Kritik terhadap System Etika Utilitarianisme

Kritik terhadap System Etika Utilitarianisme

I.                   Pendahuluan
Pada sajian sebelumnya kita telah membahas hati nurani sebagai sumber etika. Manusia sebagai makluk sosial pastilah memerlukan system etika dalam bertindak dan hal ini menimbulkan banyak teori tentang etika. Salah satunya adalah etika utilitarianisme yang Setiap kegiatan dan usahan manusia diharapkan mempunyai kegunaan, faedah dan keuntungan. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas etika utilitarianisme dan kritik etika Kristen terhadap system etika utilitarianisme. Semoga pemaparan kali ini dapat menambah wawasan kita semua.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya kebiasaan, adat.[1] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika berarti ilmu tentang yang baik dan yang buruk dan tentang kewajiban sosial.[2] Dalam Kamus Alkitab etika diartikan sebagai prinsip-prinsip perbuatan yang benar dan salah. Dasar untuk melakukan apa yang benar dan moral-moral ketajaman untuk melihat apa yang benar yang merupakan hal-hal mendasar dalam seluruh Alkitab.[3]
2.2.Pengertian Utilitarianisme
Istilah utilitarianisme barasal dari bahasa latin utilis yang berarti berguna, berfaedah dan menguntungkan. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah dan menguntungkan dan dikatakan tidak baik atau buruk jika tidak bermamfaat, tidak berfaedah dan tidak menguntungkan.[4] Utilitarianisme dikenal dengan semboyan: “hasilkanlah sesuatu yang paling besar untuk jumlah yang paling besar” maka paham ini menganggap bahwa moralitas seseorang ditentukan oleh kemampuannya untuk mempromosikan kebahagiaan yang terbesar bagi masyarakat.[5] Utilitarianisme memadukan antara paham konsekuensialisme yang berpendirian bahwa yang baik ditetapkan akibat dan paham welfarisme yang berpendirian bahwa usaha masyarakat terutama negara harus ditunjukan untuk kesejahteraan masing-masing warga negara dan rakyat secara keseluruhan.[6] Utilitarianisme dianggap juga sebagai etika sukses karena sama sama menilai kebaikan dari apakah perbuatan menghasilkan suatu hal yang baik atau buruk.[7] Jadi dapat disimpulkan bahwa utilitarianisme adalah paham etis yang menganggap bahwa perbuatan baik ditentukan menurut akibat baiknya, mamfaatnya dan keuntungannya bagi  orang banyak atau masyarakat.
2.3.Latar Belakang Munculnya Utilitarianisme
Aliran ini berasal dari tradisi pemikiran moral di United Kingdom oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Ia dan orang-orang sezamanya menghadapi masalah bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral. Lalu Bentham berusaha mencari dasar objektif yang dapat dijadikan pegangan sekaligus norma yang diterima umum dalam menentukan dan menilai suatu kebijaksanaan umum atau politik. Lalu ia menemukan jawabannya bahwa dasar yang paling objektif adalah dengan melihat apakah suatu kebijaksanaan atau tindakan tertentu membawa mamfaat atau hasil yang berguna atau sebaliknya.[8] Bentham juga ingin memperbaharui sistem hukum Inggris yang dianggapnya sudah ketinggalan zaman. Ia mengusulkan suatu klasifikasi kejahatan yang didasarkan atas berat atau tidaknya pelanggaran yang diukur berdasarkan kesusahan atau penderitaan yang diakibatkannya terhadap para korban dan masyarakat. Ia menekankan bahwa moralitas suatu tindakan harus ditentukan dengan menimbang kegunaannya untuk mencapai kebahagiaan manusia. Prinsip kegunaan ini hanya diterapakan secara kuantitatif saja. Pelopor lainnya Jhon Stuart Mill (1806-1873) yang mengkritik pendapat Bentham bahwa kesenangan dan kebahagiaan harus diukur secara kuantitatif tatapi ia berpendapat bahwa kualitas perlu juga dipertimbangkan. Sebab ada kesenagan yang lebih tinggi mutunya dan ada yang lebih rendah. Kesenangan manusai harus lebih tinggi dari kesenangan hewan.[9] Ia mengatakan bahwa lebih baik umat manusia yang tidak terpuaskan daripada menjadi hewan yang terpuaskan. Ia mengajarkan kesenangan yang intelektual dan bermotifkan kesenangan pada perasaan sosial yang menusiawi dan persekutuan antara menusia dengan ciptaan lainnya.[10]
2.4.Ajaran Pokok Utilitarianisme
1.      Seseorang hendaknya bertindak sedemikian rupa sehingga menunjukkan kebahagiaan (kesenangan) terbesar dari sejumlah terbesar orang.
2.      Tindakan secara moral benar a) kalau ia menghasilkan lebih banyak kebaikan dari pada kejahatan dibandingkan dengan tindakan lainnya yang dapat diambil, atau b) kalau ingin menghasilkan sebanyak mungkin kebaikan dalam dunia  dibandingkan dengan tindkan yang mungkin diambil dalam situasi dan kondisi yang sama.
3.      Secara umum harkat atau nilai moral tindakan dinilai menurut kebaikan dan keburukan akibatnya.
4.      Ajaran bahwa prinsip kegunaan terbesar hendaknya menjadi kriteria dalam perkara etis dan kriteria itu harus diterapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari keputusan-keputusan etis.[11]
2.5.Prinsip Prinsip Utilitarianisme
Prinsip utilitarianisme mengatakan bahwa menusia wajib berusaha untuk selalu menghasilkan kelebihan akibat-akibat baik yang sebesar-besarnya terhadap akibat-akibat buruk apabila kita bertindak, artinya semua tindakan yang kita ambil adalah betul jika kita dapat perhitungkan  dampak yang paling besar untuk memajukan kepentingan semua orang yang dapat kita pengaruhi. Utilitiarisme juga disebut universal artinya ia mengaku adanya suatu kewajiban terhadap semua orang. Utilitarianisme menuntut perhatian terhadap kepentingan dari semua orang yang terpengaruh oleh akibat tindakan itu, termaksud kepentingan dirinya sendiri. Adapun yang menjadi norma bukanlah akibat baik bagi si pelaku itu sendiri, melainkan akibat-akibat baik di seluruh bumi.[12] Utilitarianisme memperhatikan akibat-akibat dari suatu tindakan sehingga mengungkapkan prinsip moral yang fundamentalis yaitu kita bertanggung jawab atas akibat-akibat dari apa yang kita lakukan. Kita tidak dapat cuci tangan, dengan demikian utilitarianisme memuat prinsip bahwa manusia bertanggung jawab atas sesamanya.
2.6. Macam-Macam Utilitarianisme
2.6.1.      Utilitarianisme Tindakan
Utititarianisme tindakan dikemukakan oleh Stephen Toulmin yang menegaskan bahwa prinsip kegunaan tidak harus diterapkan atas salah satu perbuatan melainkan atas aturan-aturan moral yang mengatur perbuatan kita.[13] Prinsip Utilitarianisme yaitu bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakan itu menghasilkan kebaikan/kebahaggiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.[14]
2.6.2.      Utilitarianisme peraturan
Utilitarianisme aturan dikemukakan oleh Richard B. Brandt. Menurutnya, perbuatan itu baik secara moral bila sesuai dengan aturan yang berfungsi dalam sistem aturan moral yang paling berguna bagi suatu masyarakat.[15] Prinsip utilitarianisme peraturan adalah bertindaklah menurut peraturan yang pelaksanaannya akan menghasilkan kebaikan/kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.[16]
2.7.Kelebihan dan Kelemahan Utilitarianisme
Utilitarianisme sebagai paham etis mempunyai kelebihan yaitu pahan etis ini bersifat universal dalam arti bahwa utilitarianisme lebih mengutamakan mamfaat atau akibat baik suatu tindakan bagi banyak orang. Utilitarianisme juga menciptkan suasana pertanggungjawaban dalam arti manusai bertanggungjawab terhdap sesamanya.[17] Sebagai prinsip moral, utilitarianisme tidak seluruhnya mulus tanpa kelemahan yang pertama, orang yang berprinsip utilitarianisme dapat dengan tenang melanggar hak asasi menusia karena utilitarianisme sangat memperhatikan akibat dan bukan hakikat perbuatan maka atas nama utilitarianisme, orang tidak perlu sibuk berpikir denagn pemikiran tentang apa hakikat perbuatan tetapi apa akibatnya bagi hidup kita. Yang kedua, utilitarianisme mendorong tumbuhnya semangat seketika (instant), langsung (immadiate) dan pandangan pendek (short sight) artinya utilitarianisme memupuk semagat tiba-tiba, seketika dan langsung. Semangat ini menghambat pemikiran jauh ke depan dan menghidupi semangat “aji mumpung”, sembari sekarang ada persetan kelak atau nikmati yang ada hari ini.[18]
2.8.Kritik terhadap System Etika Utilitarianisme
Etika utilitarianisme lebih mementingkan hasil, mamfaat, kegunaan, faedah dari suatu perbuatan. Utilitarianisme menganggap bahwa perbuatan baik ditentukan menurut akibat baiknya, mamfaatnya dan keuntungannya bagi  orang banyak atau masyarakat. Misalnya apabila seseorang melakukan tindakan penyelamatan tetapi galal maka utilitarian  menilai itu salah tetapi kalau menurut pandangan etika Kristen hal itu juga benar walaupun gagal. Etika Kristen  yakin bahwa melakukan perbuatan, mengasihi dan kehilangan dari pada tidak sama sekali.[19] Para penganut utilitarianisme tidak memikirkan cara itu baik atau tidak tetapi yang terpenting adalah hasil dan dalam hal ini banyak menimbulkan pelanggaran hak-hak orang yang yang minoritas dengan kata lain utilitarianisme menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan bagi orang banyak. Paham ini memberikan implikasi bahwa tujuan membenarkan cara apapun yang harus ada untuk mencapainya.[20] Etika Kristen mengkritik ini karena etika Kristen memandang bahwa tujuan mungkin membenarkan penggunaan cara yang baik, tetapi tidak berarti membenarkan penggunaan cara apa saja apalagi cara-cara jahat. Etika Kristen mengajarkan bahwa tujuan yang mau dicapai haruslah didapatkan dengan menggunakan cara yang baik pula dan semua harus berdasarkan Alkitab. Dalam 2 Raja-Raja 10:30, berfirmanlah Tuhan kepada Yehu: “oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan telah berbuat kepada keluarga Ahab tetap seperti yang dikehendaki hatiKu, maka anak-anakmu akan duduk diatas takhta Israel sampai keturunan yang keempat”. Nats ini mengajarkan semua orang percaya agar melakukan sesuatu haruslah benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Berarti Tuhan tak mengigini cara yang jahat walaupun hasilnya baik.
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa etika utilitarianisme adalah paham etis yang menganggap bahwa perbuatan baik ditentukan menurut akibat baiknya, mamfaatnya dan keuntungannya bagi  orang banyak atau masyarakat. Dan etika Kristen menuntun kita agar untuk melakukan yang benar menurut kehendak Tuhan berdasarkan Alkitab. Dalam hal ini etika utiliratianisme dan etika Kristen memang sama sama mementingkan hasil namun, cara kedua etika ini berbeda. Dalam utilitarianisme orang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujaun dan inilah yang dikritik etika Kristen  karena etika Kristen mengajarkan supaya melakukan sesuatu yang benar dengan cara yang benar pula.
IV.             Daftar Pustaka
Bagus Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia, 2000
Brotosudarto R.M.Drie.S, Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: ANDI, 2007
Browning W.R.F, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013
Geisler Norman L, Etika Kristen Pilihan dan Isu, Malang: LITERATUR SAAT, 2003
Geisler Norman L, Etika Kristen, Malang: LITERATUR SAAT, 2010 
Keraf A. Sonny, Etika Bisnis, Yogyakarta: Kasinus, 1998
Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika, Yogyakarta: Kasinus, 1997
Nainggolan Binsar, Pengantar Etika Terapan, Pematang Siantar: L-SAPA, 2007
Poerwadarminta W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Suseno Franz Magnis, Etika Dasar, Yogyakarta: Kasinus, 2005
Verkuyl J, Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
                                                                        



[1]J.Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 1
[2]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 217
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 98
[4]Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika, (Yogyakarta: Kasinus, 1997), 228
[5]Binsar Nainggolan, Pengantar Etika Terapan, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2007), 17
[6] Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika, 229
[7]R.M.Drie.S. Brotosudarto, Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: ANDI, 2007), 68
[8]A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kasinus, 1998), 93
[9]K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 1993), 265
[10]Binsar Nainggolan, Pengantar Etika Terapan, 17
[11]Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), 1144
[12]Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, (Yogyakarta: Kasinus, 2005), 125
[13]K. Bertens, Etika, 268
[14]Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 1145
[15] K. Bertens, Etika, 268
[16] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 1145
[17] Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, 125
[18]Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika, 230
[19]Norman L. Geisler, Etika Kristen, (Malang: LITERATUR SAAT, 2010), 17 
[20]Norman L. Geisler, Etika Kristen Pilihan dan Isu, (Malang: LITERATUR SAAT, 2003), 44
Share:

KITAB NEHEMIA

KITAB NEHEMIA
I.                   PENDAHULUAN
            Kitab Nehemia merupakan bagian dari kitab sejarah, kitab Nehemia adalah kitab ke 11 dan 12 kitab sejarah dan kitab ke 16 dari Perjanjian Lama. Kitab ini menceritakan tentang keadaan bangsa Israel sesudah masa pembangunan oleh Bangsa Babel. Kitab Nehemia menjelaskan tentang keadaan kota Yerusalem setelah pembuangan dan tentang penyimpangan yang dilakukan oleh bangsa Israel kepada Allah dan sikap Allah terhadap bangsa Israel.

II.                PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian kitab Nehemia
            Nama kitab ini diambil dari nama tokohnya yaitu Nehemia. Nehemia berarti penghiburan dari Yahweh[1]. Nehemia adalah anak Hakhalya dan dari suku Yehuda. Ia dibesarkan di pembuangan,dan pada waktu muda menjadi pegawai istana kerajaan Persia sebagai juru minuman Raja Longimanus dan permaisuri Damaspia di istana Susan[2]. Nehemia adalah orang yang memimpin umat Israel untuk membangun kembali tembok kota Yerusalem dan membangun iman orang Israel setelah pembuangan.
2.2. Latar Belakang Kitab[3]
Pada masa pemulihan ini Yehuda merupakan bagian kecil dari sebuah propinsi Persia yang besar. Ketika Nebukadnezar, penakluk Yerusalem, meninggal pada tahun 562 sM, kekuatan Babel merosot dengan tajam di bawah pemerintahan beberapa penguasa yang kurang bertindak. Kerajaan Babel berakhir di tangan Persia, suatu kekuatan baru yang menonjol peranannya di Timur Tengah selamah dua abad berikutnya. Pendiri kerajaan itu adalah Koresy, raja Ansyan di Iran selatan, yang memberontak melawan raja Media. Pada waktu Babel berdiri sendirian dan pada tahun 539 sM jatuh ke tangan Persia setelah pertempuran di daerah perbatasan. Pada tahun 539 sM, Koresy menguasai seluruh Timur Tengah sampai ke perbatasan Mesir. Koresy adalah penguasa yang bijaksana, ia memperkenalkan bangsa-bangsa yang di buang oleh pemerintah Babel untuk pulang kembali ke tanah air mereka. Sejalan dengan kebijaksanaannya mengenai pemulangan kembali, Koresy mengizinkan sekelompok orang Yahudi kembali ke Yehuda pada tahun 535 sM dan memberikan dana untuk membangun kembali Rumah Allah di Yerusalem.
2.3. Penulis dan Waktu Penulisan
             Kitab Nehemia adalah lanjutan kitab Ezra dan merupakan akhir sejarah yang terdapat di dalam kitab Tawarikh dan Ezra-Nehemia. Bagian yang paling besar dari kitab ini adalah peringatan-peringatan dari pihak Nehemia sendiri .[4] Penulis dari kitab ini adalah Nehemia. Kebanyakan bagian-bagian dalam kitab ini merupakan otobiographinya. Nehemia adalah putera dari Hakhaliah.Pertama-tama, ia bertugas sebagai juru minuman raja(1:11;2:1;ezr,7:1). Kemudian ia diangkat menjadi gubernur Yehuda(5:14;8:9;10:1). Jabatan ini dijabatnya selama kurang lebih12 tahun. Kemungkinan kitab ini ditulis di antara tahun 444-432 SM. Kitab Nehemia merupakan kitab sejarah Perjanjian Lama yang terakhir ditulis.[5]
2.4.Struktur Isi[6]
Nehemia berhubungan erat dengan pelayanan Ezra, teman seangkatannya, Ezra adalah seorang iman yang membawa kebangunan rohani, sedangkan Nehemia adalah seorang yang membawa rekonstruksi pisik dan politik dan memimpin pembaharuan moral dari umat nya. Mereka bergabung menjadi kelompok kerja yang efektif untuk membangun secara menyeluruh sisa-sisa orang Yahudi. Nabi terakhir dari perjanjian lama, Maleakhi juga melayani selama masa ini untuk memberikan tambahan pengarahan moral dan rohani. Kitab Nehemia membawa kita kepada akhir dari garis cerita sejarah dari dalam Perjanjian Lama yaitu kurang 400 tahun sebelum kelahiran Mesias yang dijanjikan.Tiga pembagian kitab ini adalah:pertama, pembangunan kembali (1-7).Kedua, kebangunan rohani (8-10) dan Ketiga, pembaharuan (11-13).
a.       Pembangunan Kembali (1-7)
Beban Nehemia yang besar bagi umat dan kesejahteraan Yerusalem membawa dia untuk mengambil tindakan yang berani. Tembok Yerusalem dihancurkan oleh Nebukadnezar dalam tahun 586 SM,tetapi tembok itu hampir dibangun kembali setelah tahun 464 sM,ketika raja Artaxerxes (Ahasyweros) naik tahta kerajaan Persia (Ezr.3:6-23). Ketika ia mendengar perlawanan yang membawa kepada kehancuran,Nehemia pertama-tama berdoa untuk umat itu dan kemudian memohon izin,perlengkapan dan prlindungan raja Ahasyweros bagi proyek yang besar untuk membangun kembali tembok itu.Sisa orang Yahudi yang kembali di bawah pimpinan Nehemia pada tahun 444 sM,berlangsung 13 tahun setelah sisa orang Yahudi yang kembali ke bawah pimpinan Ezra.  Atau berlangsung 94 tahun setelah sisa orang Yahudi yang kembali di bawah pimpinan Zerubabel.  Nehemia menginspeksi tembok itu dan menantang umat itu untuk ‘’siap membangun’’ (2:18). Namun perlawanan dengan cepat muncul. Pertama-tama perlawanan itu berbentuk olok-olokan,kemudian dalam bentuk permufakatan yang jahat ketika pekerjaan itu semakin maju. Nehemia mengatasi ancaman-ancaman bersenjata itu dengan menempatkan sebagian umat dalam kesiapan-kesiapan militer dan sebagian yang lain terus mengerjakan tugas pembangunan. Orang-orang Yahudi memperlakukan dengan kasar dan memeras mereka yang terpaksa menggadaikan milik mereka dan menjual anak-anak mereka menjadi budak. Nehemia berdoa dan bertindak dalam menyelesaikan kesulitan ini.Ia juga memimpin dengan teladan mengorbankan gaji gubernurnya.Sekalipun ada penipuan,fitnahan dan bahaya, Nehemia tetap percaya kepada Allah dan tetap berketetapan hati sampai pekerjaan itu selesai. Tugas itu diselesaikan dalam waktu yang luar biasa yaitu 52 hari.Bahkan musuh-musuh mengakui bahwa tugas itu hanya dapat diselesaikan dengan pertolongan Allah.
b.      Kebangunan Rohani (8-10)
Pembangunan atau konstruksi tembok diikuti dengan penyucian dan penguatan umat itu.Imam Ezra adalah pemimpin rohani dalam kebangunan rohani dalam pasal-pasal 8-10. Bagian ini merupakan peringatan kembali dari pembaharuan yang dipimpimnya 13 tahun sebelumnya(Ezr.9-10). Ezra berdiri diatas podium atau mimbar kayu yang khusus setelah selesai pembangunan tembok dan membacakan terus menerus hukum Allah kepada umat itu sambil menterjemahkan hukum itu dari bahasa Ibrani ke dalam bahsa Aram supaya mereka mengerti. Mereka menanggapi dengan tangisan,pengakuan dosa,ketaatan dan sukacita.Orang lewi dan para Imam memimpin mereka dalam doa syafaat dalam mengulangi karya kelepasan dan kesetiaan Allah dimasa lalu bagi umat-Nya.Mereka juga mengagungkan sifat-sifat Allah baik tentang kesucian,keadilan,rahmat dan kasih-Nya. Perjanjian kemudian diperbaharui kepada Allah. Mereka sebagai umat-Nya bersedia untuk memisahkan diri mereka dari pernikahan dengan orang-ornng yang tidak percaya dan mematuhi perintaqh-perintah Allah.
c.       Pembaharuan(11-13) 
Undian ditarik untuk menentukan siapa yang akan tetap tinggal di Yerusalem. Kemudian, siapa yang akan kembali ke kota-kota warisan mereka. Sepersepuluh dari umat itu  tinggal di Yerusalemdan yang lainnya (umat dan para imam) mendiami tanah-tahan yang lain. Tembok Yerusalem dipersembahkan kepadaTuhan dalam acara sukacita yang diiringi musik panduan suara dan alat-alat musik.
            Kebangunan rohani yang dipimpin Ezra dalam pasal 8-10,sayangnya tidak berlangsung lama. Nehemia yang sudah kembali ke Persia dalam tahun 432sM,(13:6),melakukan perjalan yang kedua ke Yerusalem sekitar tahun 425sM,untuk memperbaharui umat itu. Ia menyucikan Bait Allah,menekankan hari Sabat dan meminta umat itu menjauhi semua istri-istri asing.
2.5. Garis Besar Kitab
I.Riwayat hidup Nehemia :
Bagian 1:
            a.Kedatangan Nehemia (1-2)
            b.Pembangunan kembali tembok Yerusalem walaupun menghadapi perlawanan (3-4)
            c.Pembaharuan ekonomi dan sosial oleh Nehemia (5:1-7:73a)
 Bagian II:
            a.Pemukiman kembali kota Yerusalem (11:1-12:26)
            b.Penahbisan tembok Yerusalem (12:27-13:3)
            c. Pembaharuan lebih lanjut yang diadakan Nehemia dibidang sosial dan agama (13:4-  31)[7]
2.6.  Tema-tema Teologi[8]
Gagasan Teologis yang paling menonjol dari materi riwayat hidup Nehemia adalah pembaharuan perjanjian dalam masyarakat pasca pembungan. Seruan untuk pembaharuan Rohani dan keadilan sosial yang dilakukan oleh kedua pembaharu ini dimaksudkan untuk memperbaiki perlakuan kejam dan berbagai perilaku tak senonoh di antar sisa-sisa Israel yang kembali, dan menanamkan harapan serta mendorong semangat juang umat itu. Masyarakat Yahudi pasca pembungan ini sedang kehilangan harapan karna mereka berpandapat bahwa Tuhan sedang mengabaikan mereka. Penting sekali mereka menyadari bahwa ketaatan pada ketetapan-ketetapan perjanjian Allah merupakan prasyarat yang wajib untuk memperoleh berkat-berkat Yahwe dan pemulihan Israel sebagai milik kepunyaannya yang khusus.
2.6 Tujuan dan Pesan[9]
Tujuan dari kitab-kitab ini adalah penulisan sejarah, dengan adanya kebutuhan untuk memelihara catatan mengenai pemulangan umat ibrani dari pembuangan di Babel ke Yerusalem. Karena itu kisah ini menyoroti kesetiaan Yahwe dan dengan demikian menumbuhkan harapan dalam hati umat Israel pada masa pasca pembuangan dengan cara menunjukkan pemeliharaan Allah yang bekerja diantara raja dan pemerintah, Namun pesan yang lebih dalam tentang pemeliharaan Allah yang menguasai semua kegiatan manusia demi kepentingan “umat pilihan-Nya” adalah berita yang paling menggembirakan.
III. Kesimpulan
Kitab ini mengisahkan kembali tentang pembangunan kembali tembok yerusalem (1-7). Kedua,  kebangunan rohani (8-10) dan Ketiga, pembaharuan (11-13). Kitab ini juga menunjukkan pemeliharaan Allah yang bekerja diantara raja dan pemerintah, Namun pesan yang lebih dalam tentang pemeliharaan Allah yang menguasai semua kegiatan manusia demi kepentingan “umat pilihan-Nya” adalah berita yang paling menggembirakan.

IV. Daftar Pustaka
Blankenbaker, Frances,Inti Alkitab Untuk Para Remaja, Jakarta:BPK-GM,1989
Baxer, J.Siolow,Menggali Isi Alkitab Kejadian-Este,  Jakarta:Yayasan Komunikasi BK/OMT,1981
Hubbard, W.S.Lasor,D.A & Bush, F.W., Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1993
Blommendeaal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta:BPK Gunung Mulia,2009
Lasor, W.S dkk,Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta:BPK Gunung Mulia.2002
Hill, Andrew E. dkk, Survei Perjanjian Lama, Malang:GANDUM MAS, 2008
                      



[1] Frances Blankenbaker,Inti Alkitab Untuk Para Remaja, (Jakarta:BPK-GM,1989), 122
[2] J.Siolow Baxer,Menggali Isi Alkitab Kejadian-Este,  (Jakarta:Yayasan Komunikasi BK/OMT,1981), 436
[3] W.S.Lasor,D.A Hubbard dan F.W.Bush, Pengantar Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1993), 431-432
[4] J.Blommendeaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,( Jakarta:BPK Gunung Mulia,2009),169
[5] W.S Lasor dkk,Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta:BPK Gunung Mulia.2002) 435-436
[6] Andrew E.Hill & John H.Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:GANDUM MAS, 2008), 374
[7] Andrew E.Hill & John H.Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:GANDUM MAS, 2008), 374
[8]  Andrew E.Hill & John H.Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:GANDUM MAS, 2008), 379-381
[9]  Ibid, 375-376
Share:

Pengantar Kitab Kisah Para Rasul

Kitab Kisah Para Rasul

I.                   Pendahuluan
   Kitab Kisah Para Rasul merupakan kelanjutan Kitab Injil Lukas. Dan Kitab ini menjadi   pengantar antara Kitab Injil dengan surat-surat Rasul. Kami para penyaji akan  memaparkan tentang Kitab Kisah Para Rasul. Semoga sajian kami ini dapat menambah wawasan kita bersama mengenai Kitap Kisah Para Rasul.

II.                Pembahasan
2.1.    Latar Belakang Kitab
            Kitab Kisah Para Rasul merupakan kelanjutan dari Kitab Injil Lukas.Dan  ini menjadi pengantara antara Kitab Injil dengan Surat-Surat Rasul.[1]Kisah Para Rasul merupakan satu-satunya penghubung antara pelayanan dan pengajaran Kristus dengan agama Kristen yang telah mencapai kepenuhan bentuknya dalam surat-surat Paulus dan para penulis Perjanjian Baru lainnya.[2]Dapat dipastikan Kitab Para Rasul ditulis oleh orang yang sama dan ditujukan kepada Teofilus.[3]

2.2.   Pengarang Kitab Kisah Para Rasul
Secara umum, hampir semua umat Kristiani mengakui bahwa   penulisnya    adalah
Lukas. Meskipun didalam Kitab Kisah Para Rasul tidak tertulis nama Lukas sebagai penulisnya, namun ada beberapa alasan kuat sebagai indikasi untuk membuktikan  hal ini:
A.  Dari Penerima Surat
Penerima surat ini adalah Teofilus. Dan surat ini merupakan surat yang kedua yang ditujukan kepada Teofilus. Dari keempat Kitab Injil hanya Injil Lukas yang ditujukan kepada Teofilus(Luk 1:1-2= Kis 1:1). Dari sini semakin nyata indikasi bahwa Lukaslah pengarangnya 
B. Dari Pembukaan Surat
     Isi kitab Kisah Para Rasul merupakan sambungan atau kelanjutan Kitab Injil   Lukas . (bnd. Luk. 24:49-52 dengan Kis. 1:4-14)
C. Bahasa Surat
      Kitab Injil Lukas ditulis dalam bahasa Yunani. Selain itu dalam Kitab Kolose 4:1; Timotius 4:11, menyebut Lukas sebagi teman sekerja Rasul Paulus
D.  Dari kata “ kami”
      Dalam Kitab Kisah Para Rasul banyak menyebut kata ganti orang pertama jamak “kami” (Kis. 16:10-17; 20:5-14; 21:1-18; 27-28:15). Dalam hal ini membuat kita cenderung menarik satu kesimpulan bahwa penulis Kitab ini tentulah teman seperjalanan Paulus yaitu Lukas(FLP.24).[4]

2.3.   Waktu Penulisan
Kelompok Tubingen yang dipimpin oleh F. C. Baur menduga Kisah Para Rasul di tulis setelah 100 M dan pandangan ini telah dipertahankan kembali pada tahun-tahun belakangan ini oleh Profesor Jhon Knox, dari Amerika.[5] Selain itu dikemukakan usul bahwa Kitab Kisah Para Rasul ditulis pada pertengahan abad kedua. Dan Ds. H.v.d. Brink yang menafsirkanKitab ini menyebutkan, penulisannya diperkirakan antara 70 sampai 80 sesudah karna itu sangat sulit untuk diketahui dengan jelas kapan  Kristus. Namun dari begitu banyak perkiraan waktu, agaknya ada kecenderungan menyatakan lebih tepat antara tahun 61-62. Terdapat tiga alasan untuk menjelaskan hal ini yaitu:
A.    Sebelum Kota Yerusalem dimusnakan
Pengarang Kitab Injil Lukas mencatat nubuat Tuhan Yesus tentang kehancuran kota Yerusalem(Luk. 21:20). Kota Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 masehi. Seandainya Kota Yerusalem dihancurkan, mengapa Lukas tidak menyinggung sedikitpun tentang hancurnya kota Yerusalem yang merupakan suatu peristiwa besar? Jadi, semakin jelas Kitab ini ditulis sebelum tahun 70.
B.     Sebelum Rasul Paulus Mati
Penulis Kitab ini dengan sangat teliti menjelaskan kegiatan-kegiatan Paulus. Bila Kitab ini ditulis setelah Paulus mati, mustahil tidak disinggung sedikitpun. Beberapa tafsiran memperkirakan, Paulus mati sekitar tahun 67-68 masehi. Jadi waktu menulis kitab ini haruslah sebelumnya.
C.     Setelah Paulus ditawan
Kitab ini diakhiri dengan dipenjarakannya Paulus di Roma(Kis. 28:30-31). Penahanan atas diri Paulus mestinya  terjadi kira-kira tahun 60 Masehi. Jadi penulisan kitab ini sepertinya dilakukan tidak lama setelah Paulus dipenjarakan di Roma.[6]


2.4.   Tempat Penulisan Kitab
Sewaktu Paulus dikirim dari penjara Kaisarea ke Roma, Lukas juga ikut (Kis. 27:1-2). Pada masa inilah Paulus menulis empat surat kepada jemaat yaitu: Kitab Efesus ( Ef. 3;16:20) Kitab Filipi (Flp. 1:13), Kitab Kolose (Kol. 4:3,18), Kitab Filemon (Flm. 1, 9). Dan sewaktu menulis Kitab Kolese dan Filemon , Lukas bersama-sama dengan Paulus (Kol. 4;14 Flm. 24). Karena itu secara umum menganggap Lukas sebagai penulis Kitab Kisah Par a Rasul sewaktu bersama di Roma.[7]

2.5.   Struktur dan Isi Kitab
Kisah Para Rasul dapat dibagi dalam tiga bagian. Dalam ketiga bagian itu tampak meluasnya wilayah di mana kabar baik tentang Yesus disiarkan dan gereja didirikan yaitu:
1.      Permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat ke surga;
2.      Perluasan ke daerah-daerah lain di Palestina; dan
3.      Perluasan ke negri-negri di sekitar Laut Tengah sampai Roma
Isi dari Kitab Para Rasul yaitu:
·         Kisah Para Rasul 1:1-26  (BIS)        : Persiapan untuk pemberitaan
·         Kisah Para Rasul 1:1-14  (BIS)        : Perintah terahir dan janji dari Tuhan Yesus
·         Kisah Para Rasul  1:15-26 (BIS)      : Pengganti Yudas
·         Kisah Para Rasul  2:1-8:3 (BIS)       : Pemberitaan di Yerusalem
·         Kisah Para Rasul  8:4-12:25(BIS)    : Pemberitaan di Yudea dan Samaria
·         Kisah Para Rasul  13:1-28:31(BIS)  : Pelayanan Paulus
·         Kisah Para Rasul  13:1-14:28(BIS)  : Perjalanan pertama untuk penyebaran kabar baik
·         Kisah Para Rasul  15:1-35(BIS)       : Musyawarah di Yerusalem
·         Kisah Para Rasul  15:36-18:22(BIS): Perjalanan kedua untuk penyebaran kabar baik
·         Kisah Para Rasul  18:23-21:16(BIS): Perjalanan ketiga untuk penyebaran Kabar baik
·         Kisah Para Rasul  21:17-28:31(BIS): Paulus sebagai tahanan di Yerusalem[8]
Garis Besar Kitab Para Rasul
A.       Sejarah Penginjilan Rasul Petrus( ps. 1-12)
Ø  Tuhan Yesus terangkat ke Sorga sampai hari pentakosta(Ps. 1-2).
Ø  Pekerjaan Rasul-Rasul di Yudea dan Samaria(Ps. 8-10)
Ø  Pekerjaan Rasul-Rasul di Yerusalem (Ps. 3-7)
Ø  Awal Sejarah Gereja-gereja bukan bangsa Yahudi(Ps. 11-12)
B.    Sejarah Penginjilan Rasul Paulus(Ps. 13-28)
Ø  Perjalanan Penginjilan pertama( ps. 13-14)
Ø  Sidang Para Rasul di Yerusalem(Ps. 15:1-35)
Ø  Perjalanan Penginjilan kedua(Ps. 15:36-18:23)
Ø  Perjalanan Penginjilan ketiga(Ps. 18:23-21:16)
Ø  Dipenjarakan di Yerusalem(Ps. 21:17-23:30)
Ø  Dipenjarakan di Kaesarea(Ps. 23:31-26:32)
Ø  Perjalanan Paulus ke Roma(Ps. 27:1-28:15)
Ø  Paulus dipenjarakan di Roma(Ps. 28:16-31)[9]

2.6.    Persoalan Kitab
 2.6.1  Waktu Penulisan
(-)  Abad kedua Masehi
Kelompok Tubingen yang dipimpin F.C. Baur menduga Kisah Parah Rasul ditulis setelah tahun 100 M dan pandangan ini telah dipertahankan kembali pada tahun-tahun belakangan ini oleh Profesor John Knox, dari Amerika.
(-)  Tahun 62-70 Masehi
Pada pihak ekstrim lainnya, ahli-ahli lain berpendapat bahwa Kisah Para Rasul ditulis hampir bertepatan waktu dengan peristiwa-peristiwa yang direkamnya , mungkin segera setelah Paulus tiba di Roma(tahun 62-64, menurut F. F. Bruce dan J. A. T. Robinson) atau segera setelah kematiannya ( tahun 66-70, menurut T. W. Manson dan agak kurang yakin C. S. C. Williams). Argumen-Argumen berikut dianggap mendukung waktu penulisan yang sangat dini ini.
 (-) Tahun 80-85 Masehi
Banyak Ahli merasa bahwa baik waktu penulisan yang sangat kemudian (pada abad kedua) maupun waktu penulisan yang sangat dini (pada tahun enam puluhan, abad pertama) keduanya tidak dapat dibenarkan. Mereka berpendapat Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun delapan puluhan abad pertama.[10]

III.             Kesimpulan
  Dari pemaparan kami diatas , kami para penyaji dapat menyimpulkan bahwa Kitab Kisah Para Rasul adalah kitab kelanjutan dari injil Lukas yang ditulis oleh Lukas dan ditujukan kepada Teofilus, Kitab Kisah Para Rasul bukan hanya menceritakan sejararah penginjilan Rasul Paulus tetapi juga menceritakan sejarah Penginjilan Rasul Petrus. Kisah Para Rasul dapat dibagi dalam tiga bagian. Dalam ketiga bagian itu tampak
meluasnya wilayah di mana kabar baik tentang Yesus disiarkan dan gereja didirikan yaitu Permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat ke surga, perluasan daerah-daerah lain di Palestina, dan perluasan ke negri-negri di sekitar laut tengah sampai Roma.

IV.      Daftar  Pustaka
  Jurnawan,  Nathan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2003
  Tenney, Merrill C,  Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1997
  Drane,  John , Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
  Adi S,  Lukas,  Smart Book of Christiannity Perjanjian Baru, Yogyakarta: Andi , 2012





[1] Nathan Jurnawan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2003), 1
[2] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1997), 283
[3] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 275
[4] Nathan Jurnawan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2003), 3-4
[5] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 276
[6] Nathan Jurnawan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2003), 4
[7]  Nathan Jurnawan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2003), 5
[8]  Lukas Adi S, Smart Book of Christiannity Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Andi , 2012), 9-10
[9] Nathan Jurnawan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2003), 5-6
[10] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 276-278s
Share:

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS