Israel Sebagai Umat Perjanjian dan
Pilihan Allah
I.
Pendahuluan
Israel adalah umat pilihan Allah, oleh karena itu
Allah telah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel, Allah Israel adalah Allah
yang menampakkan diri kepada bangsa-Nya dan hadir di tengah-tengah bangsa
Israel; Allah menyatakan diri bagi mereka, berbicara, memberikan tugas dan
mengikat perjanjian. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai
Israel sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan Allah, disini penyaji akan
memaparkan bagaimana perjanjian Allah dengan bangsa Israel dan mengapa Allah
mengikat perjanjian dengan bangsa Israel. Semoga sajian ini dapat menambah
wawasan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Israel, Umat,
Perjanjian dan Pilihan
2.2.1.
Pengertian Israel
Israel
(Ibrani
yisra’él,’Allah bergumul’).[1]
Israel digunakan untuk menyebut keduabelas suku yang menurut asal usulnya dari
*Yakub, yang juga disebut Israel (Kej.32:28). Menurut Tradisi yang paling awal,
umat Israel adalah “orang asing ditanah” Mesir, dan itu menyebabkan mereka
melarikan diri ke Palestina.[2]
2.2.2.
Pengertian Umat
Umat
dalam Perjanjian Lama adalah keseluruhan orang Israel yang dibedakan dari
bangsa – bangsa lain di dunia (Bil. 23:9). Inipun ditemukan dalam Perjanjian
Baru (Luk. 1:68; Rom. 11:1-2); tetapi sebutan umat dipakai untuk umat Allah
yang baru, yaitu orang – orang Kristen (Tit. 2:14; 1 Ptr. 2:9).[3]
Israel sebagai umat pilihanAllah, yang dipisahkan dari bangsa – bangsa lain dan
diperlihatkan oleh Allah secara Khusus melalui ikatan perjanjian ( Kel 5: 1; 19:3-6; Ul 4: 20; 7:6-8; Yes
43:20-21; Yer 31:33; Mzm 100:3).[4]
2.2.3.
Pengertian Perjanjian
Dalam
bahasa Ibrani “Perjanjian” dinyatakan dengan istilah Berit. Janji ialah satu kata yang keluar memasuki waktu yang belum
dipenuhi. Janji dapat mewujudkan jaminan terhadap perbuatan yang terus menerus
atau tindakan pada masa depan demi kepentingan seseorang. Janji dapat berarti
persetujuan yang sungguh-sungguh mengenai hubungan dua pihak (walaupun tidak
setaraf) yang abadi: seperti perjanjian Allah dengan Israel.[5] Perjanjian ialah ikatan Allah dengan seluruh
umat mansia, yang diwakili oleh Nuh (Kej 9:8-17) dan Abraham serta keturunannya
(Kej 15:18; 17:1-22). Disinai Allah mengikat perjanjian dengan perantara Musa
(Kel 19: 5-6; 24:7-8). Sepuluh perintah Allah merangkum kewajiban Israel
sehubungan dengan perjanjian itu (Kel 20:1-17; Ul 5:1-21; Yer 11:1-8).[6]
2.2.
Latar Belakang Bangsa Israel
Sejarah
Israel dimulai dengan pemanggilan Allah terhadap Abraham untuk menjadi Bapa
dari suatu bangsa yang baru yang hendak ditujukan Allah kepadanya (Kej. 12:1),
kemudian dilanjutkan dengan kelahiran Ishak (Kej. 21:1-7), dan Yakub (Kej.
25:19-26) sampai kepada kedua belas anak yakub yang menjadi nenek moyang dua
belas suku Israel, dan mereka inilah yang menjadi bapa – bapa leluhur.[7]
Bangsa
Israel adalah pilihan Allah. menurut tradisi yang paling awal orang Israel
adalah orang asing di tanah Mesir, orang Israel meyakini bahwa mereka dipilih
Allah, khusus untuk menepati yang dijanjikan yaitu tanah Kanaan. Mereka juga percaya bahwa telah diberi hak
istimewa untuk menerima “Taurat digunung Sinai”. Mereka dipanggil untuk berkat
bagi seluruh bangsa –bangsa lain dan Taurat merupakan ringkasan
perintah–perintah Allah dengan mereka sebagai dasar mewujudkan panggilan
tersebut.[8]
2.3.
Latar Belakang Perjanjian Allah Terhadap Bangsa Israel
Dalam
perjanjian Allah dengan bangsa Israel dipercayai bahwa pemilihan ini
dilaksanakan dengan tindakan yang saling berkaitan satu dengan yang lain yaitu:
1. Pemanggilan
Abraham dari tanah Ur-kasdim dan membawanya ketanah Kanaan yang merupakan tanda
bahwa Allah memilih Abraham serta keturunanya (Kej. 15:4-7).
2. Pelepasan
bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan memperbaharui perjanjian-Nya kepada
Abraham dalam bentuk yang diperluas digunung Sinai serta menempatkan mereka di
tanah perjanjian sebagai Negara kebangsaan mereka (Kel 3:6-10; Ul.6:21-23; Maz
105).[9]
3. Dalam
panggilan Allah kepada Musa (Kel. 3:6), dalam pemberian hukum Taurat digunung
Sinai (Kel.20:2, 12), dan dalam sistem kurban dalam kitab Imamat (bnd. Im.
18:1-5, 24-30), janji ini disebut pada saat para pengintai diutus ke Kanaan
(Bil. 13:2), dan dalam laporan Yosua dan Kaleb (Bil. 14: 6-8).[10]
2.4.
Pemilihan Bangsa Israel
Keluarnya
bangsa Israel dari Mesir merupakan pokok yang demikian penting, sebab justru
itulah yang meletakkan dasar berdirinya umat Israel, oleh kuasa perbuatan Allah
inilah Israel lahir sebagai umat Allah dan diletakkan juga oleh pemilihan para
bapa leluhur, oleh penyataan Allah digunung Sinai, dan juga oleh bimbingan
Israel di padang gurun secara tidak langsung ditujukan kepada kelahiran umat
itu. Allah yang bertindak sedemikian rupa dan membawa umat-Nya keluar dari
Mesir hingga umat itu keluar pergi meninggalkan tanah perbudakan itu dan
berjalan dengan kakinya sendiri. Jadi, Allah membebaskan dan memerdekakan
umat-Nya.[11]
Pembebasan dari Mesir mewajibkan bangsa Israel untuk menjadi umat suci Allah.
Allah, yang telah mengikat perjanjian dengan Abraham dan keturunannya, telah
membebaskan orang Israel dan mengikat perjanjian dengan mereka menjadi suatu
bangsa (Keluaran 19:3-24:8).[12]
Status
Israel adalah status yang berbeda dari antara bangsa – bangsa di bumi karena
merupakan keturunan Abram, dari anak perjanjian dan bukan merupakan pemilihan
yang biasa – biasa saja. Allah berfirman kepada Musa bahwa Allah mengadakan
perjanjian dengan Abraham, Ishak dan yakub dan mengangkat mereka lebih dari
bangsa yang lain, akan tetapi TUHAN konsisten dengan apa yang menjadi
janji-Nya. Dan itu semata –mata adalah anugerah, kerelaan kehendak-Nya yang telah
dinyatakan kepada leluhurnya.[13]
2.5.
Tujuan Pemilihan Israel Sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan
Perjanjian
sebagai perhatian Allah yang mengasihi Israel, Allah telah mengaruniakan kepada
mereka daya dan kekuatan sepenuhnya untuk memperkembangkan kurnia tersebut.
Perjanjian seperti ini terumus dalam kisah para leluhur dalam wujud kasih Allah
kepada Abraham, Ishak dan Yakub, lih. Kej.
12:7; 13: 14. 17; 28:13 untuk memberikan tanah dan keturunan yang subur, lih.Kej 12:2; 22:17; 26-24.[14]
Tujuan
Allah memilih bangsa Israel sebagai umat perjanjian dan pilihan yaitu:[15]
Ø Supaya
mereka menjadi bangsa yang baru, dimana
pemilihan Allah itu bukanlah perbuatan yang sewenang – wenang, yang seolah –
olah Allah memilih suatu bangsa yang telah ada dan merendahkan yang lainnya.
Karya penyelamatan-Nya yang baru memerlukan bangsa yang baru. Itulah sebabnya
Ia memanggil Abraham membentuk satu bangsa baru yang berasal dari keluarga
Abraham dan dari peristiwa-peristiwa sejarahnya. “Sebab engkaulah umat yang
kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih TUHAN, Allahmu dari segala
bangsa diatas muka bumi: (Ul. 7:6), pemilihan ini dilakukan bukan karena
banyaknya jumlah orang Israel (ay 7), tetapi karena Allah mengasihi kamu dna
memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu.” (ay
8).
Ø Saat
Allah memilih Abraham dan keturunannya Allah mempunyai suatu tujuan: “olehmu
semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Dan Allah ingin
menjadikan Israel menjadi kesaksian kepada bangsa-bangsa lainyang akan
diberkati melalui pemilihan mereka.
2.6. Israel Sebagai Umat Perjanjian dan Pilihan
Allah
v Perjanjian dengan Abraham dan Yakub
Latar
belakang pemanggilan Abraham Jelas diceritakan dalam Kejadian 12. Abraham
dipanggil untuk pergi dari sanak saudaranya, meninggalkan dunia orang kafir dan
TUHAN yang memanggil itu berjanji bahwa Abraham akan menjadi berkat (Kej. 12:2)
dan semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12.3).[16] Perjanjian Allah kepada Abraham muncul dalam
4 tahap perkembangan. Hal tersebut dapat ditemukan dalam Kejadian 12: 1-3;
13:14-16; 15:4-16 (mungkin 22:15-18 ). Isi dari janji tersebut pada dasarnya
rangkap tiga, yaitu: keturunan, tanah pusaka, dan berkat bagi seluruh bangsa di
bumi. Allah telah berjanji untuk mengadakan hubungan dengan Abraham, karenanya
ia akan menjadikan dan melakukan sesuatu bagi Abraham, dan menguntungkan baik
bagi Abraham maupun seluruh bangsa di bumi.[17]
Dan
Allah juga memberi janji-Nya kepada Yakub yaitu berupa berkat dan tanah yang
dijanjikan yaitu tanah Kanaan, dan Allah juga menggantikan nama Yakub dengan
nama Israel, karena telah bergumul dengan Allah dan manusia, sehingga dengan
pemberian nama ini Allah menyatakan, bahwa Allah mendengar doa Yakub dan bahwa
Allah memberkati dia.[18]
v Perjanjian Allah dengan Musa
terhadap bangsa Israel
Musa
adalah tokoh terpenting dalam sejarah dan agama Israel. Ia dianggap sebagai
nabi yang ideal, hamba Allah yang sebenarnya, dan pengantara yang sebenarnya,
dan pengantara yang sangat terpercaya yang menyampaikan firman Allah kepada
manusia (Bil.12:1-5; Ul.18:15-22).[19]
Melalui Musa Allah mengadakan suatu “perjanjian” dengan orang Israel. Istilah
“perjanjian” Mengungkapkan kepercayaan umat Israel bahwa sejak dahulu sudah ada
hubungan istimewa antara Allah dengan bangsa itu. Inti “perjanjian” itu ialah:
Allah menjadi Allah orang Israel dan orang Israel menjadi umat pilihan Allah.
Berdasarkan kehendak-Nya sendiri, ialah kasih-Nya yang tidak mempunyai dasar di
luar Allah, Tuhan memilih Israel. Ia menjanjikan berkat dan perlindungan-Nya,
baik sekarang maupun dimasa mendatang. Orang Israel mennaggapi tindakan kasih
Allah itu dengan ketaatan tanpa syarat dan menjadikan Tuhan satu–satunya Allah
yang mereka puja.[20]
III.
Refleksi
Teologis
Pemilihan
Allah terahadap bangsa Israel bukan karena bangsa Israel adalah suatu bangsa
yang besar, tetapi karena Allah ingin menjadikan suatu bangsa yang baru, dan memberi
bekat kepada semua kaum dimuka bumi. Seperti dalam Ulangan 7:7-8a dikatakan
“bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN
terpikat olehmu dan memilih kamu – bukanlah kamu ini yang paling kecil dari segala
bangsa? tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah
diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu” dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah itu
memilih umat-Nya-maupun seorang itu bukan karena kehebatannya, tetapi karena
kasih dan karunia Allahlah umatnya dipilih dan dijadikan sebagai anak-anak-Nya.
Dan kita sebagai umat Allah kita telah memperoleh kasih karunia Allah yang
diberikan Allah kepada kita sehingga kita dapat merasakan apa yang telah Allah
karuniakan dalam hidup kita.
IV.
Kesimpulan
Dari pemparan diatas dapat disimpulkan bahwa
pemilihan Allah terhadap bangsa Israel yang dimana telah dijadikan sebagai umat
perjanjian dan pilihan Allah bukan karena bangsa Israel adalah orang–orang yang
hebat dan kuat, tetapi karena kasih dan karunia Allah kepada bangsa Israel.
Perjanjian ini Allah lakukan karena Allah telah berjanji kepada nenek moyang
bangsa Israel yang dimana menjanjikan keturunannya menjadi bangsa yang besar.
Dan tujuan allah menjadikan bangsa Isarel menjadi bangsa yang terpilih Supaya
mereka menjadi bangsa yang baru, dimana
pemilihan Allah itu bukanlah perbuatan yang sewenang – wenang, yang seolah –
olah Allah memilih suatu bangsa yang telah ada dan merendahkan yang lainnya.
Dan supaya semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Dan Allah
ingin menjadikan Israel menjadi kesaksian kepada bangsa-bangsa lain yang akan
diberkati melalui pemilihan mereka.
V.
Daftar
Pustaka
Bakker
F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta:
BPK-GM, 2007
Barth,
C. Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta:
BPK-GM, 2004
Browning,
W.R.F, Kamus Alkitab, A Dictionary Of The
Bible, Jakarta: BPK:GM, 2009
Browning,
W.R.F. Kamus Alkitab, Jakarta :
BPK-GM, 2015
Darmanwijaya,
Jiwa & Semangat Perjanjian Lama 1,Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1995 Lasor, W.S.
dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1,
Jakarta: BPK – GM , 2010
Groenen,
C., Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, Yogyakarta:
Kanisius, 1984
Hinson,
David F., Sejarah Israel pada Zaman
Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2012
Kaiser,
Walter C., Teologi Perjanjian Lama, Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2004
Leeuwen,
A. Th. Van, Agama Kristen dalam Sejarah
Dunia, Jakarta: BPK-GM, 1988
Naftalino,
A. Teologi Missi, Jakarta: Heaven
Light, 2007
O’Collins, Gerald & Edward G. Farrugia, Kamus Teologia, Malang: Penerbit
Kanisius, 1995
Schultz,
Samuel J. Pengantar Perjanjian Lama, Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001
Tim
Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa
Kini jilid I A-L, Jakarta : IKAPI, 2000
Wismoady,
Wahono, S., Disini Kutemukan, Jakarta:
BPK–GM, 2015
Woga,
Edmud, Dasar – dasar Misiologia. Yogyakarta:
Kanisius, 2002
[1] Tim Penyusun, Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini jilid I A-L
(Jakarta : IKAPI, 2000), 447
[2] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2015),
158
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, 469
[4]
Gerald O’Collins, & Edward G. Farrugia, Kamus Teologia (Malang : Penerbit Kanisius), 1995,344
[5] Tim Penyusun, Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini jilid I A-L, 479
[6] Gerald O’Collins, & Edward
G. Farrugia, Kamus Teologia , 251
[7] David F. Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2012), 30
[8] W.R.F.Browning, Kamus Alkitab, A Dictionary Of The Bible, (Jakarta:
BPK:GM, 2009), 159
[9] A. Th. Van Leeuwen, Agama Kristen dalam Sejarah Dunia, (Jakarta:
BPK-GM, 1988), 23-24
[10] W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta:
BPK-GM, 2010), 255
[11] C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM,2004), 131-135
[12] Samuel J. Schultz, Pengantar Perjanjian Lama, (Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 31
[13] A. Naftalino, Teologi Missi, (Jakarta: Heaven Light,
2007), 30
[14] Darmanwijaya, Jiwa & Semangat Perjanjian Lama 1,(Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1995), 73
[15] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama, 255-257
[16] Edmud Woga, Dasar – dasar Misiologia, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 64
[17] Walter C. Kaiser, Teologi Perjanjian Lama, (Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2004), 119
[18] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta:
BPK-GM, 2007), 195-196
[19] Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK –GM,
2015), 100
[20] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1984),
113