Tujuan dan
Manfaat serta Refleksi Penafsiran Alkitab dalam Pemberitaan Injil dalam
Kehidupan Bermasyarakat dan Bergereja saat ini.
Tafsiran
Injil KITAB 1
Timotius 1:1-7
Dengan
Metode HISTORIS KRITIS
I.
Pendahuluan
Didalam
melakukan Penafsiran Alkitab banyak metode-metode yang dapat digunakan untuk
menafsir dari teks Alkitab atau Isi Alkitab tersebut dan salah satunya Metode
yang dapat digunakan ialah Metode Historis Kritis. Inilah Salah satu metode
penafsiran yang di pakai seorang penafsir untuk dapat menafsirkan Alkitab,
terutama dalam Penafsiran Perjanjian Baru . Semoga Pembahasan pada saat ini
dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan kita bersama
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Penafsiran
Alkitab
Kata
Hermeneutik pada umumnya menunjuk pada proses teoritis dan metodologi yang
ingin memahami makna yg terdapat dalam tanda-tanda dan symbol-simbol yang
dipakai dalam komunikasi tertulis atau komunikasi lisan. Hermeneutik berperan
penting dalam Penafsiran Alkitab, karena merupakan displin yang memikirkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hokum-hukum yang dipakai secara universal
untuk memahami dan menafsir Alkitab.
2.2.Pengertian Pemberitaan
Injil
Injil
dalam Perjanjian Baru diterjemahkan dari kata Yunani, ευαγγελιον, artinya kabar
baik, berita suka cita. Kata ευαγγελιον ini berasal dari kata ευ, ευ dan αγγελοζ, anggelos. Kata ευ dalam
Yunani klassik artinya “baik” (well).
Kata ini bertentangan dengan kata κακοζ artinya jelek, jahat dan seram.
Sedangkan anggelos adalah malaikat
yang juga disebut sebagai pembawa berita (messenger).
Pembawa berita ini juga merujuk kepada seseorang sipembawa pesan kemenangan,
dan pesan yang dibawanya mendatangkan suka cita bagi orang lain. [1]
Dari penjelasan ini terlihat hubungan kata ευαγγελιον dengan αγγελοζ adalah
erat sekali, artinya Injil atau kabar suka cita itu yang diwartakan oleh para
pemberita Injil. Kata evanggelis yang kita pahami saat ini juga menunjuk
seseorang yang membawa kabar baik. Kemudian, kata ευαγγελιον sering juga
dihubungkan dengan kata ευαγγελιζομαιι (kata kerja deponent) artinya membawa
atau mewartakan kabar baik atau berita suka cita, memproklamasikan dan
mengkotbahkan ευαγγελιον (kabar baik) kepada orang lain. Di samping itu juga
ada kata ευαγγελιζομαιι dan ευαγγελιον
adalah dua kata yang sangat penting, sekalipun kata ευαγγελιζομαιι dalam
Injil Matius hanya disebutkan satu kali (Mat 11:5), dalam Injil Lukas 10 kali;
serta dalam Kisah Rasul 15 kali. Dan dalam surat Paulus kita temukan 21 kali
termasuk di dalam kitab Ephesus. Dalam kitab Ibrani kata ευαγγελιζομαιι disebut 1 kali dan 3 kali
dalam surat 1 Petrus. [2]
2.3. Penafsiran Alkitab
dalam Pemberitaan Injil
Pertama-tama perlu dicatat bahwa istilah ini diberi
arti yang berbeda oleh ahli yang berbeda pula. Dodd memakainya untuk menandakan
isi pemberitaan Kristen yang terdahulu, sedangkan Bultmana mengartikannya
sebagai proses pemberitaan itu sendiri, tanpa memikirkan (malah ia menganggap
salah satu untuk memikirkan) apa yg diberitakan. Menurut Bultmann, Kristus
datang sendiri dan menantang manusia
melalui pemberitaan saja. Dalam buku ini arti kerugma yang dipakai ialah yang disebut pertama diatas, karena kita
berurusan dengan kaitan antara berita yang diberitakan oleh orang-orang Kristen
mula-mula dan asas-asas dasar untuk teologi PB. Tentu saja pemberitaan para
pemberita pertama tidak dapat diharapkan merupakan teologi yg sudah
dikembangkan. Yang penting ialah apakah gagasan- gagasan pertama mereka sepakat
dengan suguha-suguhan kemudian dalam surat-surat para rasul. [3]
2.4.Tujuan dan Manfaat
penafsiran
Alkitab dalam pemberitaan injil
Menurut
Hans Walter wolff, tugas dari kritik teks dituntut unutk menjangkau teks asli
yang dapat dipercayai . kemungkinan untuk menjangkau teks asli tersebut dipakai
metode-metode. Jelas sekali tujuan dari teks kritik adalah mengadakan
rekonstruksi teks yang terjadi pada masa teks ditulis., yg diterima sebagai
kita sebelum pengkanonan seluruh alkitab. Peniliti kritik teks juga mempelajari
mampu unutk mengenal kesalahan- kesalahan unutk dibenarkannya; bagaimana ia
melengkapi , menyispkan , memelihara sampai pada penulisan-penulisan yang
kurang atau berlebihan. Dalam Manuskrip (tulisan tangan) untuk inilah perlu
sekali kebutuhan dasar metode kritik teks sebelum kritik literer atau yang
berkaitan dengan kritik sastra. APabila upaya kritik teks pada awalnya memahami
setiap kata dari proses pembentukan kitab ( yg telah selesai), maka tugas
kritik sastra adlah meneliti sejarah sebelum sejarah awal dari sastranya . jadi
ia harus mampu mencari langkah atau jalan dari pembakuan pertama teks dalam
bentuk tertulis sampai pada akhir terjadinya teks dalam proses pembentukan satu
buku . itu sebabnya kita melihat banyak timbul sumber- sumber sastra yang
berbeda.[4]
2.5.Contoh penafsiraan Alkitab
1.1.Pengertian Historis
Kritis
Metode
Historis Kritis adalah metode penafsiran yang menaruh perhatian pada sejarah.
Berdasarkan penyelidikan dalam teks, maka kita akan mengetahui kondisi-kondisi
keagamaan, sosial dan politik dari suatu atau sejumlah periode sejarah yang
didalam teks itu sendiri. Tujuan metode historis kritis adalah untuk menjangkau
teks asli yang dapat di percayai dengan metode ini penafsir akan mempelajari
teks dan kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan-kesalahan yang akan
dibenarkan, bagaimana ia melengkapi, menyisipkan, memelihara, sampai kepada
penulisan-penulisan yang kurang atau berlebihan.[5]
Historis kritis disebut sebagai higher critism yang berusaha menggarap
pertanyaan tentang penulis dan waktu penulisannya, susunan editorial,
sumber-sumber, historitasnya, kategori-kategori sastra dan tendensi-tendensi
doktrinnya.[6]
1.2.Ringkasan Isi
Ayat
1: Pertama-tama aku menasihatkan: naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua orang
Ayat
2: Untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan
tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan
Ayat
3: Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita
Ayat
4: Yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan
akan kebenaran
Ayat
5: karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah
dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus
Ayat
6: Yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu
kesaksian pada waktu yang ditentukan
Ayat
7: Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul-
yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta-dan sebagai pengajar orang-orang
bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
1.3.Pengantar ke Dalam
Kitab 1 Timotius
1.3.1.
Latar
Belakang Kitab
Selama
Rasul Paulus berada dalam penjara Roma, ia didampingi oleh beberapa pembantu,
oleh murid yang setia yaitu, Timotius (Flp 1:1; Kol 1:1).[7]
Timotius adalah murid Paulus (1 Kor 4:17). Bila dianggap Paulus dibebaskan
sekitar tahun 60-61, pada waktu itulah ia menghidupkan lagi pelayanannya.[8]
Ketika Paulus singgah di Listra pada perjalanan kedua, ia mau supaya Timotius
menjadi kawan seperjalanannya (Kis 16:1-3).[9]
Dalam surat-surat Paulus, Timotius disebut rekan sekerja, karena Timotius
sering bersama Paulus dalam beberapa surat Paulus, sehingga ia juga sering
disebut anak Paulus (2 Kor 1:1; 1 Tes 1:1).[10] I
Timotius adalah surat pastoral adalah surat pastoral yang artinya surat-surat
yang memberikan semacam “pedoman” bagi penggembalaan jemaat oleh pimpinannya.[11]
1.3.2.
Penulis
Kitab
Surat-surat
kepada Timotius menunjukkan dengan jelas bahwa Pauluslah yang menulis surat
tersebut (1 Tim 1:1; 2 Tim1:1).[12]
Surat Timotius termasuk surat pastoral (Penggembalaan) karena surat ini tidak
ditulis kepada jemaat-jemaat, melainkan kepda Timotius yang berada di Efesus.[13]
1.3.3.
Waktu
dan Tempat Penulisan
Menurut
keterangan dalam surat ini, Paulus sudah bekerja beberapa waktu lamanya dengan
Timotius di Efesus. Lalu ia meninggalkan Timotius disana dan pergi mengunjungi
Mekadonia (1 Tim 1:3), tetapi Paulus berharapkan berjumpa dengan Timotius
dengan segera (1 Tim 3:14; 4:13). Kita mendapat kesan bahwa Paulus menulis
surat 1 Timotius ini di Mekadonia. Diperkirakan
Paulus menulis surat pada saat Paulus berada di Mekadonia sekitar tahun
63.[14]
1.3.4.
Struktur
Kitab[15]
1:1-2 : Amanat pribadi dan salam
1:3-20 : Penugasan dahulu diulangi
2:1-7 : Anjuran untuk mendoakan semua
orang
2:8-15 : Bimbingan mengenai berdoa dan
mengajar dalam jemaat
3:1-16 : Syarat-syarat untuk pelayanan
kristen
4:1-5 : Peringatan yang
sungguh-sungguh mengenai ajaran sesat
4:6-16 : Ajaran dan perilaku Timotius
pribadi
5:1-6:2 : Golongan-golongan tertentu dalam
gereja
6:3-10 : Peringatan-peringatan
selanjutnya
6:11-16 : Pesan pribadi yang sungguh
6:17-19 : Penggunaan yang tepat atas hal-hal
bendawi
6:20-21 : Nasihat terakhir
1.3.5.
Tema-tema
Teologi[16]
A. Guru-guru
palsu
Banyak
surat Paulus ditulis sebagai tanggapan terhadap ancaman-ancaman yang datang
dari berbagai lawan: para pengajar kekristenan yang bercorak Yahudi di Galatia,
para asketik di Kolose dan para Gnostik Yahudi di Korintus.
B. Iman
sejati
Sebagai
tanggapan terhadap semuanya semuanya itu, Timotius dan Titus diajak agar
mengiakan kembali unsur-unsur hakiki iman Kristen. Mereka harus terus menolak
gagasan bahwa Allah tidak mempedulikan dunia, tempat kita hidup ini.
C. Perilaku
Kristen
Tema
ini selalu muncul dalam ketiga surat tersebut. Beberapa nats menguraikan secara
rinci bagaimana orang Kristen harus bertindak.
D. Kepemimpinan
Kristen
Ada
banyak nasihat bagi Timotius tentang perilaku mereka sendiri. Mereka harus
menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi semua orang yang mereka layani
(1 Tim 6:11-21).
1.4.Tujuan Penulisan
Surat
ini ditujukan kepada Timotius supaya jemaat di Efesus mendapat azas ajaran yang
benar dan juga supaya ajaran guru-guru sesat dihentikan di Efesus. Walaupun
surat-surat ini dikirimkan kepada Timotius, namun Paulus juga bermaksud supaya
surat-surat itu dibaca oleh orang-orang lain didalam jemaat yang berisi
perkataan-perkataan berhikmat.[17]
1.5.Sitz Im Leben
1.5.1.
Konteks
Sosial dan Ekonomi
Merupakan suatu kota yang menjadi pusat
perniagaan, sehingga mendatangkan banyak kekayaan di kota itu. Sebab mula-mula kota ini merupakan koloni
Yunani, yakni tempat tinggal orang-orang Yunani dalam perantauan.[18]
1.5.2.
Konteks
Budaya
Pada saat itu, ada suatu tradisi yang
berpegang teguh pada silsilah kuno dan bermacam-macam dongeng lama. Mereka
adalah para pengajar-pengajar sesat, yang hanya menghasilkan persoalan belaka,
dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.[19]
1.5.3.
Konteks
Agama
Pusat kebaktian adalah kuil dewi kesuburan. Di
samping itu, ini merupakan menjadi pusat berhala. Banyak orang yang membeli
jimat, melakukan sihir, dan para pelacur yang semuanya dapat mendatangkan
kekayaan.[20] ada
juga timbul paham-paham sesat, pengajar-pengajar palsu yang mencoba mencocokkan
iman Kristen dengan paham-paham lama dan paham-paham bangsa lain. Di beberapa
tempat timbul mazhab yang berbahaya, yang mencampuradukkan pengajaran kristen dengan filsafat
bangsa-bangsa lain. dimana hal ini menandakan dimana suatu zaman baru akan
mulai.[21]
1.5.4.
Konteks
Politik
Yang memerintah pada waktu itu adalah kaisar
Nero, dimana ia memerintah pada umur 16 tahun. Selama 5 tahun kepemimpinannya,
keadaan aman dan tenteram, tidak ada gangguan apa-apa. Tetapi setelah itu dia
menuruti hawa nafsunya dengan cara yang keji dan mengerikan. Dimana kota Roma
dibuatnya menjadi kota pembunuhan dan penganiayaan. Yang terlebih-lebih orang
Kristen yang sangat teraniaya.[22]
1.5.5.
Kritik
Bentuk
Bentuknya berupa percakapan dan bersifat
sangat pribadi. Beberapa kalimat nampak
di luar konteksnya, seperti perintah (5:23). Ini adalahh suatu ucapan yang
lumrah dalam suatu pembicaraan tidak resmi, dimana si pembicara dapat
menyelinapkannya begitu saja saat terfikir olehnya tanpa merencanakan suatu
esei yang resmi.[23]
1.5.6.
Kritik
Sastra
Banyak istilah yang sering dipergunakan dalam
surat-surat lain, tidak terdapat disini, misalnya kebenaran Allah, perjanjian,
sunat, tubuh, bermegah, berlimpah, memerdekakan. Di balik itu, banyak
kata/istilah baru ada timbul (misalnya: perkataan ini benar- 1Tim 1:15, 3:1,
4:9, 2 Tim 2:11).[24]
1.5.7.
Kritik
Redaksi
Keseluruhan kitab ini disebut sebagai surat
penggembalaan. Penggembalaan yang mengkhususkan kepada jemaat. Bagian-bagian
lain dalam Alkitab tidak ada yang memuat sekian banyak petunjuk untuk
menggembalakan jemaat. Di dalam surat-surat ini berisi perkataan-perkataan yang
berhikmat dari pengabar injil yang terbesar itu kepada seorang pengabar injil
yang muda.[25]
1.5.8.
Kritik
Sumber
Sumber dari surat ini adalah dari Paulus
sendiri. Dimana pada saat Timotius berada di Efesus. Sebelumnya Paulus sudah
bekerja beberapa waktu lamanya dengan Timotius di Efesus. Lalu ia pergi dari
sana dan pergi keMakedonia.[26]
Setelah Paulus tiba di Makedonia, rupanya ia merasa bahwa ia tidak dapatsegera
kembali ke Efesus, sehingga Timotius harus melakukan tugasnya lebih lama
disana. Oleh sebab itu Paulus merasa perlu untuk menguatkan hati Timotius
didalam menghadapi tugas yang berat yang telah diserahkannya kepadanya itu.[27]
1.6.Analisa Teks
1.6.1.
Perbandingan
Bahasa
Untuk
menganalisa perbandingan bahasa kami penafsir menggunakan Alkitab bahasa
indonesia (LAI), Bibel pakon Haleluya (BPH), New International Version (NIV),
New Tastement Greek (NTG).
Ayat
1:
LAI : Semua orang
BPH : Ganup jolma (Semua orang)
NIV :
For everyone (Untuk semua orang)
NTG : πάντων άνθρώπων (Semua orang-orang)
Keputusan:
Tidak yang mendekati NTG
Ayat
2:
LAI : Semua pembesar
BPH : Haganup si parkuasa (Semua penguasa)
NIV : In authority (Di otoritas)
NTG : πάντων τϖν έν ύπεροχή (Semua orang-orang
yang berkedudukan tinggi)
Keputusan:
Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat
3:
LAI : Yang berkenan kepada Allah
BPH : Anjaha harosuh ni Sipaluah hita (Dan
kesenangan penyelamat kita)
NIV : and pleases God our savior (dan menyenangkan
Tuhan Juruselamat kita)
NTG : άπόδεκτον ένώπιον (Yang menyenangkan
menurut pandangan)
Keputusan:
Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat
4:
Keputusan:
Tidak ada perbedaan yang siknifikan
Ayat
5:
Keputusan:
Tidak ada perbedaan yang siknifikan
Ayat
6:
Keputusan:
Tidak ada perbedaan yang siknifikan
Ayat
7:
LAI : Aku tidak berdusta
BPH : Seng marladung ahu (Aku tidak berbohong)
NIV : I am telling the truth (Aku mengatakan
yang sebenarnya)
NTG : ού ψεύδομαι (Aku tidak berdusta)
Keputusan:
Yang mendekati NTG adalah LAI
1.6.2.
Kritik
Apparatus
Ayat
7:
Dalam
NTG terdapat kata λέγω yang artinya saya berkata dengan nilai kebenaran B. Kata
ini terdapat dalam kodeks Sinaitikus abad ke-IV, kodeks Alexandrius abad ke-V,
kodeks Claromontanus abad ke-VI, kodeks
Leningrat abad ke-IX, dan kodeks Athos. Kata ini juga banyak terdapat dalam
minuskel seperti: 81 104 330 451 629 1739 1881 2492. Juga bacaan dari bagian terbesar
daftar-daftar bacaan Kitab Suci menurut Sinaxarion dan menurut menologion,
dengan berbagai huruf-huruf superscript menandakan naskah-naskah itala atau
latin tua yang menunjukkan bahwa naskah dalam daftar Gregory-Aland berisi semua
atau bagian dari injil-injil, terjemahhan Vulgata, Peshita Syria, Harclean
Syria, Koptik Dialek Sahidi, versi Etiopia seperti Ambrosiaster,
Chrysostom, Athanasius, Damaseus.
Terdapat juga kata λέγω έν χριστώ yang artinya Kristus berkata terdapat dalam
kodeks Sinaitikus, Claromontanus.
Keputusan:
Penafsir menolak Kritik aparatus karena memperkabur makna teks
1.6.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat
1: Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua orang-orang,
Ayat
2: Untuk raja-raja dan semua orang-orang
yang berkedudukan tinggi, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam
segala kesalehan dan kehormatan.
Ayat
3: Itulah yang baik dan menyenangkan
menurut pandangan kepada Allah, juruselamat kita,
Ayat
4: Yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan
akan kebenaran.
Ayat
5: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah
dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
Ayat
6: Yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu
kesaksian pada waktu yang ditentukan.
Ayat
7: Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul-yang
kukatakan ini benar, aku tidak berdusta-dan
sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
1.7.Tafsiran
Ayat
1: Disini terdapat suatu pesan kepada semua orang Kristen agar mereka mendoakan
semua orang, raja-raja dan pembesar-pembesar. Paulus menghendaki agar Timotius
menyampaikan pesan itu. Pada waktu itu di Efesus dan di tempat-tempat lain ada
sebagian orang Kristen yang menganggap orang kafir sebagai orang-orang yang
terkutuk dan yang akan dibinasakan, oleh sebab itu mereka tidak perlu didoakan.
Rasul Paulus ingin menghilangkan salah pengertian mereka itu dan berpesan
supaya mereka berdoa bagi para raja dan pembesar.[28] Meskipun ini
jelas kalimat mulai sesuatu yang baru, kemudian (lebih baik, karena itu) juga
ikatan itu untuk apa yang telah terjadi sebelumnya. Tapi apa? kemungkinan
berjalan sepanjang perjalanan kembali ke perubahan dalam 1:3, tetapi sekarang
dengan ayat-ayat 18-20. Apa Paulus mengatakan, kemudian, adalah: bahkan saat
saya mendesak Anda, tinggal di sana efesus ini untuk menghentikan guru-guru
palsu. Saya sekarang mendesak, oleh karena itu, pertama-tama, itu. Pertama-tama
menyarankan tidak begitu banyak bahwa doa itu sendiri adalah hal pertama yang
perlu dibahas, tetapi bahwa menawarkan doa-doa dari semua jenis untuk semua
orang adalah hal pertama urgensi. Empat kata yang berbeda untuk doa yang
digunakan; Namun, perbedaan sering dibuat antara mereka biasanya. Paulus adalah
tidak untuk menentukan atau membedakan berbagai macam doa yang harus menandai
ibadah Kristen, tetapi untuk mendesak bahwa doa-doa dari semua jenis dibuat
untuk semua orang, dengan penekanan pada semua orang.[29]
Ayat
2: Pada masa itu raja-raja adalah orang kafir yang membenci agama Kristen,
bahkan mereka sering menghambat, menyiksa dan membunuh orang Kristen. Meskipun
demikian Paulus berpesan kepada orang Kristen bahwa mereka harus mendoakan para
raja dan pembesar itu. Karena mereka memegang jabatan itu mereka harus
didoakan, sehingga mereka dapat melakukan tugasnya untuk kebaikan masyarakat
dan orang-orang dapat hidup tenang dan damai.[30] "Doa"
semua jenis "untuk semua orang" juga termasuk otoritas
pemerintahan-raja dan semua orang yang berwenang. kata raja biasanya berarti
Kaisar, tetapi yang di sini jamak tampaknya membuatnya lebih komprehensif, yang
selanjutnya dibuktikan dengan penambahan generalisasi: dan semua orang yang
berwenang. itu mungkin, tentu saja, diberi sifat hal-hal di Efesus, bahwa
penambahan merujuk kepada mereka yang berkuasa di gereja. tetapi penggunaan
raja, ditambah seluruh konteks, menyiratkan bahwa mereka yang mengatur (Kaisar,
pejabat provinsi, lokal hakim) adalah yang tepat untuk doa Kristen. dalam hal
ini tidak ada yang baru: doa dan korban karena pemerintah kafir memiliki
sejarah panjang dalam Yudaisme.[31]
Ayat
3: Paulus mengingatkan Timotius akan tugas istimewa yang dipercayakan
kepadanya, sewaktu dia mendesaknya untuk tinggal di Efesus. Dia hendak menegor
mereka yang cenderung berpaling ke
ajaran palsu dan sia-sia, dan memanggil kembali mereka kepada hidup Kristen
yang murni dan taat. Perlu dicatat, betapa cepatnya gereja-gereja itu di
rongrong dari dalam oleh guru-guru palsu, dan bagaimana Paulus mengamat-amati
mereka. Kemudian ia mengambil tindakan pencegahan yang hati-hati dan
terus-menerus menentang pengaruh mereka yang sangat berbahaya.
Kesesatan-kesesatan yang beranekaragaman itu semuanya telah dilukiskan secara
lengkap sebagai ajaran lain. Cacatlah bahwa di dalamnya telah tercantum bentuk
ajaran atau pengajaran (Rm 6:17) yang telah umum diterima.[32] Patut
dipertanyakan apakah untuk milik teks sejak naskah bukti untuk itu sebagian
besar akhir. dengan dikeluarkannya koneksi pikiran dengan ayat sebelumnya
kurang jelas, tetapi ini nampaknya merujuk kepada ayat saya ide universal doa.
Dua bagian ayat ini harus diambil secara terpisah: universal doa baik, berkenan
kepada Allah. Proposisi ini kedua menyajikan standar tertinggi untuk ibadah
Kristen. Judul Tuhan Juruselamat kita, sudah digunakan ini. Aku, telah signifikan
khusus di sini, yang berkaitan dengan doa semua orang tabungan karakter Tuhan.
Ada titik dalam berdoa atas nama semua laki-laki ke salah satu yang alam untuk
menyelamatkan, pikiran yang dikembangkan dalam ayat berikutnya.[33]
Ayat 4: Permintaan doa kita harus
meliputi hal-hal yang luas dan untuk semua orang, jangan hanya untuk diri kita
sendiri dan hal-hal yang bersangkutan dengan diri kita sendiri. Permintaan doa
yang memenuhi syarat-syarat itu adalah permintaan doa yang baik dan berkenan
kepada Allah juruselamat kita. Alasan Paulus mengapa ia menghendaki kita
mendoakan semua orang ialah karena Allah mengasihi semua orang. Tuhan
mengingini semua orang diselamatkan, tetapi Tuhan tidak menetapkan sesuatu,
pasti hal itu akan terjadi. Namun, Tuhan sudah menyediakan keselamatan bagi
semua orang dan apabila ada orang yang tidak mendapat keselamatan tersebut,
maka itu adalah kesalahannya sendiri. Kita berhak memberitakan Injil kepada
semua orang dan hak itu tidak dapat diambil dari kita. Kita boleh memberitakan
bahwa Tuhan mengingini semua orang diselamatkan, oleh sebab itu mereka harus
datang dan percaya kepada Tuhan Yesus.[34] Tapi ada
dimensi lain ini berdoa untuk semua yang bahkan lebih besar dari itu. Tidak
hanya Apakah doa seperti yang menyenangkan dalam arti bahwa ia siap untuk
mendengarnya. Hal ini sangat baik dan menyenangkan untuk alasan bahwa Ia
menghendaki supaya semua orang diselamatkan.[35]
Ayat
5: Menarik untuk melihat, bahwa dari fakta Allah yang esa di dunia Paulus
menarik kesimpulan keselamatan untuk seluruh umat manusia, karena manusia tidak
dapat pergi ke ilah lain untuk memperoleh keselamatan. Bahkan Paulus maju satu
langkah. Dari keesaan Allah, juruselamat kita, ia sampai pada keesaan
pengantara: dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus. Bukan
lagi Musa yang menjadi pengantara (Gal 3:19), bukan pula imam besar Yahudi (Ibr
8:6) maupun malaikat-malaikat (Kol 2:18), melainkan Yesus. Yaitu manusia
Kristus Yesus, pengantara itu ialah sungguh-sungguh manusia. Kemanusiaan Yesus
dititik beratkan untuk melawan ajaran Gnostik, yang mengatakan bahwa pengantara
itu datang dalam tubuh manusia.[36]
Pengantara itu menyucikan hati nurani. Ia menyembuhkan hati yang hancur. Ia
memberi hidup yang baru kepada orang yang mau diangkat dari lumpur dosa.
Pengantara itu diberikan oleh bapa kepada kita dan Ia juga telah menjadi
penebus kita.[37]
Ayat
6: Kata tebusan mengandung nilai yang dibayarkan untuk penebusan. Perhatikan,
bahwa apa yang diberikan Kristus sebagai pengganti atau tebusan adalah diri-Nya
sendiri.[38]
berpikir
tentang Kristus sebagai Pengantara membawa Paulus untuk membuat deklarasi lebih
tepat tentang penebusan. Penyebutan tebusan menggemakan kata-kata Yesus, anak
manusia datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Penambahan Preposisi, sebaliknya, digunakan setelah itu. Kristus ini dianggap
sebagai harga asing atas nama dan tempat semua, di mana kebebasan dapat
diberikan. Namun tidak semua menikmati kebebasan itu. tebusan, memang benar,
memiliki nilai yang terbatas, tetapi mamfaat memerlukan apropriasi. Rasul saya
menyiratkan di sini bahwa sejak tebusan memadai untuk semua, Allah harus
keinginan keselamatan dari semua.[39]
Ayat
7: Kata dalam iman dan pembenaran pada teks ini menunjukkan ketulusan Paulus
dan pokok dari ajarannya.[40] Pemberitaan
yang dilakukan oleh Paulus sebagai utusan Allah. berulangkali dalam
surat-suratnya Paulus mengatakan, bahwa ia telah ditetapkan sebagai rasul oleh
Tuhan Yesus sendiri. Ini perlu untuk menanggapi lawan-lawannya yang senantiasa
meragukan kerasulan Paulus. Didalam jabatannya sebagai rasul, Paulus
mengutamakan kegiatan pemberitaan Injil. Injil yang dipercayakan kepada Paulus
dan diajarkan olehnya, adalah satu-satunya kebenaran, yang harus ditegakkan
terhadap ajaran-ajaran sesat. Itulah sebabnya Paulus menulis begitu banyak
surat untuk membina jemaat-jemaat dalam kebenaran. Itu jugalah sebabnya Paulus
menulis surat-surat Pastoral untuk memantapkan ajaran gereja terhadap
ajaran-ajaran sesat.[41]
1.8.Teologi
Surat
ini ditujukan kepada jemaat Efesus melalui Timotius, dimana pesan teologi yang
disampaikan oleh Paulus kepada Timotius adalah supaya ia tetap kuat didalam
pelayanannya di Efesus. Meskipun banyak pengajar-pengajar sesat di Efesus dan
banyak yang menganggap rendah Timotius. Keteguhan iman dan kedewasaan iman
dalam menggembalakan jemaat di Efesus ditekankan oleh Paulus kepada Timotius.
1.9.Skopus
Doa
dapat mengubah segala sesuatu.
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas kami penafsir menarik kesimpulan bahwa surat ini merupakan
surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada Timotius dalam pelayanannya di
Efesus. Surat ini ditulis oleh Paulus dengan tujuan supaya Timotius berteguh
dalam imannya dalam menghadapi jemaat di Efesus yang banyak terdapat
pengajar-pengajar palsu dan paham-paham sesat yang dimana jemaat di Efesus
menganggap remeh Timotius.
IV.
Refleksi
Yang menjadi refleksi teologis
adalah hendaknya kita berdoa dengan ucapan syukur untuk semua orang tanpa
memandang derajat seseorang itu baik itu kaya atau miskin, baik atau jahat.
Meskipun kita sedang dianiaya ataupun dibenci oleh mereka dan juga sekalipun
mereka kafir. Karena itulah yang dikehendaki Allah dan yang berkenan kepada
Allah. Jadi dengan berdoa kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan seperti yang tertulis dalam 1 Tesalonika 5:17
“Tetaplah berdoa”.
V.
Daftar
Pustaka
U. Becker, “euaggelion” dalam New International Dictionary of New
Testament Theology vol. 2, trans.
Colin Brown (general editor) (Mi. Grand Rapids: Zondervan, 1986), 107; bnd.
Kenneth S. Wuest, “Gospel” dalam Wuest’s
Word Studies From the Greek New Testament for the English Reader vol III
,MIc: Wm.B Eerdmans Publishing Company, 1940
Guthrie
Donald, Teologi Perjanjian Baru 3,Jakarta;
BPK-GM 2009
Holiday Jhon. H. Hayes & Carl. R., Pedoman Penafsiran Alkitab, ,Jakarta:
BPK-GM, 2006
Browning W. R. F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2010
Budiman R., Surat-surat
Paulus I dan II , Timotius dan Titus, Jakarta: BPK-GM, 1984
Tenney Merril. C., Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2001
Duyverman M. E., Pembimbing
ke Dalam Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2009
LAI, Alkitab
Edisi Study, Jakarta 2011
ofm C. Groenen, Pengantar
ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2008
Arichea Daniel C., Surat-surat Paulus Kepada Timotius dan Titus, Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2004
John Drane, Memahami
Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2012
...., Tafsiran
Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK, 2013
Wesley Brill J., Tafsiran
Surat Timotius dan Titus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993
Duyverman M. E., Pembimbing
ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2003
Bavinck J. H., Sejarah
Kerajaan Allah 2, Jakarta: BPK-GM, 2015
FEE Gordon. D., New
Internetional Biblical Commentary 1 and 2 Timothy, Titus, (America: United
States, 1988
Guthrie Donald,
New Testament Commentaries The Pastoral Epistles, America: The Tyndale
Press, 1986
Beyer A.A.Sitompul & Ulrich, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta;
BPK-GM 2008
[1] U. Becker, “euaggelion”
dalam New International Dictionary of New Testament Theology vol. 2, trans. Colin Brown (general editor) (Mi.
Grand Rapids: Zondervan, 1986), 107; bnd. Kenneth S. Wuest, “Gospel” dalam Wuest’s Word Studies From the Greek New
Testament for the English Reader vol III (MIc: Wm.B Eerdmans Publishing
Company, 1940), 44-45.
[4]
Dr.A.A.Sitompul & Dr.Ulrich Beyer, Metode
Penafsiran Alkitab, (Jakarta; BPK-GM ,2008)36-37
[5] Jhon. H. Hayes & Carl. R.
Holiday, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2006), 52-54
[6] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2010),
219
[7] R.
Budiman, Surat-surat Paulus I dan II ,
Timotius dan Titus, (Jakarta: BPK-GM, 1984), 1
[8] Merril.
C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang:
Gandum Mas, 2001), 413
[9] M. E.
Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian
Baru, (Malang: Gandum Mas, 2009), 153
[10] LAI, Alkitab Edisi Study, (Jakarta 2011), 1954
[11] C.
Groenen ofm, Pengantar ke Dalam
Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 131
[12] Daniel
C. Arichea Dkk, Surat-surat Paulus Kepada
Timotius dan Titus, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2004), 12
[13] John
Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta:
BPK-GM, 2012), 396
[14] M. E.
Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian
Baru, 159
[15] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta:
YKBK, 2013), 687
[16] John
Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta:
BPK-GM, 2009), 394-396
[17] J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993), 10
[18]M. E.
Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian
Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2003),154
[19]J. H.
Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2, (Jakarta:
BPK-GM, 2015), 898
[20]M. E. Duyverman,
Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, 154
[21]J. H.
Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2, 897
[22]J. H.
Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2,
896
[23]Merril
C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang:
YKBK, 1997), 416
[24]M. E.
Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian
Baru, 164
[25]J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus,10
[26]M. E.
Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian
Baru,159
[27]J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus, 9
[28] J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus, 23
[29] Gordon.
D. FEE, New Internetional Biblical
Commentary 1 and 2 Timothy, Titus, (America: United States, 1988), 62
[30] J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus, 23
[31] Gordon.
D. FEE, New Internetional Biblical
Commentary 1 and 2 Timothy, Titus, 62-63
[32] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini, 688
[33] Donald
Guthrie, New Testament Commentaries The
Pastoral Epistles, (America: The Tyndale Press, 1986), 70-71
[34] J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus, 24-25
[35] Gordon.
D. FEE, New Internetional Biblical
Commentary 1 and 2 Timothy, Titus, 64-65
[36] R.
Budiman, Surat-surat Paulus I dan II ,
Timotius dan Titus,,19-20
[37] J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius dan
Titus, 26
[38] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini, 691
[39] Donald
Guthrie, New Testament Commentaries The
PastoralnEpistles, 72
[40] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini, 691
[41] R.
Budiman, Surat-surat Paulus I dan II ,
Timotius dan Titus,, 21
No comments:
Post a Comment