Membangun Jemaat Melalui Iklim Yang Positif


Membangun Jemaat Melalui Iklim Yang Positif

Nama Pengarang                  : Dr. Jan Hendriks
Judul Buku                `           : Jemaat Vital dan Menarik
Jumlah Halaman                   : 278
Jumalah Halaman Bacaan   : 39-65.

I.                   Pendahuluan
Didalam pembangunan jemaat yang vital dan menarik sangat dibutuhkan bagaimana partisipasi jemaat dalam membangun jemaat yang vital itu . Oleh sebab itu pembangunan jemaat disini sangat dibutuhkan karena melalui jemaatlah suatu organisasi dapat terwujud dan terlaksana, oleh karena itu pada pembahasan kali ini kami para penyaji ingin memaparkan bagaimana pandangan dari Jan Hendriks mengenai pembangunan jemaat melalui iklim yang positif, semoga dapat bermanfaat!
II.                Pembahasan
Mengenai partisipasi jemaat berhubungan erat dengan vitalisasi jemaat. Dimana, Hendriks ingin meyoroti hal ini dengan mengembangkan sebuah teori dalam rangka pembangunan jemaat yang vital dan menarik. Dimana jemaat yang vital dan menarik mengandaikan adanya sebuah jemaat yang mau berpartisipasi dengan senang hati, dan partisipasi tersebut membawa hasil atau efek yang baik bagi mereka sendiri maupun bagi relasi tujuan mereka sendiri. Hendriks menegaskan bahwa partisipasi jemaat erat kaitanya dengan partisipasi iman. Jadi, ada keterkaitan erat antara vitalisasi dan partisipasi orang beriman sebagai jemaat atau gereja. Oleh karena itu Hendriks melihat bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi vitalisasi jemaat,, yaitu: Iklim, kepemimpinan, Struktur tujuan dan tugas, serta indentitas. Factor-faktor ini datangnya dari dalam dunia organisasi, pertanyaan tentang bagaimana dunia organisasi dapat berfungsi dengan lebih baik dengan efek yang lebih besar selalu dimunculkan sejak dulu. Tetapi pendekatan Ilmiahnya baru dimulai pada permulaan abad ke-20, yaitu pada waktu dicoba mengembangkan Ilmu organisasi. Perintisnya ialah Fayol dan Taylor. Mereka menciptakan system yang dikenal dengan Scientific management dan juga sebagai ilmu organisasi yang klasik. Dalam ilmu yang klasik itu, perbaikan organisasi terutama dicari lewat merumuskan kembali tugas-tugas agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan lebih efisien. Banyak yang mengikuti arus ilmu organisasi klasik ini yang mengatakan bahwa manusiawi adalah mesin. Dari tinjauan global tentang manusia adalah mesin diatas menjelaskan tentang asal-usul dari kelima factor dalam membangun vitalisasi jemaat. Dalam literature manajemen sekarang ini kelima factor ditemukan, walaupun tidak selalu dengan sebuatan yang sama. Contohnya: Graaf  dan Ten Horn melihat tiga titik tolak bagi vitalisasi yaitu Kultur, Struktur dan kuasa, tetapi Kilmann membedakan lima factor, ia bebicara tentang manajemen yang pentagonal dengan factor-faktor sbb: Kultur(kategori yang umum yang meliputi, indentitas dan iklim), kepemimpinan dan Struktur (dimana temasuk tugas dan tujuan juga. Pengambilan keputusan dalam dan oleh kelompok dan system bonus.  Factor-faktor yang dipakai ini muncul terus menerus walaupun kadang dengan nama yang berbeda. Tapi masing-masing factor diartikan secara berbeda. Perbedaan itu disebabkan oleh aliran atau gerakan yang melatar-belakangi pengarang. Dalam hal ini kelima factor yang dinyatakan oleh Hendrik ini merupakan factor yang sangan relevan digunakan dalam pembangunan jemaat yang vital karena Hendrik mengatakan bahwa kita kurang memanfaatkan kemampuan dan kemungkinan yang terjadi dalam jemaat sendiri. Yang paling melemahkan daya intern jemaat ialah jika kita menyepelekan apa yang dikatakan dan yang dibuat oleh orang. Jika kita memandang mereka sebagai objek dan bukan sebagai subjek maka kelima factor yang ditawarkan ini masih relevan jika dikaitakn dengan vitalisasi jemaat dimana didalamnya jemaat berpartisipasi dengan senang hati.
Dari kelima factor yang ditawarkan oleh Hendrik kita akan membahas terlebih dahulu satu factor saja yaitu iklim positif, dimana Hendriks menjelaskan bahwa iklim adalah keseluruhan prosedur dan tata cara pergaulan yang khas bagi organisasi. Iklim yang baik akan mendorong orang untuk dengan sukacita terlibat aktif dalam kehidupan organisasi, karena didalamya ada pengakuan dan perlakuan terhadap setiap anggota gereja sebagai subjek dalam hidup dan karya gereja. Dan jika partisipasi jemaat menurun, bisa jadi dipengaruhi oleh iklim yang kurang menyenangkan dalam kehidupan organisasi gereja, dimana warga gereja tidak diperlakukan sebagai subjek, melainkan sebagai objek yang hanya melaksanakan keputusan majelis. Factor iklim sangat erat kaitanya dengan factor kepemimpinan dan juga struktur yang dibangun dalam gereja. Dalam iklim positif ini juga kita juga harus dapat memandang anggota biasa sebagai anggota yang harus dihargai dan dihormati, dimana menurut tokoh bowers dan Franklin mengungkapkan bahwa iklim yang positif itu bercirikan tentang keunggulan sumber daya manusia. Ciri ini menandakan bahwa organisasi menyadari bahwa manusialah yang merupakan milik yang paling penting dalam organisasi dan juga bahwa organisasi tidak hanya menyadarinya melainkan bertindak sesuai dengan penyadaran itu. Dimana bowers dan Franklin ingin menekankan bahwa bagaimana manusia yang biasa itu dalam praktek sehari-hari merasakan bahwa kehadiran dan kemampuan mereka dihargai. Dimana disini ditekankan bahwa anggota biasa tidak boleh dianggap sebagai pelaksana keputusan melainkan sebagai manusia yang ikut mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam kuasa. Dalam hal ini juga kita harus melihat bahwa manusai biasa juga memiliki sumbangan yang besar terhadap organisasi. Didalam sebuah organisasi juga peran dari manusia biasa sangat berarti karena manusia biasalah yang menjalankan pekerjaan dan melestarikan organisasi. Keberhasilan dari suatu organisasi dalam mencapai tujuanya dan kualitas pada organisasi ialah pada jemaat biasa. Jemaat biasa juga mengerti bagaimana tantangan-tantangan yang dihadapi oleh suatu organisasi. Dalam hal ini anggota biasa memiliki peran penting dalam sebuah organisasi sedangkan pimpinan tugasnya hanya mendengarkan anggota biasa dan menolong mereka dalam melakukan pekerjaan mereka. Oleh karena itu pimpinan harus bersikap yang baik terhadap jemaat biasa dan jemaat biasa juga harus dipandang berharga dan pendapat mereka dinilai tinggi. Iklim yang baik dan positif dinyatakan lewat perlakuan serius terhadap orang biasa dalam organisasi. Iklim yang positif tidak ditentukan oleh nilai dan martabat manusia melainkan oleh tata cara yang mengatur manusia itu bergaul satu dengan yang lain prosedur harus dibicarakan secara eksplisit Artinya kita Mengikuti alur seperti yang dirumuskan oleh para ahli alur itu ada 4 yang pertama adalah proses komunikasi yang kedua pengambilan keputusan ketiga perumusan tujuan dan yang keempat pengaruh dari anggota biasa.
A.    Proses komunikasi.
proses komunikasi mencakup 3 aspek yaitu luas fleksibel dan tepat guna sehingga informasi benar-benar akurat sangat penting bagi pemimpin yang baik Ada bahwasanya informasi itu terarah kepada semua kalangan kelompok maupun jenjang. informasi arus luas artinya adalah semua informasi itu harus sampai kepada perorangan secara relevan dan tidak membingungkan. Jadi intinya adalah kita harus berani menyuarakan kebenaran memang bukan hal yang mudah tapi hal Sederhana itu dapat membantu kita untuk menjelaskan informasi yang sebenarnya. Penting juga bagi kita supaya berkomunikasi dengan kelompok-kelompok Jemaat baik itu kategorial supaya informasi itu tidak hanya berhenti di kita tetapi di semua Jemaat sehingga tidak ada terjadi pengelompokan di gerejawalaupun komunikasi terdiri dari atas ke bawah tapi setidaknya semakin ke bawah informasi itu tidak semakin berkurang.
B.     Pengambilan Keputusan
di dalam pengambilan keputusan ada dua Aspek penting yang harus diperhatikan pengambilan keputusan itu bukan ketika pendapatnya yang paling tinggi melainkan diukur dari banyak informasi Jadi intinya adalah keputusan itu adalah keputusan bersama dari semua orang yang berkepentingan ada dua metode yang biasa kita ketahui salah satunya adalah dengan metode angka dan juga konsensus dan yang paling sering digunakan adalah metode konsensus karena konsensus tidak berpatokan pada pendapat yang sama melainkan adanya kesamaan tujuan yang ingin dicapai singgah di sana terjadi pertukaran pikiran sehingga pandangan menjadi terbuka dan bebas serta dengan itu peserta dapat mengerti dan diperhitungkan pada saat konsesijadi cara memilihnya adalah dengan bermain di pikiran
C.     Perumusan Tujuan
perumusan tujuan itu adalah bagian dari pengambilan keputusan yang paling penting karena dalam perumusan itu seringkali kita berklimaks contohnya adalah ketika kita menyebutkan an Siapakah yang paling tepat dalam memilih pemimpin sehingga tidak menyakiti melainkan tetap damai dan tentram.
D.    Pengaruh anggota biasa
anggota biasa juga adalah bagian yang penting dalam pengambilan keputusan namun mereka bukan bagian dari pengambil keputusan tetapi mereka mempunyai pengaruh tersendiri contohnya adalah anggota biasa bisa saja mempengaruhi jalannya kepemimpinan atau organisasi.
Kepemimpinan gereja harus menyesuaikan dengan kemerdekaan dan tanggung jawab manusia sebagai subjek. Yang artinya bahwa pimpinan gereja tidak boleh mengambil sekaligus tanggung jawab dari manusia. Tetapi pemimpin harus memberikan arahan terhadap apa yang akan menjadi tanggung jawab dari manusia. Tanggung jawab yang dimaksud disini adalah bukanlah sekedar tanggung jawab yang biasa, melainkan sebuah tanggung jawab yang seharus dapat membuahkan hasil yang maksimal sehingga tidak akan merugikan sesama manusia. Dalam hal ini tidak ada yang dinamankan seebagai jemaat biasa, jika ada jemaat biasa berarti ada juga yang disebut dengan jemaat luar biasa. 1 Ptr 2:9 mengatakan Kamu adalah imamat rajawi. Artinya adalah semua sama di hadapan Allah, karena Roh dicurahkan atas semua manusia (Kis 2:17). Pemikiran imamat gerejawi yang digunakan dalam sejarah Gereja, oleh karena itu, jemaat biasa diungkapkan sebagai jemaat biasa yang beriman dan dapat dikatakan sebagai subjek. Bakker dan Schippers mengatakan bahwa, jika jemaat menjadi jemaat oleh karenan merasa diterima oleh Allah tanpa syarat. Ciri jemaat itu ialah kemanusiaan yang sejati. Dalam sebuah jemaat perlu adanya keterbukaan dari hal itu kualitas jemaat pun akan meningkat, karena jika ada keterbukaan itu, maka sebuah diskusi akan terjadi dan dapat membuat sebuah relasi yang baik diantara jemaat dan akan menambah pengetahuan para jemaat dan juga akan terjadi komunikasi yan baik. Anggota jemaat yagn biasa adalah imam dan oleh karena itu mereka ikut bertanggung jawab atas pembangunan jemaat, jemaat biasa juga dipanggil untuk membantu proses pembangunan warga jemaat, karena dalam jemaat ada yang dinamakan nilai yang khas. Oleh karena itu semua termasuk imamat rajawi tidak ada perbedaan di mata Tuhan gagasan ini akhirnya berakar dalam fakta dasar teologis bahwa Roh dicurahkan atas semua. Jadi semua manusia sama, dan sama-sama mengemban Tri Tugas dalam gereja. Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah semua sama dimata Tuhan.
III.             Kesimpulan

Dari penjelasan diatas kami para penyaji mengambil kesimpulan bahwa di dalam buku Jan Hendrik ini pada bab 2 dan 3 menjelaskan bahwa dalam membangun jemaat yang vital dan menarik, sangat dibutuhkan 5 faktor dalam pembangunan jemaat yang vital salah satunya ialah iklim positif, dimana, dijelaskan bahwa di dalam suatu jemaat dan organisasi memiliki iklim yang berbeda, dimana jika jemaat yang beriklim positif ia akan bekerja dengan senag hati. Oleh karena melalui iklim menentukan apakah orang berpartisipasi dengan senang hati dan efektif. Dalam iklim positif ini juga dijelaskan bahwa jemaat/anggota biasa juga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah organisasi, dimana jemaat biasa harus dipandang dan dihargai karena melalui jemaat biasa organisasi dapat membangun jemaat menjadi vital dan menarik. Oleh karena itu, dalam pembangunan jemaat ini dibutuhkan partisipasi dari jemaat, tanpa memandang derajat. Agar dalam pembangunan jemaat ini berjalan dengan baik. 
Share:

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

SEMUA POSTINGAN

Total Pageviews

FOLLOWERS