Evangelisasi, KKI, KKR
I.
Pendahuluan
Evangelisasi,
KKI, dan KKR merupakan suatu wujud
kepedulian Gereja dalam pelayanannya terhadap jemaat. Ketiga hal ini juga
merupakan pelayanan Gereja yang tidak asing lagi di dengar sekitaran Gereja.
Gereja yang peduli terhadap ranah kepercayaan umatnya akan memperhatikan betul
ketiga pelayanan ini. Dalam pemahaman tentang ketiga pelayanan ini, kami
penyaji akan memaparkan sejauh hasil diskusi kami mengenai Evangelisasi, KKI,
dan KKR. guna kita tahu dan memahaminya.
Semoga bermanfaat.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Teologi Praktika
Istilah
teologi berasal dari dua kata kerja Yunani yaitu Theos dan Logos. Theos
artinya Allah dan Logos artinya perkataan atau firman (wacana). Jadi istilah
teologi adalah wacana (ilmiah) mengenai Allah atau ilah-ilah.[1] Di
dalam KBBI , praktika adalah cara untuk melakukan sesuatu dengan secara nyata
apa yang dimaksud dengan teori. Paul Avis menyatakan bahwa Teologi Praktika
adalah suatu bidang ilmu yang hidup, dirangsang dan dibangkitkan oleh
perkembangan dalam bidang-bidang lain dan oleh perkembangan dalam kehidupan
gereja.[2] Menurut
Mueller bahwa teologi praktika itu ialah ajaran tentang peng-realisasian yang
benar dari kerajaan Allah di dalam gereja dan oleh gereja di dalam dunia. [3]
2.2. Evangelisasi
2.2.1.
Pengertian
Evangelisasi
Kata
evangelisasi berasal dari kata kerja Yunani “euangelizien” dan “ euangelizomai”
dan kata benda “euangelion” yang
berarti kabar kesukaaan, kabar kesukaan tentang kedatangan kerajaan Allah oleh
perkataan dan perbuatan Yesus Kristus. Sesuai dengan arti “euangelizein” yaitu
memberitakan kabar kesukaan tersebut kepada manusia. Baik untuk manusia yang
sudah Kristen dan yang bukan kristen di seluruh Indonesia. Euangelizein
sama dengan “kerussein” yang berarti memproklamasikan atau mengumumkan
berita keselamatan.[4]
Evangelisasi
adalah salah satu bentuk pelayanan yang banyak dipakai oleh Gereja. Gereja yang
lahir dari pekerjaan badan zending di Amerika umumnya menganggap evangelisasi
sebagai pelayanan pekabaran Injil dalam arti luas, kepada semua orang baik yang
telah menjadi anggota Gereja, maupun yang belum. Sebaliknya Gereja lahir dari
pekabaran badan zending di Eropa, khususnya di Netherland dan Jerman, umumnya
menganggap Evangelisasi sebagai pelayanan pekabaran Injil yang sempit; hanya
kepada anggota Gereja yang sesat atau yang hanya namanya saja Kristen dengan
maksud untuk memimpin mereka kembali ke dalam Gereja.[5] Di
Indonesia Evangelisasi dianggap sebagai pelayanan (pekabaran Injil) kepada
anggota-anggota jemaat yang sesat yang liar atau yang hanya namanya saja
Kristen dengan maksud untuk mengatur mereka kembali ke Gereja.[6]
2.2.2.
Latar
Belakang Evangelisasi
Latar
belakang munculnya evangelisasi ini berawal dari sebuah kehidupan Kekristenan
di Eropa yang semakin lama semakin
merosot. Dan mengakibatkan banyak anggota jemaat yang keluar
meninggalkan Gereja, sehingga orang di sana agak ragu untuk berkata-kata tentang
“Corpus Cristeanum”.[7]dan
pada masa itu juga lahir pekerjaan Evangelisasi. Namun sebenarnya, sebelum
Evangelisasi ini ada, pietisme dan metodisme telah melakukan pekerjaan yang
serupa tetapi umumnya orang berpendapat bahwa Evangelisasi dalam arti yang
sebenarnya baru mulai pada permulaan abad yang lalu, yaitu perkembangaan
pekerjaan pekabaran Injil di antara orang-orang kafir yang menyadarkan banyak
orang Kristen di Jerman untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Kristen
yang murtad di sana. Pelopor dari gerakan ini ialah Wichern bapak dari Innere Mission[8].
Ia memulai pekabaran Injil dengan membuat sekolah minggu dari antara pemuda dan
pemudi yang disia-siakan di Harmburg dan menolong pemuda-pemudinya, mereka juga
membuat sebuah sekolah dengan asrama yang dipimpin oleh sekawan kerja, seperti
ada kaum awam dan juga calon pendeta. Jadi dalam hal ini mereka bukan
hanya berfokus untuk keimanan saja,
namun melalui Gereja mereka juga menyentuh ke bidang Ekonomi dan sosial. Dan
karena itu Wichern mengharapkan Gereja menjadi hidup kembali dan berkembang ke
arah kelahiran kembali. Karena Gereja itu bukan saja cukup hanya Apercaya
tetapi juga mengasihi dalam perkataan dan perbuatan.
Bidang
cakup “Innere Misiion” sangat luas dan bukan saja bergerak di bidang
pemberitaan Injil (dengan perkataan) tetapi di berbagai bidang sosial atau
pekerjaan sosial Kristen (umpamanya perbaikan keadaan rumah-rumah tempat
tinggal, perhimpunan-perhimpunan guru, dan dana-dana orang sakit, dana pekuburan,
bantuan untuk pengangguran dan rupa-rupa pekerjaan pemuda dalam
perhimpunan-perhimpunan orang Kristen, dll.[9]
2.2.3.
Tugas
Evangelisasi[10]
1. Evangelisasi sebagai
tugas Gereja
Pelayanan
evangelisasi tidak boleh diserahkan saja kepada inisiatif-inisiatif anggotanya,
tetapi sebaliknya Gereja sendiri yang harus menjalankannya. Oleh kesadaran ini,
pelayanan evangelisasi berangsur-angsur mengalami perubahan struktur dan
bentuk. Pimpinannya berpindah dari tangan “pengurus” ke tangan majelis jemaat /
Gereja. Bidang pekerjaannya bertambah luas: ia tidak terbatas lagi pada
bidang-bidang yang sebelumnya (perhimpunan sekolah minggu, perhimpunan
pemuda/i, pekerjaan sosial di antara orang-orang miskin, orang-orang hukuman,
dan sebagainya), tetapi mencakup juga pada bidang lain. Berhubungan dengan itu,
Gereja dalam pekerjaan evangelisasinya pada waktu ini harus mengusahakan
bentuk-bentuk dan cara baru yang dapat mengkomunikasikan berita Injil kepada
orang-orang yang merupakan objek dari pekerjaannya.
2. Evangelisasi sebagai
tugas anggota jemaat
Yang
dimaksud dengan Gereja bukan hanya “pejabat-pejabat” saja, tetapi semua anggota
jemaat. Prinsipil tidak ada perbedaan antara apa yang kita sebut “pejabat” dan
“kaum awam”. Mereka semua adalah anggota dari tubuh Kristus. Mereka semua
terpanggil untuk tugas dan tanggung jawab yang sama, karena semua menerima kharisma
(karunia) dari Roh yang sama (1 Kor. 12). Jadi tidak ada yang terkecuali:
laki-laki dan wanita yang tua dan muda yang kaya dan miskin, yang terpelajar
dan yang tidak terpelajar, pendeknya semua kategori di mana anggota-anggota
jemaat dapat digolongkan yang terpanggil untuk menjadi pelayan di bidang
evangelisasi.
3. Evangelisasi oleh Perkataan
Ialah
cara dan bentuk evangelisasi yang paling terkenal dan paling banyak dipakai
oleh Gereja di Indonesia. Sampai sekarang Gereja menganggap khotbah
evangelisasi sebagai cara dan bentuk yang paling baik bagi pelayan
evangelisasi. Dalam Alkitab kata (perkataan) mempunyai kedudukan yang sangat
penting sebagai kuasa rohani.
4. Evangelisasi oleh
Perbuatan
Dalam
Alkitab pelayanan dengan perkataan dan pelayanan dan perbuatan erat
berhubungan. Gereja harus membuktikan bahwa ia bukan saja mempercayai tetapi
juga mengasihi. Semua tentang Krsitus harus ia beritakan dengan perkataan dan
perbuatan yaitu Kristus sebagai raja, nabi dan imam.
5. Evangelisasi oleh
Presensia
Dalam
evangelisasi istilah presensia digunakan untuk menyatakan atau
mengungkapkan cara hidup. Ia adalah
suatu usaha untuk melukiskan apa yang diharapkan dari seorang pengikut Kristus.
Yang penting bagi seorang Kristen adalah berada dalam Kristus di mana orang
lain berada. Bukan sekedar berada saja
tetapi berada dalam Kristus.
6. Evangelisasi oleh
Partisipasi dan Identifikasi
Bentuk
evangelisasi oleh partsisipasi dan identifikasi dapat kita anggap sebagai suatu
varian dari evangelisasi oleh presensia. Bedanya ialah bahwa orang-orang yang
terlibat dalam bentuk evangelisasi ini meninggalkan lingkungan hidup dan
lingkungan kerja mereka dan pergi mengambil bagian dalam lingkungan hidup orang
lain.
2.2.4.
Tujuan
Evangelisasi
Tujuan
dari Evangelisasi ini adalah untuk mewartakan kasih Allah yang menyelamatkan,
yang menjadi nyata dalam Yesus Krsitus.[11]
Bukan itu saja tujuan evangelisasi, juga merupakan upaya orang Kristen
melayangkan kabar kesukaan Yesus Kristus kepada seseorang. Sedemikian rupa
sehingga ia berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui
AnakNya Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus. Dan tujuan akhir dari
Evangelisasi mengupayakan pendengaran supaya bertobat dan menyerahkan diri
kepada Kristus dan melayaniNya sebagai Tuhan dalam persekutuan orang percaya.[12]
2.3. KKI
2.3.1.
Pengertian
KKI
Adalah
Kebaktian Kebangunan Iman. Injil adalah kabar baik bagi semua orang, jalan
keselamatan bagi mereka yang percaya. Keselamatan adalah anugerah Tuhan, tetapi
kasih karunia yang diberikan secara Cuma-Cuma itu hanya efektif diterima dalam
Iman. Maka dari itu individu harus bertumbuh dan dalam iman dan berubah
kehidupannya. KKI merupakan suatu wadah untuk membangkitkan jiwa-jiwa yang
telah jauh dari Kristus. Melalui KKI yang menjuru pada kepercayaan kepada Yesus
Kristus sebagai dasar pemulihan.[13]
2.3.2.
Tujuan
KKI[14]
KKI
bertujuan untuk membangun iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada
kehendak Allah bukan pada pemikiran manusia. Itu adalah percaya kepada Allah,
percaya kepada janji-janjiNya dan berbuat sesuai FirmanNya. Iman kita bertumbuh
sementara kita mendengarkan Firman Tuhan dan mempraktekkannya (Rom. 10:17; Yak.
2:17-18). Membuka pemikiran kita pada pengajaran-pengajaran Firman Tuhan
membangun Iman, dan melakukan apa yang Allah inginkan:
a. Iman
dan Firman adalah dasar dari kebangunan rohani seseorang. Iman mendorong kita
untuk membaca Firman Tuhan, dan Iman membuat
kita menerima dan melaksanakan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan itu. Jadi,
selain membaca Firman kita juga harus melatih iman melalui perbuatan
b. Iman
sejati itu lebih dari sekedar percaya tapi berbuat juga sesuai dengan kepercayaan
yang ditumbuhkannya dalam hati kita. Meskipun setiap permohonan kepada Tuhan
harus didasarkan pada Iman, namun Iman memiliki fungsi yang jauh lebih luas
dari itu. Iman mempengaruhi tabiat dan pola hidup kita.
c. Kerohanian
kita bertumbuh bersama Iman dan Firman. Lebih sering kita membaca dan
menyelidiki Firman Tuhan, semakin besar dan kukuh Iman kita bertumbuh.
Kebangunan Rohani akan menjadi pengalaman setiap hari dari seorang yang rajin
membaca Firman Tuhan dan tekun memelihara pertumbuhan Imannya
2.4. KKR
2.4.1.
Pengertian
KKR
KKR
atau Kebaktian Kebangunan Rohani adalah “menghidupkan kembali” atau bangun
lagi. Kata ini juga diterjemahkan sebagai memelihara, melindungi agar tetap
hidup, mempercepat, memulihkan, menjaga agar tetap hidup dan menjadi utuh.[15]
KKR sudah menjadi istilah yang begitu akrab di telinga orang Kristen dari
berbagai dominasi dan organisasi. Istilah ini muncul dan menjadi ciri khas dari
Gereja-Gereja beraliran Pentakosta dan Kharismatik sejak tahun 70 an dan
menjadi istilah yang akrab sekitar tahun 1990-an hingga kini.
2.4.2.
Tujuan
KKR
Bertujuan
memulihkan kebenaran dan memanggil pada ketaatan pada Firman Allah. Kebangunan
rohani lebih dari sekedar ibadah besar, kegairahan yang agamawi, bangkitnya
orang-orang yang kudus, kepenuhan Roh Kudus atau bahkan suatu penuaian
jiwa-jiwa.[16]
Tujuan dari Kebangunan Rohani yang sejati adalah pertobatan diri yaitu
meninggalkan berbagai perbuatan daging yaitu: sihir, perselisihan, perjinahan,
pembunuhan, perdukunan, dsbg. Kebangunan Rohani saat orang yang kita layani
menerima Firman dan bertumbuh dalam Firman dan mengalami pertobatan dan
memanggil jemaat untuk melayani Tuhan.[17]
2.4.3.
Ciri-ciri
KKR[18]
KKR
yang diselenggarakan oleh Gereja-gereja di Indonesia memiliki ciri-ciri umum
sebagai berikut:
a. Ibadah
ini biasanya diselenggarakan dengan kapasitas jumlah jemaat yang besar dari
jumlah ibadah biasanya, dengan persiapan yang lebih kompleks
b. Jemaat
pada umumnya didorong untuk berpartisipasi mengajak keluarga, sanak saudara,
maupun rekan-rekannya yang mungkin mengalami kemunduran rohani, atau belum
hidup menuruti perintah dan ajaran Tuhan untuk turut diperbaharui dan di
segarkan lagi dalam ibadah tersebut
c. Khotbah
yang dibagikan dalam ibadah tersebut bersifat sederhana dan mudah dimengerti,
berupa dasar-dasar Iman (bukan merupakan ajaran Agama yang mendalam).
d. KKR
sebenarnya identik dengan ibadah yang pernah dilakukan Kristus dahulu seperti
khotbah di bukit, pelayanan di tempat-tempat umum sehingga orang-orang
kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk mendengar pengajaran
Firman Tuhan, didoakan dan mengalami muzijat kesembuhan ilahi, diselamatkan
dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi.[19]
III.
Refleksi
Teologis
Mengingat Tri tugas panggilan Gereja
yang salah satunya ialah bersaksi, maka sudah seharusnya Gereja melakukan
kesaksian itu bagi orang-orang yang percaya maupun orang yang belum percaya.
Kabar Sukacita atau kabar baik itu harus disaksikan ke seluruh penjuru dunia.
Bahkan Gereja juga harus melakukan tanggung jawabnya karena memang haruslah
demikian. Seperti yang tertulis dalam Matius 10:7-8 “Pergi dan beritakanlah kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang
sakita; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.
Kamu telah memperoleh dengan Cuma-Cuma, karena itu berikan pula dengan Cuma-Cuma.
Setidaknya dalam ketiga hal ini, Evangelisasi, KKI, KKR akan tercermin
karunia yang sudah diterima secara Cuma-Cuma tersebut. Tidak ada yang dirugikan
jika melakukan segala sesuatunya dengan baik dan dalam kerendahan hati. Melayani
dalam kesaksian juga merupakan tanggung jawab kita sebagai umat pengikutNya,
termasuk kita sebagai orang muda. Bahkan Rasul Paulus pun meneguhkan kata
Melayani dan bersaksi ini dalam kitab 1 Timotius 4:12. Sehingga semua orang
berhak, bahkan bukan berhak saja, melainkan bertanggung jawab untuk bersaksi
dan melayani.
IV.
Kesimpulan
Evangelisasi adalah memberitakan kabar
kesukaan kepada manusia. Baik untuk manusia yang sudah Kristen dan yang bukan
Kristen. Tugas utama dari Evangelisasi ini ialah untuk menyampaikan Injil
dengan berbagai tugas yang sudah diterapkan. Selain Evangelisasi yang menjadi
wujud pelayanan Gereja, ada juga yang disebut dengan KKI dan KKR, yang
merupakan juga pelayanan terhadap umat Gereja. Kedua pelayanan ini sangat
mengutamakan pertumbuhan Iman dan kehidupan kerohaniannya. Disaat KKI datang
untuk menolong membangun Iman dan meneguhkannya maka KKR ikut serta dalam melengakapi Iman seseorang
dengan cara ibadah yang menumbuhkan rasa ingin bertobat dalam kehidupan
seseorang. Demikianlah ketiga pelayanan ini, akan sempurna jika dijalankan
dengan baik dan akan membuahkan hasil yang baik seperti yang diharapkan.
V.
Daftar
pustaka
Sumber Buku:
Abineno J. L. Ch, Sekitar Theologi Praktika II, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 1980
Abineno
J. L. Ch., Djemaat, Jakarta :
BPK-Gunung Mulia, 1965
Abineno
J. L. Ch., Teologi Praktika, Jakarta
: BPK-GM, 1984
David
Jontahan, Menangkap Gelombang Kebangunan
Rohani, Jakarta: Nafri Gabriel, 2002
DW.,
Metode Penginjilan, Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 1993
Paul
Ambang Pintu Teologi, Jakarta :
BPK-GM, 2011
Simanjuntak,B.
A. Pemikiran Tentang Batak, Pematang
Siantar: HKBP, 1986
Singgih
E. G., Apa Itu Teologi?, Jakarta :
BPK-Gunung Mulia, 2006
Sumber Lain:
http://1firmanTuhan.blogspot.co.id/2013/07/peran-alkitab-dan-iman-dan-kebangunan-iman.html,
diakses pada tanggal 1o Februari 2018, pukul 18.31,
http://id,wikipedia.orege/wiki/kebaktiankebangunanrohani,
diakse pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 18.58
http://id.wikipedia.org/wiki.kebaktiankebangunanrohani,
diakses pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 18.48
http://www.katnet.orege/web/indeks.php?optionc=kontentdanview=artikeldanid=169
diakses pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 18.54
[1]E. G. Singgih, Apa Itu Teologi?, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2006), 16
[2]Paul Avis, Ambang Pintu Teologi,
(Jakarta : BPK-GM, 2011), 137
[3]J. L. Ch. Abineno, Teologi
Praktika, (Jakarta : BPK-GM, 1984), 13
[4] J. L. Ch. Abineno, Djemaat, (Jakarta
: BPK-Gunung Mulia, 1965), 166
[5]J. L. Ch. Abineno, Sekitar
Theologi Praktika II, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 1980), 165
[6] J. L. CH. Abineno, DJemaat,
115
[7] Istilah "corpus Christianum" mengacu
pada konsep abad pertengahan tentang kesatuan gereja dan "negara,"
kekuasaan spiritual dan sekuler. Kepala mistik korpus yang tak terlihat
ini adalah Yesus Kristus; Hal ini diperintah
oleh kaisar dan paus sebagai kepala duniawi.
[8] Innere Mission adalah salah satu organisasi kesejahteraan yang berada
di Jerman Barat.
[9] J. L. Ch. Abineno, Sekitar
Theologi Praktika II, 166-167
[10] J. L. CH. Abineno, Sekitar
Theologi Praktika II, 191
[11]Komisi Kateketik KWI, Katekese
umat dan evangelisasi baru, (Yogyakarta: KANISIUS, 1995), 64
[12]DW. Elis, Metode Penginjilan,
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 117-118
[13]B. A. Simanjuntak, Pemikiran
Tentang Batak, (Pematang Siantar: HKBP, 1986), 137
[14]http://1firmanTuhan.blogspot.co.id/2013/07/peran-alkitab-dan-iman-dan-kebangunan-iman.html,
diakses pada tanggal 1o Februari 2018, pukul 18.31,
[15]Jontahan David, Menangkap
Gelombang Kebangunan Rohani, (Jakarta: Nafri Gabriel, 2002), 3
[16]Jonathan David, Menangkap
Gelombang Kebangunan Rohani, 6-7
[17]http://www.katnet.orege/web/indeks.php?optionc=kontentdanview=artikeldanid=169
diakses pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 18.54
[18]http://id,wikipedia.orege/wiki/kebaktiankebangunanrohani,
diakse pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 18.58
[19]http://id.wikipedia.org/wiki.kebaktiankebangunanrohani,
diakses pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 18.48
No comments:
Post a Comment