Arti,
dan Makna Kerajaan Allah
Menurut Injil Matius
Serta Relevansi Dalam Kehidupan Bergereja
I.
Pendahuluan
Pemahaman akan kerajaan Allah bagi orang yahudi adalah
kerajaan yang bersifat fisik. Orang-orang yahudi mengharapkan berdirinya
kerajaan Allah secara fisik dalam sejarah manusia dimasa yang akan datang.
Sedangkan pemahaman yang diberikan injil matius tentang Kerajaan Allah adalah kerajaan
yang bersifat rohani, menggambarkan kedaulatan dan kekuasaanNya atas
kerajaan-kerajaan lainnya. Untuk memahami lebih jelasnya kami para penyaji
mencoba menjelaskannya melalui sajian ini, semoga bermanfaat.
II.
Pembahasan
2.1.Arti
dan Makna Kerajaan Allah
Kata Yunani basileia
(seperti kata Ibrani malkuth atau
kata Aram malkuta) lebih berarti
suatu pemerintahan Allah Sebagai Raja.[1]
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia istilah kerajaan berasal dari kata “raja”. Raja berarti orang yang
mengepalai dan memerintah suatu bangsa atau negara.[2] Sedangkan
kerajaan berarti tanah atau negeri/ wilayah yang dikepalai oleh raja atau suatu
bentuk pemerintahan yang di kepalai oleh raja, artinya kerajaan juga berarti
sebagai tanda-tanda kebesaran raja, martabat/kedudukan dan wilayah kekuasaan
seorang raja.[3]
Dari definisi ini dapat di mengerti bahwa istilah raja yang dikenakan kepada
Allah, melandaskan pemahaman manusia pada zaman itu mengenai arti seorang raja,
dimana dalam diri seorang raja terdapat kuasa, wibawa, legalitas. Muatan-muatan
ini ternyata di pahami penulis Alkitab terdapat pada Allah, dan Akhirnya kata
raja juga dikenakan pada Allah. Dengan kata lain istilah raja adalah ungkapan
bahasa manusia dalam mensimbolisasikan kebesaran Allah, mengingat zaman
penulisan Alkitab istilah raja adalah istilah yang popular dan memiliki nilai
kekhususan, dimana mereka juga hidup dalam budaya peperangan sehingga peran
seorang raja sangat sentral. Kerajaan Allah bukan berarti tempat, wilayah yang
diperintahi tetapi berlakunya kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah sendiri adalah
pemerintahan Allah atau kekuasaan Allah yang memasuki dunia.[4]
Kenyataan inilah yang diproklamirkan Yesus pada masa-Nya dimana pelayanan Yesus
menyatakan berlakunya kekuasaan Allah (Mark 1:15), Pelayanan Yesus adalah
pelayanan (pewartaan,pengajaran, mujizat) kepada kerajaan Allah yang sudah
datang dan yang akan datang (Mat 4:23;9:35). Dengan kata lain Kerajaan Allah
juga berarti penyelamatan Allah sudah diambang kenyataan.[5]
Kerajaan Allah sebagai berita gembira karena Kerajaan Allah bukanlah sesuatu
yang sekonyong-konyong datang seperti bencana tetapi tumbuh seperti benih.
Kenyataan ini menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukanlah hasil usaha manusia
tetapi sekalipun demikian, bukanlah berarti manusia tidak bisa atau tidak
berusaha untuk masuk kedalamanya atau memilikinya, karena kehadiran kerajaan
Allah adalah sebagai penyelamatan atas Ciptaan termasuk manusia. Pemaparan
diatas secara sederhana dapat membantu untuk menemukan definisi Kerajaan Allah,
yakni pemerintahan Allah. Tetapi pemerintahan Allah bukanlah tentang suatu
daerah tertentu, melainkan menyatakan bahwa dalam segala hal Allah adalah
pemerintah tertinggi (Mark 12:34).[6]
2.2.Latar
Belakang Kerajaan Allah
Konsep “Kerajaan Allah” bukan sama sekali baru dalam
Perjanjian Baru. Dalam perjanjian lama, Allah sering dilihat sebgai Raja dengan
penekanan pada kuasa-Nya dan bukan tempat atau lembaga dimana kuasa itu
beroperasi. Bagi Israel, interpretasi Yahwe yang menyelamatkan digambarkan
dalam tindakan-Nya sebagai Raja yang kuat, berkuasa, dan berdaulat. Secara
khusus Allah tampak dalam praktek keadilan terhadap manusia (bnd. Mzm
146:6-10).
Suatu peristiwa penting
dalam sejarah Israel ialah pembuangan yang merupakan masa krisis bagi Israel,
bangsa pilihan Tuhan. Refleksi mengingatkan bahwa bukanlah Allah yang tidak
setia melainkan bangsa Israel. Muncul nubuat para Nabi. Akan ada intervensi
Allah yang menentukan dalam sejarah Israel. Akan ada masa baru, dunia baru,
pembaharuan dari dalam hati yang baru (bnd. Yeh 36:24-28), perjanjian baru
(bnd. Yer 31:31-34), umat baru dan segala bangsa yang berziarah ke Yerussalem
(bnd. Yes 2;1-5;19:16-25).
Dalam suasana penantian
itu Yesus datang. Dalam pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah. Yesus dilihat
sebagai utusan Allah yang memulihkan keadilan dan memihak pada orang miskin dan
lemah serta melawan para penindas mereka. Tindakan Allah diungkapkan dengan
berbagi symbol seperti: “bapa”, “ibu”, “pengantin”, dll. Fungsi Yahwe sebagai
raja adalah salah satu symbol untuk mengungkapkan pengalaman tentang Allah.
Secara khusus ajaran Yesus tetang Kerajaan Allah berlatar belakang profetis.[7]
2.3.Aspek
Kerajaan Allah
2.3.1. Kerajaan
Allah Masa kini
Yesus mengutus murid-muridNya dengan pesan “Kerajaan
Allah sudah dekat padamu” (bnd. Luk 10;9) dan Dia mempertegas kepada
murid-muridNya, “Jikalau kamu melihat hal itu terjadi, ketahuilah bahwa
waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu’ (bnd. Mark 13:29). Dan Yesus
berjanji dengan spesifik kepada mereka, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya di
antara orang yang hadir disini ada yang tidak akan mati sebelum melihat bahwa
kerajaan Allah telah datang dengan kuasa” (bnd. Mark 9:1).[8]
Hal ini memberikan penjelasan bahwa dengan kedatangan Yesus suatu peristiwa
yang sangat penting akan segera terjadi. Markus mencantumkan pemberitahuan pada
permulaan riwayat kedatangan Kerajaan itu. Ucapan tentang kerajaan yang paling
menekankan kekianiannya terdapat pada Lukas 17:20-21, “Kerajaan Allah ada di
antara kamu”, inilah jawaban Yesus atas pertanyaan orang-orang farisi mengenai
kedatangan Kerajaan itu. Ucapan entos
humon dapat berarti “di dalam kamu”, misalnya dalam hatimu atau
ditengah-tengahmu. Apa yang Yesus katakan berarti kerajaan bukanlah sesuatu
yang dapat dilihat atau ditunjukkan. Jadi kerajaan itu tidak hendak diwujudkan
dengan kekuatan fisik atau politik.[9]
2.3.2. Kerajaan
Allah Masa Depan
Ada banyak petunjuk dalam ucapan Yesus yang
memperlihatkan Dia sering memikirkan masa depan pada waktu akhir zaman tiba.
Gagasan ini mencapai puncaknya dalam khotbah “tentang akhir zaman”(bnd. Mat
24-25, Mark 13; Luk 21). Dengan puncaknya ini menceritakan bahwa kedatangan
Anak Manusia dalam kemuliaan, tetapi sangat mencolok bahwa disitu Kerajaan sama
seklai tidak disebut. Dalam Matius 25:34, petunjuk satu-satunya tentang Kerajaan
itu diterima sesudah kedatangan Anak Manusia dan jelas berhubungan dengan akhir
zaman. Juga terdapat ungkapan “Injil Kerjaan” dalam Matius 24:14, jika
keseluruhan khotbah tentang akhir zaman itu
berhubungan dengan kerajaan Allah tidak terbatas pada masa yang akan datang
dalam pelayanan dan pengajaran Yesus, tetapi juga merupakan realitas saat ini.
Allah memang selalu dan tanpa terkecuali memerintah sebagai Raja atas semua
manusia. demikianlah yang unik mengenai pengajaran Yesusu tentang Kerajaan
Allah adalah hal itu bersifat saat ini dan saat yang akan datang. Dengan kata
lain Kerajaan Allah sudah tiba, tetapi belum mencapai puncaknya.[10]
2.4.Kerajaan
Allah Menurut Injil Matius
Seruan pertama tentang kerajaan sorga atau kerajaan
Allah dalam injil Matius dimulai oleh kehadiran Yohanes Pembaptis yang
berkhotbah agar orang-orang yahudi bertobat sebab Kerajaan Sorga (h’ basilei,a
tw/n ouvranw/n)[11]
sudah dekat (Matius 3:1-2). Sesudah penangkapan Yohanes Pembaptis, barulah
Yesus tampil untuk pertama kalinya di Galilea dan berbicara hal serupa yang
telah disampaikan oleh Yohanes Pembaptis: “Bertobatlah, sebab kerajaan Sorga sudah
dekat!”(Mat 4:12-17). Yesus kemudian terus mengajarkan tentang konsep Kerajaan
Allah meskipun dalam Injil Mtius hal tersebut kebanyakan menggunakan istilah
Kerajaan Sorga. Hal ini merupakan ekspresi matius sebagai seorang Yahudi yang
menulis kitab ini guna menghindari pemakaian kata Allah yang baginya sangat
Kudus.[12]
Itulah sebabnya dalam injil Matius istilah Kerajaan
Allah hanya dipakai 5 kali, sedangkan istilah Kerajaan Sorga dipakai sebanyak
32 kali.[13]
Dispensasi yang telah ada sebelumnya membedakan “Kerajaan Allah” dan “Kerajaan
Sorga”, tetapi saat ini hanya sedikit yang mempertentangkan perbedaan itu.
Penjelasan Ilmiah yang umum saat ini adalah Injil Matius ditunjukkan hanya
untuk orang Yahudi, dan orang Yahudi seringkali dengan penuh hormat menghindari
penggunaan nama Allah. Istilah “Sorga”. Menurut pendapat tersebut merupakan
penggantian penghormatan untuk “Allah”. Jadi menurut pandangan ini, ungkapan
“Kerajaan Allah” dan “Kerajaan Sorga” merunjuk pada realita yang sama dan tidak
perlu dibedakan.[14]
Matius menggunakan bentuk jamak “Sorga” (heavens)
untuk membicarakan Bapa di Sorga dalam 13 kesempatan dan “Kerajaan Sorga”
(Kingdom of heaven) 32 kali untuk membedakan antara wilayah Sorga danBumi.
Penggunaan disini meneguhkan bahwa bentuk jamak “sorga” merunjuk pada Allah,
sedangkan bentuk Tunggal “Sorga” merunjuk pada langit. Dengan kata lain, Matius
sengaja menggunakan kata Sorga dan Bumi untuk membandingkan cara Allah dengan
cara Manusia. oleh sebab itu, ungkapan “Kerajaan Sorga’ berfokus pada kebenaran
bahwa kerajaan Allah berasal dari atas. Kerajaan-Nya tidak bersifat duniawi,
tetapi lebih menggambarkan kedaulatan dan kekuasaan-Nya atas seluruh kerajaan
lainnya dan semua yang di sebut Allah. Secara khusus, Matius menekankan
datangnya kerajaan Sorgawi Allah dalam Yesus.[15]
Menarik bahwa Yesus memberitakan kerajaan Allah serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (Matius 4:23;9:35). Dengan demikian,
Yesus sedang menunjukkan bahwa pengusiran setan dan penyembuhan penyakit juga
merupakan bagian yang tidak terlepas dari berita Kerajaan Allah tersebut. Yesus
sedang mengajarkan kerajaan itu, dan orang-orang Yahudi sedang mengalaminya,
meskipun tidak secara penuh dan juga tidak sama dengan pemahaman umum bangsa
Yahudi (pengharapan Mesias Yahudi) tentang kerajaan itu. Hal itu akan lebih
jelas ketika membaca Matius 12:22-28, di mana Yesus menunjukkan bahwa Dia
mengusir setan dengan Kuasa Roh Allah dan hal itu berarti kehadiran kerajaan
Allah. George Eldon Ladd mengatakan bahwa “Matius pasal 12 dengan jelas
menyatakan pengusiran roh-roh jahat sebagai pekerjaan Kerajaan Allah”.[16]
Yesus mengajarkan murid-murid bahwa kerajaan Allah
yang Ia beritakan merupakan kerajaan yang tersirat dengan nilai-nilai etis. Hal
ini tersebut dikisahkan dalam Matius 5 tentang kelemahan-lembutan dan
kerendahan hati. Leon Morris menegaskan bahwa “Orang-orang yang mempunyai
sifat-sifat itulah yang akan masuk ke dalam kerajaan, ‘miskin di hadapan Allah’
(5:3), yang dianiaya (5:10), yang bersifat seperti anak-anak (18:1-4)”.[17]
Yesus bahkan menegaskan dalam Matius 5:20,bahwa mereka tidak akan masuk Sorga
jika hidup keagamaan mereka tidak lebih benar dari pada orang-orang Farisi.
Oleh sebab itu, tuntutan untuk bertobat merupakan sesuatu yang penting dalam
hal ini.[18]
Hal ini memberi arti terhadap khotbah Yohanes Pembaptis agar orang-orang
bertobat untuk menyambut Kerajaan Sorga yang sudah dekat.
Ada hal lain yang penting untuk diperhatikan
sehubungan dengan Kerajaan Allah yang diajarkan oleh Yesus. Yesus banyak
mengajarkan konsep Kerajaan Allah dalam bentuk perumpamaan. Dalam injil Matius
setidaknya terdapat 14 perumpamaan yang Yesus ajarkan. Hal itu menarik
perhatian murid-murid Yesus, sehingga suatu kali mereka bertanya kepada Yesus :
“Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan ?(Matius 13:10).
Jawab Yesus kepada murid-murid itu merupakan sesuatu yang juga menarik. Dalam
Matius 13:11, “Jawab Yesus: kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia
Kerajaan Sorga, tetapi mereka tidak.” Sehingga tidaklah mengherankan jika Yesus
kemudian mengajarkan hal kerjaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan. Leon
Morris berkata: “Perumpamaan-perumpamaan menjadi suatu studi yang hidup dan
menarik, dan menampilkan aspek-aspek penting dari kerajaan”.[19]
Oleh sebab itu, memahami setiap perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus merupakan
hal penting yang perlu dilakukan untuk mengerti tentang Kerajaan Allah.
Perumpamaan pertama yang muncul dalam Injil Matius
adalah perumpamaan seorang penabur yang ke luar untuk menabur benih (Mat
13:1-23). Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, tanah yang berbatu, di tengah
semak berduri, dan di tanah yang baik. Dan arti perumpamaan itu dijelaskan
sendiri oleh Yesus dalam ayat 19-23 bahwa “kepada setiap orang yang mendengar
Firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan
merampas yang ditaburkan dalam hati yang ditaburkan itu; itulah benih yang
ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu
ialah orang yang mendengarkan Firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindas atau
penganiayaan akrena Firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di
tengah semak berduri ialah orang yang mendengarkan Firman itu, lalu kekhwatiran
duni ini dan tipu daya kekayaan menghimpit Firman itu sehingga tidak berbuah.
Yang di taburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar Firman itu dan
mengerti, dank arena itu ia berubah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga pulu kali lipat.” Eldon Ladd menjelaskan
rahasia Kerajaan Allah ini, sebagai berikut:
Kerajaan Allah sudah datang di antara manusia, namun
manusia bisa menolaknya. Kerajaan itu tidak mengalami keberhasilan yang sama.
Tidak semua orang mau menerimanya. Kerjaan Allah sedang bekerja di antara
manusia, tetapi Allah tidak akan memaksa
manusia untuk tunduk kepada kerajaan tersebut. Mereka harus menerima Kerajaan
itu dengan rela hati dan dengan kehendak yang patuh.[20]
Jadi, jelas bahwa kehadiran Kerajaan Allah sudah
dimulai sejak kehadiran Yesus. Akan tetapi, kehadirannya masih bersifat
rahasia, di mana ia tidak hadir dalam kekuasaan penuh melainkan bekerja secara
diam-diam dalam kehidupan setiap mereka yang secara terbuka menerimanya dalam
kehidupan mereka.
Pertanyaan penting yang muncul tentang kerajaan itu
ialah tentang waktu kapan kerajaan itu akan hadir dengan kuasa yang penuh yang
akan di tandai dengan kedatangan Yesus yang kedua kali ?ini merupakan suatu
pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, Matius memberi rujukan yang
baik dalam pasal 24-25. Murid-murid bertanya tentang waktu kedatangan Yesus
yang kedua dan apakah tanda-tandanya? Yesus tidak menjawab tentang hari, bulan
atau tahun. Tetapi Yesus menjelaskan tentang tanda-tanda zaman yang perlu
dikenal. Hal tersebut akan diawali dengan munculnya mesias palsu (ayat 5),
adanya perang dan keributan antar bangsa (ayat 6-7),[21]
adanya penganiayaan (ayat 9), adanya kemurtadan (ayat 10), munculnya nabi palsu
(ayat 11), menurunnya kualitas kasih (ayat 12), dan Injil akan di sampaikan di
seluruh dunia (ayat 14). Memperhatikan penjelasan Yesus tersebut, Matthew Henry
berkata bahwa “Kita tidak perlu mengetaahui masa dan waktu yang di tetapkan
Bapa (Kis 1:7)”. Tidak perlu mencoba melakukan perhitungan waktu yang tepat
tentang kedatangan-Nya, melainkan cukup memperhatikan tanda-tanda zaman itu. [22]
III.
Relevansi
Kerajaan Allah bukan menjelaskan suatu wilayah yang di
pimpin oleh Allah sendiri, melainkan kedaulatan Allah hadir kepada manusia di
dalam kuasa Yesus Kristus. Sebab melalui Yesus Kristuslah manusia bisa menuju
Kerajaan Allah. Hal ini menjadi tugas dari gereja dalam penyampaian makna dari
Kerajaan Allah melalui Pelayanan Yesus Kristus selama Ia turun ke dunia. Jika
di perlihatkan pada masa sekarang gereja masih kurang menyampaikan makna dari
Kerajaan Allah menurut injil matius, sebab menurut injil matius makna dari
kerajaan Sorga adalah ungkapan “Kerajaan Sorga’ yang berfokus pada kebenaran
bahwa kerajaan Allah berasal dari Allah, dan Kerajaan-Nya tidak bersifat
duniawi. Jemaat dalam menyembah Allah pun supaya menjamin dirinya untuk
memperoleh kesenangan duniawi, maksudnya manusia menginginkan hal yang dapat
menyenangkan hatinya saja ketika ia hidup bersekutu di dalam keimannya pada
Allah. Realitasnya adalah sebagian jemaat sering hanya hadir di dalam gereja
pada saat perayaan besar saja. Sedangkan pada hari minggu-minggu biasanya
jemaat sangat kurang berpartisipasi di dalam gereja. Maka dari itu gereja harus
mewartakan kerajaan Allah itu dengan dogma yang benar sehingga dapat membuat
jemaat tetap teguh di dalam keimannya. Jemaat harus menyakini bahwa Allah di
dalam kedaulatanNya bekerja dengan penuh kuasa secara diam-diam, maka dari itu
jemaat harus mau hidup di dalam rencana Allah.
IV.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan kerajaan
sorga merupakan inti dari pengajaran Yesus. Pengajaran Tuhan Yesus semua
dilandaskan karena dan untuk kerajaan sorga. Kerajaan yang diberitakan oleh
Yesus dalam injil matius adalah kerajaan yang tidak Nampak dengan mata. Tuhan
Yesus mengajarkan bahwa setelah kedatangan Diri-Nya sendiri Kerajaan Allah itu
sebenarnya sudah datang. Yesus mengajarkan kepada murid-murid bahwa kerajaan
Allah yang Ia beritakan merupakan kerajaan yang tersirat dengan nilai-nilai
etis (Matius 5).
Kerajaan Allah sudah datang di antara manusia, namun
manusia bisa menolaknya.. Tidak semua orang mau menerimanya. Kerjaan Allah
sedang bekerja di antara manusia, tetapi Allah tidak akan memaksa manusia untuk tunduk kepada kerajaan
tersebut. Mereka harus menerima Kerajaan itu dengan rela hati dan dengan
kehendak yang patuh. Kerajaan-Nya tidak bersifat duniawi, tetapi lebih
menggambarkan kedaulatan dan kekuasaan-Nya atas seluruh kerajaan lainnya dan
semua yang di sebut Allah. Secara khusus, Matius menekankan datangnya kerajaan
Sorgawi Allah dalam Yesus.
V.
Daftar Pustaka
Santoso,
David Iman., Theologi matius: Intisari
dan Aplikasinya, Yogyakarta : Andi,2015
Guthrie, Donald.,
Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta:
BPK-GM,2001
Ladd,
George Eldon., Injil Kerajaan,
(Malang: Gandum Mas,1994
Collins, Gerald
& Edward G. Farrugia., Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius,2000
Sutanto, Hasan.,
Perjanjian Baru Interlinear
Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jakarta: LAI, 2004
Drane, John., Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 2005
Legg, John., The King and His Kingdom,New York:
Evangelical Press, 2004
Morris, Leon., Teoligi Perjanjian Baru, Malang: Gandum
Mas, 2001
Henry, Matthew.,
Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28,Surabaya:
Momentum,2008
Schreiner,Thomas
R., New Testement Teology, Yogyakarta:
ANDI, 2015
Tim Penyusun, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka,1999W.J.S. Poerwadarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Browning, W.R.F.,
Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007
Kummel, Werner
Georg., The Theology New Tastment, New
York: Nashville, 1905
[1] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 128
[2] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), 791
[3] Tim Penyusun, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1999),811
[4] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2007),
195
[5] Gerald Collins & Edward G.
Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius,2000), 139
[6] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: BPK-GM,2001), 27
[7] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, 3-5
[8] Werner Georg kummel, The Theology New Tastment, (New York:
Nashville, 1905), 77
[9] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, 28-29
[10] Thomas R. Schreiner,New Testement Teology, (Yogyakarta:
ANDI, 2015), 23-24
[11] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru, (Jakarta: LAI, 2004), 9
[12] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru,9-10
[13] David Iman Santoso, Theologi matius: Intisari dan Aplikasinya,
(Yogyakarta : Andi,2015), 18
[14] Thomas R. Schreiner,New Testement Teology, 18
[15] Thomas R. Schreiner,New Testement Teology, 19
[16] George Eldon Ladd, Injil Kerajaan, (Malang: Gandum Mas,1994),
55
[17] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2001),174-175
[18] John Legg, The King and His Kingdom,(New York: Evangelical Press, 2004), 41
[19] Leon Morris, Teoligi Perjanjian Baru, 180
[20] George Eldon Ladd, Injil Kerajaan, 67
[21] Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28, (Surabaya:
Momentum,2008), 1220
[22] Ibid, 1213
No comments:
Post a Comment