Hikmat Teologis Bangsa Israel


Hikmat Teologis Bangsa Israel
I.       Pendahuluan
Tradisi hikmat yang berawal dalam pengajaran keluarga dan marga di Israel, telah dilembagakan dalam pendidikan di lingkungan kerajaan, dan bentuk akhir tertulisnya ditemukan selama masa pembuangan. Hikmat diterima sebagai tambahan penting untuk memahami Allah dan dunia ini tanpa perantaraan raja atau ritual Bait Allah, hikmat memberikan konteks kosmis untuk memahami penyataan historis khusus bagi umat Israel. Kitab-kitab hikmat Israel tidak pernah menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus sejarah Israel. Tradisi hikmat menawarkan suatu dasar bagi iman, etika dan tindakan. Orang-orang berhikmat Israel mendasarkan klaim mereka pada pengalaman yang terbuka terhadap semua manusia. Tradisi hikmat menggabungkan berbagai perspektif dari luar Israel, dan mungkin pula tradisi itu mencakup persoalan menyakitkan mengenai asumsi-asumsi mereka.
II.    Pembahasan
                      2.1.             Pengertian Hikmat
Kata hikmat dalam bahasa Ibrani biasanya di gunakan istilah Hokma yang berarti kemampuan intelektual. Hikmat itu dilukiskan sebagai kecemerlangan terang Allah yang kekal.[1] Hikmat adalah pengertian praktis mengenai bagaimana menjalani kehidupan dan terus maju, bagaimana menjadi orang yang baik sekaligus berhasil. Pada waktu-waktu tertentu dalam sejarah israel, kata chokmah mulai digunakan sebagai suatu gambaran puitis, sebagai suatu personifikasi simbolis.[2]
                      2.2.             Hikmat Menurut Orang Israel
Israel memahami “hikmat” sebagai pengetahuan praktis tentang hukum kehidupan dan dunia, berdasarkan pada pengalaman. Kata ibrani yang diterjemahkan sebagai “hikmat”. Hikmat berarti memiliki pengalaman atau keahlian, katakanlah seperti pelaut, pekerja penasihat politik, dll. Kearifan Israel adalah fenomena yang sangat kompleks, dan juga mengalami perubahan besar. Tetapi karakteristik dari hampir semua yang dikatakannya tentang kehidupan adalah tidik awal dalam pengalaman dasar ini. Dalam tiap tahap kebudayaan tentu manusia diatur tugas menguasai kehidiupan. Untuk tujuan ini ia perlu mengetahuinya, dan tidak berani berhenti melihat dan mendengarkan untuk menemukan apakah dalam jalinan peristiwa sesuatu seperti kesesuaian dengan hukum, suatu perintah, tidak dapat disana sini dibedakan. Di Isarael juga hikmat dipahami memiliki fungsi penting pada periode awal sekarang hampir tidak bisa didata. Tetapi sarana untuk meletakkan dan mengobjektifikasi perintah-perintah semacam itu ketika pernah dirasakan adalah bahasa. Amsal bergerak pada bidang yang pada dasarnya lebih ambisius. Mereka juga merumuskan kebenaran dan pengalaman yang diakui dan terus dikonfirmasi. Akibatnya bentuk normal ekspresi mereka adalah pernyataan sederhana. Tetapi juga memungkinkan untuk menyusunnya sebagai peringatan, dan ini tidak jarang dilakukan.[3] Khasanah hikmat dalam PL ternyata merupakan pokok yang lebih luas ketimbang kesusasteraan hikmat PL sendiri. Sebabnya ialah karena para orang yang berhikmat merupakan tokoh-tokoh negarawan dan administrator yang sekaligus ahli kesusasteraan serta mempunyai pengaruh yang besar dalam segala urusan negeri Yehuda sejak zaman Daud sampai jatuhnya kota Yerusalem.[4]
Mengejar hikmat  dalam kehidupan Israel kuno merupakan bagian dari pencarian hikmat bangsa-bangsa Timur dekat yang lebih luas. Orang-orang berhikmat Israel mengira bahwa hikmat yang mereka miliki juga terdapat pada orang-orang berhikmat dalam kebudayaan lain, karena tatanan kosmos secara universal terbuka bagi semua manusia untuk menemukannya. Tradisi hikmat awal di Israel timbul dari refleksi atas pola pengamanan manusia sehari-hari dan dari keyakinan bahwa jalan Allah dinyatakan di dalamnya. Dalam kitab Amsal Salomo, guru-guru hikmat memanggil murid –muridnya agar taat, namum yang dimaksud taat adalah mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap nilai-nilai dan pengamatan yang ditemukan oleh generasi sebelumnya di dalam pengalaman mereka. Guru-guru hikmat berjanji bahwa perilaku bijaksana akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup. Berfikir bahwa kita dapat mengabaikan hikmat dan hidup berhasil merupakan suatu kebodohan. Sumber otoritas dalam tradisi hikmat didapatkan dalam pengalaman hidup itu sendiri.[5]

                      2.3.             Konsep Hikmat Menurut orang Israel
Karena itu, hikmat terdiri dari mengetahui bahwa di bagian paling bawah suatu perintah sedang bekerja, secara diam-diam dan sering kali dengan cara yang hampir tidak terlihat, membuat keseimbangan peristiwa. Karena itu menjadi bijak adalah dengan tidak berpikir pada diri sendiri. Berpikir diri sendiri adalah ciri khas orang bodoh, yang tidak lagi terbuka pada saran, tetapi percaya pada dirinya sendiri (Ams 28:12-26. Kebodohan adalah pengabaian atau pelanggaran atau kesalahpahaman dari perintah yang orang bijak bawakan dirinya. Orang bebal tidak tahu apa-apa tentang bahaya yang melekat dalam berbicara (Ams. 14:2-6). Jadi kata "kebodohan" tidak menggambarkan cacat intelektual tertentu - itu sama sekali jauh lebih terkait dengan tindakan daripada persepsi. Kesalahpahaman tentang perintah-perintah yang harus diketahui oleh seorang pria dengan demikian menghasilkan khususnya dalam ketergesaan dan anggapan. Memang benar, bagaimanapun, bahwa perbedaan antara kebijaksanaan Mesir dan Israel sekaligus jelas di sini-kebijaksanaan Israel hampir tidak begitu kuat terkait dengan kelas atau fokus pada dunia pejabat. Perbedaan ini menembus langsung ke dalam struktur dalam Israel. kebijaksanaan; untuk sementara kebijaksanaan Mesir, sesuai dengan seluruh tujuan didaktiknya, hampir secara eksklusif dalam bentuk peringatan, apa yang dominan di Israel adalah pepatah yang menyatakan dan menegaskan, yaitu, bentuk asli dari pepatah yang tepat. Bahkan, sebuah tinjauan dangkal menunjukkan bahwa sejumlah besar peribahasa populer dimasukkan ke dalam kitab Amsal dalam Alkitab, dan ini berarti bahwa ia mengungkapkan dengan cara yang jauh lebih sentral tentang apa yang umum bagi umat manusia secara umum dengan pengalaman dasarnya yang terletak pada di luar batas profesional. Seperti "kata" untuk para nabi, dan "ramalan" untuk para imam, karena orang-orang bijak "nasihat" adalah bentuk yang tepat dari ucapan profesional mereka (Yer. 18.). adalah Pemberian nasihat ini selalu terjadi dalam hubungan dengan urusan negara, dan di sinilah ujian kemampuan pejabat di pengadilan benar-benar terbentang. Karena untuk dapat memberikan nasihat, tidak cukup menjadi seorang ahli - seorang pria juga harus dapat berbicara dan menyatakan kasusnya secara meyakinkan dengan kata-kata yang dipilih dengan baik. Pendidikan Mesir menjadikan seni menguasai situasi dengan cara berbicara yang tinggi sebagai subjek studi yang paling penting — itu mungkin tujuan utama pendidikan yang dituju di sekolah-sekolah.[6]
Pencarian hikmat merupakan salah satu pencarian yang paling kuno dan terbentang luas dalam semua perburuan manusia[7]. Para bijak itu juga disebut pujangga, yang sangat berpendidikan serta diakui peranannya di seluruh dunia Timur Tengah Kuno. Mereka adalah hasil pendidikan tinggi, mempunyai disiplin mental yang kuat, teguh dalam pendirian dan berpikir jernih. Mereka dididik terutama untuk menduduki jabatan-jabatan kenegaraan yang penting.[8] Orang-orang berhikmat itu yakin bahwa tatanan yang telah ditanamkan Allah dalam ciptaan dapat dikenali melalui refleksi secara hati-hati. Namun, mereka juga mengakui keterbatasan hikmat manusia dan sulitnya jalan Yahweh yang melampui setiap gagasan mengenai tatanan mekanis, dan bahwa di hadapan-Nya tidak ada hikmat manusia dapat berdiri tegak. Orang-orang berhikmat mengetahui bahwa saat yang berbeda menuntut keputusan yang berbeda. Salah satu ucapan hikmat yang paling terkenal mengatakan; “untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya” ada waktu berbicara ada waktu diam, ada waktu untuk bertindak dan ada waktu untuk menunggu. Di dalam ungkapan hikmat sering kali terasa adanya kejenakan, dan karenanya, penyataan dalam bentuk hikmat tanpa dalam bentuk permainan.[9]
2.4.      Tradisi Hikmat umat Israel
Namun, pertama-tama lingkup pengajaran hikmat ini lebih terbatas - itu adalah dunia terlindung dari bagian dari kedudukan sosial yang lebih tinggi yang memiliki masalah khusus mereka sendiri (pelestarian properti, kehormatan, dan posisi). Perbedaan antara pengajaran hikmat yang mencoba menemukan tatanan dasar dan apa yang dididik seperti guru adalah penting untuk memahami fenomena literatur Kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama. Dan orang-orang juga harus belajar bagaimana mengelola uang, dan tubuh mereka sendiri dan-apa yang paling sulit dari semua-lidah mereka, yang memiliki kekuatan dan kematian yang tidak kurang dari mereka (Amsal 21). Berapa banyak pertanyaan seperti itu dan yang lainnya seperti itu yang dikemukakan dalam satu hari, dan berapa banyak keputusan yang diambil dari orang yang menolak untuk hanyut. Di sini guru hikmat ingin membantu pria muda itu untuk melestarikan kekuatan dan kekayaannya serta melindungi kejantanannya. Tetapi dia tidak melakukannya dengan perintah ilahi: ini dia tidak memiliki wewenang untuk memberi, karena nasihatnya tentu saja pada dasarnya berasal dari pengalaman. Karena itu, apa yang dapat dia bantu untuk pemuda itu hanyalah “nasihat”. Nasihat tidak menuntut kebosanan, tetapi meminta untuk diuji: itu menarik bagi penilaian pendengar; itu dimaksudkan untuk dipahami, dan untuk membuat keputusan lebih mudah.[10] Tradisi hikmat tidak menawarkan jawaban pasti untuk semua persoalan, namun menyodorkan serangkaian nilai dan persepektif yang membimbing keputusan kita. Hikmat itu membentuk watak dan mengajar kita bagaimana harus belajar. Di dalam ungkapan hikmat sering kali terasa adanya kejenakan, dan karenanya, penyataan dalam bentuk hikmat tanpa dalam bentuk permainan. Teka teki dan pelesetan merupakan bentuk permainan, sejenis permainan teka-teki itu dan yang lain harus mencari maknanya. Permainan ini berakar pada kejenakan ilahi yang menyembunyikan hikmat di dalam ciptaan. “kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu ”(amsal 25:2). Kejenakan hikmat yang disembunyikan dalam teka-teki dan perbandingan perspektif-perspektif yang bertentangan membangkitkan hasrat untuk menemukan hikmat yang tersembunyi itu[11]. Pertentangan antara hikmat para negarawan dan wibawa kenabian itu perlu dipahami dari dua sisi, yaitu sisi para negarawan dan sisi para nabi itu. Sama denga raja Akhas negarawan yang berhikmat itu bukanlah orang-orang yang tidak beragama atau anti agama. Mereka memang tidak dapat menghayati hubungan diri mereka dengan pemahaman iman yang mendalam yang disodorkan oleh nabi Yesaya. Tetapi mereka bukanlah orang-orang anti agama. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada agama sesuai dengan pemahaman mereka, tetapi mereka tidak siap dan tidak bersedia untuk mempercayai ucapan-ucapan seseorang nabi mengenai hal-hal yang mereka anggap bukan kompetisi dan tanggungjawab  mereka sendiri, apalagi menyamgkut kebijakan-kebijakan politis dan militer. Para negarawan yag berhikmat itu mempunyai ukuran-ukuran dan penilaian-penilaian tersendiri. Mereka mempunyai integritas sendiri, dan tidak mau menundukkan diri kepada firma Tuhan yang diucapkan oleh seorang nabi[12]. tradisi hikmat menggabungkan berbagai perspektif dari luar israel, dan mungkin pula tradisi itu mencakup persoalan meyakitkan mengenai asumsi-asumsi dasar mereka. Kitab amsal menjanjikan bahwa hikmat akan memilih mereka yang mencarinya dan menjamin para murid-muridnya bahwa hikmat jauh kebih berharga ketimbang emas dan permata.[13]
            2.4.             Ciri-cir Hikmat
A.    Pengajaran Hikmat itu sendiri didasarkan pada “takuta kan Tuhan”.Ini tidak hanya sekedar ungkapan, tetapi merupakan insprasi yang berasal dari Allah yang kemudian yang terungkap melalui kata-kata orang berhikmat yang hidup takut akan Tuhan. Kata-kata yang keluar memberikan kehidupan bukan kematian, selanjutnya pendengarannya merasa disembuhkan dan bukan dilukai.
B.     Pengajaran hikmat itu mengingatkan orang untuk membedakan antara dua macam sikap dan perilaku orang yang bertentangan: yang baik dan benar, bijaksana di satu pihak, yang buruk dan salah dan bebal di pihak lain. Guru hikmat memberikan petunjuk-petunjuk hidup praktis yang saling terpisah satu sama lain (tidak dirangkai dengan urutan atau system yang nyata, melainkan mengajak simurid untuk menimbang, kemudian menarik kesimpulan sendiri. Tetapi dalam pengajaran hikmat itu sendiri juga mengandung tujuan yang khusus).
C.    Pengajaran hikmat selalu dikemukakan dengan penuh keyakinan dan wibawa. Dalam proses penyampaian guru hikmat tidak menyampaikan pengerahan atas nama dan wewenang sendiri, karena mereka lebih menghormati seorang raja (Ams 24:21). Namun tidak berarti juga ia menga
D.    jarkan apa yang diperintahkan raja. Sebab seorang raja juga harus dipimpin oleh hikmat untuk bisa memimpin dengan baik.
E.     Pengajaran Hikmat dipersonifikasi. Ini merupakan suatu usaha untuk menjelaskan pemikiran-pemikiran orang Ibrani yang abstrak dengan pemikiran yang lebih konkrit. Terkadang hikmat juga dipersonifikasi sebagai seorang yang berseru-seru dan memperdengarkan suaranya di tempat-tempat, di tepi jalan, dipersimpangkan jalan-jalan, di sanalah ia berdiri (Amsal 8:1-2).[14]

                      2.5.             Teologi Hikmat
Teologi dan hilangnya modal spiritual, karena dalam lingkup rasional dan empiris diperintahkan pada ajaran hikmat, tuhan hanya dapat dipahami sebagai batasan. Apa lagi yang bisa mereka lakukan secara teologis selain terus memasang tanda-tanda suram ini di perbatasan daerah ini? Kelompok maksim yang disebutkan terakhir ini memberikan pandangan yang luar biasa tentang niat dan wawasan
Sebagai personifikasi hikmat, merupakan bentuk yang melaluinya Allah dinyatakan di dunia ini, karya kebijaksanaan merupakan pantulan cahaya kekal, dan cermin tak bernoda dari kegiatan Allah, dan gambar kebaikan-Nya. Jadi dengan mengetahui hikmat, manusia dapat mengetahui sesuatu tentang Allah, yang dilihat dalam cermin tak bernoda.[15] Gagasan masa kini tidak mengenal hubungan semacam itu antara apa yang merupakan konsekuensi agama dan moral dan eksternal, tetapi orang-orang zaman dahulu sangat meyakininya dan menganggapnya sebagai bagian dari kebijaksanaan untuk mendasarkan perilaku kehidupan pada pengakuan hubungan-hubungan semacam itu. Setiap diskusi yang bijak tentang kebijaksanaan Israel berarti mengambil konsep seluas yang sebenarnya diambil. Baginya, berpikir dalam hal kebijaksanaan adalah sesuatu yang umum bagi umat manusia. Kebijaksanaan berhubungan dengan seluruh kehidupan, dan harus disibukkan dengan semua departemennya. Sangat disayangkan bahwa di masa lalu kebijaksanaan Perjanjian Lama kurang lebih dianggap sebagai produk dari sekolah teologi eksklusif.
Karena itu, hikmat terdiri dari mengetahui bahwa di bagian paling bawah suatu perintah sedang bekerja, secara diam-diam dan sering kali dengan cara yang hampir tidak terlihat, membuat keseimbangan peristiwa. Namun, seseorang harus dapat menunggunya, dan juga mampu melihatnya. Dalam kebijaksanaan seperti itu adalah sesuatu yang rendah hati - ia tumbuh dengan memperhatikan apa yang diberikan, khususnya melalui memperhatikan keterbatasan manusia. Itu selalu lebih suka fakta daripada teori. Karena itu menjadi bijak adalah dengan tidak berpikir pada diri sendiri. Berpikir diri sendiri bijak adalah ciri khas orang bodoh, yang tidak lagi terbuka pada saran, tetapi percaya pada dirinya sendiri (Ams 28:12-26. Kebodohan adalah pengabaian atau pelanggaran atau kesalahpahaman dari perintah yang orang bijak bawakan dirinya. Orang bebal tidak tahu apa-apa tentang bahaya yang melekat dalam berbicara (Ams. 14:2-6Ketakutan akan Tuhan, yaitu, ketaatan pada kehendak-Nya, adalah awal dari kebijaksanaan (Ams. 7:33).[16]
Tetapi dengan mengatakan demikian, pengajaran hikmat tidak membiarkan dirinya dengan cara apa pun dilumpuhkan dalam penguasaan hidupnya. Alih-alih, dalam suatu lingkungan yang begitu tidak dapat dipahami dibelakang dan sebelumnya oleh Allah, itu membuat berani untuk memberikan bentuk yang mulia untuk kehidupan individu. Apa yang telah dikatakan sampai batas tertentu menguraikan pengajaran kebijaksanaan yang lebih tua. Di kemudian hari, tidak bisa dipastikan, ada gerakan yang telah diputuskan ke ranah teologi. Pengajaran kearifan menjadi penjaga sentralitas iman dan mendekati lingkungan manusia. Dengan seluruh impor pencarian keselamatan-itu bertanya tentang makna Penciptaan (Ayub 28; Amsal 22.). Memang, dalam kebalikan dari asalnya, itu semakin menjadi bentuk par excellence di mana semua pemikiran teologis Israel kemudian bergerak.[17]
                      2.6.             Hikmat Orang Israel dan Relevansinya bagi Masa Depan
Perbedaan antara pengajaran hikmat yang mencoba menemukan tatanan dasar dan apa yang dididik seperti guru adalah penting untuk memahami fenomena literatur Kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama. Itu diangkat oleh orang-orang yang datang ke pengajaran dari buku-buku sejarah, perintah-perintah, para nabi dan Mazmur, dan karena berbagai ucapannya secara teologis berbicara jauh lebih sempit, dan jauh lebih monoton, dan karena itu, berbeda dengan tenor dari perintah ilahi lama, manusia dengan pertanyaan-pertanyaannya sekarang menempatkan dirinya di tengah,  kesimpulan yang jelas tampaknya adalah bahwa ajaran hikmat ini mengekspresikan kesalehan yang telah menjadi sangat sekularisasi dan dibebaskan. Fungsi dalam kehidupan Israel yang diklaimnya sebagai miliknya relatif terbatas, karena perhatiannya adalah untuk menunjukkan dan menyelidiki tatanan eksternal dan internal yang dengannya kehidupan manusia dipertahankan dan yang harus diperhatikan oleh manusia. Dengan demikian, hubungan positif dengan dunia kultus lebih baik diambil dari keterbatasan pokok bahasan pengajaran hikmat. Untuk hikmat, pertanyaan iman hanya masuk di pinggiran. dari bidangnya. Ia bekerja dengan akal, dalam bentuknya yang paling sederhana sebagai akal sehat yang sehat: itu adalah akal, dan bukan iman, yang harus membuktikan dan mengakui bahwa kesombongan melampaui kejatuhan, bahwa sepiring rempah-rempah di mana ada cinta lebih baik daripada lembu di mana ada Kebencian, bahwa roti yang didapat dengan cara curang berubah menjadi kerikil di mulut, dll. Siapa pun yang bertindak benar dan siapa pun yang baik adalah orang baik, tidak hanya untuk Dia sendiri dan keberadaannya yang terisolasi, tetapi selalu baik untuk orang lain dan untuk masyarakat juga[18].
Dalam sejarah bangsa Israel, sesudah pembuangan , hikmat memainkan peran yang besar dalam pemerintahan. Hikmat memampukan para pemimpin untuk melaksanakan tugas kepemimpinan secara adil dan bertanggung jawab. Hikmat menjadi suatu pengajaran yang di beri dan di utamakan kepada anak-anak generasi muda. Pengenalan akan Allah sebagai inti Iman. Zaman pemerintahan Salomo sebagai Raja di Israel yang memerintah pada tahun 970-931 SM, dia di kenal sebagai raja yang bijaksana. Kebijaksanaanya membuat ia menjadi raja terkenal dan termashyur. Sekalipun pada akhir pemerintahaannya dia tidak selalu bertindak sesuai dengan reputasinya. Tapi satu hal yang sangat sentral ialah untuk hidup berhikmat, maka harus di dasari dengan Takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan  adalah permulaan pengetahuan yang sejati (hikmat)[19].
III.       Kritik
Pencarian hikmat merupakan salah satu pencarian yang paling kuno dan terbentang luas dalam seluruh pemburuan manusia. Tradisi hikmat awal Israel timbul dari refleksi atas pola pengalaman manusia sehari-hari dari keyakinan bahwa Jalan Allah dinyatakan di dalamnya. Orang-orang berhikmat itu yakin bahwa tatanan yang telah ditanamkan Allah dalam ciptaan dapat dikenali melalui refleksi secara hati-hati. Namun mereka juga percaya bahwa keterbatasan hikmat manusia sulit menjangkau tindakan-tindakan Allah. Tradisi hikmat tidak menawarkan jawaban pasti untuk semua persoalan, namun menyodorkan serangkaian nilai dan perspektif yang membimbing keputusan kita. Hikmat membentuk atak dan mengajarkan manusia bagaimana harus belajar. Menghubungkan apa yang sangat spesifik dalam suatu keyakinan keagamaan dengan apa yang paling universal merpakan suatu asalah yang paling mendesak dan menjengkelkan yang dihadapi orang-orang beriman. Dalam situasi demikian, lintasan hikmat alkitabiah dan keterbukaannya terhadap tradisi-tradisi lain dan ketertarikannya secara timbal-balik antara yang khusus dengan yang universal mnuntut perhatian pada pilihan yang lain. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang bijak Israel menemukan bahwa Allah menyatakan diri di dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan sehari-hari. Hikmat menawarkan kepenuhan hidup di dalam kehadiran Allah. Kepercayaan tradisi terhadap tawaran hikmat didalam semua pegalaman manusia di gabungkan dengan kesadaran yang tajam bahwa manusia tidak pernah sepenuhnya memahami hikmat. Orang-orang bijak Israel mengakui bahwa Allah adalah misteri yang tidak dapat dipahami dan tidak ada hikmat manusia yang dapat mengukur tindakan-tindakan Allah. Tradisi Hikmat Israel dan lintasan selanjutnya di dalam gereja Kristen menjangkau deskripsi-deskripsi mengenai kehadiran hikmat yang universal dalam pengalaman manusia.[20]
IV.       Daftar Pustaka
Rad Gerhard Von, Old Testament Theology Volume I, Edinburgh: Oliver & Boyd, 1965
Wahono Wismoady, Disini Kutemukan Jawaban, BPK-GM, 1997
Lefebure Leo D., Penyataan Allah, Agama, dan kekerasan,BPK-GM, 2003
Mary Poppy, Obrolan Hikmat, BPK-GM, Jakarta
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK-GM, 2008





[1] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK-GM, 2008 ), 71  
[2] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan Kekerasan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 68
[3] Gerhard Von Rad, Old Testament Theology Volume I, (Edinburgh: Oliver & Boyd, 1965)
[4] Wismoady Wahono, Disini Kutemukan Jawaban, (BPK-GM, 1997), 219
[5] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan kekerasan, 64-65
[6] Gerhard Von Rad, Old Testament Theology Volume I,
[7] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan kekerasan, 65
[8] Wismoady Wahono, Disini Kutemukan Jawaban, 220
[9] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan kekerasan, 65
[10] Gerhard Von Rad, Old Testament Theology Volume I,
[11] Ibid,,, 65
[12] Wismoady Wahono, Disini Kutemukan Jawaban, 223
[13] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan kekerasan,68
[14] Poppy Mary, Obrolan Hikmat, (BPK-GM, Jakarta) 19
[15] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan kekerasan, 72
[16] Gerhard Von Rad, Old Testament Theology Volume I,
[17] Gerhard Von Rad, Old Testament Theology Volume I,
[18] Gerhard Von Rad, Old Testament Theology Volume I,

[19] Poppy Mary, Obrolan Hikmat, (BPK-GM, Jakarta) 19
[20] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama dan Keserasan (Jakarta: BPK-GM, 2003),
Share:

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

SEMUA POSTINGAN

Total Pageviews

FOLLOWERS