Arti dan Makna
Kerajaan Allah dalam
Injil Yohannes Dan Refleksinya
Bagi Gereja Masa Kini
I.
Pendahuluan
Berbicara
mengenai topik Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang selalu menarik, tetapi
sekaligus merupakan sesuatu yang selalu menantang.Menarik untuk membicarakan
hal ini, oleh karena orang-orang Kristen bergumul dengan tema tersebut dalam
kehidupan mereka. Disebut menantang,
oleh karena tidak mudah untuk memahami tentang tulisan-tulisan Perjanjian Baru
mengenai topik tersebut. Hal ini
mengundang banyak perdebatan pendapat mengenai topik Kerajaan Allah. Eldon Ladd berkata dalam bukunya Injil Kerajaan bahwa “Tidak ada pengajaran
lain dalam Perjanjian Baru yang diperdebatkan dengan begitu bersemangat seperti
topik Kerajaan Allah ini.” Jadi, dapat dikatakan bahwa topik Kerajaan Allah
adalah sesuatu yang senantiasa menarik untuk dikaji dan diselidiki.
Georgia Harkness dalam bukunya Understanding the Kingdom of God mengatakan bahwa “Jesus preached the
kingdom of God. We preach Jesus. In him and through the power of his message
the kingdom is available to us. But can we preach Jesus or even understand him
without understanding God’s kingly rule, the central note in all his preaching? Kutipan ini
mempertegas tentang sulitnya untuk mengkhotbahkan Yesus atau memahami Yesus
tanpa mengerti Kerajaan Allah sebagai pusat dari pemberitaan Yesus
sendiri. Dengan demikian, maka pemahaman
tentang Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang sunguh-sungguh diperlukan.
Kerajaan
Allah merupakan sebuah tema sentral Perjanjian Baru yang tidak selalu mudah
untuk dijelaskan dalam kelas-kelas teologi; bahkan lebih dari pada itu, selalu
menjadi bagian diskusi yang hangat dalam percakapan-percakapan kelas atau pun
di antara para teolog. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa tema ini perlu diperhatikan secara serius dalam studi
Perjanjian Baru, kapan pun dan di mana pun.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Injil Yohannes
Injil Yohanes merupakan injil ke empat dari Perjanjian
Baru setelah injil Sinoptik. Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes. Kitab
ini ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, ditulis sebelum tahun 100 M.
Mengingat bahwasanya naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir. Karena
tulisan-tulisan ini pada masa itu dalam berbentuk naskah, sehingga kemungkinan
besar adalah tahun 70 M. kitab ini di tulis dan ditujukan terutama untuk orang
Yahudi, tetapi Yohanes menerjemahkan istilah “Rabi” dan “Mesias”. Supaya
pembaca yang lain yang bukan sasaran utama tidak menjadi bingung, tetapi kita
harus ingat bahwasanya pertama sekali injil ini adalah untuk menginjili orang
Yahudi. Tema utama dalam Injil Yohannes adalah Yesus, sebagai Wujud kasih Allah
untuk menebus dosa manusia, supaya manusia memperoleh keselamatan/ Kehidupan
yang kekal[1]
2.2. Pengertian Kerajaan Allah Secara Umum
Kerajaan Allah berasal Dari
Bahasa Yunani “Basilea ” yang artinya Kerajaan. Namun hal ini
bukanlah suatu pemerintahan seorang raja, melainkan perbuatan atau aktivitas
pemerintahan. Kerajaan Allah adalah
pemerintahan Allah atas ciptaanNya, dimana Ia menunjukkan kedaulatan dan
KekuasaanNya atas segalaNya, Basilea juga
merupakan anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia.[2]
Secara sederhana
kerajaan Allah adalah wujud dari pemerintahan Allah sebagai Raja yang memiliki
otoritas dan berkuasa atas segala sesuatu, sebab segala sesuatu dijadikan oleh
Dia (Yoh 1: 3).
a.
Pandangan Gereja
Katolik
Gereja Katolik
menyamakan kerajaan Allah dengan gereja yang ada di dunia ini. Melalui hierarki
gereja, Kristus diwujudkan sebagai Raja dari Kerajaan Allah, ruang lingkup
kerajaan adalah sama dengan batas kekuasaan dan kekuatan gereja di dunia ini.
Perluasan kerajaan terjadi melalui misi dan perkembangan gereja di dunia.
b.
Pandangan Gereja
Reform
Para reformator lebih
menekankan makna rohani dari Kerajaan Allah , di mana Kerajaan Allah adalah, di
mana Kerajaan Allah adalah: gereja yang tidak “terlihat”/ gereja yang am. Di
mana Kristus adalah Raja dari Kerajaan Allah yang memiliki kekuasaan secara
absolute.
c.
Pandangan Gereja
Liberal
Pandangan ini
dikembangkan lebih secara moralitas sehingga Kerajaan Allah disamakan dengan tersebarnya damai, kasih dan kebenaran di
dunia ini[3]
2.3. Arti Kerajaan
Allah Menurut Injil Yohannes
Yang paling utama dalam Injil Yohanes tentu
saja adalah Yesus yang oleh-Nya janji Allah mencapai penggenapan-Nya. Injil
Yohanes berbeda sekali dengan injil-injil sinoptik, karena sifat eskhatologis
injil Yohanes tidak diungkapkan dengan istilah “Kerajaan Allah”, tetapi “Hidup
yang Kekal”. Secara sederhana mencatat di sini bahwa kehidupan yang kekal
menunjuk kepada kehidupan di masa yang akan datang. Yohanes menekankan bahwa
kehidupan masa yang akan datang itu sudah menjadi milik orang yang percaya
kepada Yesus (Yoh 5:24), sehingga Yohanes menekankan perwujudan janji janji
akhir zaman pada masa kini.[4]
2.3.1.
Percakapan
Yesus dengan Nikodemus ( Yohannes 3 ) tentang “Kerajaan Allah”
Dalam
Injil Yohannes sedikit berbicara mengenai Kerajaan Allah, hanya dua kali yang menyatakan gagasan itu. Hal itu secara
khusus telah menekankan pengajaran tentang
kehidupan kekal dengan cara sejajar dengan pengajaran tentang kerajaan
Allah dalam kitab-kitab injil sinoptik , seakan kedua hal itu; yakni kerajaan
Allah dan kehidupan kekal memiliki arti yang sama artinya.
Yang pertama adalah dalam Yohannes 3: 3 yang terdapat dalam percakapan
Yesus dan Nikodemus , kata -kata Yesus “sesungguhnya Jika seorang pun tidak
dilahirkan kembali, ia tidak melihat kerajaan Allah”, hal ini sangat
membingungkan Nikodemus , gagasan lahir kembali yang dipahaminya secara
harafiah , tetapi gagasan kerajaan tidak membingungkan baginya, karena hal itu
sudah biasa bagi dia. Sama seperti dalam injil –injil sinoptik gagasan itu
dikemukakan tanpa penjelasan. Tetapi ayat itu melangkah letak jauh dari kitab-kitab injil sinoptik karena dihubungkannya “keikutsertaan dalam kerajaan dengan “kelahiran Baru”.[5] Dalam pengertian orang Yahudi bahwa kerajaan
Allah itu dilihat pada akhir zaman , pada waktu itu mereka mengalami
kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Kaitan antara kerajaan Allah dan
kehidupan kekal memang kuat dalam injil sinoptik ( Mrk. 9:43-47). Namun dalam
injil Yohannes tema kerajaan Allah jarang dipakai yang sering dipakai adalah
dengan arti yang hampir sama, adalah ungkapan “kehidupan yang kekal” berita
yang mengejutkan dalam injil sinoptik adalah saat ini kerajaan Allah sudah
datang. Demikian juga diberitakan dalam injil Yohannes bahwa kehidupan kekal
sudah dapat di Alami ( Yoh 3:16). [6]
Pemahamanan orang Yahudi akan Kerajan Allah demikian juga menurut Nikodemus (
Yoh 3, sebagai orang Yahudi yang saleh Nikodemus menantikan kerajaan Allah itu
dalam sejarah. Keunikan kabar dan Misi Yesus menggemparkan orang Yahudi seperti
Nikodemus, ialah bahwa kedatangan Mesias, Kerajaan Allah ( Kehidupan Kekal ) sudah dinyatakan secara Resmi tetapi belum
Seutuhnya. . Kerajaan Allah sudah didirikan ( Kehidupan kekal telah
diterima ), namun perwujudan seutuhnya kerajaan Allah itu ( pemilikan penuh
kehidupan kekal ) masih akan terjadi. Dalam periode ini Yohannes bekerja
sebagai penginjil dengan menyatakan kemuliaan Yesus, dan mendorong para
pembacanya menuju pengabdian pada Yesus ( Yohannes 20:31), suatu keputusan yang
merupakan jalan masuk ke dalam kerajaan Allah ( menerima hidup kekal ).
Pernyataan Yesus dalam Yohanes 3 mengejutkan Nikodemus mengenai syarat masuk
kedalam kerajaan Allah . sebagai Yahudi ia berfikir bahwa kerajaan ia dapat dari
latar belakang kebangsaan dan sunatnya, apalagi ia seorang pakar agama ( Farisi
), namun Yesus mengatakan bahwa ia harus dilahirkan kembali. [7]
Ucapan ini membicarakan lebih dari
sekedar “melihat”, yang dipersoalkan adalah syarat masuk. Lagipula peran serta
Roh dalam kelahiran-kembali
memperlihatkan dengan jelas bahwa ini adalah pekerjaan ilahi, membuang gagasan
bahwa Kerajaan Allah adalah pekerjaan manusia . [8]
Kerajaan Allah dalam injil Yohannes 3: 3, mengatakan “Kerajaan Allah” yang
berarti bahwa kerajaan Allah bukan sedar tempat. Kerajaan Allah adalah apa yang terjadi ketika
Allah memerintah dan umat Allah
melakukan kehendak Allah, seperti
melayani orang lain dan memberitahukan kabar baik tentang Yesus.[9]
setiap warga haruslah menyerahkan diri pada suatu perubahan radikal yang
membuatnya menjadi ciptaan baru. Kelahiran baru secara Rohani, tampaknya sangat
diperlukan sebagai syarat untuk masuk kepada kerajaan, atau lebih tepatnya
bahwa kelahiran Baru adalah menjadi pintu masuk kepada kerajaan. [10]
Dalam percakapannya Yesus mengatakan “engkau tidak mengerti akan hal itu”, yang
dimaksud disini adalah bahwa sorga adalah perkara Allah bukan dunia. Yesus menerangkan tentang pekerjaan Allah di
dunia ini, ia mengasihi manusia. Tidak suka ia menghukum dunia ini melainkan
menyelamatkannya , karena itu aku disuruh ke dunia ini “dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang Gurun ,
supaya orang yang memandangnya menjadi sembuh
demikian juga anak Manusia harus ditinggikan. Ia akan disalibkan supaya
berjuta-juta orang yang telah digigit ular beroleh selamat”. “karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tida binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal”, itulah
kerajaan Allah. Bukan suatu kerajaan yang kejam, perang. Mesias tidak akan
bertempur melawan orang Romawi, Kerajaan Allah adalah cinta kasih dan
kelepasan. Dan Mesias telah datang untuk
menyerahkan diriNya kepada maut, supaya barangsiapa yang percaya kepadanya
beroleh selamat.[11]
Kita tahu, Melaui Kisah ini dan setelah Rasul Yohannes merenungkannya Kembali ,
Ketika ia menulis Kitab ini , ia menoleh kebelang dan teringat akan kisah di
Kayu salib, Lalu ia mengatakan “Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini,
supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa melainkan memperoleh
hidup yang kekal ( Yoh 3: 16)”.[12]Makna
dari kata Dilahirkan juga bermakna “Melihat Terang”, masuk ke dalam terang,
ungkapan Yesus tentang Kelahiran Kembali dalam injil Yohannes ini adalah makna
yang sangat mendalam, Melihat Kerajan Allah adalah mengalami pemerintahan Allah
, atau menjadi bagian dari Kerajaan Allah ( mengalami Allah memerintah dalam
hidupnya), Kerajaan Allah dalam injil Yohannes yang diartikan sebagai
“pemerintahan Allah atas kehidupan Manusia.”[13]
Melalui Percakapan Yesus kita kita melihat bahwa Kerajaan Allah atau Kehidupan
yang kekal itu dapat kita peroleh, atau masuk ke dalam kerajaan Allah apabila
kita sudah lahir baru, secara etisnya bermakna pertobatan atau kembali kepada
jalan Allah, kembali kepada terang itu, menyerahkan totalitas hidup kita untuk
Tuhan.
2.3.2. Percakapan Yesus
Dengan Pilatus tentang “Kerajaan”
Di dalam Injil Yohannes juga
terdapat kata “Basilea eme” yang artinya kerajaanku yang terdapat dalam Yohhanes 18:3
pada perikop ini , Pilatus bertanya pada Yesus “engaku inikah Raja Orang Yahudi?” , hal ini
dipertanyakan Pilatus karena ia mengangap hal itu secara politis . Yesus
menjawab “kerajaan Ku bukan dari dunia ini, Jika kerajaan Ku dari dunia
ini pasti hamba-hamba Ku telah melawan,
supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi , tetapi kerajaan Ku bukan
dari dunia ini ( Yohanes 18:3-36)”. Yesuslah sebagai Raja yang lahir dari dunia
ini untuk member kesaksian tentang kerajaan . Pernyataan itu bukan dimaksudkan
menyelubungi , melainkan sebelaiknya untuk member kesasksian. Pernyataan ini juga bukanlah sepenuhnya
menyatakan bersifat pribadi “Kerajaan-Ku” , di dalam injil Yohannes kerajaan
tidak berfokus di dalam Allah tetapi “eme” ( di dalam Aku / Yesus ) jika Yesus memprolamirkan kerjaa-Nya,
berarti juga memprolamirkan kerjaan Allah, ‘Kerajaan Allah itu sama dengan
kehidupan yang kekal.[14]
Yesus tidak mengatakan bahwa dunia ini bukan wilayah kekuasan-Nya, tetapi
Kekuasan-Nya bukan bersumber dari Manusia.[15]
2.3.3. Ungkapan Nathanael
kepada Yesus “Raja orang Israel” dengan “Anak Allah”
Ungkapan Lain dalam Injil
Yohannes adalah dimana Nathanel mengatakan gelar “Raja orang Israel” dengan
“Anak Allah” ( Yoh 1: 49 ) dan kedua gelar itu diterima Yesus tanpa protes.
Apapun yang dikatakan Nathanael adalah, bahwa Yesus menyadari dirinya sebagai
raja Rohani dan ia memahami gelar itu dalam kerangka pengertian ini. Gelar yang diberikan kepada Yesus ketika
memasuki Yerusalem ( Yoh 12:13):
“Hosana”, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel .[16]
Ungkapan Nathanael “Raja orang Israel ” jelas merupakan gelar untuk mesias.
Dalam 2 Samuel 7: 14, dan Mazmur 2:7 . Allah menyapa sang Mesias dengan sebagai
“Anak-Ku”.[17]
2.4. Makna Kerajaan Allah Menurut Injil Yohannes
Injil
sinoptik menekankan penggenapan janji Allah dengan berbicara mengenai kerajaan
Allah. Namun, dalam injil Yohannes, fokusnya bukan terletak pada kerajaan Allah
melainkan pada kehidupan yang kekal. Namun, kedua hal itu tampak serupa.
Seperti dikatakan Kontensberger, bahwa ungkapan “kerajaan Allah” dan ‘kehidupan
yang kekal’ pada dasarnya ekuavalen disarankan melalui penggunaan pararelnya
dalam Matius 19:16, 24. Yohannes secara
khusus menekankan bahwa hidup ini
tersedia sekarang bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Sebaliknya, orang
yang tidak menaruh kepercayaan kepada Yesus berada dibawah hukuman Allah bahkan
saat ini juga. Meskipun Yohannes
berfokus kepada Esaktologi masa kini, salah bila ia menyimpulkan bahwa ia
menghilangkan eskatologi masa yang akan datang. Kita juga mengamati bahwa
dualisme Yohannes tidak boleh ditafsirkan secara onkologis, sebaliknya bahwa
itu juga merupakan paket eskatologisnya. Orang-orang yang menjadi milik Yesus
dibebaskan dari dunia dan kuasanya. Orang yang menerima Yesus akan hidup dalam
terang dan kebenaran, sebab Dia adalah terang dan kebenaran. Sebaliknya orang
yang menolak Yesus akan hidup dalam kegelapan.[18]
Dengan kedatangan Yesus sebagai manusia, Kerajaan Allah ada di dunia ini,
dimana kuasa Allah ada mengalahkan kegelapan disitu ada kerajaan Allah.
Kerajaan Allah datang dengan orang-orang yang percaya kepada Yesus yang
menerima dia sebagai Raja dalam hidupnya, Yesus datang pertama-tama kepada
orang Israel yang sudah lama menantikan kerajaan itu, tetapi mereka tidak
menerima dia ( Yoh 1: 11-13) kerajaan Allah bukan hanya untuk mereka. Kerajaan
Allah terbuka untuk semua Bangsa yang mau percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat kita, Yesus
datang pada kemulianNya di kayu Salib . tidak ada jalan lain, karena justru
kayu Salib merupakan Kemulian-Nya, Disitu lah kemulian dan kasih karuania Allah
dinyatakan ( Bnd Yoh 1:14, 12:32. 33, 37-41). Yohannes Menggarisbawahi singnifikansi dari
Kerajaan Allah sejauh yang dilakukan oleh penulis injil lainnya, Yohannes
memakai istilah “Kehidupan yang Kekal ” untuk mengkomunikasikan hal yang sama.[19]
Yohannes mencoba menjelaskan istilah yang berbeda namun memiliki pengertian
yang sama . Hidup yang kekal merupakan apa yang ada dalam Kerajaan Allah,
sehingga memperoleh Hidup yang kekal berarti masuk ke dalam kerajaan Allah.
2.5.Refleksi “Kerajaan Allah” Menurut Injil Yohannes
Bagi Gereja Masa Kini
Dalam Injil Yohannes
dijelaskan bahwa Kerajaan Allah itu dihubungkan dengan Kehidupan yang Kekal
yang memiliki arti yang sama. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa memperoleh
kerajaan Allah itu atau kehidupan yang kekal itu adalah dengan kelahiran
Kembali. Kelahiran Kembali yang dimaknai adalah pertobatan, kembali kepada
jalan Allah ( Terang), Menerima Yesus sebagai Juruselamat, singkatnya bahwa
dengan menyerahkan totalitas hidup untuk Tuhan.
Pada hakikatnya Gereja
terdiri atas orang-orang yang menjawab panggilan Kristus ( Yoh 17:6 ). Gereja
digambarkan sebagai “Bait Allah yang Baru”
Yakni tubuh-Nya sendiri yang oleh kematian dan kebangkitan-Nya akan
dibangunNya untuk menggantikan Bait Allah Yahudi yang dibuat dari batu ( Yoh
2:20), itulah kawanan domba Allah yang dipimpin oleh Gembala yang baik ( Yoh 10
), dan Ranting-Ranting yang dipanggil untu berbuah, dan Yesus sebagai pokoknya
( Yoh 15), Misi Gereja adalah untuk memberitakan kepada dunia, perkataan ( penyataan ) Kristus dan
menghimpunkan anak-anak Allah dimanapun berada. Hidup Kekal tidak tidak dapat
tidak bersifat etis, dan tidak pernah dipisahkan dari memelihara
perintah-perintah.[20] Gereja/ Ekklesia[21]
yang artinya memanggil keluar, sehingga bertugas dalam bersaksi untuk
memberitakan “Kehidupan yang kekal/ Kerajaan Allah ” itu, memanggil keluar
orang-orang yang dari kegelapan menuju terang Ilahi. Sehinga setiap orang
menjadi percaya, Lahir kembali, menerima Yesus sebagai Juruselamatnya dan menyerahkan totalitas hidupnya untuk Tuhan, dengan
demikian warga Gereja akan memaknai tujuannya hidupnya bukan hal duniawi (
kesenangan/kebahagian di dunia), melainkan adalah Kehidupan yang kekal/ masuk
kedalam Kerajaan Allah. Sebab Kehidupan yang kekal atau Kerajaan Allah diberikan oleh Allah kepada setiap orang yang percaya kepadaNya ( Yoh 3:16), sebaliknya
orang yang tidak percaya akan binasa. Selain
daripada bersekutu dan Bersaksi, dalam pelayanan Gereja ( diakonia ) Gereja
haruslah Mereflesikan pola pelayanan Yesus, atau pola kasih Kristus “sama seperti aku telah mengasihi kamu” ( Yoh
13:34) , cinta kasih adalah keanggotaan Gereja yang sejati dan perintah untuk
mengasihi itu mencakup perintah lainnya. Pemberitaan kerajaan Allah harus
didukung dengan apa yang diberitakan dengan apa yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari , didukung dengan kepedulian kepada orang-orang yang mengalami
keadaan yang sulit melalui pelayanan diakonia, sehingga wujud nyata dari injil
itu ada melalui pelayanan, membuat orang-orang dapat menerima injil keselamtan
itu, Menerima Yesus dalam Hidupnya.
III.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas yang
menjadi kesimpulannya adalah, Kerajaan
Allah hanya dua kali dibahas dalam injil Yohannes yaitu dalam pasal 3:3, dan
pasal 3:5, Tentang percakapan Yesus dengan Nikodemus. Percakapan Yesus dengan
Nikodemus memberikan Pengajaran bahwa Kerajaan Allah hanya dapat dimasuki
ketika sudah lahir Baru, atau yang artinya ketika manusia menyerahkan diri pada suatu perubahan radikal
yang membuatnya menjadi ciptaan baru. Kelahiran baru secara Rohani, tampaknya
sangat diperlukan sebagai syarat untuk masuk kepada kerajaan, atau lebih
tepatnya bahwa kelahiran Baru adalah menjadi pintu masuk kepada kerajaan Allah.
Dalam injil Yohanes kembali menegaskan bahwa Kerajaan Allah sama artinya dengan
kehidupan yang kekal, memang seakan kedua hal ini berbeda namun maknanya sama.
Dalam Yohannes 3:16 mengatakan “setiap orang yang percaya” yang memperoleh
kehidupan yang kekal, atau kerajaan Allah itu. Disinilah peran dari pada
Gereja, Refleksinya adalah Gereja yang disebut dengan Ekkesia memanggil keluar orang-orang yang dalam kegelapan menuju
terang Ilahi ( Yesus )/ Allah yang adalah Raja ( pemilik Kerajaan Allah itu). Maka
setiap orang akan mengalami kelahiran baru, perubahan yang radikal, memaknai
tujuan hidup adalah bukan hal dunia melainkan Kehidupan yang kekal/ Kerjaan
Allah. Gereja bertugas memberitakan Kerajaan Allah/ Kehidupan yang kekal kepada
setiap orang Secara praktikanya melalui persekutuan, kesaksian, pelayanan,
Merefleksikan pola pelayanan Yesus.
IV.
Daftar Pustaka
……., Alkitab Edesi
studi, Jakata: LAI, 2010, 1729
David Imam Santoso, Theologi Yohannes, Malang :
Literatur Saat, 2014
Donald Guthire, Theologia PB ,
Jakarta : BPK-GM, 2001
F.E Drake, Memperkenalkan Teologi
Perjanjian Baru, Jakarta : BPK-GM , 2018
George Eldon, Theologi Perjanjian Baru Jilid II ,
Bandung : Yayasan kalam Hidup, 2002
Green, Joel.B., Scot McKnight and I. Howard
Marshall, Dictionary of Jesus and the
Gospel , Downers Grove, III:
InterVarsity Press,1992
Hagelberg, Dave,
Tafsiran Injil Yohannes , Yogyakarta : ANDi, 2009
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, Jakarta : BPK-GM, 1990
Milne,
Bruce, The Masage of Jhon, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
P.G. Katoppo, pedoman Penafsiran Alkitab Injil Yohannes, Jakarta : LAI, 2014
Prieffer,
Charles F, . Everet. F. Harrison, Tafsiran
Alkitab Wycfllife , Malang : Gandum
Mas , 2010
[3] Joel.B.Green, Scot McKnight and I. Howard
Marshall, Dictionary of Jesus and the
Gospel ( Downers Grove, III: InterVarsity Press,1992), 397
[15] Charles
F. Prieffer, Everet. F. Harrison, Tafsiran
Alkitab Wycfllife , ( Malang : Gandum Mas , 2010), 678
[19] Joel
B.Green, Memahami injil-injil dan kisah
Para rasul ( Jakarta : Persektuan Pembacaan Alkitab , 2005), 205
No comments:
Post a Comment