Strategi Komunikasi yang Dilakukan Johannes
Calvin
untuk Membaharui Gereja
I.
Pendahuluan
Johannes
Calvin adalah seorang sarjana hukum Prancis yang berminat pada ilmu Teologi.
Yohannes adalah orang yang disiplin dan bersikukuh dalam pilihannya. Ia adalah
seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss pada abad 16-17. Calvin
memperbaharui Gereja lebih radikal daripada Luther dan berlandaskan pada
Alkitab yang merupakan sumber ajaran bagi Agama Kristen. Berikut ini akan kita
bahas bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan Johannes Calvin untuk
membaharui Gereja.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Strategi Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Latin “Commmuunisí” yang artinya membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa
Latin “Communico” yang artinya membagi.[1]
Pada hakikatnya, strategi adalah perencanaan (Planning) dan Manajemen (Management)
untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus
menunjukkan taktik operasionalnya.[2]
D.Lawrence Kincaid menyatakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses dimana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya
yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.[3]
Berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan
oleh strategi komunikasi.[4]
2.2.
Siapa dan Dimana Komunikan
2.2.1. Komunikan
Komunikan atau audiens merupakan pihak yang menerima
pesan dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Lawan bicara menunjuk pada
orang-orang yang menjadi pendengar. Pesan menunjuk pada gagasan yang ingin
disampaikan pada audiens. Komunikan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan
gereja dan masyarakat di Swisss pada saat itu. Gereja di Swiss sedang dalam
keadaan yang memerlukan pembaharuan. Tata gereja yang resmi benar-benar memerlukan pembaharuan yang
menyeluruh dan birokrasi kegerejaan menjadi tidak efisien.[5]
2.2.2.
Komunikator
Komunikator adalah sumber pesan yang
berupa orang atau lembaga. Komunikator yang baik akan peka terhadap komunikasi
dan komunikasi yang berbeda dan mau mempertimbangkan hubungan yang mereka
miliki dengan para audiens atau lawan bicara.[6]
Dalam hal ini Johannes Calvin adalah sebagai komunikator. Johannes Calvin lahir
pada tanggal 10 juli 1509 di Noyon, Perancis Utara.[7]
Johannes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia
merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan
reformasi gereja pada abad ke-16.[8] Ia
belajar di Universitas di Paris, Orleans, Bourges serta menjadi pengagum
Erasmus dan humanisme. Kakeknya adalah seorang tukang tong.[9]
Ayahnya bernama Gerard Calvin. Ibunya bernama Jeane Lefranc. Ibunya adalah
seorang wanita yang cantik dan saleh, ia meninggal dunia saat Calvin masih
muda. Gerard Calvin bekerja sebagai uskup noyon. Pada umur 12 tahun calvin
sudah menerima tonsur (pencukuran
rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan upah dari paroki st. Martin de Marteville.
Dengan penghasilan tersebut calvin dapat meneruskan pendidikannya kejenjang
yang lebih tinggi. Pada tahun 1523 Calvin memasuki College de la Marche di
Paris. Disini ia belajar retorika dan bahasa latin kemudian ia pindah ke Colage
de Montaque, disini calvin belajar filsafat dan teologi.
Setelah
calvin menyelesaikan pendidikannya itu tiba-tiba ayahnya tidak menginginkan
anaknya lagi untuk menjadi imam. Ayahnya menginginkan Calvin sebagai seorang
ahli hukum. Oleh karena itu, Calvin memasuki Univesitas Orleans untuk belajar
ilmu hukum. Kemudian ia belajar juga di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa
Yunani dan Ibrani dipelajarinya dari Merchior Wolmar, seorang ahli bahasa yang
terkenal pada abad itu. Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum yang
sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam gereja.[10]
2.3.
Identifikasi Masalah
Jenewa
adalah sebuah kota yang diperintah oleh seorang uskup, tetapi sudah lama Hertog
Savoya, yang berkuasa di daerah sebelah selatan Jenewa, ingin memasukkan kota
jenewa itu kedalam kerajaannya. Ketika bahaya itu meningkat, maka Jenewa
mencari bantuan kepada perserikatan kanton-kanton yang berbahasa Jerman
dibagian utara tanah Swiss, yang telah masuk injili. Bantuan politik diberikan
kepada Jenewa oleh kanton-kanton injili dan atas desakan kanton Bern dan karena pertentangan politik antara jenewa
dengan savoya yang beragama Khatolik Roma maka Jenewa menerima pembaharuan pada
tahun 1535.[11]
Kemudian pada tahun 1536 ia sedang dalam perjalanan ke Strasburg, ketika suatu
perang lokal memaksa dia mengambil jalan memutar melalui Jenewa. Peristiwa ini
disebut sebagai pengalihan lalu lintas yang sangat menentukan dalam sejarah
Eropa.[12]
2.4.
Merancang Pesan
Pada
penahbisan pada tahun 1536, Calvin beserta dengan Farel, menganjurkan sebuah
rencana tatagereja kepada dewan kota.
Dari rencana tersebut nyata bahwa sifat yang khas dari segala pekerjaan Calvin,
yakni ia selalu berusaha mengatur pekerjaannya dengan tertib dan rapi. Menurut
rencana tatagereja itu, ia mau mengadakan Perjamuan
Kudus sebulan sekali (cita-citanya ialah seminggu sekali). Berhubungan
dengan itu ia bermaksud menjalankan disiplin yang keras, baik dalam ajaran
maupun dalam kelakuan anggota-anggota jemaat. Semua penduduk diwajibkan
menandatangani sehelai surat pengakuan karena segenap penduduk kota terdiri
dari orang Kristen yang sungguh-sungguh sadar akan janjinya. Tatagereja itu dibuat
menjadi senjata dalam tangan Calvin untuk melawan Gereja Khatolik Roma dan
semangat keduniawian. Dalam tatagereja ditentukan 4 jabatan. 1. Jabatan
pendeta, (Predikan) untuk khotbah dan disiplin, 2. Jabatan Pengajar (doctor)
untuk katekisasi dan pengajaran theologia, 3. Jabatan Penatua untuk disiplin
dan 4. Jabatan Syamas (diaken) untuk pelayanan terhadap orang miskin.
Tatagereja sangatlah penting dalam perkembangan reformasi, karena pembaharuan
dari gereja terbentuk secara lahiriah dari gereja yang mendapatkan perhatian
yang selayaknya. [13]
2.5.Media
yang Digunakan
2.5.1.
Media
Tulisan
Bulan April, Calvin menerbitkan bukunya
yang pertama, yaitu Komentar Kitab De
Clementia. Ia sendiri menghasilkan karya ilmiah Humanisme (suatu uraian
mengenai karya filsuf Romawi Seneca berjudul Kemurahan Hati). Ketika Calvin tinggal di Basel , ia juga
menerbitkan bukunya yang terkenal yaitu Religions
Christiabnae Instutio ( Pengajaran tentang Pendidikan Agama Kristen) pada
tahun 1536. Buku teologi yang pertama berjudul Psychopanychia ( Mengenai tidurnya jiwa-jiwa). Calvin juga banyak
menulis risalah polemis yang dimana didalamnya berisi tentang perlawanan
terhadap Anabaptisme dan yang lebih pentingnya lagi tentang serangannya
terhadap Katolisisme Roma. Ia juga menerbitkan Acta Sinodi Tridentini cum Antidoto. Ia juga membuat tulisan untuk
melawan para Lutheran salah satunya Petit
Traicte de la Saincte Cene ( Risalah Singkat Mengenai Perjamuan Kudus).
Calvin paling terkenal karena karya Pengajaran Agama Kristen yang biasanya
disebut sebagai Instutio. Karena Instutio bukan hanya berisi risalah
namun merupakan penjelasan keseluruhan sikap yang saleh. Karya ini mengalami
empat terbitan penting semasa hidup Calvin.[14]
2.5.2.
Khotbah
Calvin juga berkhotbah secara teratur
tentang hal untuk mengatur gereja reformatoris dimana perjamuan kudus diadakan
sebulan sekali selama ia di Jenewa.[15]
Dari tahun 1549 khotbahnya dicatat dengan tulisan Steno. Sejumlah khotbah
diterbitkan tetapi sebagian besar tetap di perpustakaan Jenewa dalam bentuk
tulisan Steno.[16]
2.6.
Wujud Pesan yang Disampaikan
Pesan
yang disampaikan Calvin melalui tulisan serta khotbahnya. Melalui
tulisan-tulisannya dalam bentuk buku salah satunya Komentar Kitab De Clementia dimana buku ini dpersembahkan kepada
Claude de Hangest, sahabat sekolahnya dikeluarga bangsawan Mommer, di Noyon
dahulu. Buku itu memperlihatkan Calvin sebagai humanisme sejati. Dalam buku
teologi pertamanya berupa karangan melawan ajaran anabaptis yang mengajarkan
bahwa jiwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali setelah manusia itu
meninggal. Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide ) sama seperti Luther. Calvin
menegaskan bahwa anggota jemaat berkumpul untuk mendengarkan firman Allah dan
untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus haruslah suci. Calvin didalam
pengajarannya juga menekankan predestinasi di samping pembenaran oleh iman.
Calvin juga melawan ajaran Antitrinitarian.[17]
2.7.
Tanggapan Komunikan
Disiplin
dilakukan dengan tidak memandang muka sampai keluarga karib Calvin sendiri pun
kena disiplin. Disiplin yang diterapkan oleh Johannes Calvin membuat cara hidup
di Jenewa menjadi sungguh sederhana dan keras, tetapi dengan rakyat
bertambah-tambah kuat, rajin dan makmur, sehingga keadaan di Jenewa dipuji di
seluruh Eropah dan contoh yang indah itu ditiru di banyak tempat. Banyak orang
memandang Jenewa menjadi sebuah kota yang suci. Kemudian Calvin membuka sebuah
Akademi atau sekolah tinggi. Akademi di Jenewa ada dua bagiannya, yakni suatu
sekolah menengah Latin (“Gymnasiumii”)
dan suatu Fakultas Teologia. Akademi di Jenewa menjadi satu contoh bagi
Perguruan Tinggi Calvinis di lain-lain Negeri dan suatu pusat pelajaran
Internasional. Pengaruh Calvin sudah mulai berkembang sampai jauh di luar
Jenewa.[18]
2.8.
Hasil yang Diperoleh
Tulisan-tulisan
Calvin direvisi berkali-kali dan menjadi buku dogmatika yang terutama dalam
gereja-gereja Calvinis. Calvin ingin hidup tenang dan terus menulis karya-karya
teologi. [19]
Dengan adanya pembaharuan yang dilakukan di Jenewa, Gereja mendapat pangkalan
baru yaitu Belanda dan Scotlandia segera mengikuti contoh Jenewa yang dimana
Calvinisme menjadi salah satu dasar penting bagi dunia baru itu.[20]
Johannes Calvin juga mewariskan kepada dunia suatu wawasan teologi yang khas,
yang cukup lengkap dan jelas termuat dalam
Instituo, terutama pada edisi
terakhir. Calvin menjadikan reformasi yang dirancangkan oleh Luther menjadi
lebih konkret dan lebih jelas wujudnya dalam kehidupan bergereja. Para pengikut
Calvin juga kelak akan menjelma menjadi gereja-gereja Calvinis.[21]
2.9.
Respon Gereja
Perkembangan
reformasi di luar batas-batasnya yang semula adalah hasil pekerjaan Calvin. Di
Jerman, Gereja Lutheran seakan-akan terkurung oleh perdamaian agama Augsburg,
di Jenewa oleh pembaharuan, gereja mendapat pangkalan baru, Belanda dan
Scotlandia segera mengikuti contoh Jenewa dimana Calvinisme menjadi salah satu
dasar penting bagi dunia baru itu.[22]
Jika tujuan reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther adalah pembenahan
ajaran Gereja, maka tujuan reformasi yang dilakukan oleh Johannes Calvin adalah
untuk Pembenahan Kehidupan Gerejawi.[23]
III. Refleksi Teologis
Dari
pemaparan diatas yang menjadi refleksi teologisnya diambil dari Yeremia 1:5 “
sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan
sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Pemilihan Allah merupakan
tindakan Allah (kedaulatan) dan tanpa memperhitungkan jasa atau kebaikan umat
manusia memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus,
secara singkatnya dapat dikatakan Allah memiliki tujuan untuk penyelamatan umat
manusia dan itu dikomunikasikan melalui kelahiran Yesus ke dalam dunia sehingga
dapat dimaknai dan dimengerti oleh manusia. Seperti yang dikatakan oleh
Johannes Calvin “ Soli Deo Gloria “ yang artinya kemuliaan hanya bagi Allah.
IV. Kesimpulan
Dalam
melakukan pembaharuan di gereja, Calvin melakukan banyak hal. Ia tidak lepas
dari strategi-strategi yang dia lakukan untuk melakukan pembaharuan dalam
gereja. Jenewa adalah sebuah kota yang diperintah oleh seorang uskup, tetapi
sudah lama Hertog Savoya, yang berkuasa di daerah sebelah selatan Jenewa, ingin
memasukkan kota jenewa itu kedalam kerajaannya. Pada penahbisan pada tahun
1536, Calvin beserta dengan Farel, menganjurkan sebuah rencana tatagereja kepada dewan kota. Dari rencana
tersebut nyata bahwa sifat yang khas dari segala pekerjaan Calvin, yakni ia
selalu berusaha mengatur pekerjaannya dengan tertib dan rapi. Tatagereja
sangatlah penting dalam perkembangan reformasi, karena pembaharuan dari gereja
terbentuk secara lahiriah dari gereja yang mendapatkan perhatian yang
selayaknya.
Calvin
paling terkenal karena karya Pengajaran Agama Kristen yang biasanya disebut
sebagai Instutio. Karena Instutio bukan hanya berisi risalah
namun merupakan penjelasan keseluruhan sikap yang saleh. Calvin menjadikan
reformasi yang dirancangkan oleh Luther menjadi lebih konkret dan lebih jelas
wujudnya dalam kehidupan bergereja. Para pengikut Calvin juga kelak akan
menjelma menjadi gereja-gereja Calvinis.
V.
Daftar
Pustaka
Aritonang Jan S., Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Luar Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016
Aritonang Jonar S., Kamus Alkitab dan
Teologi, Yogyakarta: Andi, 2016
Berkhof
H, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016
Boehklke
Robert. R., Sejarah Perkembangan Pikiran
dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2009
Cangara Hafied., Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002
Jonge
Christian De, Apa itu CALVINISME?, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008
Lane
Tony., Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM,
2016
Tierney
Elizabeth., 1001 Cara Berkomunikasi Lebih
Baik, Jakarta: BPK-GM, 1998
Tjernagel
N. S ., The Era Reformation,
Corcondra Leadership Training Serves
Uchyana Efendi Onong., Dinamika
Komunikasi, Bandung: 1986
Wellem
F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh
Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2015
[1]Hafied
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), 18
[2]Onong
Uchyana Efendi, Dinamika Komunikasi,
(Bandung: 1986), 36
[3]Hafied
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 5
[4]Onong
Uchyana Efendi, Dinamika Komunikasi, 35
[5]
Jonar S. Aritonang, Kamus Alkitab dan
Teologi, (Yogyakarta: Andi, 2016), 388
[6]
Elizabeth Tierney, 1001 Cara
Berkomunikasi Lebih Baik, (Jakarta: BPK-GM, 1998), 11
[7] N.S. Tjernagel, The Era Reformation, (corcondra
leadership training serves) 52
[8]
F.D. Wellem, Riwayat HIdup SIngkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2015), 49-50
[9] Robert. R. Boehklke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek
Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 369
[10] F.D. Wellem, Riwayat HIdup SIngkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 49-50
[11] H. Berkhof. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 160
[12] Tony Lane, Runtut Pijar, ( Jakarta: BPK-GM, 2016), 149
[13] H. Berkhof. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 160-161
[14] Ibid, 149-152
[15] F.D. Wellem, Riwayat HIdup SIngkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 50-51
[16] Tony Lane, Runtut Pijar, 150
[17] F.D. Welle m, Riwayat HIdup SIngkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 50-53
[18] H. Berkhof. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja,168
[19] Ibid, 51
[20] Ibid, 169
[21]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan DI Luar Gereja,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 67
[22] H. Berkhof. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja,169
[23] Christian De Jonge, Apa itu CALVINISME?, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), 9
No comments:
Post a Comment