Arti dan Makna Kerajaan Allah dalam Injil Yohannes Dan Refleksinya Bagi Gereja Masa Kini


Arti dan Makna Kerajaan Allah dalam
 Injil Yohannes Dan Refleksinya 
Bagi Gereja Masa Kini

I.                   Pendahuluan
Berbicara mengenai topik Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang selalu menarik, tetapi sekaligus merupakan sesuatu yang selalu menantang.Menarik untuk membicarakan hal ini, oleh karena orang-orang Kristen bergumul dengan tema tersebut dalam kehidupan mereka.  Disebut menantang, oleh karena tidak mudah untuk memahami tentang tulisan-tulisan Perjanjian Baru mengenai topik tersebut.  Hal ini mengundang banyak perdebatan pendapat mengenai topik Kerajaan Allah.  Eldon Ladd berkata dalam bukunya   Injil Kerajaan bahwa “Tidak ada pengajaran lain dalam Perjanjian Baru yang diperdebatkan dengan begitu bersemangat seperti topik Kerajaan Allah ini.” Jadi, dapat dikatakan bahwa topik Kerajaan Allah adalah sesuatu yang senantiasa menarik untuk dikaji dan diselidiki.
Georgia Harkness dalam bukunya Understanding the Kingdom of God mengatakan bahwa “Jesus preached the kingdom of God. We preach Jesus. In him and through the power of his message the kingdom is available to us. But can we preach Jesus or even understand him without understanding God’s kingly rule, the central note in all his preaching?  Kutipan ini mempertegas tentang sulitnya untuk mengkhotbahkan Yesus atau memahami Yesus tanpa mengerti Kerajaan Allah sebagai pusat dari pemberitaan Yesus sendiri.  Dengan demikian, maka pemahaman tentang Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang sunguh-sungguh diperlukan.
Kerajaan Allah merupakan sebuah tema sentral Perjanjian Baru yang tidak selalu mudah untuk dijelaskan dalam kelas-kelas teologi; bahkan lebih dari pada itu, selalu menjadi bagian diskusi yang hangat dalam percakapan-percakapan kelas atau pun di antara para teolog.  Hal tersebut mengindikasikan bahwa tema ini perlu diperhatikan secara serius dalam studi Perjanjian Baru, kapan pun dan di mana pun.

II.                Pembahasan
2.1.  Pengertian Injil Yohannes
 Injil Yohanes merupakan injil ke empat dari Perjanjian Baru setelah injil Sinoptik. Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes. Kitab ini ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, ditulis sebelum tahun 100 M. Mengingat bahwasanya naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir. Karena tulisan-tulisan ini pada masa itu dalam berbentuk naskah, sehingga kemungkinan besar adalah tahun 70 M. kitab ini di tulis dan ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menerjemahkan istilah “Rabi” dan “Mesias”. Supaya pembaca yang lain yang bukan sasaran utama tidak menjadi bingung, tetapi kita harus ingat bahwasanya pertama sekali injil ini adalah untuk menginjili orang Yahudi. Tema utama dalam Injil Yohannes adalah Yesus, sebagai Wujud kasih Allah untuk menebus dosa manusia, supaya manusia memperoleh keselamatan/ Kehidupan yang kekal[1]
2.2.  Pengertian Kerajaan Allah Secara Umum
Kerajaan Allah berasal Dari Bahasa Yunani “Basilea  ” yang artinya Kerajaan. Namun hal ini bukanlah suatu pemerintahan seorang raja, melainkan perbuatan atau aktivitas pemerintahan.  Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah atas ciptaanNya, dimana Ia menunjukkan kedaulatan dan KekuasaanNya atas segalaNya, Basilea juga merupakan anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia.[2] 
Secara sederhana kerajaan Allah adalah wujud dari pemerintahan Allah sebagai Raja yang memiliki otoritas dan berkuasa atas segala sesuatu, sebab segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yoh 1: 3).
a.      Pandangan Gereja Katolik
Gereja Katolik menyamakan kerajaan Allah dengan gereja yang ada di dunia ini. Melalui hierarki gereja, Kristus diwujudkan sebagai Raja dari Kerajaan Allah, ruang lingkup kerajaan adalah sama dengan batas kekuasaan dan kekuatan gereja di dunia ini. Perluasan kerajaan terjadi melalui misi dan perkembangan gereja di dunia.
b.      Pandangan Gereja Reform
Para reformator lebih menekankan makna rohani dari Kerajaan Allah , di mana Kerajaan Allah adalah, di mana Kerajaan Allah adalah: gereja yang tidak “terlihat”/ gereja yang am. Di mana Kristus adalah Raja dari Kerajaan Allah yang memiliki kekuasaan secara absolute.
c.       Pandangan Gereja Liberal
Pandangan ini dikembangkan lebih secara moralitas sehingga Kerajaan Allah disamakan dengan  tersebarnya damai, kasih dan kebenaran di dunia ini[3]
2.3.  Arti  Kerajaan Allah Menurut Injil Yohannes
    Yang paling utama dalam Injil Yohanes tentu saja adalah Yesus yang oleh-Nya janji Allah mencapai penggenapan-Nya. Injil Yohanes berbeda sekali dengan injil-injil sinoptik, karena sifat eskhatologis injil Yohanes tidak diungkapkan dengan istilah “Kerajaan Allah”, tetapi “Hidup yang Kekal”. Secara sederhana mencatat di sini bahwa kehidupan yang kekal menunjuk kepada kehidupan di masa yang akan datang. Yohanes menekankan bahwa kehidupan masa yang akan datang itu sudah menjadi milik orang yang percaya kepada Yesus (Yoh 5:24), sehingga Yohanes menekankan perwujudan janji janji akhir zaman pada masa kini.[4]
2.3.1.         Percakapan Yesus dengan Nikodemus ( Yohannes 3 ) tentang “Kerajaan Allah”
               Dalam Injil Yohannes sedikit berbicara mengenai Kerajaan Allah, hanya dua kali  yang menyatakan gagasan itu. Hal itu secara khusus telah menekankan pengajaran tentang  kehidupan kekal dengan cara sejajar dengan pengajaran tentang kerajaan Allah dalam kitab-kitab injil sinoptik , seakan kedua hal itu; yakni kerajaan Allah dan kehidupan kekal memiliki arti yang sama  artinya.  Yang pertama adalah dalam Yohannes 3: 3 yang terdapat dalam percakapan Yesus dan Nikodemus , kata -kata Yesus “sesungguhnya Jika seorang pun tidak dilahirkan kembali, ia tidak melihat kerajaan Allah”, hal ini sangat membingungkan Nikodemus , gagasan lahir kembali yang dipahaminya secara harafiah , tetapi gagasan kerajaan tidak membingungkan baginya, karena hal itu sudah biasa bagi dia. Sama seperti dalam injil –injil sinoptik gagasan itu dikemukakan tanpa penjelasan. Tetapi ayat itu melangkah letak jauh  dari kitab-kitab injil sinoptik  karena dihubungkannya “keikutsertaan  dalam kerajaan dengan “kelahiran Baru”.[5]  Dalam pengertian orang Yahudi bahwa kerajaan Allah itu dilihat pada akhir zaman , pada waktu itu mereka mengalami kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Kaitan antara kerajaan Allah dan kehidupan kekal memang kuat dalam injil sinoptik ( Mrk. 9:43-47). Namun dalam injil Yohannes tema kerajaan Allah jarang dipakai yang sering dipakai adalah dengan arti yang hampir sama, adalah ungkapan “kehidupan yang kekal” berita yang mengejutkan dalam injil sinoptik adalah saat ini kerajaan Allah sudah datang. Demikian juga diberitakan dalam injil Yohannes bahwa kehidupan kekal sudah dapat di Alami ( Yoh 3:16). [6] Pemahamanan orang Yahudi akan Kerajan Allah demikian juga menurut Nikodemus ( Yoh 3, sebagai orang Yahudi yang saleh Nikodemus menantikan kerajaan Allah itu dalam sejarah. Keunikan kabar dan Misi Yesus menggemparkan orang Yahudi seperti Nikodemus, ialah bahwa kedatangan Mesias, Kerajaan Allah ( Kehidupan Kekal ) sudah dinyatakan secara Resmi tetapi belum Seutuhnya. . Kerajaan Allah sudah didirikan ( Kehidupan kekal telah diterima ), namun perwujudan seutuhnya kerajaan Allah itu ( pemilikan penuh kehidupan kekal ) masih akan terjadi. Dalam periode ini Yohannes bekerja sebagai penginjil dengan menyatakan kemuliaan Yesus, dan mendorong para pembacanya menuju pengabdian pada Yesus ( Yohannes 20:31), suatu keputusan yang merupakan jalan masuk ke dalam kerajaan Allah ( menerima hidup kekal ). Pernyataan Yesus dalam Yohanes 3 mengejutkan Nikodemus mengenai syarat masuk kedalam kerajaan Allah . sebagai Yahudi ia berfikir bahwa kerajaan ia dapat dari latar belakang kebangsaan dan sunatnya, apalagi ia seorang pakar agama ( Farisi ), namun Yesus mengatakan bahwa ia harus dilahirkan kembali. [7] Ucapan ini  membicarakan lebih dari sekedar “melihat”, yang dipersoalkan adalah syarat masuk. Lagipula peran serta Roh  dalam kelahiran-kembali memperlihatkan dengan jelas bahwa ini adalah pekerjaan ilahi, membuang gagasan bahwa Kerajaan Allah adalah pekerjaan manusia . [8] Kerajaan Allah dalam injil Yohannes 3: 3, mengatakan “Kerajaan Allah” yang berarti bahwa kerajaan Allah bukan sedar tempat.  Kerajaan Allah adalah apa yang terjadi ketika Allah memerintah dan umat  Allah melakukan  kehendak Allah, seperti melayani orang lain dan memberitahukan kabar baik tentang Yesus.[9] setiap warga haruslah menyerahkan diri pada suatu perubahan radikal yang membuatnya menjadi ciptaan baru. Kelahiran baru secara Rohani, tampaknya sangat diperlukan sebagai syarat untuk masuk kepada kerajaan, atau lebih tepatnya bahwa kelahiran Baru adalah menjadi pintu masuk kepada kerajaan. [10] Dalam percakapannya Yesus mengatakan “engkau tidak mengerti akan hal itu”, yang dimaksud disini adalah bahwa sorga adalah perkara Allah bukan dunia.  Yesus menerangkan tentang pekerjaan Allah di dunia ini, ia mengasihi manusia. Tidak suka ia menghukum dunia ini melainkan menyelamatkannya , karena itu aku disuruh ke dunia ini “dan sama seperti Musa  meninggikan ular di padang Gurun , supaya orang yang memandangnya menjadi sembuh  demikian juga anak Manusia harus ditinggikan. Ia akan disalibkan supaya berjuta-juta orang yang telah digigit ular beroleh selamat”.  “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tida binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal”, itulah kerajaan Allah. Bukan suatu kerajaan yang kejam, perang. Mesias tidak akan bertempur melawan orang Romawi, Kerajaan Allah adalah cinta kasih dan kelepasan.  Dan Mesias telah datang untuk menyerahkan diriNya kepada maut, supaya barangsiapa yang percaya kepadanya beroleh selamat.[11] Kita tahu, Melaui Kisah ini dan setelah Rasul Yohannes merenungkannya Kembali , Ketika ia menulis Kitab ini , ia menoleh kebelang dan teringat akan kisah di Kayu salib, Lalu ia mengatakan “Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal ( Yoh 3: 16)”.[12]Makna dari kata Dilahirkan juga bermakna “Melihat Terang”, masuk ke dalam terang, ungkapan Yesus tentang Kelahiran Kembali dalam injil Yohannes ini adalah makna yang sangat mendalam, Melihat Kerajan Allah adalah mengalami pemerintahan Allah , atau menjadi bagian dari Kerajaan Allah ( mengalami Allah memerintah dalam hidupnya), Kerajaan Allah dalam injil Yohannes yang diartikan sebagai “pemerintahan Allah atas kehidupan Manusia.”[13] Melalui Percakapan Yesus kita kita melihat bahwa Kerajaan Allah atau Kehidupan yang kekal itu dapat kita peroleh, atau masuk ke dalam kerajaan Allah apabila kita sudah lahir baru, secara etisnya bermakna pertobatan atau kembali kepada jalan Allah, kembali kepada terang itu, menyerahkan totalitas hidup kita untuk Tuhan.
2.3.2.      Percakapan Yesus Dengan Pilatus tentang “Kerajaan”
Di dalam Injil Yohannes juga terdapat kata “Basilea eme yang artinya kerajaanku  yang terdapat dalam  Yohhanes 18:3  pada perikop ini , Pilatus bertanya pada Yesus  “engaku inikah Raja Orang Yahudi?” , hal ini dipertanyakan Pilatus karena ia mengangap hal itu secara politis . Yesus menjawab “kerajaan Ku bukan dari dunia ini, Jika kerajaan Ku dari dunia ini  pasti hamba-hamba Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi , tetapi kerajaan Ku bukan dari dunia ini ( Yohanes 18:3-36)”. Yesuslah sebagai Raja yang lahir dari dunia ini untuk member kesaksian tentang kerajaan . Pernyataan itu bukan dimaksudkan menyelubungi , melainkan sebelaiknya untuk member kesasksian.  Pernyataan ini juga bukanlah sepenuhnya menyatakan bersifat pribadi “Kerajaan-Ku” , di dalam injil Yohannes kerajaan tidak berfokus di dalam Allah tetapi “eme ( di dalam Aku /  Yesus ) jika Yesus memprolamirkan kerjaa-Nya, berarti juga memprolamirkan kerjaan Allah, ‘Kerajaan Allah itu sama dengan kehidupan yang kekal.[14] Yesus tidak mengatakan bahwa dunia ini bukan wilayah kekuasan-Nya, tetapi Kekuasan-Nya bukan bersumber dari Manusia.[15]
2.3.3.      Ungkapan Nathanael kepada Yesus “Raja orang Israel” dengan “Anak Allah”
Ungkapan Lain dalam Injil Yohannes adalah dimana Nathanel mengatakan gelar “Raja orang Israel” dengan “Anak Allah” ( Yoh 1: 49 ) dan kedua gelar itu diterima Yesus tanpa protes. Apapun yang dikatakan Nathanael adalah, bahwa Yesus menyadari dirinya sebagai raja Rohani dan ia memahami gelar itu dalam kerangka pengertian ini.  Gelar yang diberikan kepada Yesus ketika memasuki  Yerusalem ( Yoh 12:13): “Hosana”, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel .[16] Ungkapan Nathanael “Raja orang Israel ” jelas merupakan gelar untuk mesias. Dalam 2 Samuel 7: 14, dan Mazmur 2:7 . Allah menyapa sang Mesias dengan sebagai “Anak-Ku”.[17]
2.4.  Makna Kerajaan Allah Menurut Injil Yohannes
                        Injil sinoptik menekankan penggenapan janji Allah dengan berbicara mengenai kerajaan Allah. Namun, dalam injil Yohannes, fokusnya bukan terletak pada kerajaan Allah melainkan pada kehidupan yang kekal. Namun, kedua hal itu tampak serupa. Seperti dikatakan Kontensberger, bahwa ungkapan “kerajaan Allah” dan ‘kehidupan yang kekal’ pada dasarnya ekuavalen disarankan melalui penggunaan pararelnya dalam Matius 19:16, 24.  Yohannes secara khusus menekankan bahwa  hidup ini tersedia sekarang bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Sebaliknya, orang yang tidak menaruh kepercayaan kepada Yesus berada dibawah hukuman Allah bahkan saat ini juga. Meskipun  Yohannes berfokus kepada Esaktologi masa kini, salah bila ia menyimpulkan bahwa ia menghilangkan eskatologi masa yang akan datang. Kita juga mengamati bahwa dualisme Yohannes tidak boleh ditafsirkan secara onkologis, sebaliknya bahwa itu juga merupakan paket eskatologisnya. Orang-orang yang menjadi milik Yesus dibebaskan dari dunia dan kuasanya. Orang yang menerima Yesus akan hidup dalam terang dan kebenaran, sebab Dia adalah terang dan kebenaran. Sebaliknya orang yang menolak Yesus akan hidup dalam kegelapan.[18] Dengan kedatangan Yesus sebagai manusia, Kerajaan Allah ada di dunia ini, dimana kuasa Allah ada mengalahkan kegelapan disitu ada kerajaan Allah. Kerajaan Allah datang dengan orang-orang yang percaya kepada Yesus yang menerima dia sebagai Raja dalam hidupnya, Yesus datang pertama-tama kepada orang Israel yang sudah lama menantikan kerajaan itu, tetapi mereka tidak menerima dia ( Yoh 1: 11-13) kerajaan Allah bukan hanya untuk mereka. Kerajaan Allah terbuka untuk semua Bangsa yang mau percaya kepada Kristus  sebagai Tuhan dan Juruslamat kita, Yesus datang pada kemulianNya di kayu Salib . tidak ada jalan lain, karena justru kayu Salib merupakan Kemulian-Nya, Disitu lah kemulian dan kasih karuania Allah dinyatakan ( Bnd Yoh 1:14, 12:32. 33, 37-41).  Yohannes Menggarisbawahi singnifikansi dari Kerajaan Allah sejauh yang dilakukan oleh penulis injil lainnya, Yohannes memakai istilah “Kehidupan yang Kekal ” untuk mengkomunikasikan hal yang sama.[19] Yohannes mencoba menjelaskan istilah yang berbeda namun memiliki pengertian yang sama . Hidup yang kekal merupakan apa yang ada dalam Kerajaan Allah, sehingga memperoleh Hidup yang kekal berarti masuk ke dalam kerajaan Allah.
2.5.Refleksi “Kerajaan Allah” Menurut Injil Yohannes Bagi Gereja Masa Kini
          Dalam Injil Yohannes dijelaskan bahwa Kerajaan Allah itu dihubungkan dengan Kehidupan yang Kekal yang memiliki arti yang sama. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa memperoleh kerajaan Allah itu atau kehidupan yang kekal itu adalah dengan kelahiran Kembali. Kelahiran Kembali yang dimaknai adalah pertobatan, kembali kepada jalan Allah ( Terang), Menerima Yesus sebagai Juruselamat, singkatnya bahwa dengan menyerahkan totalitas hidup untuk Tuhan.
          Pada hakikatnya Gereja terdiri atas orang-orang yang menjawab panggilan Kristus ( Yoh 17:6 ). Gereja digambarkan sebagai “Bait Allah yang Baru”  Yakni tubuh-Nya sendiri yang oleh kematian dan kebangkitan-Nya akan dibangunNya untuk menggantikan Bait Allah Yahudi yang dibuat dari batu ( Yoh 2:20), itulah kawanan domba Allah yang dipimpin oleh Gembala yang baik ( Yoh 10 ), dan Ranting-Ranting yang dipanggil untu berbuah, dan Yesus sebagai pokoknya ( Yoh 15), Misi Gereja adalah untuk memberitakan kepada dunia,  perkataan ( penyataan ) Kristus dan menghimpunkan anak-anak Allah dimanapun berada. Hidup Kekal tidak tidak dapat tidak bersifat etis, dan tidak pernah dipisahkan dari memelihara perintah-perintah.[20]  Gereja/ Ekklesia[21] yang artinya memanggil keluar, sehingga bertugas dalam bersaksi untuk memberitakan “Kehidupan yang kekal/ Kerajaan Allah ” itu, memanggil keluar orang-orang yang dari kegelapan menuju terang Ilahi. Sehinga setiap orang menjadi percaya, Lahir kembali, menerima Yesus sebagai Juruselamatnya dan menyerahkan  totalitas hidupnya untuk Tuhan, dengan demikian warga Gereja akan memaknai tujuannya hidupnya bukan hal duniawi ( kesenangan/kebahagian di dunia),  melainkan adalah Kehidupan yang kekal/ masuk kedalam Kerajaan Allah. Sebab Kehidupan yang kekal atau Kerajaan Allah  diberikan oleh Allah kepada setiap orang  yang percaya kepadaNya ( Yoh 3:16), sebaliknya orang yang tidak percaya akan binasa.  Selain daripada bersekutu dan Bersaksi, dalam pelayanan Gereja ( diakonia ) Gereja haruslah Mereflesikan pola pelayanan Yesus, atau pola kasih Kristus  “sama seperti aku telah mengasihi kamu” ( Yoh 13:34) , cinta kasih adalah keanggotaan Gereja yang sejati dan perintah untuk mengasihi itu mencakup perintah lainnya. Pemberitaan kerajaan Allah harus didukung dengan apa yang diberitakan dengan apa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari , didukung dengan kepedulian kepada orang-orang yang mengalami keadaan yang sulit melalui pelayanan diakonia, sehingga wujud nyata dari injil itu ada melalui pelayanan, membuat orang-orang dapat menerima injil keselamtan itu, Menerima Yesus dalam Hidupnya.
         
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas yang menjadi  kesimpulannya adalah, Kerajaan Allah hanya dua kali dibahas dalam injil Yohannes yaitu dalam pasal 3:3, dan pasal 3:5, Tentang percakapan Yesus dengan Nikodemus. Percakapan Yesus dengan Nikodemus memberikan Pengajaran bahwa Kerajaan Allah hanya dapat dimasuki ketika sudah lahir Baru, atau yang artinya ketika manusia  menyerahkan diri pada suatu perubahan radikal yang membuatnya menjadi ciptaan baru. Kelahiran baru secara Rohani, tampaknya sangat diperlukan sebagai syarat untuk masuk kepada kerajaan, atau lebih tepatnya bahwa kelahiran Baru adalah menjadi pintu masuk kepada kerajaan Allah. Dalam injil Yohanes kembali menegaskan bahwa Kerajaan Allah sama artinya dengan kehidupan yang kekal, memang seakan kedua hal ini berbeda namun maknanya sama. Dalam Yohannes 3:16 mengatakan “setiap orang yang percaya” yang memperoleh kehidupan yang kekal, atau kerajaan Allah itu. Disinilah peran dari pada Gereja, Refleksinya adalah Gereja yang disebut dengan Ekkesia memanggil keluar orang-orang yang dalam kegelapan menuju terang Ilahi ( Yesus )/ Allah yang adalah Raja ( pemilik Kerajaan Allah itu). Maka setiap orang akan mengalami kelahiran baru, perubahan yang radikal, memaknai tujuan hidup adalah bukan hal dunia melainkan Kehidupan yang kekal/ Kerjaan Allah. Gereja bertugas memberitakan Kerajaan Allah/ Kehidupan yang kekal kepada setiap orang Secara praktikanya melalui persekutuan, kesaksian, pelayanan, Merefleksikan pola pelayanan Yesus.
IV.             Daftar Pustaka
……., Alkitab Edesi studi, Jakata: LAI, 2010, 1729
David Imam Santoso, Theologi Yohannes,  Malang : Literatur Saat, 2014
Donald Guthire, Theologia PB , Jakarta : BPK-GM, 2001
F.E Drake, Memperkenalkan Teologi Perjanjian Baru, Jakarta : BPK-GM , 2018
George Eldon, Theologi Perjanjian Baru Jilid II , Bandung : Yayasan kalam Hidup, 2002
Green,  Joel.B., Scot McKnight and I. Howard Marshall, Dictionary of Jesus and the Gospel ,  Downers Grove, III: InterVarsity Press,1992
Hagelberg, Dave, Tafsiran Injil Yohannes ,  Yogyakarta : ANDi, 2009
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru,  Jakarta : BPK-GM, 1990
 Milne,  Bruce, The Masage of Jhon,  Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,    
P.G. Katoppo, pedoman Penafsiran Alkitab Injil Yohannes,   Jakarta : LAI, 2014
Prieffer, Charles F, . Everet. F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycfllife ,  Malang : Gandum Mas , 2010




[1]Dave Hagelberg, Tafsiran Injil YohanesI (Yogyakarta :Andi, 2009), 20-23.
[2] George Eldon, Theologi Perjanjian Baru Jilid II ( Bandung : Yayasan kalam Hidup, 2002), 72
[3]  Joel.B.Green, Scot McKnight and I. Howard Marshall, Dictionary of Jesus and the Gospel ( Downers Grove, III: InterVarsity Press,1992), 397
[4] Thomas R. Schreiner, New tenstamen Theology,  ( Andi: Yogyakarta , 2015), 4.
[5] Donald Guthire, Theologia PB ( Jakarta : BPK-GM, 2001), 39
[6]  Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohannes ( Yogyakarta : ANDi, 2009),  248-249
               [7] Bruce Milne, The Masage of Jhon, ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997), 102-103  
[8] Donald Guthire, Op. Cit, 40
[9] ……., Alkitab Edesi studi, ( Jakata: LAI, 2010), 1729
[10] Donald Guthire, Op. Cit, 40
[11] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, ( Jakarta : BPK-GM, 1990), 160
[12] David Imam Santoso, Theologi Yohannes, ( Malang : Literatur Saat, 2014), 106
[13] P.G. Katoppo, pedoman Penafsiran Alkitab Injil Yohannes,  ( Jakarta : LAI, 2014), 75
               [14] Donald Guthire, Op. Cit, 41-42                             
[15] Charles F. Prieffer, Everet. F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycfllife , ( Malang : Gandum Mas , 2010), 678
[16] Donald Guthire, Op. Cit, 40
[17] P.G. Katoppo, pedoman Penafsiran Alkitab Injil Yohannes,  ( Jakarta : LAI, 2014), 45
[18] Thomas R. Schreiner, New tenstamen Theology,  53-44
[19] Joel B.Green, Memahami injil-injil dan kisah Para rasul ( Jakarta : Persektuan Pembacaan Alkitab , 2005), 205
[20] F.E Drake, Memperkenalkan Teologi Perjanjian Baru, ( Jakarta : BPK-GM , 2018), 139-141
[21] Kata ini Terdapat dalam 3 Yohannes 6
Share:

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

SEMUA POSTINGAN

Total Pageviews

FOLLOWERS