Arti
dan Makna Pengharapan Mesias Dalam Kitab Nabi-nabi
I.
Pendahuluan
Dalam kehidupan masa sekarang
ini istilah mesias sangat diidentikkan dengan Perjanjian Baru tanpa melihat
peranan dari Perjanjian Lama. Kehadiran Mesias tidak asal datang begitu saja
dalam Perjanjian Baru, tetapi peranan Perjanjian Lama sangat penting. Karena di
dalam Perjanjian Lama nubuatan tentang akan kehadiran seorang Mesias telah
diberitakan dan telah digenapi dalam perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama
telah disampaikan nubuatan tentang seorang yang akan menghukum dan memerintah
di dalam keadilan dan kebenaran. Dalam kaitan dengan hal itu maka kita akan
membahas hal tersebut dalam sajian ini.
II.
Pembahasan
2.1.
Arti
dan Makna Pengharapan
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengharapan sama dengan harap atau harapan yang artinya selalu
berharap; selalu rindu (akan); selalu menanti; sesuatu yang (dapat) diharapkan.[1]
Nabi-nabi Perjanjian Lama mengajarkan bahwa setiap harapan akan masa depan yang
memuaskan tergantung pada kesetiaan umat Israel kepada Allah. Sebaliknya, jika
mereka tidak setia yang akan terjadi adalah kekacauan dan bencana.[2] Harapan
alkitabiah tidak dapat terlepas dari iman kepada Tuhan. Berdasarkan apa yang
telah Allah perbuat pada waktu yang lampau, terutama persiapan kedatangan
Kristus, dan berdasarkan apa yang telah Allah perbuat melalui Kristus, maka
orang Kristen walupun belum melihatnya, berani mengharapkan berkat-berkat pada
masa datang.[3]
Dalam bahasa Ibrani ada empat
bentuk kata kerja yang artinya mengharapkan, yakni:[4]
1.
Kata קָוַה
(qawah) dihubungkan
dengan kata קָו (qaw) yang
artinya mengulurkan untuk, berbaring untuk, rindu kepada (Allah sebagai objek)
muncul sebanayak 26 kali.
2.
Kata יָהַל
(yahal)
artinya menunggu, rindu kepada (Allah) muncul 27 kali.
3.
Kata הָכַה
(hacah) artinya
menunggu (Allah) muncul 7 kali.
4.
Kata שָבַד
(sabad)
artinya menunggu, berharap kepada (Allah) 4 kali.
Dalam Perjanjian Lama
pengharapan salah satu dari baik atau buruk, harapan atau kutuk. Pengharapan
terhadap suatu yang baik dihubungkan dengan kepercayaan dan pengharapan yang
merupakan hasrat atau kerinduan dimana unsur kesabaran dalam menunggu atau
melarikan diri ketempat perlindungan itulah yang sangat ditekankan. Harapan
adalah pengharapan akan sesuatu yang baik di sepanjang kehidupan. Dimana masa
hidup maka disitu ada pengharapan. Hidup yang benar adalah dasar kita untuk
berharap. Memiliki harapan untuk masa depan menunjukkan bahwa ada sesuatu yanga
baik dalam diri kita dimana harapan selalu langsung ditujukan oleh manusia
kepada Allah. Jadi pengharapan kepada Allah adalah melepaskan dari keadaan
sukar dan lebih spesifik lagi bahwa dalam pengharapan itu ada pemikiran atau
pemahaman akan sesuatu pertolongan yang eskatologis yang akan meletakkan dan
mengakhiri semua kesukaran-kesukaran kita. Pendirian dalam kesukaran dan
kepercayaan mungkin akan bertambah dan diekpresiasikan dalam realitas bahwa
segala yang ada adalah hanya sementara dan itu akan semakin bertambah dalam
pengharapan yang eskhatologis pada masa depan.[5]
2.2.
Arti
dan Makna Mesias
Menurut etimologi katanya, kata
Mesias berasal dari bahasa Ibrani yaitu “masah”
(מָשַׁח) yang memiliki arti “meminyaki” atau
“memberi upacara peminyakan suci.” Dari kata “masah” ini juga bisa terbentuk kata “mesah, misah” yang artinya “sedang meminyaki” dan bisa menjadi “mesiha”, serta karena adanya substansi
kata maka kata “masah” menjadi “masiah” yang berbentuk aktif menjadi
bentuk pasif partisif yang artinya “yang diurapi” dan juga bisa berbentuk kata
benda yaitu “masiah” yang artinya
“minyak.” Kata benda “masiah” artinya
mengarah pada “yang diberkati untuk selama-lamanya dengan sebuah kedudukan
dimasyarakat,” penggunaan kata “masiah” merupakan
perisai bagi Saul dan pada umumnya “mesiah”
dipakai untuk melek/raja (bnd. 2
Sam. 3:39, Yes. 21:5).[6]
Kata Mesias diambil dari bahasa
Aram mesyiha, yaitu dialek dari
bahasa Ibrani masyiah yang berarti
“yang diurapi.” Pada awalnya kata ini menunjuk kepada raja yang sedang berkuasa
di Kerajaan Israel Raya, terutama dari dinasti Daud.[7] Kata
Mesias diterjemahkan dalam bahasa Yunani sebagai “khristos” (diurapi) dan dari kata itu timbul kata Kristus. Kata
Mesias dan Kristus memiliki arti dasar yang sama yaitu orang yang akan menjadi
juruselamat umat-Nya.[8] Kata
yang berarti “diurapi” tersebut juga berarti “orang yang akan menjadi
juruselamat umatnya,” dalam Perjanjian Lama juga digunakan untuk para raja-raja
dan untuk imam-imam, terutama raja Daud dan para penggantinya, tetapi juga
untuk raja Koresy (Yes. 45:1).
Dalam pengharapan nabi-nabi
eskatologis, diharapkan seorang yang kelak akan memerintah dalam keadilan dan
dalam damai (Yes.11:1-5). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah yang
turun tangan dalam sejarah keselamatan manusia dengan mengutus utusan-Nya.[9] Dari
situlah dikenal sebutan Kristus yang menjadi salah satu gelar Yesus dan sebutan
berakar dari pengertian Yahudi mengenai suatu tokoh pada masa depan yang akan
datang sebagai wakil Allah yang membawa
keselamatan bagi umat Yahudi. Sesuai kebiasaan Israel kuno yang melihat
tindakan pengurapan sebagai pemilihan dan pengudusan Allah. Orang yang diurapi
dianggap sebagai milik Allah dan mendapat tugas khusus. Tokoh yang dilantik
dengan pengurapan biasanya raja dan imam, atau pun tokoh yang dipilih Allah sendiri. Dalam Perjanjian Lama, istilah
tersebut dikenakan kepada raja dan orang-orang Yahudi yang diurapi saat
peristiwa pelantikan dirinya (1 Sam. 10:1, Mzm. 2:2).[10]
2.3.
Pengharapan
Akan Mesias Dalam Perjanjian Lama
Pengharapan Mesias pada
Perjanjian Lama bukanlah tanpa alasan, dari berbagai alasan yang menyebabkan
adanya pengharapan tersebut diantaranya adalah karena Allah telah menjanjikan
datangnya Juruselamat. Karena bangsa Israel menginginkan sosok yang membawa
keselamatan serta membebaskan mereka dari musuh-musuh. Asal-usul adanya Mesias
dapat ditelusuri dari gagasan adanya raja yang ilahi. Pengharapan akan Mesias
itu timbul karena penglihatan gambaran raja keturunan Daud yang ideal pada
raja-raja masa mendatang. Pernyataan tersebut adalah berdasar pada nubuat
nabi-nabi sebelum masa pembuangan yang terkait dengan nubuat Natan dalam 2
Samuel 7.
Nubuatan nabi Natan tersebutlah
yang semakin berkembang dan diinterpretasikan ulang oleh para nabi kemudian
sehingga timbul gagasan dan pengharapan mesianis. Memang para nabi semakin
jelas menunjuk pada kedatangan seorang mesias, tetapi tanpa menggunakan istilah
mesias secara langsung. Antara lain diantara beberapa bagian
Perjanjian Lama sering disebutkan bahwa dinasti Daud akan abadi, tanpa menyebut
nama seorang putra ataupun keturunan Daud (bnd. 2 Sam. 7:12-17, Yer 33:17, Mzm.
88:4, 29; 18:5).[11]
Penantian seorang raja adil yang akan diangkat Tuhan memainkan peranan yang
yang semakin besar di dalam kepercayaan mereka, terutama para nabi pada jaman
raja-raja itulah yang membangkitkan dan mengembangkan penantian yang biasa
disebut penantian Mesias. Berkaitan dengan hal ini maka Tuhan Allah Israel
mengkehendaki suatu pemerintahan yang adil, sehingga ia berulang-ulang
mengambil tindakan mengangkat raja-raja dan melenyapkan raja-raja.[12]
Kawanan domba yang ditindas
dan diperas oleh gembala-gembala akan diberi seorang gembala yang baik. Raja
Israel yang tetap mendurhaka dan oleh sebab itu mendatangkan hukuman Tuhan,
akan diganti oleh raja yang adil dan sempurna. Dosa yang menjerumuskan manusia
ke dalam kecelakaan, ditanggung oleh seorang hamba Tuhan yang menderita dan
mati untuk manusia.[13]
2.4.
Pengharapan
Mesias oleh Para Nabi
2.4.1.
Nabi
Masa Sebelum Pembuangan
Janji tentang kedatangan mesias
suadah sejak jaman Hawa ketika masih berada di taman Eden. Ia akan meremukkan
kepala ular (Kej. 3:15). Allah juga telah memberikan janji kedatangan mesias
pada Sem, Abraham, Ishak, dan Yakub.
1. Raja Daud
Gagasan pengharapan bangsa
Isael juga diberitakan kepada raja Daud, hal ini dapat ditelusuri dari janji
Allah kepada Daud dalam 2 Sam. 7:16 “keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk
selama-lamanya dihadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” Janji
ini merupakan dasar nubuat dari para nabi yang berhubungan dengan kerajaan Mesias
dan menjelaskan bagaimana pengharapan akan kerajaan yang dipulihkan dibawah Mesias
dapat dilihat sebagai penggenapan dari janji ilahi kepada Daud. Para orang
Isreal mengharapkan seorang keturunan Daud, bukan suatu makhluk ilahi. Orang
itu sering disebut “Daud” (Yer. 30:9: Yeh. 34:23-24; 37:24; Hos. 3:5), sesuai
dengan cara Ibrani menggunakan nama nenek moyangnya sebagai sebutan untuk
keturunan-keturunannya. Sejajar dengan hal ini ada gagasan mengenai akan
datangnya tunas bagi Daud (Yer. 33:15). Dengan Daud-lah Allah akan membuat
Perjanjian. Daud menjadi istilah yang berarti Israel yang dipulihkan. Gagasan
mengenai raja keturunan Daud itu tentu berkaitan dengan mesias secara politik,
karena itu tidak dapat disangkal bahwa dalam agama Yahudi pada masa Yesus dan
perkembangan jemaat Kristen, ada kepercayaan bahwa Mesias yang akan datang itu
mempunyai hubungan yang erat dengan Daud.[14]
2. Natan
Setelah Daud membangun bait
suci bagi Tuhan, nabi Natan diutus Tuhan untuk menyampaikan janji Allah kepada
Daud bahwa sang Mesias akan barasal dari keturunannya, sebagai raja abadi,
seperti dikatakan Tuhan, “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan
Aku akan mengokohkan tahta kerajaannya untuk selamanya” (2 Sam. 7:13).
3. Amos
Nabi Amos berasal dari Tekoa,
dia dipanggil Allah menjadi nabi di kerajaan Utara menjelang akhir pemerintahan
raja Yerobeam II.[15] Dimana
Amos memberitakan sesuatu yang baru bagi Israel, yaitu Allah akan menghukum
bangsa-Nya; hari Tuhan bukanlah suatu hari keselamatan bagi Israel, melainkan
hari pengadilan dan penghukuman.[16]
Amos diutus untuk sesuatu yang penting yaitu mengenai hukuman dan keselamatan.
Amos memandang Allah sebagai Tuhan yang berdaulat atas seluruh bumi. Ia bukan
hanya sebagai pelepas Israel dari Mesir, melainkan bangsa lain. Oleh karena
itu, bangsa itu harus memenuhi standar keadilan Allah. Setiap bangsa yang gagal
memenuhi standar itu maka akan mendapat hukuman, bukan oleh dewa-dewa mereka
sendiri, melainkan oleh satu-satunya Allah yaitu, Yahweh.[17]
Dari pengalaman Amos bisa dijelaskan bahwa bagi Amos susunan masyarakat dan sistem
yang berlaku dilihat hal yang pantas dihancurkan, perlu ada perubahan mendasar
sehingga Israel menjadi sebagai tembok yang runtuh dan perlu dibangun serba
baru.[18]
Nabi Amos menyerukan nubuatan
tentang Mesias yang berasal dari keturunan Daud. Amos mengatakan bahwa kerajaan
Daud akan kembali besar menguasai Israel yang telah dipersatukan dan menguasai
bangsa-bangsa tetangga termasuk Edom.[19] Amos melihat bahwa hubungan Allah-Israel
tidak akan putus sama sekali, walaupun Israel tidak setia. Tetapi, mereka yang
tidak mengindahkan peringatan Allah (9:10). Mereka yang berpaling kepada Yahweh
akan diselamatkan dan dibawah ke masa keselamatan (5:6, 14-15). Masa
keselamatan itu adalah kerajaan Daud seperti pada masa awal kerajaan Dinasti
Daud yang pamornya sudah merosot akan kembali memerintah Efraim dan Yehuda yang
bersatu.[20]
4. Hosea
Nabi Hosea adalah nabi setelah
nabi Amos muncul dan masa kerjanya jauh lebih panjang ketimbang Amos. Latar belakang
pribadi Hosea sangat berbeda dengan Amos namun berita yang disampaikan sangat
mirip dengan berita dari nabi Tokea.[21] Kepada
Nabi Hosea Tuhan menyuruh sesuatu yang sangat menyolok, yaitu: “pergilah,
kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal.” Kepada
anaknya juga harus diberi nama yang istimewa yang telah ditentukan Tuhan
sendiri.[22]
Hosea bernubuat bahwa pada masa
akhir nanti Israel akan kembali mencari Daud dan kemudian bergabung kembali
dengan Yehuda dan mengakui Daud sebagai rajanya (1:11; 3:5). Hosea diutus Tuhan
untuk mencitai Gomer seorang wanita sundal kemudian menebus dia. Ini juga
seperti gambaran tentang mesias yang nantinya juga akan menebus umat manusia.
Hosea menubuatkan dalam Hosea 11:1 bahwa Allah memanggil Anak-Nya yaitu Mesias
dari Mesir. Dan ini telah digenapi dalam Matius 2:20. Mesias yang lahir di
Betlehem Efrata, keturunan Daud dan lahir dari seorang perawan harus dipanggil
dari Mesir. Hosea memfokuskan bahwa Mesias adalah raja yang datang dari
keturunan Daud.
Ada lima aspek yang spesifik
dari janji Tuhan di kitab Hosea, yaitu:
a.
Mesias akan datang ketika Israel datang
kepada Tuhan.
b.
Mesias berasal dari keturunan Daud.
c.
Ia akan menjadi raja yang besar.
d.
Ia akan membuat bangsa-bangsa tunduk
kepada-Nya.
e.
Mesias diidentifikaskan dengan Yahweh.[23]
5. Yesaya
Nabi Yesaya memulai
pelayanannya di Yehuda setelah meninggalnya raja Uzia (740 SM) sampai
pemerintahan raja Yotam (740-733 SM), Ahas (733-714 SM0, dan Hiskia (714-696
SM). Nabi Yesaya adalah seorang nabi yang berpendidikan dan mengenal keluarga
raja dan memberikan nasehat secara nubuat kepada raja
yang memerintah Yehuda mengenai politik Negara.[24]
Walaupun Yesaya mengetahui rencana kehancuran Yehuda, tetapi ia tetap berpegang
pada harapan bahwa penguasa masa depan yang akan diurapi akan datang dan akan
berasal dari keturunan Daud. Yesaya menubuatkan bahwa Mesias akan lahir dari
seorang perawan (Yes. 7:14) dan ini digenapi dalam Mat. 1:23. Nubuat ini telah
dinubuatkan Yesaya kurang lebih 700 tahun sebelum Yesus Lahir. Mesias
dinyatakan dalam Yes. 7:14 layak mendapat gelar Imanuel yang berarti Allah
menyertai kita. Dalam Yes 9:5, Anak yang lahir, putera yang diberikan,
diuraikan sebagai “Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai.”
Dinubuatkan Yesaya bahwa Mesias akan memerintah atas sisa bangsa yang selamat
dengan hukum dan keadialan. Ia akan dipenuhi oleh Roh Allah (Yes. 7:13; 9:5-6;
11:1-9).
Nenek moyang dinasti Daud digambarkan
sebagai sebagai tunggul dan keturunannya sebagi tunas-tunas
baru. Dengan nubuatan ini Yesaya melengkapi gambaran sang Mesias. Dinasti daud
sudah merosot, hanya tinggal tunggulnya yang tinggal dari pohon yang tadinya
besar. Tetapi, tunggul ini akan menghasilkan penguasa yang jauh lebih daripada
penguasa-pebguasa Yehuda sebelumnya, sebab Roh Allah akan ada
padanya. Penguasa keturunan Daud baru ini akan membawa hukum keadilan dan
kebenaran bagi seluruh dunia. Ia akan mengumpulkan bangsa Israel yang terserak,
juga bangsa lain yang akan datang pada-Nya. Nubuat ini memperjelas bahwa
pembaruan janji Allah kepada wangsa Daud adalah bagian dari keselamatan yang
dijanjikan.[25]
6. Mikha
Nabi Mikha menubuatkan bahwa
Mesias tidak hanya berkuasa atas Israel dan Yehuda, tetapi pemerintahannya akan
sampai ke ujung bumi (Mi. 5:1-4). Mikha menguraikan bahwa Anak anak yang akan
lahir itu sebagai seorang yang permulaannya sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Pernyataan ini merupakan pernyataan yang kuat tentang keberadaan sang Mesias
sebelum Ia lahir kedunia. Gabungan kesaksian diatas ini dengan
kesaksian-kesaksian lainnya memastikan hanya bila Ia datang, Mesias itu adalah
Allah dan Manusia di dalam satu pribadi. Mikha menggambarkan bahwa Mesias akan
datang sebagai sosok yang sederhana, yang lahir di kota kecil Betleham (Mi.
5:1). Kelahiran sang Mesias telah dinubuatkan lebih kurang 700 tahun
sebelumnya.[26]
Nubuatan ini dilengkapi Mikha dengan penunjukan
kota kecil Betlehem di Benyamin (Benyamin disini identis dengan Efrata
adalah baru , sebab menggeser kedudukan Yerusalem sebagai tempat asla
kedatangan Mesias. Ada pendapat yang mengatakan ini berarti bahwa asal-usul
Mesias itu bukan dari keturunan-keturunan utama Daud, melainkan dari kaum
Efrata yang tidak berarti, yang juga menjadi suku asal Daud. Mikha menyebut
wangsa Daud sebagai asal-usul Mesias, sesuai tradisi yang sudah lama hidup di
Israel. Ini berarti sama dengan Imanuel dalam kitab Yesaya.
Mikha menyimpulkan empat pokok
tentang kedatangan Mesias:
a.
Raja yang akan datang sudah ada sejak
masa sebelum ada dunia.
b.
Yang dimaksud dengan Mesias adalah
seorang keturunan Daud.
c.
Ia adalah orang yang datang kembali,
yaitu Daud.
d.
Ia lahir bukan di kota besar
Yerusalem, melainkan di kota kecil Betlehem.[27]
7. Yeremia
Yeremia adalah anak Hilkia. Ia
berasal dari kota kecil Anatot (Yer. 1:1) sekitar tiga mil sebelah Timur Laut
Yerusalem. Yeremia dipanggil menjadi nabi ketika ia masih muda dan belum pandai
berbicara (Yer. 1:6), yaitu pada masa pemerintahan raja Yosia tahun 627 SM.
Yeremia dipanggil untuk mengabarkan hukuman yang akan datang oleh Allah atas
bangsa-Nya dan yang akan dilaksanakan dengan jatuhnya Yehuda dan Yerusalem
dengan pembuangan ke Babylon. Nabi ini sama seperti Hosea selalu merasakan kasih
Allah terhadap Israel dengan begitu kuat, dipakai sebagai utusan Allah justru
pada masa yang gelap itu. Kendati semuanya itu Yeremia tetap percaya bahwa
bangsa Israel dan Yehuda akan diselamatkan. Dia selalu memanggil bangsanya
untuk memperbaharui hati dan hidup mereka untuk kemuliaan Allah.[28]
Nabi Yeremia mengalami
malapetaka tahun 587/586 SM, ketika Negara Yehuda, dibawah pemerintahan raja
Zedekia berakhir dan seluruh pemuka serta sebagian rakyat di bawa ke
pembuangan.[29]
Walaupun kerajaan Yehuda Hancur, Yeremia yakin bahwa Allah tidak akan
meninggalka Israel (Yer. 14:7-9, 21-22). Ia memberi semangat kepada bangsanya
dengan nubuat-nubuat yang diambilnya dari tradisi nabi-nabi yang lama. Di
antaranya dapat kita sebutkan, kalimat-kalimat keselamatan yang mesianis.
Pengharapan Mesias dalam kitab Yeremia lebih samar dari kitab Yesaya. Terutama
dimasa awal panggilannya, ia masih menunggu jawaban bangsa Yehuda apakah mau
atau tidak menaati Yahweh. Yeremia banyak mengaitkan nubuatannya pada tradisi
lamatentang penyelamatan dari Mesir, perjanjian di Sinai, dan penguasaan
Palestina. Jadi dengan kedatang Mesias, Yeremia mengharapkan kepulangan kaum
buangan dan kebangkitan kembali kerajaan Israel. Mesias yang akan akan datang
itu adalah tunas adil yang membawa hukum dan keadilan; yang bersalah akan
dihukum dan yang tidak bersalah akan dibebaskan serta ketenangan dan keamanan
akan dipulihkan.[30]
2.4.2.
Nabi
Masa Pembuangan
1. Yehezkiel
K. Begrich dalam bukunya
mencoba menjelaskan bahwa sejarah bangsa Israel dan sejarah monoteisme. Tatkala
kerajaan Israel hancur, agama tetap hidup berkat usaha para nabi yang
melestarikan sisa-sisa nasionalisme. Nasinalisme Israel ini berjalan dengan
ikatan perjanjian dan teokrasi Allah atas Israel. Oleh karena itu, eksistensi
kerajaan berkaitan erat dengan nubuat tentang pengharapan Mesias, maka
kombinasi pengharapan mesianis/eskhatologi ini terkait dengan keturunan wangssa
Daud. Jadi, timbullah nubuat-nubuat yang menjanjikan pemerintahan seorang
keturunan Daud yang mempunyai kemampuan luar biasa seperti wakil Allah yaitu
Mesias. Yehezkiel mengharapkan penggenapan akan nubuatnya terwujud dalam waktu
yang tidak lama. Kerajaan ilahi yang dibayangkan Yehezkiel tidak universal,
karena ia masih melihat adanya kerajaan-kerajaan kafir.[31]
2.4.3.
Nabi
Setelah Masa Pembuangan
Pada masa in Allah mengutus
nabi untuk menganjurkan kepada bangsa Yahudi supaya melanjutkan pembangunan
bait suci untuk menghibur hati mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.
Hagai bertindak pada tahun kedua dari pemerintahan Darius, dan
nubuatan-nuabuatannya. Selain itu salah seorang dari imam, bekerja dalam waktu
yang sama dengan Hagai bernama Zakharia bin Berekhya. Nubuatannya memuat
delapan penglihatan yang di dalamnya Tuhan memperlihatkan kepada Zakharia apa
yang akan terjadi kepada umat Allah dan bangsa-bangsa lain, serta penggambaran
nabi tentang hukuman Allah yang akan menimpa bangsa-bangsa.[32]
Hagai
dan Zakharia
Hagai sangat yakin bahwa
penggenapan janji Allah akan terlaksana dalam waktu singkat. Hagai yakin bahwa
dalam nama Zerubabel, keturunan Daud mempunyai peran besar dalam kembalinya
bangsa dan pembangunan bait Allah, akan wujud penggenapan masianis bangsa
Israel (Hag. 1:1-12; 2:21-24). Hagai dan Zakharia hidup pada jaman ketika
beberapa dari pengharapan ini digenapi. Mereka menganggap bahwa pengharapan
akan seorang penguasa dari keturunan Daud telah digenapi dalam diri Zerubabel
(Hag. 2:20; Za. 3:7; 4:6-10). Karena melihat pembangunan bait Allah, maka Hagai
yakin bahwa penggenapan janji dalam nubuat nabi-nabi dari masa pra-pembangunan
(Yeremia, Yehezkiel dan yesaya) yang berakar pada nubuat nabi Natan (2 Sam. 7)
akan terwujud pada masa hidupnya. Sebenarnya yang terjadi meskipun
orang-orang Yahudi diizinkan untuk kembali ke tanah air mereka oleh Kaisar
Persia, Koresy pada tahun 538 SM dan meskipun mereka melanjutkan eksistensi
sebagai umat Allah, banyak dari pengharapan-pengharapan yang telah diungkapkan
oleh para nabi itu tetap tidak digenapi.
Tidak ada tanda-tanda
bersatunya kerajaan Utara dan kerajaan Selatan, Israel dan Yehuda, seperti yang
Yeremia dan Yehezkiel harapkan. Tidak
ada Daud yang baru , bahkan tidak juga seorang anak laki-laki dari Daud yang
muncul memerintah umat dengan keadilan dan kemakmuran. Pada kenyataannya
pengharapan-pengharapan itu didasarkan atas kepercayaan para nabi kepada Allah
yang kasih-Nya kepada umat-Nya berlanjut pada seriap keadaan dan yang tidak
dapat begitu saja mencampakkan mereka untuk selama-lamanya.[33] Zakharia
menubuatkan bahwa akan ada yang menghianati Mesias. Dan dalam kitab mat.
27:9-10, dapat dilihat penggenapannya dari nubuatan Zakharia 11:12, bahwa Yudas
Iskariot menghianati Tuhan-nya dengan harga seorang budak 30 keping perak (Kel.
21:32).
2.5.
Refleksi
Teologis
Penharapan akan keselamatan
yang ditawarkan di dalam Perjanjian Lama adalah pengharapan mesianis, dimana
Allah berkarya memberi kasih karunia kepada bangsa Israel sejak bangsa itu
diciptakan sampai kepada keselamatan yang akan datang. Mesias adalah sosok yang
dapat membebaskan umat-Nya dari penderitaan yang akan memberikan keadilan dan
kebenaran terhadap umat-Nya. Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan melindungi,
memberkati, dan memberikan kehidupan kepada setiap ciptaan-Nya. Seperti dalam
Yesaya 7:14 “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu
pertanda: sesungguhnya akan lahir seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan
dia Imanuel.” Allah sendiri akan menyertai Israel untuk melepaskannya bangsa
itu.
III.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penulis
dapat menyimpulkan bahwa harapan adalah pengharapan akan sesuatu yang baik di
sepanjang kehidupan. Dimana masa hidup maka disitu ada pengharapan. Hidup yang
benar adalah dasar kita untuk berharap. Memiliki harapan untuk masa depan
menunjukkan bahwa ada sesuatu yanga baik dalam diri kita dimana harapan selalu
langsung ditujukan oleh manusia kepada Allah. Kata Mesias diambil dari bahasa
Aram mesyiha, yaitu dialek dari
bahasa Ibrani masyiah yang berarti
“yang diurapi.” Pada awalnya kata ini menunjuk kepada raja yang sedang berkuasa
di Kerajaan Israel Raya, terutama dari dinasti Daud. Kata yang berarti
“diurapi” tersebut juga berarti “orang yang akan menjadi juruselamat umatnya,”
dalam Perjanjian Lama juga digunakan untuk para raja-raja dan untuk imam-imam,
terutama raja Daud dan para penggantinya, tetapi juga untuk Koresy (Yes. 45:1).
Sesuai kebiasaan Israel kuno yang melihat tindakan pengurapan sebagai pemilihan
dan pengudusan Allah. Orang yang diurapi dianggap sebagai milik Allah dan
mendapat tugas khusus. Tokoh yang dilantik dengan pengurapan biasanya raja dan
imam, atau pun tokoh yang dipilih Allah
sendiri. Dalam Perjanjian Lama, istilah tersebut dikenakan kepada raja dan
orang-orang Yahudi yang diurapi saat peristiwa pelantikan dirinya (1 Sam. 10:1,
Mzm. 2:2). Dari berbagai alasan yang menyebabkan adanya pengharapan tersebut
diantaranya adalah karena Allah telah menjanjikan datangnya Juruselamat.
IV.
Daftar
Pustaka
, The Messiah in the Old testament, Michigan: Zondervan Publishing
House, 1995
…..Kamus Besar Bahasa Indonesia
Bakker, F. L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta:
BPK-GM, 2007
Barth, C., Teologi Perjanjian Lama 2, Jakarta:
BPK-GM, 2009
Benson, Clarence H., Pengantar Perjanjian Lama: Puisi dan Nubuat
(Ayub-Maleakhi), Malang: Gandum Mas, 1997
Blommendal, J., Pengantar Kepda Perjanjian Lama,
Jakarta: BPK-GM, 2010
Brown, Colin (Ed), The New International Dictionary of New
Testament Theology, Michigan: Grand Rapids, 1986
Browning, W. R. F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007
Darmawijaya, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama 2,
Yogyakarta: Kanisius, 1992
Darmawijaya, Warisan
Para Nabi, Yogyakarta: Kanisius, 1992
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:
BPK-GM, 1991
Kac, Arthur Wm, The Messianic Hope, Michigan: Baker Book
House, 1975
Kaiser, Walter C., Teologi Perjanjian Lama, Malang: Gandum
Mas, 2013
Kittel, Gerhard,
Gerhard Friedrich (Ed), Theological
Dictionary of The New Testament Vol. II, Michigan: Grand Rapids
Ludji, Barnabas, Kerajaan Mesias, Jakarta: UPI STT
Jakarta, 2002
Mowvley, Harry, Penuntun ke dalam Nubuat Perjanjian Lama,
Jakarta: BPK-GM, 2001
Rothlisberger, H., Firmanku Seperti Api, Jakarta: BPK-GM,
2010
Seybold, masah dalam Theological Dictionary Of The
Old Testment Volume IX, ed: G. Johannes Botter Week- Ringgren, Helmer,
Heinz-Josef Fabry, Michigan/Cambridge, U. K: Williams B. Edrmans Publishing
Company, 1974
Siahaan, S. M., Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama,
Jakarta: BPK-GM, 2008
Tasker, R. V. G., “Harapan” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa
KIni Jilid A-L, (Jakarta: YKBK,1995),
W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Sastra dan
Nubuat), Jakarta: BPK-GM, 2011
Wahono, S. Wismoady, Disini Ketemukan, Jakarta:BPK-GM, 2011
[3] R. V. G.
Tasker, “Harapan” dalam Ensiklopedia
Alkitab Masa KIni Jilid A-L, (Jakarta: YKBK,1995),
[4] Colin
Brown (Ed), The New International
Dictionary of New Testament Theology, (Michigan: Grand Rapids, 1986), 239
[5] Gerhard
Kittel, Gerhard Friedrich (Ed), Theological
Dictionary of The New Testament Vol. II, (Michigan: Grand Rapids), 523
[6] Seybold, masah dalam Theological Dictionary Of The
Old Testment Volume IX, ed: G. Johannes Botter Week-Helmer Ringgren,
Heinz-Josef Fabry, (Michigan/Cambridge, U. K: Williams B. Edrmans Publishing
Company, 1974), 44
[19] Walter C.
Keiser, The Messiah in the Old testament,
(Michigan: Zondervan Publishing House, 1995), 6
[29]Clarence
H. Benson, Pengantar Perjanjian Lama:
Puisi dan Nubuat (Ayub-Maleakhi), (Malang: Gandum Mas, 1997), 48
No comments:
Post a Comment