ini lebih banyak mencatat hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Pengajaran Yesus yang dikutip didalamnya lebih banyak menyangkut pribadi-Nya dari pada ajaran etika tentang Kerajaan. Dan ajaran teologi dalam Injil Yohanes ini menyangkut tentang Keselamatan, Pengampunan dan Kelahiran kembali.
IV.             Daftar Pustaka
A.S. Hadiwiyata, Tafsiran Injil Yohanes, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007
Guthrie, Doanld, Teologi Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 1992
Harun, Martin, Inilah Injil Yesus Kristus, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000
Tenney, Merrill C., Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas,2009
Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2009
Verman, Meduy, Pembimbing Kedalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 1988
Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 1986



[1] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 1986) ,452
[2] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas,2009), 231
[3] Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2009), 1695
[4] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 231
[5] Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1695
[6] Meduy verman, Pembimbing Kedalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 1988), 65-66
[7] Tim Penyusun,  Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1695
[8] Martin Harun, Inilah Injil Yesus Kristus, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000),19
[9] Tim Penyusun,  Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1995
[10] A.S. Hadiwiyata, Tafsiran Injil Yohanes, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), 12
[11] Doanld Guthrie, Teologi Perjanjian Baru, (BPK-GM;Jakarta 1992), 222-230
[12] Merrill. C.Tenney, Survey PerjanjianBaru, (Gandum Mas: Jawa Timur, 2009), 239-242
[13] Doanld Guthrie, Teologi Perjanjian Baru, 39
Share:

Mengenali Teologi Paulus Tentang Konsep Manusia Khususnya (Tentang Tubuh, Jiwa dan Roh) dan Diperhadapkan dalam Pemahaman Budaya Batak (Karo).


Mengenali Teologi Paulus Tentang Konsep Manusia Khususnya (Tentang Tubuh,
Jiwa dan Roh) dan Diperhadapkan dalam Pemahaman Budaya Batak (Karo).
I.                   Pendahuluan
Manusia adalah ciptaan Allah yang ditempatkan dalam di tengah ciptaan lain sebagai pelayan pekerjaan Allah. Manusia diciptakan dalam gambar Allah dengan pengetahuan, kebenaran dan kekudusan.Sebagai gambar Allah manusia memiliki kehendak bebas yang memiliki kemampuan bebas untuk taat atau tidak pada hukum Allah.Manusia terdiri dari jiwa dan raga.Jiwa adalah suatu wujud yang abadi, tetapi yang diciptakan juga sebagai bagian manusia paling luhur. Meskipun manusia dalam rupa lahiriah mencerminkan kemuliaan Allah, tetapi gambar Allah sebenarnya terdapat dalam jiwa.llah membuat hubungan Perjanjian dengan manusia. Allah menjanjikan berkat dan rahmat-Nya sedangkan manusia harus menguasai alam dengan menyadari statusnya sebagai ciptaan di bawah kuasa kedaulatan Allah. Sajian ini bukan bertitik focus kepada pemahaman biblis saja tapi akan diperhadapkan dengan budaya,khususnya Batak. Semoga sajian ini dapat berguna bagi kita semua.
II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Manusia
Manusia dalam bahasa Inggris disebut man yang berarti “ada yang berpikir”.Demikian juga arti kata anthropos yang berarti “seseorang yang melihat ke atas” yang kemudian sekarang kata itu dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”.[1]Manusia adalah salah satu spesies yang mempunyai ciri-ciri berotak besar, berjalan tegak, berbahasa, dan mempunyai organisasi sosial.Dan manusia yang dimaksudkan adalah manusia modern.[2] Dalam Theological Dictioonary Of The New Testament dikatakan bahwa manusia(ᾂνθρωπος)sebagai spesies yang sangat berbeda dengan hewan (Mat. 12:12), malaikat (1 Kor. 4:9), Yesus Kristus (Gal. 1:12), dan juga berbeda dengan Allah (Mrk. 11:30). Dengan penekanan khusus kepada kefanaan dan keberdosaan.Sifat manusia sebagai subjek adalah lemah fisik, dan kematian sebagai upah dosa, manusia penuh dengan kejahatan, mencintai dan tersanjung dan tunduk kepada kesalahan manusia. Kata ini jugadigunakan dengan gen dalam mode Semit untuk mengekspresikan hubungan dengan sesuatu yang abstrak atau hubungan kepemilikan.[3]
Manusia adalah makhluk ciptaan di atas bumi sebagaimana semua benda duniawi. Namun, di pihak lain dia muncul di atas bumi dan mengejar suatu dunia yang lebih tinggi. Hakikat manusia, yaitu bahwa manusia dalam eksistensi dan aktivitasnya dicirikan oleh sejumlah tingkat.Pertama, manusia merupakan makhluk jasmani yang tersusun dari bahan material dari dunia organik tetapi manusia tidak dapat dijelaskan secara tuntas hanya berdasarkan kehidupan jasmaninya saja.Karena, hal yang primer dalam manusia adalah rohnya yang membawahi segala sesuatu lainnya.[4]Hakikat manusia tak dapat dijabarkan kepada makhluk-makhluk lainnya, dikarenakan bahwa hakikat manusia itu diciptakan tersendiri oleh Tuhan.Menurut kesaksian Alkitab, umat manusia terjadi dari manusia berpadanan.Dalam pidato Paulus di Aeropagus (Kis. 17) dikatakannya dengan singkat “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia (ayat 26).Kemudian selanjutnya timbullah perbedaan di antara manusia pengaruh iklim dan suasana.Akan tetapi dasar atau prinsip kesatuan umat manusia dari segala bangsa sangat ditegaskan oleh Alkitab.[5]
2.2. Pemahaman Manusia menurut Teologi Paulus
Dalam Perjanjian Baru, Paulus memberi penjelasan yang paling lengap mengenai manusia. Adapun istilah-istilah utama yang dipakai Paulus untuk menggambarkan berbagai segi manusia seperti soma, sarx, pneuma, kardia, nous, psukhe, dan ditambah pula dengan suneidesis.Dalam menyelidiki istilah ini Paulus memandang manusia dari segi pandangan Allah yang berarti bahwa penyataan-penyataannya sering melibakan keadaan manusia bukan Kristen dengan kemungkinan wujud keristenan yang ideal dan ajaran Paulus dipusatkan pada manusia baru dalam Kristus.[6]Paulus menggambarkan manusia dan dunia pada dasar pandangan eskhatologisnya.Paulus sering ditafsirkan menurut latarbelakang dulisme helenistik yait dualisme kosmologi dan dualisme anthropologi.Dimana dualisme osmologi mencakup keberadaan dunia sorga, sedangkan dulisme anthropologi mencakup dua bagian manusia yakni tubuh dan jiwa.Tubuh terhisap pada tingkat duniawi sedangkan jiwa terhisap pada tingkat sorgawi.[7]
Paulus  juga menggunakan istilah roh dan daging dengan latar belakang pemikiran Perjanjian Lama. Istilah itu muncul dalampewartaan nabi untu membedakan perhitungan yang sangat manusiawi dan perhitungan berdasarkan iman aan penyelenggaraan Allah. Kalau raja hanya mempertimbangkan politik saja dang kurang memperhitungkaniman dan janji Allah, maka nbi menginat bahwa kekuatanpolitik adalah daging (Yes.31:3). Bila Yesaya 40:8 melukiskan kekuatan Babel yang hebat, maka nabi berbicara tentang kekuasaan yang akan seperti bungan yang layu. “ Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu, tetapi firman Allah ita tetap untuk selama-lamanya“. Rumput dan bunga adalah adalah daging, sedangkan firman Allah adalah Roh.Dengan demikian menjadi jels bahwa istilah daging menunjukkan segi kerapuhan dan kehidupan dunia, sedangkan Roh untu menyebut segi Ilahi atau kekuatan dari pihak Allah.Kerapuhan atau dagin kerap kali secara moral dikaitkan dengan kelemahan untuk setia kepada perintah Allah dan hubungan baik dengan sesama, atau berdosa.Manusia yang belum tersentuh oleh kekuatan Roh Yesus Kristus oleh Paulus disebut sebagai yang berasal dari daging, rapuh, tunduk kepada kematian dan dosa, jauh dari Allah bahkan memusuhi Allah.Dunia lalu digambarkan hitam putih, yang kelabu tidak ada. Situasi hidup manusia yang dikuasai oleh dosa  dan kekuatan daging itu juga tercermin dalam semesta alam yang membuat manusia takut dan tak berdaya. Manusia merasa dikuasai mencoba untu melepasan diri tetapi tidak mampu  dan tidak terbuka kepada Allah. Paulus menyebutkan kejahatan adalah perbuatan daging dan kebajika adalah buah-buah Roh (Gal.5:19-22).[8]
2.3. Konsep Tubuh, jiwa dan Roh menurut Paulus
Dalam pengertiannya Paulus ungkapkan bahwa tubuh terhisap pada tingkat duniawi  sedangkan jiwa terhisab pada tingkat surgai atau rohani. JIwa itu bersifat kekal, dan pada hakikatnya tak adapt musnah atau pun kekal. [9]
2.4.1         Soma (Tubuh)
Untuk pemahaman akan tubuh , Paulus mengungkapkan hal ini dengan menyatakan tubuh di dalam Alkitab bukan hanya di pandang sebagai bentuk, lawan dari isi, akan tetapi tubuh juga di pandang sebagai cara berada manusia yang secara asasi dan konstitutip. Manusia tidak dapat dipisahkan daripada tubuhnya. Menyebut ‘tubuh’ manusia , berarti menyebut ‘manusia ’ itu sendiri (1 Kor 15:35). Tabiat atau kodrat insane manusia  dinyatakan atau diungkapkan dengan jelas di dalam tubuhnya yang jasmani itu, yangmewujudkan satu kesatuan yang harmonis dengan segala bagian-bagiannya. (1 Kor 12 : 12-20). Rasul Paulus juga menyebut tubuhnya sebagai mausia lahiriah , sebagai lawan dari manusia  batiniah (2 Kor 4 :16). Pada zaman pembaharuan di akhir zaman, tubuh kita (artinya kita) akan dimuliakan. Rupa tubuh kita yang hina ini akan menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang mulia, artinya : kita akan dberi kemulaan yang sama degan kemuliaan Kristus (1 Kor 15 : 35-41). [10]
Soma (tubuh) adalah salah satu yang penting dari tulisan Paulus dan pemakainannya pada tulisannya lebih dari 50 kali. Pada penggunaan bahasa Inggris kata “tubuh” adalah yang biasanya pada individual  “organisme  jasmani” atau “mayat/bangkai”. Jadi dalam bahasa Inggris identifikasi tubuh adalah yang menyangkut tubuh fisik.[11]  Kata σϖμα digunakan pada tubuh Yesus dan pada seekor hewan. Seorang yang sudah mati σϖμα  dapat dibangkitkan kembali.  Faktanya tubuh mengalami penyakit dan penyembuhan atau  tubuh membutuhkan makanan dan baju, dan tubuh juga perlu dibersihkan.[12]
Istilah σϖμα  muncul dalam Paulus pada tiga konteks:[13]
1.     Paulus menggunakan σϖμα seperti penandaan netral pada keadaan fisik manusia. Ketika persoalan Paulus pada penghukumannya kepada orang yang tidak bermoral di Korintus, dia tidak hadir dalam tubuh tetapi hadir dalam roh. Paulus memikul  tanda-tanda Yesus pada tubuhnya, seperti dari luka-luka bahwa dia telah menerima  pukulan-pukulan selama pekerjaan misinya.  Seperti tempat keinginan dan hasrat manusia, tubuh harus dijinakkan (1 Kor.9:27). Paulus meninggikan keadaan σϖμα  untuk menjadi yang mendasar pada semua keadaan, Tuhan memberikan pada setiap ciptaan sebuah tubuh yang pantas yang bersifat     istimewa.
2.    Paulus juga menggunakan σϖμα dalam pengertian negatif. Dalam Roma 6:6 Rasul berbicara tentang kebinasaan  tubuh yang berdosa dalam baptisan. Paulus berata bahwa tubuh berdosa maksudnya tidak berbeda dari tubuh  pada kematian dalam Roma 7:24 :  manusia menjadi total tersembunyi dari kekuatan dosa dan kematian. Meskipun mereka telah dibebaskan dari kekuatannya karena peristiwa Kristus, Paulus dapat menantang pembacanya tidak untuk membiarkan dosa berkuasa dalam diri mereka (tubuh). Di dalam Roma 8:10 tubuh itu adalah mati. Dan dosa tidak mati. Dosa tinggal di dunia dan terus mencobai dan menguji tubuh.  
3.   Paulus  mengggunakan istilah σϖμα  pada pengertian positif  seperti luasnya pernyataan untuk diri manusia itu. Tubuh perlu banyak  lebih dari pada makanan dan minuman. Itu tidak menegaskan dengan fungsi biologis tetapi, lebih baik   kepunyaan Tuhan.  (Tubuh dimaksudkan bukan untuk berzina tetapi untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh).  Tubuh adalah tempat dimana dia harus memuliaan Allah (1 Kor.6:20). Penegasan Allah dan tuntutan Allah pada kita disatukan dalam sebuah kesatuan karena itu adalah tempat dimana kehidupan baru yang disebut dalam ketaatan orang-orang percaya.
2.4.2.         Psukhe (Jiwa/Nyawa)
Paulus menggunakan kata psukhe sebanyak 13 kali, 4 diantaranya ada pada Roma.[14] Psukhe muncul menjadi fokus utama dari penebusan adalah jiwa (walau tubuh juga mengalami dampak penebusan) (Yak. 1:21;1 Ptr.1:9,22;2:11,25). Jiwa dapat diartikan sebagai keseluruhan dari manusia.[15] Istilahpsukhe  ini digunakan khususnya untu menunjukkan hidup manusia (Rom.11:3,16:4;Fil.3:20). Dalam 1 Tesalonika 2:8, istilah ini lebih luas digunakan karena disitu ditekankan tentang hidup karena Paulus menggunakan kata sifat apsupkhos, tak berjiwa sebagai istilah untuk menunjukkan benda mati, maka istilah psukhe dalam arti kehidupan menjadi jelas. Menurut filsafat Yunani jiwa dipandang sebagai sesuatu yang tinggi dan mulia dimana hal ini bertentangan dengan pandangan Paulus yang selalu menghubungkan psukhe dengan kedudukan manusia yang rendah.Manusia sebagai makhluk hidup sangat terikat pada psukhenya. Dalam Kolose 3: 23 dan efesus 6:6 kata psukhe ini diterjemahkan “dengan segenap hati”..[16]
2.4.3.         Pneuma (Roh)
Paulus mengungkapkan kata tubuh ini dalam bahasa Yunani kita kenal dengan sebutan penuma (πνεῦμα) .di sini kita tidak membicarakan pengertian pneuma sebagai gambaran tentag pengaruh dalam kehidupa orang-orang percaya. Dalam arti demikian penuma menggambarkan suatu keadaan khas Kristen yang memisahkan orang Kristen dari orang yang bukan Kristen yang tidak memilikinya.Dalam pengertian ini bertentangan lagsung dengan sarx (daging).[17]Istilah pneuma  banyak digunkan oleh Paulus dalam hubungannya dengan Roh Kudus, namun istilah ini dipergunakan dalam berbagai arti lain yang beberapa di antaranya penting untuk tujuan kita.  Pneuma berasal dari dorongan kuatnya Roh Allah pada saat pertobatan dalam hidup eristenan. Hal ini membawa dimensi baru  dalam kehidupan manusia. Bagi orang percaya pneuma  tampaknya manusia terikat dengan pada Allah, yakni manusia yang didorong  dan digerakkan oleh Allah, manusia bersekutu dengan Allah. Orang-orang yang buan Kristen tidak bersekutu dengan Allah, karena manusia duniawi tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah (1 Kor.2:14). Istilah pneuma  dapat dipahami dengan dua hal yaitu pneuma alamimanusia dan pneuma  Kristen. Jika Paulus berbicara mengenai rohnya yang disegarkan, ia sedang menggunakan istilah secara umum, yang juga berlaku untuk orang-orang bukan Kristen.(2 Kor2:13,7:13) Dalam 1 Kor. 16:18 , Paulus mengungkapkan roh itu sebagai alat untuk menhayati dunia luar serta menyambutnya.[18]
Dalam arti ini pneuma sebenarnya sepadan dengan diri sendiri. Paulus tidak menggunakan istilahpneuma dalam arti angin atau nafas, juga tidak memakainya untuk binatang. Pneuma  berarti keadaan manusia yang lebih tinggi,yang tidak semata-mata baik dan tidak pula jahat. Pneuma dapat dicemarkan (2Kor3:1), dan dapat dikuduskan (1Kor 7:34). Menurut Paulus pneuma orang Kristen harus dikuasai oleh Roh Allah.[19]Tidak diragukan bahwa pengaruh yang paling penting atas pemakaian istilah itu berasal dari dorongan kuatnya Roh Allah pada saat pertobatan dan hidup dalam kekristenan. Akibatnya, manusia menjadi ciptaan  baru (2 Kor 5 :17). Tetapi Roh Allah bekerja di dalam dan melalui pribadi manusia yang mampu menanggapi pengaruh ilahi (Roma 8 : 16).
2.4. Konsep Manusia (tubuh, jiwa dan roh ) dalam Pemahaman budaya Batak Karo
2.4.1.       Jiwa (Tendi atau Upa)[20]
Upa secara bahasa diartikan pemberian sedangkan secara istilah adalah suatu ritual yang dilakukan oleh orang yang berhajat dengan mendoakan orang yang di upa agar memperoleh kebaikan. Kata Upa ini senada dengan kata Upah-upah, Mangupa dan Pangupa yang arti dan maksudnya juga sama yaitu berhajat dan mendoakan orang yang di upa-upakan.
Sedangkan Tendi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia.Tendi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tendi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tendi yang menawannya. Tendi (roh, nyawa) berada dalam tubuh manusia dan merupakan satu kesatuan.Manusia menjadi makhluk yang hidup karena memiliki tendi.Tendi memiliki zat kehidupan yang berlangsung selama- lamanya dan tidak dapat rusak oleh apapun. Orang Karo zaman dahulu mengenal ada dua jenis tendi, yaitu:
a.       Pertama, tendi yang terdapat dalam tubuh manusia dan berhubungan dengannya pada masa kehidupan manusia saja.
b.      Kedua, tendi yang merupakan bayangan yang melanjutkan aktivitas manusia. Artinya, secara biologis manusia telah mati, tapi aktivitasnya masih dilanjutkan oleh tendinya.
Kehadiran tendi dalam tubuh manusia merupakan faktor penentu bagi kesehatan manusia. Timbulnya suatu penyakit, kegelisahan atau kemalangan diyakini sebagai akibat dari lemahnya tendi atau kepergian tendi  dari tubuh manusia. Bila kepergian tendi berlangsung lama dan tidak datang lagi ke dalam tubuh dikhawatirkan bisa menyebabkan kematian bagi manusia.Konon ada empat penyebab tendi meninggalkan tubuh manusia yaitu saat tidur, terkejut, mimpi dan kematian.Jadi upa tendi adalah suatu ritual yang dilakukan oleh orang yang berhajat dengan mendoakan orang yang di upa agar tondinya dapat kembali kedalam tubuhnya.

2.4.2.       Tubuh (Kula)
Pandangan konsepsi tubuh (kula) dalam budaya Karo dimana, daya pikiran manusia dianggap bertanggung jawab ke luar guna menjaga keseimbangan dalam dengan keseimbangan luar sebagai suatu “makro-kosmos” (semesta besar) yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial dan lingkungan alam sekitar. Tercapainya suatu “keseimbangan dalam” akan memperlihatkan berbagai keadaan menyenangkan, seperti; malem (sejuk/tenang), ukur malem  (pikiran tenang), malem ate (hati sejuk/tenang), malem pusuh (perasaan sejuk/tenang). Oleh karena itu kata malem digunakan juga sebagai arti sehat atau kesembuhan dalam bahasa Karo.Kesejukan badan dan pikiran merupakan dasar dari keadaan sehat, yaitu keadaan sejuk dan seimbang antara “makro-kosmos”. Prinsip ini pula yang menyebabkan mengapa seorang guru melakukan beberapa upacara ritual  dengan tujuan untuk mendapatkan keadaan yang serba malem (sejuk/tenang). Menurut para guru, terganggunnya hubungan-hubungan dalam “mikro-kosmos” seseorang berarti adanya keadaan tidak seimbang dalam tubuhnya, yaitu ketidakseimbangan antara tubuh, jiwa, perasaan, nafas dan pikiran.[21]

2.5.Konsep Teologi Paulus diperhadapkan dengan Konsep budaya Batak
Dalam banyak agama tubuh manusia dianggap lebih rendah daripada roh, tetapi Alkitab menolak pandangan itu.Tubuh manusia diciptakan oleh Allah dan karena itu tubuh adalah baik.Dari cerita penciptaan, tidak menggambarkan manusia sebagai roh yang memiliki keberadaan terlepas dari tubuh.Dalam Alkitab tubuh manusia dibentuk dari debu tanah dan dihirupkan oleh nafas Tuhan sehingga manusia bukan jiwa yang dikurung dalam tubuh melainkan tubuh yang dijiwai oleh Allah.[22] Paulus tidak memupuk cita-cita tertentu mengenai manusia yang ideal. Pengaruh Perjanjian Lama yang nampak dalam surat-surat Paulus sebenarnya juga tidak mengizinkan pendekatan yang bersifat perseorangan itu, karena justru pemahaman persekutuan dan solidaritas yang menonjol.  Rasul Paulus sangat menentang pendapat yang mengatakan bahwa roh itu penting tetapi tubuh tidak karena dianggap bahwa manusia berhubungan dengan Allah melalui rohnya, bukan tubuhnya. Sehingga Paulus menentangnya dan melihat manusia sebagai kesatuan tubuh dan roh.  Pandangan Paulus tentang umat manusia dan dunia ini mengilustrasikannya pandangan eskatologinya yang mendasar. 
III.             Refleksi Teologis
Manusia terdiri dari tiga bagian karena dia diciptakan dalam gambar dan rupa Tuhan. “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1 :26). Kita tahu bahwa Tuhan adalah Tritunggal. Roh Kudus jelas dinyatakan dalam salam penutup surat kedua kepada Jemaat Korintus: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Korintus13:14). Tuhan sendiri berkata, dalam “Perintah Agung”: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Diciptakan dalam gambar dan rupa Tuhan. Dua bagian Alkitab berikut ini jelas meneguhkan fakta manusia terdiri dari tiga bagian yaitu roh, jiwa, dan tubuh:
-          Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Tesalonika 5:23).
-          Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum (tubuh); ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibrani 4:12).
IV.             Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan di atas bumi sebagaimana semua benda duniawi. Dalam pengertiannya Paulus ungkapkan bahwa tubuh terhisap pada tingkat duniawi  sedangkan jiwa terhisab pada tingkat surgai atau rohani. Jiwa itu bersifat kekal, dan pada hakikatnya tak dapat musnah atau pun dia bersifat  kekal. Adapun pandangan Paulus akan konsep manusia yakni Paulus mengungkapkan hal ini dengan menyatakan tubuh di dalam Alkitab bukan hanya di pandang sebagai bentuk, lawan dari isi, akan tetapi tubuh juga di pandang sebagai cara berada manusia yang secara asasi dan konstitutip. Manusia tidak dapat dipisahkan daripada tubuhnya. Menyebut ‘tubuh’ manusia , berarti menyebut ‘manusia ’ itu sendiri (1 Kor 15:35). Manusia sebagai makhluk hidup sangat terikat pada psukhenya. Dalam Kolose 3: 23 dan efesus 6:6 kata psukhe (jiwa) ini diterjemahkan “dengan segenap hati” dan pemahaman akan roh (pneuma). Sedangkat budaya Karo mengungkapkan tendi dan kula. Dimana terlihat perbedaan yang signifikan antar kedua pandangan ini. Dimana bagi budaya Karo , tubuh hanya hal biasa saja. Tapi bagi Paulus itu hal yang sangat penting.
V.                Daftar Pustaka
Bagus, Lorens, Kamus FIlsafat, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000
Darmawijaya, Sekilas bersama Paulus,Yogyakarta:Kanisius,1992
Dun,James D. G., The Theology of Paul the Apostle, USA:Library of Congress Catalog in Publication,1989
Guthrie ,Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:BPK-GM,2012
Hadiwijono,Harun, Iman Kristen , Jakarta : BPK-GM, 2015
Jacob, Teuku, “Manusia” dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT Delta Pamungkas, 1997
Jeremia,J., ᾂνθρωπος dalam Theological Dictioonary Of The New Testament Volume I, Michigan : Grand Rapids, 1964
Ladd, George Eldon,Teologi Perjanjian Baru II,Bandung:Yayasan Kalam Hidup,2002
  Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2004
Ryrie,Carles C., Teologi Dasar I,Yogyaarta:ANDI,1991
Schewizer,Edward, “σϖμα”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol VII. Gerhard Friedrich (ed)  (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company,1993
Schnelle,Udo,  Apostle Paul His Life and Theology, Grand Rapids, Mic: Baker Academic,  English translation,  2003
Verkuyl, J.,Aku Percaya, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2001
Yunus,Ahmad, Makna Pemakaian Rebu dalam Kehidupan Kekerabatan Batak Karo, California : ISB, 1994



[1] Lorens Bagus, Kamus FIlsafat, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), 565
[2] Teuku Jacob, “Manusia” dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT Delta Pamungkas, 1997), 152
[3] J. Jeremia, ᾂνθρωπος dalam Theological Dictioonary Of The New Testament Volume I, (Michigan : Grand Rapids, 1964), 364
[4] Lorens Bagus, Kamus FIlsafat, 566-567
[5] J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2001), 69
[6] Donald Guthrie,Teologi Perjanjian Baru 1,(Jakarta:BPK-GM,2012),167
[7] George Eldon Ladd,Teologi Perjanjian Baru II,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup,2002) ,129
[8]Darmawijaya,Sekilas bersama Paulus,(Yogyakarta:Kanisius,1992),88-90
[9] George eldon Ladd , Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 130
[10] Harun Hadiwijono, Iman Kristen , ( Jakarta : BPK-GM, 2015), 174-175
[11]James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle, (USA:Library of Congress Catalog in Publication,1989), 55
[12] Edward Schewizer, “σϖμα”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol VII. Gerhard Friedrich (ed)  (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company,1993), 1057-1058
[13] Udo  Schnelle, Apostle Paul His Life and Theology (Grand Rapids, Mic: Baker Academic,  English translation,  2003), 495-497
[14]James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle,76
[15]Carles C. Ryrie,Teologi Dasar I,(Yogyaarta:ANDI,1991), 288
[16]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I,167-169
[17]  Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, (Jakarta : BPK-GM, 2012), 171-172
[18]  Harun Hadiwijono, Iman Kristen , ( Jakarta : BPK-GM, 2015), 176
[19]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I,169-170
[20] Ahmad Yunus, Makna Pemakaian Rebu dalam Kehidupan Kekerabatan Batak Karo, (California : ISB, 1994), 48
[21]Mengenai jiwa dapat dibaca dalam tulisan Van Peursen (1983). Kekekalan jiwa menurut Plotinus, jiwa itu ada sebab tubuh sendiri tidak berjiwa, jiwa adalah suatu kehadiran yang membuat tubuh menjadi seperti apa adanya, jiwa meresapi tubuh, kehadiran jiwa seolah-olah terpencar dari tubuh. Maka karena itu walaupun seseorang telah meninggal jiwanya tetap hidup, Van Peursen, Tubuh, Jiwa dan Roh : Sebuah Pengantar dalam Filsafat Manusia, (Jakarta : BPK-GM, 1983), 58

[22] Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2004), 6
Share:

POSTINGAN POPULER

SEMUA POSTINGAN

Total Pageviews

FOLLOWERS