Penafsiran Kitab Yosua 6 : 1 – 5
Dengan Metode Post Kolonial
I.
PENDAHULUAN
Penafsiran
merupakan suatu kegiatan menggali isi Alkitab untuk menemukan makna dan pesan
yang terdapat dalam suatu surat atau teks Alkitab. Dalam melakukan penafsiran
ada berbagai metode yang dapat digunakan, namun dalam kesempatan ini akan
menggunakan Metode Post Kolonial. Penafsiran dengan metode Post Kolonial adalah
penafsiran yang menghubungkan teks Alkitab dengan cerita rakyat, pantun ataupun
puisi yang berbaur kepada budaya dan kebiasaan disuatu daerah. Didalam persentase kali ini akan kita bahas mengenai
Kitab Yosua 6:1-5 menggunakan Penafsiran Metode Post Kolonial serta menghubungkannya dengan cerita disuatu
daerah. Semoga melalui Penafsiran Metode
kali ini dapat membantu kita dan menambah wawasan kita semua. Tuhan Yesus
Memberkati.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Post Kolonial.
Post
kolonial secara etimologis berasal dari kata Post dan Colonial. Kata
Colonial berasal dari akar kata Colonial bahasa
Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Jadi secara etimologis
kolonial tidak mengandung arti penjajahan, penguasaan, pendudukan dan konotasi
ekspoitasi lainnya. Sedangkan secara harifiah post kolonial berarti lahir
karena tidak seimbang interaksi antara pribumi dengan pendatang yang berkuasa.[1]
Teori Post Kolonial adalah salah satu fenomena global yang turut memberikan
pengaruh terhadap pembacaan kitab suci.[2]
Post Kolonial sangat relevan untuk menyebutkan kritik lintas budaya sekaligus
wacana yang ditimbulkannya.[3]
2.2. Ciri-ciri
Post Kolonial.
1) Anti-esensialisme
(bahwa sastra bukan suatu teks yang permanen, tetapi merupakan hasil bentukan
realitas diluarnya).
2) Anti-determinisme
(bahwa suatu sastra bukan teks yang pasif, yang dibentuk secara tetap dan pasti
sebuah struktur, tetapi juga membentuk dan menciptakan unsur struktur-struktur
yang baru).
3) Anti-universalisme
(bahwa sastra bukan teks yang berlaku secara universal, tetapi lahir dari
negoisasi-negoisasi kulturalnya sendiri yang bersifat local dan particular).
4) Kajian
post kolonial bukanlah kajian yang berlaku pada aspek formal dan structural
dari karya sastra tetapi kajian-kajian yang ingin membaca secara cair,
flexibel, dan radikal dimensi-dimensi kritis dari sastra, dalam relasinya
dengan kekuasaan (yang dipahami secara luas dan cair pula) dalam teks sastra maupun
formasi social yang membentuknya.
5) Pada
kajian Post Kolonial, kekuasaan tersebut adalah relasi-relasi kuasa yang
diakibatkan oleh penjajahan dan kolonisasi, kekuasaan itu adalah relasi-relasi
kuasa akibat kapitalisasi.[4]
2.3. Teori
Post Kolonial.
Post
kolonial dimengerti sebagai sebuah era berlangsungnya masa kolonial atau masa
penjajahan. Inti dari teori ini adalah membaca kembali secara kritis hal-hal
yang dibawa oleh kaum penjajah, pemeriksaan atas konsep-konsep dan
gambaran-gambaran yang keliru, yang menempatkan kaum penjajah sebagai yang
lebih unggul dan dominan. Teori ini tidak bisa dibatasi oleh kurun waktu
tertentu. Teori ini tetap memainkan peran penting untuk memeriksa secara kritis
upaya-upaya kolonialisme baru. Teori ini menambahkan dunia sastra, politik, dan
ekonomi yang pada intinya berupa memeriksa kembali sebuah peninggalan yang
diasalkan oleh kaum kolonialis. Kaum kolonial itu umumnya berasal dari Barat,
maka post kolonial pun berupaya untuk melihat kembali keseluruhan dominasi barat
terhadap timur. Dominasi ini bukan hanya berhubungan dengan penjajahan fisik
yang semuanya sudah berakhir. Yang paling patut diperhatikan adalah dominasi
pemikiran. Dalam konteks Post Kolonial, pemikiran barat malah menjadi sebuah
bentuk penjajahan baru.[5]
2.4.
Pengantar Kitab.
2.4.1.
Pengertian
Kitab Yosua.
Kitab
Yosua merupakan lanjutan cerita dalam Kitab Ulangan.[6]
Kanon Ibrani menempatkan Yosua pada Kitab “Nabi-nabi terdahulu”. Disebut Kitab
Nabi-nabi karena sifatnya berhubungan dengan pemberitaan hal-hal yang akan
terjadi seperti nabi Elia dan Elisa.[7]
“Nama Yosua” berarti “TUHAN menyelamatkan”.[8]
Yosua adalah salah seorang tokoh terkemuka dari Perjanjian Lama : Pembantu Musa
(Kel. 24:13; 32:17). Ia seorang yang berani dan saleh, serta melayani sebagai
alat Allah untuk membawa umat Israel masuk Negeri Perjanjian.[9]
2.4.2.
Latar
Belakang Kitab Yosua.
Para
arkeolog telah menemukan bukti bahwa bagian-bagian wilayah kanaan pernah
diserang dalam kurun waktu antara 1300 dan 1200 sM. Kota Betel, Lakhis, dan
Debir telah hancur total. Beberapa tempat penting memang direbut dan
dihancurkan oleh Yosua dan pasukan Israel. Namun, tidak semua tempat dimana orang-orang
Kanaan hidup, dapat diambil alih oleh bangsa Israel. Seluruh wilayah itu baru
bisa diambil alih pada zaman Raja Daud (sekitar 1000 sM), ketika seluruh suku
Israel sudah bersatu dalam sebuah kerajaan yang berdiri di tanah Kanaan itu.
Kebudayaan dan Agama Kanaan sangat berpengaruh terhadap orang Israel selama
beberapa abad. Menurut para penulis Alkitab , pemujaan Ilah-ilah bangsa Kanaan
itulah yang merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan utara (Israel)
pada tahun 722 sM dan Kerajaan Selatan (Yehuda) pada tahun 586 sM.[10]
2.4.3.
Penulis
dan Waktu Penulisan Kitab Yosua.
Penulisan
Kitab Yosua dinyatakan adanya pandangan para ahli yang berbeda. Namun, tradisi
Yahudi sependapat bahwa kitab ini ditulis Yosua.[11]
Pada abad ke-19 umumnya para ahli yakin bahwa sumber-sumber yang ditemukan
dalam Taurat dapat juga ditelusuri dalam Kitab Yosua. Dikatakan bahwa Yosua
1-12 hampir semuanya ditulis oleh JE dan D, sedangkan Yosua 13-24 hampir
semuanya oleh P.[12] Para ahli modern sepakat bahwa kitab Yosua
sampai dengan 2 Raja-Raja berasal dari hasil redaksi aliran Deutoronomis atau
pengikut-pengikut penulis kitab Ulangan. Karena itu, pesan-pesan teologi yang
terdapat dalam kitab Ulangan, kita jumpai juga dalam Kitab Yosua sampai dengan
2 Raja-Raja.[13] Menurut teori
sumber-sumber, pentateukh terjadi dalam 4 sumber, yang diberi nama Yahwist (Y),
Elohist (E), Deuteronomist (D), dan priest/imam (P). Banyak ahli yang yakin
bahwa keempat sumber itu juga dipergunakan oleh pengarang (redaktur) Kitab
Yosua.[14]
2.4.4.
Tujuan
Penulisan Kitab Yosua.
Kitab Yosua merupakan bagian dari sebuah kisah
besar, mulai dari Kitab Ulangan sampai kitab 2 Raja-Raja, yang menceritakan
kehidupan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah ditanah perjanjian. Tema
Utama kitab ini adalah bahwa tanah Kanaan merupakan anugerah Tuhan. Setia
kepada Tuhan dan Hukuman-Nya adalah syarat agar tanah itu tetap terjaga sebagai
milik mereka. Hanya dengan pertolongan Tuhan, bangsa Israel dapat merebut tanah
itu. Mereka terus memilikinya hanya dengan mematuhi hukum Tuhan. [15]
Jelaslah bahwa tujuan Kitab ini adalah
menyampaikan bagaimana Allah memelihara perjanjianNya untuk membawa umat Israel
masuk kedalam negeri yang sudah Dia tunjukkan kepada Abraham. Kesetiaan Allah
dalam melaksanakan bagianNya dari perjanjian itu penting sekali untuk ditegaskan.[16]
2.4.5.
Struktur
Kitab Yosua.
Cerita
dalam Kitab Yosua terdiri dari2 bagian besar, masing-masing kira-kira separuh
kitab itu, yakni : tinjauan sekilas tentang penduduk tanah kanaan dan gambaran
tentang bagaimana tanah tersebut dibagi-bagi diantara 2 belas suku.
A.
Struktur
Penugasan Kepada Yosua (Yos
1:1-9)
Memasuki tanah Kanaan (Yos
1:10, 5:12)
Persiapan untuk menyeberangi sungai Yordan (Yos 1:10-18)
Pengintai-pengintai di Yerikho (Yos 2)
Menyeberangi sungai Yordan (Yos 3:1, 4:18)
Berkemah di Gilgal (Yos 4:19, 5:12)
Penaklukan tanah Kanaan (Yos
5:13-15)
Panglima bala tentara Tuhan (Yos 5:12-15)
Jatuhnya Yerikho (Yos 6)
Kota Ai dibinasakan (Yos 7:1, 8:29)
Mezbah di Gunung Ebal (Yos 8:30-35)
Perjanjian dengan orang Gibeon (Yos 9)
Penaklukan bagian selatan (Yos 10)
Penaklukan bagian utara (Yos 11)
Ringkasan Kisah Penaklukan (Yos 12)
Pembagian Tanah Kanaan (Yos
13-22)
Bagian suku-suku di seberang sungai Yordan (Yos 13)
Bagian Kaleb (Yos 14)
Bagian Yehuda (Yos 15)
Bagian Yusuf (Yos 16-17)
Bagian suku-suku lainnya (Yos 18-19)
Kota-kota perlindungan (Yos 20)
Kota-kota orang lewi (Yos 21:1-42)
Penutup dan berangkatnya suku-suku diseberangi sungai Yordan
(Yos
21:43,
22:9).
Hari-hari terakhir Yosua (Yos
23-24)
Pidato pertama Yosua (Yos 23)
Pidato kedua Yosua dan perjanjian di Sikhem (Yos 24:1-28)
Penguburan Yosua, tulang-tulang Yusuf dan Eliazar (Yos
24:29-33).[17]
B.
Isi
Kitab Yosua terbagi atas 3
bagian :
a. Bagian
Pertama Pasal 1-12 :
Rangkaian
kisah mengenai penaklukan kota-kota penting di Kanaan. Bagian ini mencakup
beberapa kisah yang merangkan asal mula peristiwa penting di Israel
b. Bagian
Kedua Pasal 13-22 :
Berisikan
batas-batas wilayah setiap suku dan daftar kota-kota. Kedua belas suku
masing-masing mendapat bagian dari tanah perjanjian itu. Sementara itu, suku
Lewi diberikan kota-kota khusus yang tersebar diseluruh negeri.
c. Bagian
Ketiga Pasal 23-24 :
Perpisahan dan kematian
Yosua, dan pertempuran penting di Sikhem,
dimana orang-orang Israel berjanji untuk setia dan taat kepada TUHAN Allah
ketika mereka telah mendiami tanah yang dijanjikan itu.[18]
2.5. Analisa
Teks.
2.5.1.
Perbandingan
Bahasa
Ayat 1
LAI : Dalam
pada itu Yerikho telah menutup
NIV : Now
Jericho were securely (Sekarang Yerikho telah dikunci)
BDE : Alai tarhinsu
situtu do Pargumbangan ni huta Jerikho
(Tetapi tertutuplah sebenarnya kampong
Yerikho)
TM : וִירִיחו. סֹגֶרֶג (Sekarang
Yerikho telah ditutup)
Keputusan : tidak ada yang mendekati TM
Ayat 2
LAI : Berfirmanlah
TUHAN
NIV : Then the
Lord said ( Kemudian Tuhan berkata)
BDE : Dungi
inna Jahowa (Lalu kata Tuhan)
TM : וַיּאמֶר יהוה (dan
TUHAN berfirman )
Keputusan : yang mendekati TM adalah NIV)
Ayat 3
LAI : Haruslah
kamu mengelilingi kota itu
NIV : March
around the city (kelilingilah kota itu)
BDE : halianganmuna
ma huta i (Kelilingilah kampong itu)
TM : וְסַבֹּגֶם אֶח הָעִיר (kamu
harus mengelilingi kota itu)
Keputusan : yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 4
LAI : Meniup
sangkakala
NIV : blowing the terumpets (bunyikanlah terompet)
BDE : Paluon
Sarune (bunyikanlah serunai )
TM : יׅתְקְעוּ בַּשֺּופׇרוׄת (meniup sangkakala itu)
Keputusan : yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 5 :
Tidak
ada perbedaan yang di signifikan.
2.5.2.
Kritik
Aparatus
Ayat 3a
: Dalam TM
terdapat kata תַעְַשֶה
yang artinya adalah “Demikianlah seharusnya”. Dalam Kritik Aparatus
menurut Septuaginta Origenes, Lukianos, Sirla, Vulgata, kata diatas bentuk
plural (jamak)
Ayat 4a
: Dalam TM
terdapat kata וְשׅבְעָה “Dan Tujuh”. Dalam kritik aparatus kata
diatas tidak terdapat pada dalam teks yunani asli
Jika
kita Lihat dalam aparatus, aparatus tidak memberikan usulan hanya dalam kata TM
diatas adalah dukungan dari aparatus (3a), dalam aparatus 4a menunjukkan pada
kata yang terdapat pada TM diatas tidak terdapat pada teks yunani asli.
Sehingga penafsir kembali memakai kata dari TM.
Ayat
5a : Dalam TM terdapat kata בְּשָמְעַכֶמאֶה־קוֹלהַשֹופר yang
artinya “sebagaimana yang kamu dengar bunyi dari sangkakala itu”. Dalam Kritik
Aparatus kata tidak terdapat pada teks Yunani asli.
Ayat 5b : Dalam
TM terdapat kata בְּשָמְעְַכֶם yang
artinya “sebagaimana yang kamu dengar” . dalam Kritik Aparatus beberapa cukup banyak
pada Targum.
Dalam Apartaus 5a dan 5b, dapat kita lihat
bahwa apparatus tidak memberikan usulan kata tambahan, atau penggantian kata.
Disana dapat kita lihat bahwa kata yang ada pada TM tidak ada dalam Teks Yunani
(5a), dan dalam TM ( 5b) kata yang ada
pada Tm juga ada cukup banyak pada targum.
2.5.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat 1 : Sekarang Yerikho telah
menutup pintu gerbangnya karena orang Israel, tidak ada yang pergi
keluar dan tidak ada yang datang masuk.
Ayat 2 : dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua : “Lihatlah,
Aku berikan
ketanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawahannya yang gagah
perkasa.
Ayat 3 : Haruslah kamu mengelilingi kota itu,
yakni semua dari prajurit harus mengedari kota itu sekali saja, demikian
harus engkau perbuat enam hari lamanya.
Ayat 4 : dan tujuh orang imam
harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari
yang ketujuh kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup
sangkakala.
Ayat 5 : dan ketika sangkakala
tanduk domba panjang bunyinya dan karena
mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan
sorak yang nyaring, maka tembok itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus
memanjatnya, masing-masing langsung kedepan.
2.6.
Tafsiran Yosua 6 : 1 – 5 diperhadapkan Budaya Adat Batak Toba tentang
pentingnya music sebagai alat komunikasi dengan Tuhan.
Dalam
perikop ini, adalah peristiwa dimana Israel merebut tanah Yordan. Sebelum
bangsa Israel bisa memasuki Yordan terlebih dahulu mereka menjatuhkan kota itu.
Sebelum jatuhnya kota itu Tuhan lebih dulu berpesan kepada Yosua bahwa kota itu
akan diserahkan kepadanya baik Raja, maupun pahlawan-pahlawannya. Tetapi,
dengan apa ia (Yosua) dapat melakukan itu? Rupa-rupanya Allah memberikan
keharusan atau perintah dengan mengatakan “haruslah kamu menegliliingi kota itu
sekali saja dalam 6 hari kemudian Allah menyuruh para Imam membawa 7 sangkakala
didepan tabut. Dan pada hari yang ke 7 mereka mengelilinginya 7 kali dan para
imam meniup sangkakala, kemudian Allah menyuruh apabila sangkakala itu panjang
bunyinya maka Israel atau orang Israel harus bersorak-sorai dengan suara yang
keras atau suara yang nyaring. Maka bangsa itu memanjat tembok itu dan maju
kedepan (memasuki kota itu).
Dalam
Budaya batak Toba jauh sebelum Injil tiba di batak Toba, music masih terkesan berbaur mistik (untuk acara
pemanggilan Roh, meminta Jimat atau kekuatan atau bahkan petunjuk kehidupan)
seakan-akan music adalah bagian dari hidup tanpa music rasanya Doa atau
permohonan tidak didengar oleh sang maha kuasa, alat music ini dinamai Gondang
Bolon ,Gondang bolon adalah perpaduan antara gendang (jenis perkucik atau
disebut tagading), sarune, hasapi, ogung pangunggahi, ogung bolon. Ini
disatukan menjadi esssamble atau menjadi kesatuan. Dalam Filosofi batak Toba
music adalah alat untuk menghubungkan doa dengan Tuhan, hal ini jelas dalam doa
batak Toba contoh, Doa memohon hujan (tonggo mangido udan) doa meminta cuaca
yang cerah diesbut (tonggo mangido las ni ari). Semua ini disampaikan melalui
music. Demikian juga dengan Ratapan, music ada juga berbaur Ratapan sebagai doa
kepada Tuhan disebut Andung-andung.
Jadi, disini dapat kita lihat bahwa music adalah penghubung dengan Tuhan
seperti ada juga ada pepatah batak Toba mengatakan
pada saat meminta lagu, dikatakan demikian Ale
amang panggual pargoci, alu-aluon ma tu Debata (Ya pemusik kami, beritahukanlah
kepada Tuhan), kemudian music dalam batak toba juga dikenal sebagai alat
untuk berbicara kepada Tuhan. Atau
yang disebut dengan Sitarias alu-alu tu
Debata (Pengantar Pesan kepada Tuhan).
Hal ini dalam zaman modern juga dapat kita lihat dalam
berbagai upacara yang dilakukan oleh salah satu aliran kepercayaan yaitu parmalim, mereka memegang dan meneruskan
dengan sungguh-sungguh bahwa music atau
gondang itu adalah sarana untuk berbicara kepada Tuhan. Bahkan ditengah-tengah orang batak yang
Kristen terutama para pemerhati adat memegang kuat Filosofi ini, demikian juga
di sebagian orang-orang Kristen dalam Gereja Suku. Hanya Gereja yang beraliran
Kharismatik yang menolak hal ini, dikarenakan gondang bolon juga diturunkan oleh yang tidak mengenal Tuhan dan
juga memberikan kesan yang mistik. Tetapi bukan itu yang kita lihat, yang dapat
kita lihat disini bahwa music itu dalam batak Toba dulu dan sekarang sangat
diperlukan sebagai sarana untuk berbicara kepada Tuhan.
Jika kita lihat dalam kitab Yosua ini, bahwa
memang betul Allah menyuruh atau mengharuskan mereka membawa 7 sangkakala sebagai
sarana atau alat yang di gunakan untuk meruntuhkan tembok itu, dan dengan suara
sorak-sorai untuk meruntuhkan tembok itu. Sebenarnya Allah disini bukan
menunjukkan bahwa kekuatannya diukur dengan 7 sangkakala, dan sorak-sorai
manusia tetapi adalah Mujizat Allah yang ditunjukkan kepada Israel dan Yordan
bahwa dengan kekuasaan Allah itu sangkakala pun bisa digunakan untuk merobohkan
tembok itu, bahwa dengan suara manusiapun tembok itu bisa runtuh. Allah juga
sebenarnya memang bisa memberikan hujan es, atau bahkan kekuatan yang membuat
mereka tercengang, tetapi bukan itu yang Allah tunjukkan, yang Allah tunjukkan
adalah bangsa yang besar ( Yordan ) bisa runtuh dengan tiupan sangkakala saja.
Semua ini tentu adalah kuasa Tuhan.
Sedangkan dalam batak Toba, Tuhan atau mula
jadi nabolon itu diukur kehadirannya dengan music seakan-akan juga tanpa music
berkat dari mula jadi nabolon tidak diberikan kepada manusia. Allah kita adalah
Allah yang merdeka, Allah yang bebas yang tidak diukur dengan kebendaan termasuk
music. Allah kita juga bukan diukur kehadirannya, berkatnya dengan kebendaan
atau termasuk music, tetapi Allah kita Allah yang bebas bertindak kepada
manusia. Kebebasan Allah yang penafsir maksud buka suatu kebingisan atau
kesewang-wenagan tetapi menunjuk kepada kekuatannya melebihi kekuatan yang ada
dibumi.
Sehingga yang menjadi kesimpulan bahwa bangsa
Israel memang disuruh Tuhan untuk membawa 7 sangkakala, sangkakala juga alat
music tiup, sebagai alat untuk merobohkan tembok itu. Robohnya tembok itu bukan
Karena kekuatan sangkakala, robohnya tembok itu bukan karena sorak sorai Israel
tetapi seizin sepengetahuan dan atas kuasa Tuhan. Bukan seperti filosofi batak
Toba bahwa music sebagai pengukur kehadiran Tuhan. Dengan music Tuhan sudah
hadir. Allah kita Allah yang bebas
segala bendapun bisa dipakai sebagai alatnya tetapi bukan pengukur kuasanya,
Allah kita adalah Allah yang bebas yang tidak diukur dengan kebendaan.
III.
REFLEKSI
TEOLOGI
Dari
perikop diatas bahwa kekuasan Allah sangat begitu hebat kita lihat bahwa kota
Yordan pun dengan tiupan sangkakala dan sorak sorai itu semua karena kuasa
Tuhan. Bukan sangkakalanya yang hebat, bukan karena suara Israel yang kuat,
tetapi karena kuasa Tuhan yang begitu hebat. Maka kekuasaan Allah tidak diukur
melalui kebendaan, tidak diukur hadirnya Allah melalui benda-benda tertentu.
Allah kita, Allah yang berkuasa, bergabung dengan sifat-sifatnya yang lain
yaitu maha tinggi, esa, kudus, kekal, tidak berubah, kemakuasaan Allah dibumi
tampak kita lihat melalui teks ini. Pesan teologi kepada kita, bahwa Allah kita
bebas bertindak, bukan diukur dengan kebendaan, Allah kita Allah yang bebas.
IV.
KESIMPULAN
Yang menjadi
kesimpulan adalah bangsa Israel sebelum memasuki Yordan lebih dahulu mereka
meruntuhkan Tembok, tetapi karena tembok tersebut haruslah diruntuhkan supaya
mereka bisa masuk, karena tembok itu besar tentu mereka tidak bisa meruntuhkan
tembok itu. Tetapi, karena Tuhan, karena kuasa Tuhan tembok Yerikho yang besar
sekalipun bisa runtuh dengan tiupan sangkakala dan sorak-sorai tentu ini adalah
kuasa Tuhan, Allah kita, Allah yang bebas bertindak, kekuatanNya bukan diukur
dengan kebendaan. Memang, runtuhnya tembok itu juga dapat kita lihat melalui
tiupan sangkakala dan sorak sorai, tetapi ini semua bukan karena sangkakala itu
yang hebat dan suara Israel tetapi karena kekuasaan Tuhan.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Walder
Dennis, A Handbook to Literary Research,
Prancis : The open University, 2005
Marsunu
YM Seto, dkk, Hermeneutika Poskolonial,
STAKN Toraja : Simposium Nasional VIII ISBI, 2016
Kutha
Ratna Nyoman, Teori Metode dan Teknik
Penelitian Sastra, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2004
YM
Seto Marsunu, dkk, Hermeneutika
Poskolonial, STAKN Toraja : Simposium Nasional VIII ISBI, 2016
W.S.Lasor,
dkk, Pengantar Perjanjian Lama I,
Jakarta : BPK – GM, 2009
Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi, Medan :
Bina Media Perintis, 2016
Andrew
E.Hill & John H.Walton, Survei
Perjanjian Lama, Jakarta : BPK – GM, 2013
Baxter,J.Sidlow
Menganalisis Alkitab, Jakarta BPK-GM,
2001
Ludji
Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama
I, Bandung : Bina Media Informasi, 2009
Mulder
D.C., Tafsiran Alkitab Kitab Yosua,
Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2015
H.Walton,
Andrew E.Hill & John Survei
Perjanjian Lama, Jakarta : BPK – GM, 2013
…..,
Alkitab Edisi Studi, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2015
[1] Dennis Walder, A Handbook to Literary Research,
(Prancis : The open University, 2005), 157
[2] YM Seto Marsunu, dkk, Hermeneutika Poskolonial, (STAKN Toraja
: Simposium Nasional VIII ISBI, 2016), 135
[3] Nyoman Kutha Ratna, Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2004), 208
[4] Nyoman Kutha Ratna, Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2004), 211
[5] YM Seto Marsunu, dkk, Hermeneutika Poskolonial, (STAKN Toraja
: Simposium Nasional VIII ISBI, 2016), 135-151
[6] W.S.Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta :
BPK – GM, 2009), 279
[7] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan : Bina Media
Perintis, 2016), 77
[8] ….., Alkitab Edisi Studi, ( Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2015),
343
[9] Andrew E.Hill & John
H.Walton, Survei Perjanjian Lama,
(Jakarta : BPK – GM, 2013), 37
[10] ….., Alkitab Edisi Studi, ( Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2015),
344
[11] J.Sidlow Baxter, Menganalisis Alkitab, (Jakarta BPK-GM,
2001), 49
[12] W.S.Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta :
BPK – GM, 2009), 284
[13] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama I, (Bandung
: Bina Media Informasi, 2009), 130
[14] D.C.Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2015), 4
[15]
….., Alkitab Edisi Studi, (
Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2015), 344
[16] Andrew E.Hill & John
H.Walton, Survei Perjanjian Lama,
(Jakarta : BPK – GM, 2013), 269
[17]
W.S.Lasor, dkk, Pengantar
Perjanjian Lama I, (Jakarta : BPK – GM, 2009), 280
[18]
….., Alkitab Edisi Studi, (
Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2015), 344
No comments:
Post a Comment