Hikmat Teologis Bangsa Israel
I. Pendahuluan
Tradisi hikmat yang berawal dalam pengajaran keluarga dan
marga di Israel, telah dilembagakan dalam pendidikan di lingkungan kerajaan,
dan bentuk akhir tertulisnya ditemukan selama masa pembuangan. Hikmat diterima
sebagai tambahan penting untuk memahami Allah dan dunia ini tanpa perantaraan
raja atau ritual Bait Allah, hikmat memberikan konteks kosmis untuk memahami
penyataan historis khusus bagi umat Israel. Kitab-kitab hikmat Israel tidak
pernah menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus sejarah Israel. Tradisi hikmat
menawarkan suatu dasar bagi iman, etika dan tindakan. Orang-orang berhikmat
Israel mendasarkan klaim mereka pada pengalaman yang terbuka terhadap semua
manusia. Tradisi hikmat menggabungkan berbagai perspektif dari luar Israel, dan
mungkin pula tradisi itu mencakup persoalan menyakitkan mengenai asumsi-asumsi
mereka.
II. Pembahasan
2.1.
Pengertian Hikmat
Kata hikmat dalam bahasa Ibrani biasanya di gunakan
istilah Hokma yang berarti kemampuan
intelektual.
Hikmat itu dilukiskan sebagai kecemerlangan terang Allah
yang kekal.[1]
Hikmat adalah pengertian praktis mengenai bagaimana
menjalani kehidupan dan terus maju, bagaimana menjadi orang yang baik sekaligus
berhasil. Pada waktu-waktu tertentu dalam sejarah israel, kata chokmah mulai digunakan sebagai suatu
gambaran puitis, sebagai suatu personifikasi simbolis.[2]
2.2.
Hikmat Menurut Orang Israel
Israel
memahami “hikmat” sebagai pengetahuan praktis tentang hukum kehidupan dan
dunia, berdasarkan pada pengalaman. Kata ibrani yang diterjemahkan sebagai
“hikmat”. Hikmat berarti memiliki pengalaman atau keahlian, katakanlah seperti
pelaut, pekerja penasihat politik, dll. Kearifan Israel adalah fenomena yang sangat
kompleks, dan juga mengalami perubahan besar. Tetapi karakteristik dari hampir
semua yang dikatakannya tentang kehidupan adalah tidik awal dalam pengalaman
dasar ini. Dalam tiap tahap kebudayaan tentu manusia diatur tugas menguasai
kehidiupan. Untuk tujuan ini ia perlu mengetahuinya, dan tidak berani berhenti
melihat dan mendengarkan untuk menemukan apakah dalam jalinan peristiwa sesuatu
seperti kesesuaian dengan hukum, suatu perintah, tidak dapat disana sini
dibedakan. Di Isarael juga hikmat dipahami memiliki fungsi penting pada periode
awal sekarang hampir tidak bisa didata. Tetapi sarana untuk meletakkan dan
mengobjektifikasi perintah-perintah semacam itu ketika pernah dirasakan adalah
bahasa.
Amsal
bergerak pada bidang yang pada dasarnya lebih ambisius. Mereka juga merumuskan
kebenaran dan pengalaman yang diakui dan terus dikonfirmasi. Akibatnya bentuk
normal ekspresi mereka adalah pernyataan sederhana. Tetapi juga memungkinkan
untuk menyusunnya sebagai peringatan, dan ini tidak jarang dilakukan.[3] Khasanah hikmat dalam PL ternyata merupakan pokok yang
lebih luas ketimbang kesusasteraan hikmat PL sendiri. Sebabnya ialah karena
para orang yang berhikmat merupakan tokoh-tokoh negarawan dan administrator
yang sekaligus ahli kesusasteraan serta mempunyai pengaruh yang besar dalam
segala urusan negeri Yehuda sejak zaman Daud sampai jatuhnya kota Yerusalem.[4]
Mengejar
hikmat dalam kehidupan Israel kuno
merupakan bagian dari pencarian hikmat bangsa-bangsa Timur dekat yang lebih
luas. Orang-orang berhikmat Israel mengira bahwa hikmat yang mereka miliki juga
terdapat pada orang-orang berhikmat dalam kebudayaan lain, karena tatanan
kosmos secara universal terbuka bagi semua manusia untuk menemukannya. Tradisi
hikmat awal di Israel timbul dari refleksi atas pola pengamanan manusia
sehari-hari dan dari keyakinan bahwa jalan Allah dinyatakan di dalamnya. Dalam
kitab Amsal Salomo, guru-guru hikmat memanggil murid –muridnya agar taat, namum
yang dimaksud taat adalah mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap
nilai-nilai dan pengamatan yang ditemukan oleh generasi sebelumnya di dalam
pengalaman mereka. Guru-guru hikmat berjanji bahwa perilaku bijaksana akan
membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup. Berfikir bahwa kita dapat
mengabaikan hikmat dan hidup berhasil merupakan suatu kebodohan. Sumber
otoritas dalam tradisi hikmat didapatkan dalam pengalaman hidup itu sendiri.[5]
2.3.
Konsep Hikmat Menurut orang Israel
Karena itu, hikmat terdiri dari mengetahui bahwa di
bagian paling bawah suatu perintah sedang bekerja, secara diam-diam dan sering
kali dengan cara yang hampir tidak terlihat, membuat keseimbangan peristiwa. Karena
itu menjadi bijak adalah dengan tidak berpikir pada diri sendiri. Berpikir diri
sendiri adalah ciri khas orang bodoh, yang tidak lagi terbuka pada saran,
tetapi percaya pada dirinya sendiri (Ams 28:12-26. Kebodohan adalah pengabaian
atau pelanggaran atau kesalahpahaman dari perintah yang orang bijak bawakan
dirinya. Orang bebal tidak tahu apa-apa tentang bahaya yang melekat dalam
berbicara (Ams. 14:2-6). Jadi kata
"kebodohan" tidak menggambarkan cacat intelektual tertentu - itu sama
sekali jauh lebih terkait dengan tindakan daripada persepsi. Kesalahpahaman tentang perintah-perintah
yang harus diketahui oleh seorang pria dengan demikian menghasilkan khususnya
dalam ketergesaan dan anggapan. Memang benar, bagaimanapun, bahwa perbedaan antara
kebijaksanaan Mesir dan Israel sekaligus jelas di sini-kebijaksanaan Israel
hampir tidak begitu kuat terkait dengan kelas atau fokus pada dunia pejabat.
Perbedaan ini menembus langsung ke dalam struktur dalam Israel. kebijaksanaan;
untuk sementara kebijaksanaan Mesir, sesuai dengan seluruh tujuan didaktiknya,
hampir secara eksklusif dalam bentuk peringatan, apa yang dominan di Israel
adalah pepatah yang menyatakan dan menegaskan, yaitu, bentuk asli dari pepatah
yang tepat. Bahkan, sebuah tinjauan dangkal menunjukkan bahwa sejumlah besar
peribahasa populer dimasukkan ke dalam kitab Amsal dalam Alkitab, dan ini
berarti bahwa ia mengungkapkan dengan cara yang jauh lebih sentral tentang apa
yang umum bagi umat manusia secara umum dengan pengalaman dasarnya yang
terletak pada di luar batas profesional. Seperti "kata" untuk para
nabi, dan "ramalan" untuk para imam, karena orang-orang bijak
"nasihat" adalah bentuk yang tepat dari ucapan profesional mereka
(Yer. 18.). adalah Pemberian nasihat ini selalu terjadi dalam hubungan dengan urusan
negara, dan di sinilah ujian kemampuan pejabat di pengadilan benar-benar
terbentang. Karena untuk dapat memberikan nasihat, tidak cukup menjadi seorang
ahli - seorang pria juga harus dapat berbicara dan menyatakan kasusnya secara
meyakinkan dengan kata-kata yang dipilih dengan baik. Pendidikan Mesir
menjadikan seni menguasai situasi dengan cara berbicara yang tinggi sebagai
subjek studi yang paling penting — itu mungkin tujuan utama pendidikan yang
dituju di sekolah-sekolah.[6]
Pencarian
hikmat merupakan salah satu pencarian yang paling kuno dan terbentang luas
dalam semua perburuan manusia[7].
Para bijak itu juga disebut pujangga, yang sangat berpendidikan serta diakui
peranannya di seluruh dunia Timur Tengah Kuno. Mereka adalah hasil pendidikan
tinggi, mempunyai disiplin mental yang kuat, teguh dalam pendirian dan berpikir
jernih. Mereka dididik terutama untuk menduduki jabatan-jabatan kenegaraan yang
penting.[8]
Orang-orang berhikmat itu yakin bahwa tatanan yang telah ditanamkan Allah dalam
ciptaan dapat dikenali melalui refleksi secara hati-hati. Namun, mereka juga
mengakui keterbatasan hikmat manusia dan sulitnya jalan Yahweh yang melampui
setiap gagasan mengenai tatanan mekanis, dan bahwa di hadapan-Nya tidak ada
hikmat manusia dapat berdiri tegak. Orang-orang berhikmat mengetahui bahwa saat
yang berbeda menuntut keputusan yang berbeda. Salah satu ucapan hikmat yang
paling terkenal mengatakan; “untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di
bawah langit ada waktunya” ada waktu berbicara ada waktu diam, ada waktu untuk
bertindak dan ada waktu untuk menunggu. Di dalam ungkapan hikmat sering kali
terasa adanya kejenakan, dan karenanya, penyataan dalam bentuk hikmat tanpa
dalam bentuk permainan.[9]
2.4. Tradisi
Hikmat umat Israel
Namun, pertama-tama
lingkup pengajaran hikmat ini lebih terbatas - itu adalah dunia terlindung dari
bagian dari kedudukan sosial yang lebih tinggi yang memiliki masalah khusus
mereka sendiri (pelestarian properti, kehormatan, dan posisi). Perbedaan antara pengajaran hikmat yang
mencoba menemukan tatanan dasar dan apa yang dididik seperti guru adalah
penting untuk memahami fenomena literatur Kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama. Dan orang-orang
juga harus belajar bagaimana mengelola uang, dan tubuh mereka sendiri dan-apa
yang paling sulit dari semua-lidah mereka, yang memiliki kekuatan dan kematian
yang tidak kurang dari mereka (Amsal 21). Berapa banyak pertanyaan seperti itu dan
yang lainnya seperti itu yang dikemukakan dalam satu hari, dan berapa banyak
keputusan yang diambil dari orang yang menolak untuk hanyut. Di sini guru
hikmat ingin membantu pria muda itu untuk melestarikan kekuatan dan kekayaannya
serta melindungi kejantanannya. Tetapi dia tidak melakukannya dengan perintah
ilahi: ini dia tidak memiliki wewenang untuk memberi, karena nasihatnya tentu
saja pada dasarnya berasal dari pengalaman. Karena itu, apa yang dapat dia
bantu untuk pemuda itu hanyalah “nasihat”. Nasihat tidak menuntut kebosanan,
tetapi meminta untuk diuji: itu menarik bagi penilaian pendengar; itu dimaksudkan
untuk dipahami, dan untuk membuat keputusan lebih mudah.[10] Tradisi hikmat tidak menawarkan jawaban pasti untuk semua
persoalan, namun menyodorkan serangkaian nilai dan persepektif yang membimbing
keputusan kita. Hikmat itu membentuk watak dan mengajar kita bagaimana harus
belajar. Di dalam ungkapan hikmat sering kali terasa adanya kejenakan, dan
karenanya, penyataan dalam bentuk hikmat tanpa dalam bentuk permainan. Teka
teki dan pelesetan merupakan bentuk
permainan, sejenis permainan teka-teki itu dan yang lain harus mencari
maknanya. Permainan ini berakar pada kejenakan ilahi yang menyembunyikan hikmat
di dalam ciptaan. “kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan
raja-raja ialah menyelidiki sesuatu ”(amsal 25:2). Kejenakan hikmat yang disembunyikan
dalam teka-teki dan perbandingan perspektif-perspektif yang bertentangan
membangkitkan hasrat untuk menemukan hikmat yang tersembunyi itu[11].
Pertentangan antara hikmat para negarawan dan wibawa kenabian itu perlu
dipahami dari dua sisi, yaitu sisi para negarawan dan sisi para nabi itu. Sama
denga raja Akhas negarawan yang berhikmat itu bukanlah orang-orang yang tidak
beragama atau anti agama. Mereka memang tidak dapat menghayati hubungan diri
mereka dengan pemahaman iman yang mendalam yang disodorkan oleh nabi Yesaya.
Tetapi mereka bukanlah orang-orang anti agama. Mereka adalah orang-orang yang
taat kepada agama sesuai dengan pemahaman mereka, tetapi mereka tidak siap dan
tidak bersedia untuk mempercayai ucapan-ucapan seseorang nabi mengenai hal-hal
yang mereka anggap bukan kompetisi dan tanggungjawab mereka sendiri, apalagi menyamgkut
kebijakan-kebijakan politis dan militer. Para negarawan yag berhikmat itu
mempunyai ukuran-ukuran dan penilaian-penilaian tersendiri. Mereka mempunyai
integritas sendiri, dan tidak mau menundukkan diri kepada firma Tuhan yang
diucapkan oleh seorang nabi[12].
tradisi hikmat menggabungkan berbagai perspektif dari luar israel, dan mungkin
pula tradisi itu mencakup persoalan meyakitkan mengenai asumsi-asumsi dasar
mereka. Kitab amsal menjanjikan bahwa hikmat akan memilih mereka yang
mencarinya dan menjamin para murid-muridnya bahwa hikmat jauh kebih berharga
ketimbang emas dan permata.[13]
2.4.
Ciri-cir Hikmat
A. Pengajaran Hikmat itu sendiri didasarkan pada “takuta kan
Tuhan”.Ini tidak hanya sekedar ungkapan, tetapi merupakan insprasi yang berasal
dari Allah yang kemudian yang terungkap melalui kata-kata orang berhikmat yang
hidup takut akan Tuhan. Kata-kata yang keluar memberikan kehidupan bukan kematian,
selanjutnya pendengarannya merasa disembuhkan dan bukan dilukai.
B. Pengajaran hikmat itu mengingatkan orang untuk membedakan antara dua macam sikap dan perilaku orang yang bertentangan: yang baik dan benar, bijaksana di satu pihak, yang buruk dan salah dan bebal
di pihak lain. Guru hikmat memberikan petunjuk-petunjuk hidup praktis yang saling terpisah satu sama
lain (tidak dirangkai dengan urutan atau system yang nyata, melainkan mengajak simurid untuk menimbang,
kemudian menarik kesimpulan sendiri. Tetapi dalam pengajaran hikmat itu sendiri juga mengandung tujuan yang khusus).
C. Pengajaran hikmat selalu dikemukakan dengan penuh keyakinan dan wibawa. Dalam proses penyampaian guru
hikmat tidak menyampaikan pengerahan atas nama dan wewenang sendiri,
karena mereka lebih menghormati seorang raja (Ams 24:21). Namun tidak berarti juga ia menga
D. jarkan apa yang diperintahkan raja. Sebab seorang raja juga harus dipimpin oleh hikmat untuk bisa memimpin dengan baik.
E. Pengajaran Hikmat dipersonifikasi.
Ini merupakan suatu usaha untuk menjelaskan pemikiran-pemikiran orang
Ibrani yang abstrak dengan pemikiran yang lebih konkrit. Terkadang hikmat juga
dipersonifikasi sebagai seorang yang berseru-seru dan memperdengarkan suaranya
di tempat-tempat, di tepi jalan, dipersimpangkan jalan-jalan, di sanalah ia
berdiri (Amsal 8:1-2).[14]
2.5.
Teologi Hikmat
Teologi
dan hilangnya modal spiritual, karena dalam lingkup rasional dan empiris
diperintahkan pada ajaran hikmat, tuhan hanya
dapat dipahami sebagai batasan. Apa lagi yang bisa mereka lakukan secara
teologis selain terus memasang tanda-tanda suram ini di perbatasan daerah ini?
Kelompok maksim yang disebutkan terakhir ini memberikan pandangan yang luar
biasa tentang niat dan wawasan
Sebagai
personifikasi hikmat, merupakan bentuk yang melaluinya Allah dinyatakan di
dunia ini, karya kebijaksanaan merupakan pantulan cahaya kekal, dan cermin tak
bernoda dari kegiatan Allah, dan gambar kebaikan-Nya. Jadi dengan mengetahui
hikmat, manusia dapat mengetahui sesuatu tentang Allah, yang dilihat dalam
cermin tak bernoda.[15]
Gagasan masa kini tidak mengenal hubungan semacam itu antara apa yang merupakan
konsekuensi agama dan moral dan eksternal, tetapi orang-orang zaman dahulu
sangat meyakininya dan menganggapnya sebagai bagian dari kebijaksanaan untuk
mendasarkan perilaku kehidupan pada pengakuan hubungan-hubungan semacam itu. Setiap
diskusi yang bijak tentang kebijaksanaan Israel berarti mengambil konsep seluas
yang sebenarnya diambil. Baginya, berpikir dalam hal kebijaksanaan adalah
sesuatu yang umum bagi umat manusia. Kebijaksanaan berhubungan dengan seluruh
kehidupan, dan harus disibukkan dengan semua departemennya. Sangat disayangkan
bahwa di masa lalu kebijaksanaan Perjanjian Lama kurang lebih dianggap sebagai
produk dari sekolah teologi eksklusif.
Karena itu, hikmat terdiri dari mengetahui bahwa di
bagian paling bawah suatu perintah sedang bekerja, secara diam-diam dan sering
kali dengan cara yang hampir tidak terlihat, membuat keseimbangan peristiwa.
Namun, seseorang harus dapat menunggunya, dan juga mampu melihatnya. Dalam
kebijaksanaan seperti itu adalah sesuatu yang rendah hati - ia tumbuh dengan
memperhatikan apa yang diberikan, khususnya melalui memperhatikan keterbatasan
manusia. Itu selalu lebih suka fakta daripada teori. Karena itu menjadi bijak
adalah dengan tidak berpikir pada diri sendiri. Berpikir diri sendiri bijak
adalah ciri khas orang bodoh, yang tidak lagi terbuka pada saran, tetapi
percaya pada dirinya sendiri (Ams 28:12-26. Kebodohan adalah pengabaian atau
pelanggaran atau kesalahpahaman dari perintah yang orang bijak bawakan dirinya.
Orang bebal tidak tahu apa-apa tentang bahaya yang melekat dalam berbicara
(Ams. 14:2-6.
Ketakutan
akan Tuhan, yaitu, ketaatan pada kehendak-Nya, adalah awal dari kebijaksanaan
(Ams. 7:33).[16]
Tetapi
dengan mengatakan demikian, pengajaran hikmat tidak membiarkan dirinya dengan
cara apa pun dilumpuhkan dalam penguasaan hidupnya. Alih-alih, dalam suatu
lingkungan yang begitu tidak dapat dipahami dibelakang dan sebelumnya oleh
Allah, itu membuat berani untuk memberikan bentuk yang mulia untuk kehidupan
individu. Apa yang telah dikatakan sampai batas tertentu menguraikan pengajaran
kebijaksanaan yang lebih tua. Di kemudian hari, tidak bisa dipastikan, ada
gerakan yang telah diputuskan ke ranah teologi. Pengajaran kearifan menjadi
penjaga sentralitas iman dan mendekati lingkungan manusia. Dengan seluruh impor pencarian keselamatan-itu
bertanya tentang makna Penciptaan (Ayub 28; Amsal 22.). Memang, dalam kebalikan
dari asalnya, itu semakin menjadi bentuk par excellence di mana semua pemikiran
teologis Israel kemudian bergerak.[17]
2.6.
Hikmat Orang Israel dan Relevansinya bagi Masa Depan
Perbedaan
antara pengajaran hikmat yang mencoba menemukan tatanan dasar dan apa yang
dididik seperti guru adalah penting untuk memahami fenomena literatur
Kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama.
Itu diangkat oleh
orang-orang yang datang ke pengajaran dari buku-buku sejarah,
perintah-perintah, para nabi dan Mazmur, dan karena berbagai ucapannya secara
teologis berbicara jauh lebih sempit, dan jauh lebih monoton, dan karena itu,
berbeda dengan tenor dari perintah ilahi lama, manusia dengan
pertanyaan-pertanyaannya sekarang menempatkan dirinya di tengah, kesimpulan yang jelas tampaknya adalah bahwa
ajaran hikmat ini mengekspresikan kesalehan yang telah menjadi sangat
sekularisasi dan dibebaskan.
Fungsi dalam kehidupan
Israel yang diklaimnya sebagai miliknya relatif terbatas, karena perhatiannya
adalah untuk menunjukkan dan menyelidiki tatanan eksternal dan internal yang
dengannya kehidupan manusia dipertahankan dan yang harus diperhatikan oleh
manusia. Dengan demikian, hubungan positif dengan
dunia kultus lebih baik diambil dari keterbatasan pokok bahasan pengajaran
hikmat. Untuk hikmat, pertanyaan iman hanya masuk di pinggiran. dari bidangnya.
Ia bekerja dengan akal, dalam bentuknya yang paling sederhana sebagai akal
sehat yang sehat: itu adalah akal, dan bukan iman, yang harus membuktikan dan
mengakui bahwa kesombongan melampaui kejatuhan, bahwa sepiring rempah-rempah di
mana ada cinta lebih baik daripada lembu di mana ada Kebencian, bahwa roti yang
didapat dengan cara curang berubah menjadi kerikil di mulut, dll. Siapa pun yang bertindak benar dan siapa
pun yang baik adalah orang baik, tidak hanya untuk Dia sendiri dan
keberadaannya yang terisolasi, tetapi selalu baik untuk orang lain dan untuk
masyarakat juga[18].
Dalam sejarah bangsa Israel, sesudah pembuangan ,
hikmat memainkan peran yang besar dalam pemerintahan. Hikmat memampukan para
pemimpin untuk melaksanakan tugas kepemimpinan secara adil dan bertanggung
jawab. Hikmat menjadi suatu pengajaran yang di beri dan di utamakan kepada
anak-anak generasi muda. Pengenalan akan Allah sebagai inti Iman. Zaman
pemerintahan Salomo sebagai Raja di Israel yang memerintah pada tahun 970-931
SM, dia di kenal sebagai raja yang bijaksana. Kebijaksanaanya membuat ia menjadi
raja terkenal dan termashyur. Sekalipun pada akhir pemerintahaannya dia tidak
selalu bertindak sesuai dengan reputasinya. Tapi satu hal yang sangat sentral
ialah untuk hidup berhikmat, maka harus di dasari dengan Takut akan Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan yang sejati (hikmat)[19].
III. Kritik
Pencarian hikmat
merupakan salah satu pencarian yang paling kuno dan terbentang luas dalam
seluruh pemburuan manusia. Tradisi hikmat awal Israel timbul dari refleksi atas
pola pengalaman manusia sehari-hari dari keyakinan bahwa Jalan Allah dinyatakan
di dalamnya. Orang-orang berhikmat itu yakin bahwa tatanan yang telah
ditanamkan Allah dalam ciptaan dapat dikenali melalui refleksi secara
hati-hati. Namun mereka juga percaya bahwa keterbatasan hikmat manusia sulit
menjangkau tindakan-tindakan Allah. Tradisi hikmat tidak menawarkan jawaban
pasti untuk semua persoalan, namun menyodorkan serangkaian nilai dan perspektif
yang membimbing keputusan kita. Hikmat membentuk atak dan mengajarkan manusia
bagaimana harus belajar. Menghubungkan apa yang sangat spesifik dalam suatu
keyakinan keagamaan dengan apa yang paling universal merpakan suatu asalah yang
paling mendesak dan menjengkelkan yang dihadapi orang-orang beriman. Dalam
situasi demikian, lintasan hikmat alkitabiah dan keterbukaannya terhadap
tradisi-tradisi lain dan ketertarikannya secara timbal-balik antara yang khusus
dengan yang universal mnuntut perhatian pada pilihan yang lain. Dalam
Perjanjian Lama, orang-orang bijak Israel menemukan bahwa Allah menyatakan diri
di dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan sehari-hari. Hikmat menawarkan
kepenuhan hidup di dalam kehadiran Allah. Kepercayaan tradisi terhadap tawaran
hikmat didalam semua pegalaman manusia di gabungkan dengan kesadaran yang tajam
bahwa manusia tidak pernah sepenuhnya memahami hikmat. Orang-orang bijak Israel
mengakui bahwa Allah adalah misteri yang tidak dapat dipahami dan tidak ada
hikmat manusia yang dapat mengukur tindakan-tindakan Allah. Tradisi Hikmat
Israel dan lintasan selanjutnya di dalam gereja Kristen menjangkau
deskripsi-deskripsi mengenai kehadiran hikmat yang universal dalam pengalaman
manusia.[20]
IV. Daftar Pustaka
Rad Gerhard Von, Old Testament
Theology Volume I, Edinburgh: Oliver & Boyd, 1965
Wahono Wismoady, Disini Kutemukan
Jawaban, BPK-GM, 1997
Lefebure Leo D., Penyataan Allah,
Agama, dan kekerasan,BPK-GM, 2003
Mary Poppy, Obrolan Hikmat, BPK-GM, Jakarta
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian
Baru 1, Jakarta: BPK-GM, 2008
No comments:
Post a Comment