Tafsiran
Kitab Nehemia 4:8-13 Dengan Metode Ilmu-ilmu Murni
I.
Pendahuluan
Nehemia adalah sosok pemimpin yang tidak
bisa lepas dari peristiwa runtuhnya Tembok Yerusalem. Nehemia menjadi tokoh
yang selalu disebut-sebut apabila memperbincangkan tentang peristiwa runtuhnya
tembok itu. Nehemia juga dikenal sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan
yang paling patut dipuji, Nehemia adalah pemimpin yang taat akan Tuhan. Namun
pada paper ini, saya sebagai penyaji memaparkan bagaimana Nehemia beserta
rakyat yang ada di kota Yerusalem berusaha gigih dalam pembangunan tembok
tersebut. Ayat yang saya angkat dalam penafsiran ini ialah Nehemia 4:8-13, dan
semoga bermanfaat.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian
Metode Ilmu-ilmu Murni
Metode penafsiran merupakan metode untuk
mendekati kedudukan nats dengan benar serta menerangkan dengan baik bagaimana
isi pemberitaan itu untuk Gereja dan manusia yang ada di sekitar pada tiap-tipa
angkatan zaman.[1]
Metode penafsiran Ilmu Murni merupakan tulisan Alkitab ynag berakar dalam
kelompok interaksi dari bangsa yang diorganisasikan dalam struktur social yang
diawasi oleh aspek utama dari kehidupan umum seperti ekonomi, social, budaya,
kepercayaan dan metode pendekatan yang lama dan yang baru.[2], metode
ini juga merupakan suatu metode yang menceritakan bagaimana ini konteks social,
politik, ekonomi, budaya dan agama yang ada pada suatu kitab atau nats yang
kita tentukan.[3]
2.2.
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan
dari metode ini ialah:
a. Memberikan
suatu frustasi umum dengan prestasi terbatas dari paradigm religious dan kritik
historis
b. Untuk
mengubha objek studi dalam Alkitab menyediakan jalan masuk untuk menyediakan
dimensi-dimensi dari tulisan-tulisan yang dirasakan menjadi sangat perlu
terhadap pengertian sepenuhnya dari Alkitab Ibrani
c. Paradigma
Ilmu Sosial mengubah perhatian dari sejarah dan Agama melalui konsentrasi pada
Alkitab Ibrani sebagai suati sisa dari dunia-dunia sosial
d. Sebagai
tambahan, isi, struktur dan pengembangan lintasan sistem sosial
Kelemahan dari metode ini ialah:
a. Penafsiran
terhadap satu teks dengan metode Ilmu Murni kadangkalan membuat proses
pembacaan semakin sulit
b. Alkitab
dipahami sebagai sejarah sosial manusia
2.3.
Analisa
Peredaksian
2.3.1.
Pengertian
Kitab Nehemia
Arti dari nama kitab ini adalah dihiburkan oleh Yahwe.[4]
Nehemia adalah anak Hakhalya (1:1) dan dari suku Yehuda (2:3). Ia dibesarkan di
pembuangan, dan pada waktu muda menjadi pegawai istana kerajaan Persia sebagai
juru minuman raja Artahsasta Longimanus dan permaisuri Demaspia di Istana Susan
(1:11).[5]
Kitab Nehemia juga terbagi menjadi 2 bagian yang bagian pertama yaitu menceritakan
tentang pembangunan kembali pagar tembok kota (1-6), dan bagian II menceritakan
tentang pendidikan kembali umat Tuhan (7-13). Jadi dalam kedua kitab ini
terdapat cerita tentang pemulihan kembali rumah Tuhan, kebaktian, pagar tembok
kota, umat Tuhan. Kita mengetahui bahwa Ezra adalah kitab pemulihan. Nehemia
adalah kitab pembangunan kembali.[6]
2.3.2.
Latar
Belakang Kitab Nehemia
Kitab
ini didukung oleh papyrus Elefantin. Dokumen-dokumen kuno ini menyebutkan
tentang sanbalat (2:19) dan Yohanan (6:18) dan menerangkan bahwa Bigyai
menggantikan Nehemia sebagai gubernur di Yehuda sekitar 410 SM..[7] Kitab
Nehemia adalah lanjutan kitab Ezra dan merupakan akhir sejarah yang terdapat di
dalam kitab Tawarikh dan Ezra-Nehemia.[8] Prakarsa Nehemia untuk memperbaiki kembali
tembok-tembok Yersalem dilakukan sementara menghadapi penolakan keras dari
koalisi musuh-musuh asing setempat termasuk Sanbala (gubernur Samaria yang
memegang pengawasan atas provinsi Yehuda). Sebenarnya, pembaharuan yang
dilakukan oleh Nehemia mendapat banyak perlawanan dari masyarakat seperti di cela-cela
oleh nabi-nabi paska pembuangan, termasuk kelesuan rohani dan penyembahan yang
salah, ketidakadilan sosial, perceraian, kawin campur dengan
perempuan-perempuan asing, mengabaikan persepuluhan, kebobrokan moral, dan
penyalahgunaan kekuasaan pada pihak para Imam. Sekalipun harus menghadapi
banyak perlawanan, ia terus mengawasi dan memimpin pembangunan kembali
tembok-tembok dan pintu gerbang kota Yerusalem.[9]
2.3.3.
Tujuan
Penulisan
Nehemia menguraikan tentang pemulihan secara politik
dan geografis di Yehuda. 7 bab pertama dikhususkan untuk pembangunan kembali
tembok Yerusalem karena Yerusalem merupakan pusat rohani dan politik Yehuda. Tanpa
adanya tembok, Yerusalem hampir tidak bias dianggap sebagai sebuah kota.
Sebagai Gubernur, Nehemia juga membentuk kekuasaan sipil yang kuat. Ezra dan
Nehemia bekerja bersama untuk membangun umat secara rohani dan moral sehingga
pemulihan menjadi lengkap. Dengan demikian kitab Nehemia, berfungsi sebagai
lanjutan yang alami dari kitab Ezra dan bukan sesuatu yang mengejutkan apabila
kedua kitab tersebut dipandang sebagai satu kesatuan selama berabad-abad.
Nehemia juga ditulis untuk menunjukkan bahwa campur tangan Tuhan nyata untuk
menetapkan umatNya di tanah air mereka sesudah pembuangan. Di bawah
kepemimpinan Nehemia umat Israel menyelesaikan pekerjaan mereka hanya dalam
waktu 52 hari setelah terlantar seama 94 tahun sejak kepulangan pertama
dipimpin oleh Zerubabael. Dengan iman yang taat mereka mampu mengatasi berbagai
tantangan yang semula tampaknya tidak mungkin.[10]
2.3.4.
Penulis dan Waktu Penulisan
Seperti yang berlaku pada umumnya di Timur Tengah
Kuno dan juga dalam sebagian besar PL, tidak ada petunjuk langsung tentang
penulis Ezra-Nehemia. Menurut Talmud kitab ini sama seperti II Tawarikh yang
ditulis oleh Ezra, dan dengan catatan bahwa karya itu diselesaikan oleh
Nehemia.[11]
Sebagian besar kitab ini berasal dari riwayat hidup pribadi Nehemia. Beberapa
ahli berpendapat bahwa Nehemia sendiri yang menulisnya dan mengkomplimasi
sisanya. Kitab ini juga terdiri atas beberapa tahap dan diselesaikan sekitar
tahun 400 SM.
2.3.5.
Tema-tema
Theologis
Tema-tema Theologis
dari kitab Nehemia ini ialah:
1. Pembangunan
adalah pekerjaan umat Tuhan selama hidupnya. Membangun manusia seutuhnya baik
rohani dan fisik. Keterlibatan Gereja dalam percepatan pembangunan fisik justru
dapat meningkatkan pertumbuhan iman dan rohani umat.
2. Tugas
dan tanggung jawab pembangunan adalah tanggung jawab umat yang telah melibat
dan merasakan pemeliharaan Tuhan tanpa membedakan status dan jabatan. Nehemia
adalah awam yang melihat tanggung jawab pembangunan umat adalah tanggung
jawabnya sebagai umat Tuhan.
3. Walaupun
Nehemia adalah ahli politik namun jelas terlihat bahwa kekuatannya dalam
memotivasi pembangunan adalah pemeliharaan Tuhan sebagiamana umat Israel dalam
Kitab Musa. Sejarah poembangunan ini merupakan tindak lanjut pemeliharaan Allah
dalam penyelamatan Israel dari Mesir dan diperjalanan di padang gurun.
4. Umat
Allah yang baru harus terus berjuang
memperbaiki kehidupan termasuk juga secara politik dan ekonomi. Namun orientasi
umat tersebut jelas bukan pada suku atau
bangsa tetapi sebagai warda Allah. Pembangunan tembok bukan symbol kebangsaan
tetapi symbol kebesaran Tuhan. Ada perkembangan memahami arti Rumah Allah,
bukan hanya dalam arti bait tetapi tembok (politik).[12]
2.3.6.
Ciri-ciri
Kitab Nehemia[13]
a. Kitab
ini mencatat peristiwa-peristiwa terakhir dalam sejarah PL orang Yahudi sebelum
tiba masa intertestamental
b. Kitab
ini memberikan latar belakang sejarah bagi Malekahi, kitab PL terakhir, karena
Nehemia dan Ezra hidup sezaman.
c. Nehemia
adalah contoh yang bagus di Alkitab dari seorang pemimpin saleh dalam
pemerintahan: orang bijaksana, berprinsip, berani, integritas tak tercela, iamn
yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat berbakat besar dalam
kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa baktinya selaku gubernur, Nehemia
tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan, mengorbankan diri, dan tidak
bercela dalam kedudukan atau kuasanya.
d. Nehemia
adalah salah satu contoh PL terkemuka dari seorang pemimpin yang mengandalkan
doa. Tidak kurang dari 11 kali dikisahkan bagaimana dia memanjatkan doa atau
doa syafaat kepada Allah. Ia seorang yang melaksanakan tugas-tugas yang
nampaknya mustahil karena ketergantungannya yang mutlak kepada Allah kita ini
menggambarkan dengan jelas bahwa doa, pengorbanan, kerja keras serta kegigihan
bekerja sama dalam mewujudkan visi yang diberi oleh Allah.
2.3.7.
Struktur
Kitab Nehemia
Dalam penafsiran ini, saya sebagai penafsir
menggunakan 2 sumber sebagai penjelasan dari struktur Kitab Nehemia,
a. Menurut
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z:[14]
v Nehemia
di Persia mendengar berita menyedihkan tentang Yerusalem dan doa-doanya kepada
Allah (1:1-11)
v Raja
Artahsasta mengangkat dia menjadi bupati Yerusalem (2:1-11)
v Rencanya
membangun kembali tembok yang dihancurkan (2:12-30)
v Daftar
para pembangunan dan pembagian kerja (3:1-32)
v Ancaman-ancaman
terhadap pekerjaan itu, sendirian tajam (4:1-6); serangan-serangan mendadak (4:7:23),
perpecahan di dalam (5:1-19), tuduhan-tuduhan palsu (6:1-14)
v Pembangunan
tembok diselesaikan (6:15-7, :4)
v Daftar
orang-orang yang kembali dari pembuangan (7:5-13)
v Ezra
dan orang-orang Lewi membacakan dan menjelaskan hokum taurat (8:1-18)
v Doa
bersama dalam pertobatan (9:1-38)
v Ikrar
untuk taat (10:1-39)
v Daftar
penduduk Yerusalem dan sekitarnya (11:1-36)
v Daftar
para imam dan orang-orang Lewi (12:1-26)
v Penahbisan
tembok-tembok dan susunan ibadat (12:27-47)
v Penyalahgunaan
dan pembaharuan (13:1-13)
b. Menurut
Alkitab Edisi Studi
v Nehemia
pulang dan membangun Tembok Yerusalem (1:1-7:13
v Komunitas
bari di atas dasar perjanjian-perjanjian sebelumnya (8:1-10-39)
v Pekerjaan
Nehemia berlanjut (11:1-13:31)
Penafsir memilih dari sumber dari Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini, dikarenakan sumber ini menyajikan struktur kitab Nehemia
dengan jelas dan mudah untuk dipahami.
2.4.
Analisa
Teks
2.4.1.
Perbandingan
Bahasa
Dalam tahap perbandingan bahasa, penafsir
menggunakan 4 bahasa yang akan diperbandingkan, yaitu bahasa Indonesia yang sumbernya
dari LAI, bahasa Simalungun yang bersumber dari BPH, bahasa Inggris dari NIV
beserta bahasa Ibrani yang menjadi patokannya yaitu Teks Masora.
Ayat 8
LAI : memerangi
NIV :
fight
against (bertarung melawan)
BPH :
mamorang
(memerang)
TM :ﬥﬣלּﬨﬦ (untuk bertarung)
Keputusan:
yang mendekati TM ialah NIV
Ayat 9
Tidak
ada perbedaan yang signifikan
Ayat 10
LAI :
membangun
kembali
NIV :
rebuild
(membangun kembali)
BPH :
mandobkon
(menyelesaikan)
TM : ﬥבֵיח (membangun kembali)
Keputusan:
yang mendekati TM ialah NIV
Ayat 11
Tidak
ada perbedaan yang signifikan
Ayat 12
LAI :
mereka
akan menyerang
NIV :
they
will attack (mereka akan menyerang)
BPH :sihol
roh sidea (mereka ingin datang)
TM : תָּשׁ֥וּבוּ (anda akan kembali)
Keputusan:
tidak ada yang mendekati TM
Ayat 13
LAI :
maka
aku tempatkan
NIV :
therefore
I stationed (karena itu saya ditempatkan)
BPH :
jadi
ipajongjong hanami (jadi kami dirikan)
TM : וָֽאַעֲמִ֞יד (oleh karena itu ditetapkan)
Keputusan:
tidak ada yang mendekati TM
2.4.2.
Kritik
Apparatus
Ayat 8a
Pada
ayat ini terdapat kata וַיִּקְשְׁר֤וּ
yang artinya dan berkonspirasi, kritik
Apparatus mengusulkan untuk kemungkinan menyisipkan ﬤיּ יִﬧאּוּ yang
artinya ialah bahwa mereka akan melihat,
Keputusan: penafsir
menolak usulan dari Kritik Apparatus, dikarenakan akan mengganti dan menambah
arti yang sebenarnya.
Ayat 8b
Kritik
Apparatus mengusulkan supaya menggantikan kata di Teks Masora terjemahan
Septuaginta τον θεου ημων yang artinya Tuhan
Kita, pada kata ituאֶח־אַךנׇי yang artinya TUHAN itu.
Keputusan: penafsir
menolak kritik Apparatus karena mengganti arti yang sebenarnya.
Ayat 9a
Pada
Teks Masora terdapat kata וַנּשָוב
yang artinya ialah kami semua kembali.
Kritik Apparatus mengusulkan untuk atas dasar dari teks Ibrani dari para Nabi
dan sudah dikemukakan di Kairo, serta banyak naskah Ibrani Kennichot juga
mengusulkan untuk menghapus sedikit dari kata itu menjadi בנׇּשׇבּ yang artinya menjadi kami kembali.
Keputusan: penafsir
menolak usulan Kritik Apparatus karena dianngap mengganti atau mengubah makna
sebelumnya.
Ayat 11b:
Beberapa
teks Ibrani dari Kodeks para Nabi yang disalin pada tahun 895 oleh Mosye ben
Asyer di Kairo Mesir, menuliskan עׅמְסִיס yang artinya ialah ketidakpuasan.
Sama artinya dengan terjemahan dari Septuaginta pada masa pemerintahan Raja
Mesir Ptolomeus II Filadelfus, (285-246) atau menurut Septuaginta yang
diterbitkan oleh A. Rahlfs (1935) menuliskan dan menyatakan sama maksud dan
artinya.
Keputusan:
penafsir menolak dari penjelasan Kritik Apparatus.
Ayat 11c : kritik
Apparatus mengusulkan penambahan kata אׅיש yang artinya ialah seorang manusia. Yang didukung dalam
kodeks Ibrani Petropolitanus darintahun 916.
Keputusan:
penafsir menolak usulan Apparatus karena memperkabur makna asli
2.4.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat
8 : mereka
semua mengadakan persepakatan bersama untuk
bertarung melawan
Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana.
Ayat 9 : tetapi
kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka
siang dan malam karena sikap mereka
Ayat 10 : berkatalah orang
Yehuda: “kekuatan para pengangkat sudah merosot badan puing masih sangat
banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok
ini”.
Ayat 11 : tetapi lawan-lawan kami
berfikir: “mereka tidak akan tahu dan tidak akan melihat apa-apa,
sampai kita ada di antara mereka,
membunuh mereka dan dan menghentikan
pekerjaan itu”.
Ayat 12 : ketika orang-orang
Yahudi yang tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang memperingatkan
kami: “mereka akan
menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka”.
Ayat 13 : maka
aku tempatkan rakyat menurut kaum keluarganya dengan pedang, tombak dan panah di
bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu, di belakang
tembok, di tempat-tempat
terbuka.
2.5.
Tafsiran
2.5.1.
Konteks
Politik (8, 10, 11, 12)
Peristiwa ini berasal dari adanya orang-orang yang
menentang dibangunnya kembali tembok Yerusalem. Orang-orang yang tercatat pada
konteks ini sebagai orang-orang yang menentang adalah antara lain Sanbalat orang
Horon dan Tobia orang Amon, serta orang Asdod. Mereka ini adalah orang-orang
yang sangat kesal apabila sesuatu yang baik datang mengusahakan yang baik ke
Israel (2:10). dan otomatis mereka ini juga adalah orang-orang yang tidak
setuju agar tembok Yerusalem dibangun.
Pada ayat 8,
di sini menggambarkan bagaimana adanya suatu usaha yang diluncurkan oleh musuh
dari Yerusalem sendiri terhadap semangat Yerusalem untuk membangun kembali
tembok tersebut. Pada ayat sebelumnya yaitu pada ayat 2 dan ayat 3 jelas terlihat bahwa ejekan dengan menggunakan nama anjing hutan, itu tidaklah cukup untuk
menghentikan pekerjaan itu.[15]
Kata-kata yang dilontarkan oleh Sanbalat pun yang ia katakan di depan
saudaranya serta tentara Samaria sebenarnya begitu memukul perasaan orang Yerusalem.
Musuh menganggap Yerusalem tidak mampu membangunnya, mereka menganggap
bahwasanya Yerusalem itu lemah. Namun meskipun digelimangi dengan ejekan, orang
Yerusalem tetap memiliki rasa yang semangat untuk pembangunan itu. Namun hal
ini terdengar kembali di telinga para musuh. Oleh karena itu mereka membuat
rencana untuk menyerang "dengan kekerasan". Dengan bersepakat mereka
merencanakan sesuatu yang membuat keadaan mereka (Yerusalem) kacau, sehingga
rencana untuk membangun kembali tembok Yerusalem dapat hancur, atau tidak dapat
dilaksankan dengan baik.
Pada ayat 10,
orang Yehuda terlihat jelas mengakui bahwa mereka tak sanggup lagi untuk
melakukan pembangunan kembali tembok tersebut. Perkataan yang dikeluarkan ini
ialah bagaikan lagu ratap, yang di mana ini
melukiskan rasa putus asa pada orang-orang Yehuda. Hal ini juga dianggap sebagai
tugas yang berat untuk diemban.[16]
Ini juga merupakan perpaduan antara rasa kecil hati karena bekerja melampaui
batas serta ketakutan akan rencana penyerbuan musuh nyaris terlalu berat bagi
umat Allah itu.[17]
Ayat 11
menjelaskan kembali bagaimana pemikiran Yehuda terhadap musuh mereka tersebut.
Mereka membuat praduga bahwasanya lawan mereka tersebut merencanakan sesuatu
hal yang tak lain hanya untuk menghancurkan pembangunan tersebut. Praduga
tersebut muncul akibat serangan berupa ejekan yang dilontarkan pihak musuh
kepada mereka.
Kemudian pada
ayat 12. Menjelaskan bagaimana keseriusan mereka dalam
menanggapi datangnya penyerangan tersebut. Orang Yahudi sebagai tetangga
mereka, juga merasakan bahkan turut memperhatikan kondisi mereka pada saat itu.
Orang-orang Yahudi
ini adalah orang-orang yang sudah
sepuluh kali datang untuk mengingatkan mereka. Orang Yahudi mengatakan
bahwasanya pihak musuh akan datang untuk memerangi mereka dari segala tempat
tinggal mereka (12). Orang Yahudi sebenarnya menuntut agar pekerja menghentikan
pekerjaan membangun kembali tembok Yerusalem itu dan lebih ingin untuk membantu
mempertahankan keluarga mereka dari ancaman-ancaman musuh-musuh mereka.[18]
Bahwa pada dasarnya, banyak yang selalu
tidak senang akan terjadinya sesuatu yang baik. Karena apa menurut kita yang
baik belum tentu baik bagi pihak lain. Apa yang menguntungkan bagi pihak kita
sendiri, bias saja itu adalah alasan bagi pihak lain menjadi suatu kerugian
tersendiri. Salah satu contoh seperti peristiwa tembok Yerusalem, sama halnya
dengan keadaan Gereja yang sekarang ini. Tidak begitu banyak yang menyukai
kehadiran Gereja di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Hanya mereka yang
mengakui keberadaan Gereja atau sepaham dengan Gereja saja yang turut andil
dalam pembangunan Gereja. Namun di antara yang sepihak tersebut, seperti yang
telah dijelaskan di atas bahwasanya ada saja orang yang tidak menyukai
kehadiran Gereja terlebih dari pihak Agama lain. Banyak yang membuat peperangan
terjadi, dan mengatas-namakan Agama. Banyak yang menyerang Gereja dengan cara
melempari dengan batu, membakarnya, bahkan menggusur Gereja tersebut. Namun
keberadaan Gereja tidak surut. Hingga sampai pada saat ini, keberadaan Gereja
masih berdiri teguh di tempat-tempat yang berbeda.
2.5.2.
Konteks
Agama (9)
Pada ayat ini ditemukan kata-kata yang berbunyi “tetapi kami berdoa kepada Allah kami”.
Disini menunjukkan bahwasanya ada kepercayaan untuk menyerahkan atau berserah terlebih
dahulu kepada Allah, akan apa yang akan
dilakukan. Pada konteks nats ini menceritakan bahwa bangsa Yerusalem yang akan diserang sendiri
oleh Sanbalat dan Tobia (:7). Mereka diserang karena usaha mereka yang sangat
semanagat untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Ternyata hal ini sendiri
yang membuat mereka akan diserang oleh pihak lain. Namun dengan keyakinan yang
besar, mereka mengatakan dengan teguh, “tetapi
kami berdoa kepada Allah kami”. Mereka yakin bahwa dengan berdoa kepada
Allah, adalah salah satu hal yang dilakukan dalam menghadapi sesuatu. Dan
kepercayaan kepada Tuhan tidaklah bertentangan dengan tindakan pencegahan yang
sehat. Di dalam situasi semacam itu, doa dan
kesiagaan merupakan perpaduan yang hebat, yaitu perpaduan antara iman dan tanggung
jawab.
Begitu juga dengan konteks sekarang, yang terlihat
jelas bagaimana para pemimpin Gereja. Dalam segala hal yang akan dilakukan baik
itu program-program yang akan dijalankan untuk meningkatkan kualitas kerohanian
umat, mereka, baik itu sesuatu hal yang dibuat untuk pembangunan Gereja dalam
meningkatkan kesejahteraan, selalulah harus berserah kepada Tuhan. Meminta ijin
bahkan meminta berkat dariNya supaya dengan kehendakNya dapat berjalan segala
sesuatunya dengan baik. Dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan haruslah siap siaga di setiap
waktunya, dan harus memiliki dasar yang kuat yaitu Iman. Intinya, berserah
kepada Tuhan adalah suatu hal kewajiban yang dilakukan.
2.5.3.
Konteks
Sosial (8, 9, 10, 12, 13)
Pada ayat 8,
dijelaskan bahwa ada segelintir usaha yang sudah direncanakan untuk
menghancurkan Yerusalem. Pada peristiwa ini, menjelaskan bahwa adanya dasar
ketidakmauan atau rasa tidak suka akan apa yang dilakukan oleh Yerusalem
sendiri. Yaitu untuk menbangun kembali tembok Yerusalem. Pihak musuh ingin
sekali rencana untuk membangun tembok itu tidak terjadi. Sehingga mereka
melakukan persepakatan untuk mengadakan kekacauan di Yerusalem, guna
menghancurkan segala usaha Yersualem
sendiri.
Pada ayat 9
juga, menjelaskan bahwa ada solidaritas yang terjadi di sana. “Dan
mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka” dibunyi
ayat yang ini cukup terlihat jelas adanya kepedulian antara Nehemia sebagai
utusan dan kepada semua penduduk Yerusalem. Mereka melakukan penjagaan kepada
penduduknya dan melindungi mereka karena
sikap mereka (sikap pihak musuh yang akan membuat kekacauan). Dan lagi
ditemukan juga penjelasan pada ayat ini “tetapi
kami berdoa”, berarti ada juga di antara mereka kekompakan atau kesatuan
hati untuk menyerahkan kekhawatiran mereka akan pihak musuh tersebut kepada
Allah. Sosial yang ada, yang dijelaskan pada ayat ini sangat terlihat jelas,
bahwa mereka memiliki kesatuan hati dan solidaritas yang kuat.
Dan pada ayat selanjutanya dijelaskan kembali di ayat 10, orang Yehuda mengakui bahwa
mereka tidak sanggup membangun tembok itu. Meskipun mereka secara bersama-sama
membangun tembok yang runtuh itu, namun mereka merasa tidak sanggup. Dengan
alasan para pengangkat sudah merosot dan
puing masih banyak mereka mengeluarkan isi hati yang tak
sanggup. Hal ini juga menanndakan di antara mereka ada kelelahan beserta
takut akan serangan yang akan diluncurkan oleh pihak musuh.
Dan kondisi sosial yang terlihat kembali pada nats
ini, yaitu didapat pada ayat 12. Pada
ayat ini, memperlihatkan kepada kita bahwasanya ada hubungan yang terjalin di
antara kota Yerusalem dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di pinggiran kota
itu. Orang Yahudi juga menunjukkan sikap kepedulian mereka. Hal ini terlihat
dari kata yang berbunyi “ketika
orang-orang Yahudi yang tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang
memperingatkan kami”. Kata sepuluh kali bukanlah jumlah yang sedikit. Kata
sepuluh kali menunjukkan betul-betul ada rasa kepedulian mereka kepada
Yerusalem. Namun kepedulian mereka ini sebenarnya bukanlah kepedulian untuk
menambah kobaran semangat mereka untuk membangun kembali tembok yang runtuh
itu. Namun kepedulian mereka ini menakankan akan serangan yang bilamana mungkin
saja datang dan akan menyerang mereka
dari segala tempat.
Oleh karena itu, Nehemia membagi rakyat itu menurut
kaum keluarga mereka masing-masing. Di sini juga terlihat yaitu pada ayat 13, Nehemia dengan sikap dan
tindakannya untuk membagi-bagi mereka dengan tempat yang tertentu. Membagi yang
dimaksud pada konteks ini, ialah mengungsikan kelompok-kelompok itu sesuai
tempat yang sudah disediakan oleh Nehemia sendiri. Tempat itu tidak lain ialah
tempat terbuka yang ada di belakang tembok kota. Nehemia membaginya serta
mengungsikan mereka pada tempat itu, dan setelah ia membaginya ia tidak lupa
memberikan persediaan persenjataan yang diperlukan sehingga setiap kepala
keluarga dapat melindungi keluarganya dan pada saat yang bersamaan juga
melindungi kota itu.[19]
Sikap yang demikian, yaitu sikap kepedulian,
solidaritas yang kuat, saling menguatkan, saling memperhatikan, bahkan saling
menjaga di antara satu sama lain, sebagai satu kesatuan, masih terlihat sampai
pada saat ini. Seakan-akan sikap-sikap sosial yang demikian diturunkan kepada
kita. Salah satu contoh pada konteks saat ini
yaitu persekutuan-persekutuan Gereja yang terbentuk sejak dari lama.
Persekutuan-persekutuan itu banyak bentuknya. Baik antar Gereja sebagai yang
umumnya, maupun bentuk-bentuk yang kecil yang bersifat khusus, yaitu
persekutuan sesama wanita, sesama pria, pemuda, remaja, anak kecil, bahkan
gabungan. Dalam persekutuan ini biasanya terlihat rasa kepedulian satu sama lain,
yang saling mengikat di antara persekutuan tersebut, saling menguatkan bila ada
pergumulan di antara anggota, dan saling memecahkan masalah jika ada masalah
dari anggota persekutuan tersebut. Meskipun hal-hal yang demikian sudah merosot
pada saat ini, dikarenakan kemajuan IPTEK yang bisa mempengaruhi kepribadian
seseorang dan sifat asal seseorang. Namun meskipun merosot, hal-hal ini masih
dapat ditemukan pada konteks sekarang ini.
2.5.4.
Konteks
Psikologi (10, 11)
Pada ayat 10,
dijelaskan bahwasanya ada rasa cemas dan ada rasa takut. Mereka menganggap
bahwa mereka tidak sanggup lagi untuk membangun kembali tembok itu. Ada rasa
tidak percaya diri yang datang kepada mereka, sehingga mereka menganggap bahwa
tembok itu tidak dapat dibangun kembali. Mereka mengatakan bahwa adanya para
pengangkat sudah merosot, sehingga mereka tidak tahu lagi apa yang akan
dilakukan untuk selanjutnya. Mereka seolah-olah menyerah akan ketidaksanggupan
mereka tersebut, dan mereka merasa kecil hati akan ada serangan yang akan
datang seperti yang dijelaskan pada ayat sebelumnya.
Begitu juga pada
ayat 11, pada ayat ini, menjelaskan bagaimana cara mereka berpikir. Mereka
memikirkan akan apa yang bisa saja datang pada mereka, atau apa saja yang
menjadi kemungkinan yang akan terjadi pada mereka kedepannya. Sudut pandang yng
membuat mereka berpikir demikian adalah
dikarenakan sudah terjadi serangan berupa ejekan kepada mereka di kejadian sebelumnya,
sehingga mereka berpikir bahwa mereka akan datang lagi meneyerang. Inilah
praduga yang mereka dapat dari hasil mereka berpikir.
2.5.5.
Konteks
Budaya (13)
Pada ayat 13,
terlihat dengan jelas bagaimana Nehemia membagi atau mengungsikan mereka ke tempat yang aman. Nehemia membagi sesuai
dengan kelompok keluarga mereka masing-masing, sesuai dengan kaum yang ada.
Sydah menjadi sebuah budaya apabila dalam suatu kumpulan, berkumpul sesuai
dengan kaum-kaumnya, atau sesuai dengan keturunannya masing-masing. Dan sesuai
dengan kebiasaan dalam berperang, sudah menjadi budaya bagi setiap orang harus
memiliki persenjataan sebagai alat yang akan membantu mereka dalam penjagaan
akan serangan yang mungkin saja datang. Persediaan persenjataan pun di sediakan
oleh Nehemia seperti pedang, tombak dan panah-panah. Dan semua alat itu
diberikannya kepada setiap kamu keluarga dan kepada kepala keluarga
masing-masing.
2.5.6.
Konteks
Ekonomi (9, 13)
Pada ayat 9,
dijelaskan bahwa mereka yaitu Nehemia dan rakyat tersebut, berdoa dan berjaga. Kedua
hal yang terlihat pada ayat ini menjelaskan bahwa pada saat itu mereka hanya
berfokus untuk berdoa dan menjad rakyat dari serangan yang ada. Mereka tidak
lagi memikirkan kebiasaan dari kehidupan mereka sebelumnya. Mereka hanya
berfokus bagaimana berserah diri pada Allah dan bagaimana mereka berjaga satu
sama lain. Otomatis kebiasaan kehidupan mereka yang biasa merek lakukan berarti
tertinggal atau terbengkalai.
Hal yang sama juga dapat dilihat dari ayat 13. Pada
ayat ini menjelaskan bagaimana Nehemia dan keikutsertaan para rakyat dalam fokus
untuk membangun tembok mereka yang sudah runtuh tersebut. Mereka berfokus bagaimana
dalam pengungsian mereka tersebut dalam menjaga para rakyat dari segala
kemungkinan penyerangan yang bisa saja datang. Pada ayat ini tidak menjelaskan
bagaimana kehidupan dari rakyat tersebut diluaar dari sisi untuk fokus menjaga
rakyat dalam pengungsian, beserta fokus pada serangan yang ada. Sama halnya,
semua kebiasaan tidak ada ada dijelaskan. Ada kemungkinan bahwasanya mereka
hanya melakukan hal yang bersifat penjagaan dan otomatis hal kebiasaan dapat tertinggalkan.
III.
Refleksi
Theologis
Dalam peristiwa yang demikian, banyak
hal yang didapat. Peristiwa runtuhnya tembok Yerusalem menjadi alasan mengapa
Nehemia kembali ke kampung halamannya tersebut, dan berusaha untuk memperbaiki
kembali lagi apa yang sudah hancur. Nehemia menjadi tokoh utama dalam peristiwa
ini. Ia yang memimpin serta mengarahkan rakyat tersebut untuk kembali semangat
membangun kota yang hancur berpuing-puing tersebut. Banyak hal yang terjadi dan
tantangan yang ikut serta dalam usaha mereka tersebut. Namun Nehemia beserta
rakyat yang menjadi rekan kerjanya mampu membuat hal-hal yang bisa mengatasi
ketakutan mereka.
Ada pihak yang membuat mereka takut dan
cemas, sehingga ingin mundur. Ancaman demi ancaman, serta ejekan-ejekan yang
dilontarkan para pihak musuh, bukanlah menjadi suatu penghambat mereka dalam
berusaha gigih untuk membangun kembali tembok Yersualem tersebut. Bukan menjadi
penghambat, memang betul. Tapi bukan berarti mereka tidak memiliki rasa takut.
Namun di kala takut dan cemas datang menggelut, Nehemia terlihat jelas memimpin
dengan kecakapan dan kelihaiannya. Jika kita lihat di ayat-ayat sebelumnya,
Nehemia selalu berserah terlebih dahulu kepada Allah, meminta segala berkat dan
ijin dari padaNya. Bahkan disaat terdengar oleh Nehemia dan rakyatnya, bahwa
pihak musuh akan membuat kekacauan di sana, Nehemia terlebih dahulu berdoa
bersama-sama dengan mereka dan baru melakukan rencana selanjutnya.
Kecakapan Nehemia, beserta kesatuan hati
yang tergambar dalam teks ini, yang terlihat dari semua usaha-usaha mereka
tersebut, adalah hal yang patut diapresiasi. Eksistensi Nehemia sebagai
pengarah rakyat yang taat kepada Tuhan, menunjukkan bahwasanya Allah tidak
berdiam diri. Dari awal Nehemia meminta ijin pada Rajanya dan sampai ia
memimpin dan menjaga rakyat tersebut, adalah salah satu wujud bagi Nehemia
bahwa Allah masih melindungi mereka saat itu. Penjagaan demi penjagaan yang
dibuat oleh Nehemia, seakan-akan memperlihatkan kepedulianya terhadap rakyat
serta rasa Tanggung jawabnya dalam memimpin sebuah kelompok adalah salah satu
sikap yang perlu untuk diteladani.
Kita sebagai calon hamba Tuhan, yang akan memimpin
Gereja di masa yang akan mendatang, harusnya memiliki sikap-sikap baik seperti
yang dimiliki oleh Nehemia. Segala sesuatu yang akan dilakukan, bagaimanapun segenting-gentingnya
kondisi, adalah lebih baik dan merupakan sebuah kewajiban untuk terlebih dahulu
menyerahkan diri kepada Allah dan memberitahu segala yang terjadi pada Allah. Karena
tidak ada satupun hal yang menjadi sia-sia apabila kita sudah menyerahkannya
kepada Allah. Semua akan baik-baik saja, semua akan dapat diatasi, semua hal
akan berhasil dan akan membuahkan buah yang manis dan memuaskan jika kita
terlebih dahulu menyerahkan segala sesuatu padaNya.
IV.
Kesimpulan
Tembok Yerusalem merupakan suatu
peristiwa yang sangat memukul Nehemia. Karena peristiwa itu menimpa kampung
halamannya sendiri. Nehemia adalah seorang pejuang yang hebat, bertangggung
jawab dalam tugas yang diemban dan menjadi seorang panutan bagi rakyatnya. Hal yang
sangat penting kita ketahui dalam peristiwa ini ialah, bahwasanya tidak ada
satupun hal yang terjadi jika bukan karena kehendak Allah. Melalui peristiwa
runtuhnya tembok Yersualem sudah menjelaskan pada kita bagaimana Ia melawat
umatNya melalui Nehemia. Nehemialah yang
menjadi pelopor utama dalam pembangunan tembok yang runtuh itu. Dan Nehemia
jugalah menjadi pemimpin yang menyelesaikan segala masalah yang menimpa rakyat
di waktu tersebut.
V.
Daftar
Pustaka
…, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2011
Bazter J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab I, Jakarta: LAI,
1974
Bloomendal, J. Pengantar Kepada PL, Jakarta: BPK-GM,
1999
Guthrie Donald, Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta:
YKBK, 1976
Hesegrave David J. &
Edward Romen, Kontekstualisasi, Makna dan
Model, Jakarta, YKBY/OMF, 2008
Jr.David Howard, Kitab-kitab Dalam PL, Malang: YPGM, 2002
LAI, Kitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malng: Gandum Mas, 2013
Lasor W. S., dkk, Pengantar PL 1, Jakarta: BPK-GM, 2015
S. Lukas Adi,
Smart Book Of Christianity
Saragih Agus Jetron, Kitab Ilahi, Tanjung Sari Medan: Penrbit
Media Perintis, 2016
Sitompul A. A., Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta:
BPK-GM, 2004
Wilkinson Bruce &
Kenneth Boa, Talk Thru The Bible, Malang: Gandum Masa,
2017
[1]A.
A. Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2004), 32
[2]
A. A. Sitompul, Metode Penafsiran
Alkitab,173-174
[3]David
J. Hesegrave & Edward Romen, Kontekstualisasi,
Makna dan Model, (Jakarta, YKBY/OMF, 2008), 354
[4]Lukas
Adi S, Smart Book Of Christianity
[5]J.
Sidlow Bazter, Menggali Isi Alkitab I,
(Jakarta: LAI, 1974), 459
[6]
J. Sidlow Bazter, Menggali Isi Alkitab I,
457
[7]Bruce
Wilkinson & Kenneth Boa, Talk Thru The Bible, (Malang: Gandum Masa,
2017), 171
[8]J.
Bloomendal, Pengantar Kepada PL,
(Jakarta: BPK-GM, 1999), 169
[10]Bruce
Wilkinson & Kenneth Boa, Talk Thru The Bible, 171-172
[11]W.
S. Lasor, dkk, Pengantar PL 1, (Jakarta:
BPK-GM, 2015), 435
[12]Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Tanjung
Sari Medan: Penrbit Media Perintis, 2016), 114
[13]LAI,
Kitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malng:
Gandum Mas, 2013), 716
[14]…,
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 149
[15]
Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa
Kini, (Jakarta: YKBK, 1976), 1171
[16]David
Howard Jr., Kitab-kitab Dalam PL, (Malang:
YPGM, 2002), 662
[17]
Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa
Kini, 1171
[18]
David Howard Jr., Kitab-kitab Dalam PL,
1171
[19]
David Howard Jr., Kitab-kitab Dalam PL, 1171
No comments:
Post a Comment