Reformasi Radikal

Reformasi Radikal

       I.            Pendahuluan
Reformasi merupakan tindakan untuk melakukan perubahan. Di mana orang-orang yang mengharapkan terjadinya Reformasi ini sangat mengharapkan perubahan yang baik untuk kedepannya. Begitu juga dengan kehidupan Kekristenan pada saat itu, terjadi suatu Reformasi yang disebut dengan Reformasi Radikal. Reformasi  Radikal menyebabkan banyaknya perubahan yang terjadi yang dibawa oleh para tokoh-tokohnya. Pada kesempatan kali ini, kami para kelompok penyaji akan memaparkan hasil diskusi kami mengenai Reformasi Radikal, baik latar belakangnya, para tokohnya, alirannya, serta dampak yang terjadi pada saat itu. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Yesus Memberkati. 

    II.            Pembahasan
2.1.Pengertian Reformasi Radikal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau Negara.[1] Gerakan untuk mengadakan pembaruan dalam Kekristenan Barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17.[2] Reformasi Radikal adalah Gerakan yang muncul di Eropa pada abad ke-16 yang berusaha melakukan pembaharuan secara radikal.[3] Kelompok ini juga disebut “sayap kiri dari reformasi” atau reformasi radikal.[4]
2.2.Latar Belakang Reformasi Radikal
Pada tahun 1524-1525 terjadi pemberontakan para petani di Jerman. Kaum petani Jerman merasa terdesak oleh golongan-golongan atas. Mereka bergabung sambil menuntut perubahan-perubahan dalam susunan masyarakat. Itu disebabkan karena hak penduduk desa (petani) untuk menggunakan tanah dan hutan milik bersama dicabut. Lagi pula mereka merasa diperas oleh pungutan-pungutan yang dituntut kaum bangsawan dan gereja.[5] Bukan hanya itu, perbedaan antara orang kaya dan miskin dalam konteks ini juga terlihat jelas di masyarakat, sehingga para petani ingin supaya ada keadilan antara orang kaya dan miskin. Dari masalah tersebut, para petani mengambil alasan-alasan yang mendukung perlawanan mereka terhadap pemerasan oleh kaum rohaniawan dan bangsawan. Para petani memasang telinga baik-baik ketika Luther berbicara tentang “kebebasan” yang salah ditafsirkan oleh kaum petani sebagai kebebasan dari kewajiban-kewajiban yang tidak wajar, untuk membayar pajak terhadap tuan-tuannya sehingga mereka mengadakan revolusi, membakar, merampok, membunuh dimana-mana. Tetapi sebagian petani terpengaruh oleh Munzer, sehingga mereka memeluk teologi jauh lebih fanatik. Munzer memberikan sumbangsih tentang tafsiran “kemiskinan” yang dialami para petani tersebut.
Dia menegaskan bahwa “kemiskinan” itu terutama akan harta, benda dan kemelaratan. Lalu ia menarik kesimpulan: hanya orang-orang miskinlah yang dapat menerima Roh, Terang batiniah itu. Merekalah orang-orang yang berbahagia, yang berkenan kepada Allah, menurut Matius 5:3. Sebaliknya orang-orang kaya, justru karena mereka kaya adalah orang-orang fasik.[6]
Kemudian para Reformasi Radikal hidup di dalam kelompok-kelompok selama abad pertengahan yang menyimpang dari ajaran gereja yang resmi. Kelompok-kelompok itu kadang disebut “sayap kiri dari Reformasi”, Reformasi Radikal. Namun harus diperhatikan bahwa mereka tidak termasuk dalam lingkungan Reformasi Protestan, melainkan merupakan aliran Kristen tersendiri, disamping reformasi maupun gereja Roma. Hal ini menjadi nyata dari sikap mereka terhadap Luther ternyata tidak sesuai dengan cita-cita mereka.[7] Di mana Luther mengambil jalan tengah (adipora) yaitu artinya di dalam reformasinya Luther masih terkait dengan pemerintahan raja Friederich. Sedangkan Calvin hanya memperkuat Gereja Negara. Dan kelompok Radikal menganggap bahwa Luther dan Calvin sudah tidak Alkitabiah lagi di dalam alirannya, seperti: baptisan anak, ibadah yang suci, dan gereja harus terpisah dari negara.
Gerakan Reformasi Lutheran dan Swiss pada awalnya memiliki hubungan dengan sistem politik. Dalam kasus Luther, Elector Fredrick si Bijak melindunginya dan juga para pangeran Jerman yang mencari kebebasan politik mulai mendukung perjuangannya. Zurich berpihak pada Zwingli dalam melawan perlawanan pihak Katolik. Bagi sekelompok orang Kristen di bawah Zwingli, untuk menggantikan Roma dengan Zurich bukanlah hal yang dapat diterima begitu saja. Mereka menginginkan Gereja segera melakukakan karena hak penduduk desa (petani) untuk menggunakan tanah dan hutan milik bersama juga dicabut. Bukan hanya itu, perbedaan antar miskin dan kaya juga dalam konteks ini masih terlihat jelas di masyarakat, sehingga para petani ingin supaya ada dalam susunan masyarakat.[8] 
Itu semua disebabkan  Reformasi yang akan mengembalikan idealisme abad pertama. Dengan tidak berfokus pada hierarkhi Gereja atau sistem politik, kelompok radikal ini menginginkan gereja swadaya, yang diperintah oleh Roh Kudus.[9]
Demikianlah masyarakat Eropa mengalami goncangan besar. Kita dapat melihat bahwa Reformasi Luther tidak hanya menghasilkan gereja-gereja Protestan yang besar (Lutheran, Calvinis atau Reformed) tetapi juga kelompok-kelompok Protestan yang lebih kecil, yang lebih menolak Gereja Katholik Roma tetapi juga Gereja Protestan yang besar. Sebagian kelompok ini merupakan keturunan dari gerakan-gerakan Abad Pertengahan yang sebelumnya ditekan oleh Gereja Katolik Roma. Sebagian kelompok lain lahir karena Reformasi Luther, tetapi menerapkan teolog yang baru dengan cara yang lebih radikal dari Luther dan pengikut-pengikutnya sendiri. Oleh sebab itu dipakailah istilah Reformasi Radikal untuk menunjuk kepada semua kelompok aneka ragam yang tidak mendapat tempat di gereja-gereja Protestan.
2.3.Aliran yang Berkembang pada Reformasi Radikal
2.3.1.      Anabaptis
Salah satu golongan Reformasi Radikal muncul di Swiss pada tahun 1525, di kota Zurich dan kota lainnya. Di sana lahir gerakan yang disebut gerakan Anabaptisme. Nama anabaptis ini diberikan kepada gerakan tersebut karena ciri yang menonjol adalah bahwa mereka membaptis orang-orang dewasa. Istilah “anabaptis” (Radikal) mempunyai asal usul pada Zwingli, yakni setelah terjadinya reformasi Zwingli di kota itu pada awal dekade 1520-an. Pada saat itu, Zwingli dituduh bahwa Zwingli tidak setia pada prisip-prinsip reformasinya sendiri. Ia mengkhotbahkan satu hal dan mempraktikkan yang lain, meskipun Zwingli menyatakan bahwa ia tetap setia pada prinsip  Sola Scriptura (hanya oleh Kitab Suci). Seseorang yang bernama Grebel mengatakan bahwa ia masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan termasuk baptisan anak-anak, hubungan yang erat dengan gereja dan pemerintah, dan peran serta orang-orang Kristen dalam peperangan yang tidak didukung atau diperintahkan oleh Kitab Suci. Di tangan para pemikir radikal seperti itu prinsip sola scriptura diradikalisasikan: orang-orang Kristen Reformed hanya percaya dan mempraktikkan hal-hal yang secara jelas diajarkan dalam Kitab Suci.[10]
Kata anabaptis secara harfiah berarti orang-orang yang dibaptis kembali dan ini merujuk pada aspek yang paling khas dari kebiasaan orang-orang  Anabaptis-pendirinya, yang kokoh bahwa hanya orang yang telah melakukan pengakuan iman pribadi di hadapan umum yang boleh dibaptis.[11] Perlu disadari bahwa dalam masyarakat di mana semua orang adalah anggota Gereja, yang sesuai dengan kebiasaan dibaptis pada hari pertama atau kedua hidup mereka, orang dewasa jarang sekali dibaptis. Dengan demikan, orang-orang pertama yang membiarkan diri dibaptis sebagai orang dewasa sebenarnya dibaptis untuk kedua kalinya. Oleh sebab itu mereka diejek sebagai orang anabaptis, atau orang yang dibaptis kembali (ana = kembali). Mereka sendiri yang menolak baptisan anak-anak tentu hanya menganggap baptisan mereka selaku orang yang dewasa sebagai baptisan yang satu-satunya.[12]
Kelompok yang menentang ini mengemukakan bahwa Alkitab menunjukkan baptis dewasa dan ingin berpegang pada itu. Pada tanggal 21 Januari 1525, pertemuan Zurich memerintahkan para pemimpin berhenti berdebat. Tetapi kelompok radikal melihat hal itu sebagai tindakan kekuasaan politik lain yang hendak berkuasa atas kehidupan spiritual mereka. Pada malam bersalju itu, di sebuah desa terdekat, mereka bertemu dan membaptis satu sama lain, dan dari situ pun orang-orang juga menjuluki mereka Anabaptis, atau “Pembaptis Ulang”, oleh orang-orang yang tidak senang pada mereka. Para Anabaptis ingin berbuat lebih banyak hanya mereformasi Gereja – mereka ingin kembali pada keadaan yang digambarkan di dalam Alkitab. Bukannya suatu lembaga yang berkuasa, mereka menginginkan persekutuan, sebuah keluarga beriman yang diciptakan Allah yang bekerja dalam hati manusia. Para Anabaptis juga menyarankan perpisahan Gereja dan negara, karena mereka melihat Gereja sebagai suatu yang berbeda dari masyarakat umum – bahkan masyarakat “Kristen”. Mereka tidak ingin kekuasaan politik memaksa nurani orang percaya. Namun, gerakan tersebut masih meluas, terutama di kalangan bawah. Penginjilan mereka memenangkan orang-orang percaya  baru dan ada pula orang-orang Protestan yang tertarik pada penekanan kaum Anabaptis pada kesucian dan ajaran Alkitabiah.[13]
2.4.             Tokoh-tokoh Reformasi Radikal
2.4.1.       Thomas Muenzer
Muenzer dilahirkan si Stolberg, daerah pegunungan Harz pada tahun 1489. Ia belajar di Leipziq dan di Frankfurt. Pada tahun 1519 menjadi confessor pada biara wanita di Thuringen. Mungkin juga ia bertemu dengan Luther dalam perdebatan agama di leipziq. Kemudian Muenzer dipengaruhi oleh Joachim dari Fiore dan Johanes Hus sehingga ia menjadi penganut Reformasi. Pada tahun 1520 melalui perantaraan Luther, dia diangkat menjadi pengkhotbah pada salah satu gereja di kota industri Zwickau. Di kota ini Muenzer mulai berkotbah yang isinya tuntutan pembaharuan, baik dalam kehidupan kemasyarakatan. Kotbah-kotbahnya bersifat menghasut rakyat untuk memberontak sehingga dia diusir dari sana. Kemudian ia berdiam ditengah-tengah golingan Hussit, namun dia di usir lagi dari sana sehingga ia terpaksa harus melarikan diri keluar negeri (1521).
 Pada tahun 1522 ia muncul lagi di Wittenberg. Ternyata sekarang Muenzer bukan lagi pengikut Luther. Ia sudah mengembangkan teologinya sendiri. Pandangan Teologi Muenzer dipengaruhi oleh pandangan Eckhart tentang kemiskinan, yang diartikannya bukan sebagai kemiskinan rohani, melainkan kemiskinan harta benda, kemelaratan. Kemudian muenzer berpendapat bahwa orang-orang miskin yang saleh haruslah membasmi orang-orang kaya yang fasik dan mendirikan Kerajaan Allah di bumi. Muenzer menyerang Luther dengan pedas lewat tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih buruk dari paus. Luther menyebebut Muenzer sebagai “ Iblis dari Alstadt” karena pada waktu itu Muenzer menjadi pendeta jemaat di Alstadt (1523). Pada tahun 1524 ia di usir dari Alstadt dan pergi ke Mulhausen.
Disini ia berkhotbah untuk mengajak rakyat untuk memberontak menghancurkan struktur masyarakat. Sekali lagi dia diusir dan pergi ke Jerman Selatan tetapi beberapa tahun kemudian dia kembali ke Mulhausen, tahun 1525. Kemudian dia menghubungkan tuntutannya dengan tuntutan petani Jerman. Para petani yang ditindas oleh bangsawan Jerman itu sangat dipengaruhi oleh Muenzer sehingga mereka sangat fanatik. Thomas Muenzer menjadi salah seorang pemimpin pemberontakan para petani itu. Muenzer ditangkap dan dibunuh bersama dengan ribuan orang lainnya pada tahun 1525. [14]
2.4.2.       Andreas Carlstadt
Ia adalah seorang tokoh Reformasi di Jerman, sahabat Martin Luther, tetapi kemudian menjadi musuh Luther. Carlstadt terlihat dalam ajaran-ajarannya dan tindakan-tindakannya yang radikal. Pada hari Natal 1521, ia merayakan Perjamuan Kudus reformasi yang pertama. Ia tampil dengan memakai pakaian biasa. Roti dan anggur dibagi-bagikan  kepada semua anggota jemaat biasa. Dua hari kemudian di hadapan mahaguru Universitas Wittenburg ia melaksanakan pernikahannya dengan sanudara perempuian bangsawan yang miskin, pada tanggal 20 Januari 1522. Carlstadt berpendapat bahwa Luther terlalu lamban dalam menjalankan pembaruan gereja. Gambar-gambar, patung-patung dikeluarkannya dari dalam gereja karena berlawanan dengan hukum Allah yang kedua. Ia menyerukan kepada jemaat supaya mengeluarkan patung-patung dan gambar-gambar dari dalam gereja-gereja. Rakyat melakukannya dengan kekerasan, yaitu menghancurkan dan membakaranya sehingga terjadilah kekacauan yang tak terkendalikan saat ia di Wittenberg. Carlstadt terus mengambil tindakan-tindakan pembaruan yang radikal seperti:
  1. Menyerang puasa. Ia bersama rakyat berdemonstrasi dengan memakan daging dan telor pada hari puasa di tengah-tengah umum.
  2. Ia menolak semua gelar dan kehormatan bagi dirinya karena yang harus mendapat penghormatan hanyalah Kristus (Mat. 23:8)
  3. Ia menasehatkan mahasiswanya supaya bertani dan makan makanan dari hasil keringatnya sendiri. (Kej. 3:19)
  4. Ia tidak mau memakai jubah imam dan jubah mahagurunya. Ia memakai pakaian rakyat biasa dan kemudian digantikannya dengan pakaian seorang petani. Ia menyebut dirinya Saudara Andreas
  5. Ia menentang baptisan anak
Di Jenewa Carlstadt mendirikan sebuah percetakan dan diterbitkanlah buku-buku renungannya. Ia tidak mencantumkan namanya sendiri pada karangan-karangan tersebut, tetapi dengan memakai nama: seorang awam baru. Ia juga menulis karangan yang menguraikan pandangannya tentang Perjamuan Kudus. Ia berpendapat bahawa kata Inilah bukan lah menunjukkan kepada roti atau anggur, melainkan menunjuk kepada Kristus sendiri.[15]
2.4.3.                   Menno Simmons
                    Menno Simons lahir di Frieland Belanda Utara, pada tahun 1496 atau 1497.  Pada tahun 1524  ia menjadi imam, tetapi tidak lama kemudian ia mulai meragukan doktrin tarnsubtansiasi. Ia lalu membaca Alkitab pertama kali dan sampai pada kesimpulan bahwa ajaran Roma salah, tetapi ia tidak meninggalkan tugasnya.[16] Dalam pergumulannya menuju pada pemahaman baru, pada mulanya banyak dipengaruhi pandangan Luther  dan kawan-kawan. Tetapi kemudian ia meninggalkan pandangan mereka, karena mereka membela  baptisan anak yang menurut Menno Simons tidak Alkitabiah, dan juga karena mereka dinilai terlalu banyak mempertahankan tradisi GKR.
          Kemudian ia tertarik dengan Anabaptis, terutama mengenai baptisan kendati menolak cara kekerasan yang ditempuh kelompok Munster. Setelah peristiwa munster yang tragis itu, pada tanggal 30 januari 1536 Menno Simons secara terbuka menyatakan diri meninggalkan jabatan imam Katolik dan beralih pada kaum Anabaptis, tetapi bukan menganut garis keras melainkan yang cinta damai. Pada tahun 1537 ia ditahbiskan menjadi pendeta Anabaptis dan segera diangkat menjadi pemimpin Anabaptis di Belanda, yang ia lakoni selama 25 tahun sambil terus mendalami Alkitab dan menulis banyak buku dan traktat sampai akhir hayatnya.[17]
Menno berpegang pada pendapat Anabaptis injili sebagaimana dipaparkan dalam “pengakuan Iman Schleitheim”. Ia menantang corak Anabaptisme revolusioner dan berpegang tegung pada sikap damai. Ia juga menantang Anabaptis corak “spiritual” yang bergantung dari “cahaya batin” untuk mendapatkan penyataan penyataan yang khusus dan pribadi. Ia sama dengan reformator yang menjadi tolak ukur adalah Alkitab. Menno adalah contoh yang menunjukkan betapa berbahaya mengabaikan tradisi ketika menafsir Alkitab. Ia mengatakan bahwa Yesus Kristus ”tidaklah menjadi daging dari Maria, tetapi didalam Maria. Dengan kata lain walaupun membenarkan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia, tetapi ia tidak percaya bahwa kemanusiaannya datang dari Maria, yang merupakan “tuan rumah”.  Pandangan ini ditolak pada abad ke 2 sebagai pandangan menyesatkan. Menno Simons termasuk segelintir pemimpin Anabaptis yang melayani untuk waktu yang cukup panjang. Sehingga dapat menulis dan meninggalkan gerakan yang tersusun.[18]
2.4.4.               Conrad Grebel
Conrad Grebel dilahirkan pada tahun 1498 di Gruningen. Ayahnya bernama Jacob Grebel, seorang pengusaha besi yang sukses sehingga menjadi seorang yang kaya raya. Di samping itu Jacob menduduki jabatan yang penting, yaitu sebagai anggota Dewan Kota Zurich. Pada tahun 1521 Grebel dan beberapa orang temannya belajar bahasa Yunani dan Ibrani kepada Zwingli. Hubungannya dengan Zwingli menyebabkan Grebel bergaul dengan tokoh-tokoh humanisme di Swiss. Grebel hidup sebgagai seorang humanis dan memainkan peranan yang penting dalam pemerintahan di Zurich. Pada akhir tahun 1523 di Zurich Grebel berselisih paham dengan Zwingli tentang patung dan ekaristi. Menurut Zwingli, keputusan tentang penghapusan tentang patung dari dalam gereja dan perayaan Ekaristi diserahkan kepada Dewan Kota, melainkan Alkitab. Grebel mendesak Zwingli supaya imam-imam diperintahkan untuk menghapuskan praktik penyembahan berhala di sekitar Ekaristi. Ekaristi hanya dirayakan pada malam hari dengan mempergunakan roti biasa. Roti diambil dengan tangan oleh umat, bukan dengan meletakkanya di atas lidah oleh imam. Grebel tidak sabar puas dengan reformasi yang sangat lamban yang dijalankan oleh Zwingli. Grebel dan kawan-kawannya menyerahkan konsep pembaruan gereja kepada Zwingli. Mereka menyatakan bahwa perlu untuk dibentuk gereja yang organisasinya sama sekali baru, yaitu suatu gereja orang-orang beriman yang berdasarkan kebenaran Injili dan Firman Allah. Ekaristi dalam gereja yang baru itu dirayakan seperti  yang dirayakan oleh Paulus dan para penginjil. Disiplin Gereja Lama harus dihidupkan kembali. Imam-imam tidak boleh menerima zakat gereja, tetapi hidup dari persembahan umat dan segala sesuatu adalah milik bersama. Dalam konsep ini belum ada pikiran tentang penolakan terhadap baptisan anak dan pemutusan hubungan gereja dengan negara. Grebel dan kawan-kawannya tidak puas dengan sikap Zwingli. Pada Desember 1524 Grebel berdebat dengan Zwingli tentang baptisan anak. Mereka menolak baptisan anak karena tidak ada dasarnya di dalam Alkitab. Zwingli menolak untuk memperdebatkan pokok ini. Golongan Radikal mendirikan sebuah persekutuan dengan nama Persaudaraan dalam Kristus atau dikenal juga dengan sebutan Persaudaraan Swiss. Para Reformator radikal ini giat mempropagandakan ajaran mereka tentang penolakan baptisan ulang, Ekaristi dan penolakan terhadap hubungan gereja dengan pemirintah di seluruh Swiss. Hal ini mengakibatkan tokoh-tokoh Reformasi radikal ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian Grebel pergi ke Schaffhausen untuk mengkhotbahkan bahwa Zwingli keliru mengenai baptisan. Baptisan yang benar adalah baptisan dewasa, bukan baptisan dewasa, bukan baptisan anak. Di sini Grebel berhasil membaptiskan Wolfgang Uliman denagn telanjang di tengah es di sungai Rhine. Kemudian Grebel pergi ke St. Gall dan terus ke Gruningen, tempat kelahirannya. Di sini ia berkhotbah dan banyak orang yang simpati kepadanya. Terjadilah keributan di sini. Para petani memberontak karena didorong oleh khotbah-khotbahnya. Grebel pun ditangkap dan dibawa kembali ke Zurich, namun dilepaskan kembali. Pada November 1525 diadakan perdebatkan tentang Baptisan di Dewan Kota Zurich. Dengan akhir Grebel ia dipenjarakan namun malamnya ia dapat melarikan diri.[19]
2.4.5.       Balthasar Hubmaier
Hubmaier adalah salah seorang pemimpin teras gerakan Anababtis pada abad ke-16. Hubmaier dilahirkan di Fredburg dekat Augsburg pada tahun 1481.  Ia belajar teologi di bawah bimbingan Dr. Johan Eck dari Freidburg dan Ingolstadt. Kemudian ia menjadi imam di Kategral Regensburg dan dikenal sebagai seorang pengkhotbah yang terkemuka. Hubmaier kemudian menjadi imam di Wahlshut. Waktu ia menjadi imam di sini, ia mengadakan perkunjungan kepada Erasmus di Basel dan kepada Zwingli di Zurich. Sekembalinya dari Swiss, Hubmaier memprogandakan ajaran reformasi. Oleh karena itu, Hubmaier diusir dari Walshut dan ia berlindung di convent, di Schaffenhausen. Hubmaier dalam perdebatan tentang perjamuan kudus pada tahun 1523 membela ajaran-ajaran Zwingli.
Namun kemudian dia meninggalkan dan beralih pada golongan Anababtis. Pokok perceraiannya dengan Zwingli ialah soal baptisan anak. Ia berpendapat bahwa reformator tidak sempurna melakukan reformasi, karena tidak semua kejahatan dihapuskan dari gereja. Salah satunya adalah baptisan anak. Babptisan anak tidak memiliki dasar pada Alkitab. Menurut Hubmaier babptisan anak adalah ciptaan paus anti-kristus. Hubmaier setuju dengan Zwingli bahwa baptisan adalah suatu tanda saja dan materai namun bukan sekedar tanda, melainkan lebih dari itu. Babtisan hubmaier juga berarti jaminan iman dan ketaatan hingga mati.oleh karena itu babtisan anak tidak mempunyai arti apa-apa. Baptis anak tidak sah. Hubmaier dibabtiskan kembali dan kemudian dia membaptiskan orang yang lain lagi pada paskah 1525.  Hubmaier bergabung dengan anababtis di zurich dengan Thomas Muenzer. Ada dugaan bahwa ia memegang peranan penting pula dalam penyusunan dua belas artikel kaum petani. Tahun 1525 gagalnya pemberontakan kaum petani membuat Hubmaier melarikan diri ke Moravia, Hubmaier menerbitkan sejumlah tulisannya yang di cetak sendiri, yang di bawanya ke Moravia dan Swiss. Pada tahun 1528 Raja louis dari Hongaria  meninggal dan Moravia jatuh ke tangan Raja Fredinand dari Austria. Dia di tangkap dan dipenjarakan bersamanya terlibat dengan pemberontakan petani dan golongan anarkis. Hubmaier dijatuhi hukuman mati dengan jalan dibakar. Hukumannya dijalaninya tanpa takut pada 10 maret 1528. Tiga hari setelah itu istrinya di tenggelamkan di Danau Danube.[20]
2.5.Ajaran-ajaran yang Berkembang pada Reformasi Radikal
1)                   Alkitab
     Alkitab merupakan Firman Allah yang diwahyukan, satu-satunya sumber ajaran yang benar; pedoman iman dan perilaku, dan otoritas tertinggi untuk menentukan kebenaran agamawi. Pemahaman atas Alkitab ini menjadi dasar pemahaman dan perumusan poko-poko ajaran berikutnya. Dalam hal penafsiran Alkitab, di kalangan Baptis ada variasi yang sangat besar, mulai dari yang sangat harfiah sampai yang ‘liberal’ dan ‘modernis’. Perbedaan penafsiran ini tak jarang menimbulkan pertikaian dan perpecahan. Setiap kelompok tetap mengakui wibawa Alkitab sebagai Firman Allah.[21]
2)                            Gereja
Gereja dipahami sebagai persekutuan dari pribadi-pribadi yang telah diselamatkan Allah melalui pengorbanan dan penebusan Kristus. Orang atau jiwa yang telah bertobat dan dilahirkan kembal, dan yang sudah bertobat dan dilahirkan kembali, dan yang sudah dibaptis dengan cara diselamkan, merekalah yag layak menjadi anggota Gereja. Di dalam Gereja boleh ada berbagai jabatan Gereja, tetapi semua jabatan berikut tatacarapemilihan, pengangkatan dan penahbisannya, harus berpedoman dan mengacu pada Alkitab. [22]
3)                            Baptisan
Harus dilakukan dengan cara selam dan hany dilayankan bagi orang dewasa saja yang sudah mampu memahami dan menyatakan imannya, karena memang begitulah dinyatakan dalam Alkitab. Baptisan dilayankan di dalam nama Allah Tritunggal: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Di amping melambangkan kasih karunia Allah yang menganugerahkan kelahiran kembali atau hidup baru, Baptian juga melambangkan ketaatan kita pada Kristus.[23]

4)                            Perjamuan Kudus
Pada hakikatnya adalah pengenangan, suatu upacara simbolik yang membuktikan bahwa pesertanya mengenang pengorbanan dan kematian Yesus. Pengenangan ini sekaligus mengingatkan jemaat akan Kristus pada masa kini, dan kedatangan-Nya kembali kelak, seperti Ia janjikan. Keikutsertaan di dalam Perjanjian Kudus harus didahului oleh pemeriksaan diri, melakukan intropeksi diri, menyatakan pengakuan dosa dan berdamai dengan semua orang yang diperkenalkan mengikutinya hanyalah mereka yang sudah Kristen.[24] 
5)                            Kemerdekaan setiap Jemaat
Merupakan perwujudan dari gereja yang sejati. Setiap jemaat yang lokal adalah otonom dan harus diselenggarakan secara demokratis di bawah tuntutan Roh Kudus dan pengajaran Yesus Kristus. Gereja tidak boleh tunduk di bawah perintah badan atau organisasi keagamaan mana pun, tetapi hanya tunduk kepada Yesus Kristus, yang adalah Kepalabyang adalah kepala setiap jemaat.[25]
6)                            Gereja harus terpisah dari Negara dan Nir Kekerasan.
Gereja harus terpisah dari Negara dan harus ada jaminan kebebasan beragama bagi setiap pribadi. Gereja atau jemaat tidak tunduk pada kuasa pemerintah. Negara tidak boleh mencampuri urusan Gereja, dan sebaliknya gereja tidak boleh mencampuri uruan negara, karena masing-masingnya memiliki tempat pelayanan yang berbeda. Karena itu, negara juga tidak boleh menggunakan kekerasan ketika menindak kelompok agama tertentu karena dianggap menyimpang atau sesat. Masalh keyakinan atau hal beriman dan beragam adalah urusan pribadi, karena tiap ppribadi diciptakan Allah sebagai mahklik bebas. Karena itu toleransi dan kebebasan beragama harus dijamin di dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.[26]
2.6.Dampak Perkembangan Reformasi Radikal  
Ternyata Reformasi Radikal ini membawa dampak dalam perkembangannya. Anatara lain:
1.      Mampu menyerang Gereja Katolik Roma (GKR)
Para orang radikal mampu menyerang GKR dan menjadikan masyarakat menengah kebawah sebagai pemberontak terhadap GKR. Mereka tidak mau membayar pajak sehingga GKR menjadi lemah di sudut ekonomi. Dan para bangsawan kehilangan penghasilannya. Kelompok ini juga menyerang para kelompok reformator dengan tambahan wawasan teologi Munzer mengenai umat pilihan yang artinya sebagai umat pilihan Allah harus mengosongkan diri, supaya tempat yang kosong dapat diisi dengan Roh Tuhan.


2.      Disenangi masyarakat menengah kebawah
Disenangi karena masyarakat menengah ke bawah ingin mendapatkan keadilan dalam situasi sosial dan ekonomi yaitu kebebasan dari kewajiban-kewajiban membayar pajak. Mereka ingin agar tidak ada perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin. Dengan melihat keadilan ini masyarakat menengah kebawah banyak yang ikut menjadi anggota Reformasi Radikal. Untuk membentuk gereja yang terpisah dari negara dan hidup suci di dalam kelompok radikal yang menggunakan kekerasan.
3.      Mudah berkembang dan menyebar keseluruh dunia
Kelompok ini mudah berkembang karena hidup di dalam kelompok-kelompok yang dapat mempengaruhi setiap hidup masyarakat biasa dengan menekankan yang sempurna. Sehingga Reformasi radikal mudah berkembang di Strassbuurg, Jerman, Zurich dan Schleitheim (Swiss), Moravia: Belanda, Italia, dll.[27]
4.      Para pengkhotbah aliran Protestan sering terganggu diakibatkan gangguan orang-orang Anabaptis sehingga menjadikan kericuhan.
5.      Timbulnya dan meluasnya gerakan orang-orang yang membunuh aliran Anabaptis karena aliran mereka menerima peristiwa-peristiwa poligami dan pengakuan bahwa mereka menerima wahyu dari Allah, sehingga orang Protestan tidak terima akan hal itu.[28]
6.      Meskipun Reformasi Radikal muncul di Swiss dan Jerman, namun keadaan ini juga membawa dampak terhadap tempat lainnya. Seperti di Belanda. Gerakan ini menunjukkan serta menampilkan sedikit saja teolog yang ada, serta timbulnya aliran baru.[29]
 III.            Kesimpulan
Reformasi Radikal adalah suatu gerakan pembaruan yang dilakukan oleh para reformator yang menginginkan perubahan dalam gerejanya. Para reformator dan para orang-orang yang pengikutnya menginginkan supaya gereja mereka kembali ke asal semula seperti yang digambarkan pada Alkitab. Dalam Reformasi radikal banyak orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut, seperti para petani yang merasa tidak adil dikarenakan adanya pembedaan orang kaya dan orang miskin. Akibat dari Reformasi Radikal ini pun maka lahirlah perubahan-perubahan yang terjadi. Salah satu perubahan yang banyak membawa perubahan baru ialah aliran Anabaptis. Dimana Anabaptis ini sangat identik dengan hal penolakan akan baptisan untuk anak, namun yang harus dilakukan adalah baptisan untuk dewasa. Begitu juga dengan banyaknya aliran yang ada, terjadi juga perubahan di dalamnya.


 IV.            Daftar Pustaka
Aritonang,Jan S. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta: GM, 2015
Curtis A. Kenneth, J. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013
End Thomas Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: Gunung Mulia, 2015
Jonge Chr De. Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1995
KBBI, Balai Pustaka
Lane Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK GM, 1994
McGrath Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016
Sembiring Wiwin, Catatan Rekaman Akademik, Medan: STT Abdi Sabda Medan, 2013
Wellem F.D, Kamus Sejarah Gereja, Jakarta:GM, 2011
Wellem,F.D Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: GM, 2016
Sumber Lain:
http:/translate.google.co.id/ranslate?hl=id&langpair=en|id&u=http://personal.linkline.com/rwreed/revol.htm, diakses pada 13 september 2017, Pukul 14.36 WIB

12 Artikel Kaum Petani Jerman[30]

1      Hak untuk memilih dan melengserkan pendeta mereka sendiri.
2      Bahwa persepuluhan biji-bijian digunakan untuk remunerasi pendeta dan bantuan masyarakat miskin dalam sebanyak itu diperintahkan dalam kitab suci, dan bahwa persepuluhan pada ternak, penemuan manusia akan ditarik.
3      Melepaskan dari perhambaan, karena manusia bebas sebagai orang Kristen
4      Hak istimewa berburu dan memancing di lahan tersebut yang tidak sah milik tuan.
5      Kepemilikan komunal hutan sehingga masyarakat miskin dapat mengumpulkan kayu bakar dan memiliki akses ke kayu.
6      Bantuan dari layanan berlebihan menuntut petani.
7     Pembayaran untuk layanan sebelumnya tidak disepakati oleh para kaum bangsawan dan petani.
8      Ganti rugi sewa berlebihan sehingga petani dapat menuai kembali dari pekerjaan mereka.
9      Penghakiman menurut hukum tua, tidak sesuai dengan undang-undang yang diberlakukan.
10   Kembalinya padang rumput dan ladang komunal kepada masyarakat, dengan penggantian kepada merekayang mungkin telah membeli tanah tersebut.
11   Penghapusan Todfall maupun kematian pajak (Heriot) yang menempatkan beban yang tidak beralasan pada janda dan anak yatim.
12   Hak dimasa depan untuk hadir atau menarik tuntutan sesuai dengan kitab suci.



[1]......... KBBI, (Balai Pustaka),
[2] F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta:GM, 2011), 391
[3] F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 393
[4] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 174
[5]Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana175
[6] Wiwin Sembiring, Catatan Rekaman Akademik, (Medan: STT Abdi Sabda Medan, 2013)
[7] Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, 173-174
[8]A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013), 79
[9]A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, 79
[10]Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 12  
[11] Alister E. McGrath, Sejarah pemikiran Reformasi, ( Jakarta: GM, 2016), 12
[12]Chr De Jonge. Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1995), 37
[13]A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, 79
[14] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, ( Jakarta: GM, 2016)140
[15] A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, 54-55
[16] Tony Lane, Runtut Pijar, ( Jakarta: BPK GM, 1994), 162
[17] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, ( Jakarta: GM, 2015),111-112
[18] Tony Lane, Runtut Pijar, 163
[19]F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 87-88
[20] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 97-98
[21] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 172
[22] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 172-173
[23] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 173
[24] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 173-174

[26] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 174
[27] Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 62
[28] A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, 79
[29] Alister E. McGrath, Sejarah pemikiran Reformasi, 12
[30]http:/translate.google.co.id/ranslate?hl=id&langpair=en|id&u=http://personal.linkline.com/rwreed/revol.htm, diakses pada 13 september 2017, Pukul 14.36 WIB


Share:

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS