Gereja dan Renaisans
I.
Pendahuluan
Eropa
yang sejak dari masa klasik sampai sekarang yang dianggap sebagai peradaban
yang maju, menyimpan banyak peristiwa penting yang sangat bersejarah dalam
kehidupan umat manusia. Tingkat peradaban di Eropa yang dari masa ke masa
semakin maju dan tinggi menyebabkan adanya pembaharuan-pembaharuan terhadap
situasi, kondisi, maupun aturan yang berlaku, timbulnya renessance juga di latar belakangi
karena terjadinya krisis kepemimpinan di lingkungan Gereja. Renaissance
merupakan contoh
dari banyaknya peristiwa bersejarah di Eropa. Pengaruh
dari peristiwa tersebut tidak hanya bagi orang-orang Eropa saja, tetapi juga sampai ke
luar Eropa yang masih dapat dirasakan sampai sekarang ini. Tujuan
dari sajian ini tidak lain adalah untuk mengetahui serta memahami apa yang
dimaksud dengan gereja dan renaissance, bagaimana awal mula yang melatarbelakangi terjadinya reformasi gereja yang diawali pada masa renaisans, serta dampak dan pengaruhnya bagi kehidupan umat manusia
khususnya masyarakat Eropa.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Renaisans
Renaisance adalah istilah dalam bahasa Prancis, yang berasal dari bahasa Latin,
re+nasei, yang berarti: lahir kembali
(rebirth)[1]
atau kebangkitan kembali.[2]
Maksudnya adalah untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani-Romawi). Bila
dikaitkan dengan keadaan, Renaissance
adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang
sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam
bidang pemikiran.[3]
Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode
kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, sepanjang abad ke-15
dan ke-16.[4]
Sering juga disebut yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi dan
karunia rohaninya sendiri.[5]
2.2.
Latar Belakang Munculnya Renaisans
Selama zaman abad pertengahan, gereja di Eropa Barat memainkan peranan yang
menentukan di seluruh kehidupan masyarakat.[6]
Pada tahun 1302, kuasa mutlak yang dimiliki paus sebagai Kepala Gereja Katoik
Roma dalam bidang rohani maupun bidang politik. Potensi ini luarbiasa besar,
tetapi ternyata kosong sebab paus dipenjarakan oleh tentara raja Perancis. Paus
berikutnya memindahkan kepausan dari Roma ke Perancis (kota Avignon) pada tahun
1309. Pada akhir abad pertengahan, kepausan mengalami krisis, sedangkan
penguasa-penguasa duniawi makin lama makin menentukan kehidupan di wilayah
mereka, sesudah paus Bonifiatus VIII (±1300), kepausan dikuasai oleh raja
Perancis. Kepausan mengalami krisis besar
yang sangat mempengaruhi gereja dan masyarakat. Pada tahun 1309, paus
berpindah ke kota Avignon di Perancis, dan dengan demikian mulailah apa yang
disebut “pembuangan kepausan ke Babylon”,
sampai tahun 1377. Pada tahun ini paus kembali ke Roma, tapi pada tahun
berikutnya raja Perancis tidak menyetujui pemilihan paus dari Italia, sehingga
ia menyuruh memilih seorang paus dari Perancis. Demikianlah mulai perpecahan
gereja Roma Katolik, yang disebut Skisma Barat. Sekarang krisis kepausan lebih
para lagi. Yang sebelumnya, hanya ada satu paus di Avignon, kemudian terdapat
dua paus, yakni di Avignon dan di Roma.[7]
Perancis memihak kepada Avignon akan tetapi Jerman dan Inggris memihak
kepada Roma. Kedua paus itu saling
mengutuki, sehingga segenap umat Kristen pada masa itu kena kutuk. Kemudian
banyak orang percaya kehilangan ketenangan hatinya, karena jikalau kepatuhan
kepada paus saja yang menjamin keselamatan yang kekal bagi orang Kristen siapa
dapat beroleh kepastian lagi tentang nasibnya di akhirat, bilamana dua orang
paus berlawanan? Timbullah kesangsian dalam hati banyak orang apakah kuasa paus
benar-benar ilahi.[8]
Pada tahun 1415, raja-raja memainkan peranan penting dalam mengakhiri
perpecahan gereja. Walaupun krisis kepausan diatasi jelas bahwa peranan gereja
tidak seperti dahulu lagi. Peranan penguasa-penguasa duniawi semakin menonjol,
di bidang-bidang yang secara tradisional dikuasai gereja : kebudayaan, ilmu
pengetahuan, pendidikan, bahkan theologia. Di bawah lindungan pemerintah,
bidang-bidang ini berkembang lebih bebas dari dahulu. Sebagai akibat dari
perkembangan ini mulailah suatu
pembaharuan yang disebut Renaissance
(=kelahiran kembali, maksudnya kelahiran kembali kebudayaan, khususnya
kebudayaan Yunani dan Romawi). Tujuannya adalah untuk menggali sumber-sumber
gereja kuno, dan lebih luas untuk kembali kepada sumber kebudayaan Kristen yang
ada di kebudayaan Yunani dan Romawi.[9]
Latar belakang gerakan renaisance adalah datang sarjana-sarjana Yunani di
Eropa. Para sarjana ini dilibatkan juga dalam mengajar pada masa pendirian
sekolah-sekolah (zaman skolastik). Mereka pun memperkenalkan kembali budaya
Yunani khususnya dan kebudayaan kuno pada umumnya. Dengan demikian, timbullah
gerakan di Eropa untuk kembali kepada budaya Yunani, dan budaya Romawi yang
membawa kejayaan dan kemajuan pada masa itu. Ada anggapan bahwa kebudayaan kuno
tersebut sempurna adanya.[10]
2.2.1. Renaisans di Italia
Pada abad ke-XIV cara hidup di
Italia mendapat bentuk baru. Terutama di Italia Utara kota-kota bertambah kaya
oleh perniagaan, perusahaan dan kerajinan penduduk. Golongan orang kota itu
makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan dirinya dan makin
berkuasa. Dengan demikian berkembanglah suatu pandangan hidup yang baru, yang
antara lain ternyata dalam syair-syair pujangga Petrarca (1304-1374): Sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa
apapun diatasnya; kaidah dan pusat hidup manusia ialah pribadinya sendiri[11].
Florencia menjadi pelopor renaisans
di Italia, bukan justru Roma, Milano, atau Venesia. Menurut John Hele dan Plum,
Florensia menjadi kota pelopor Renaisans di Italia karena berbagai faktor,
antara lain adalah:
a). Kota Florencia pada zaman Romawi
bernama Florentia, secara geografis merupakan kota pedalaman Italia Utara yang
sangar, strategis, subur karena dibelah oleh sungai Arno dan menjadi kota
pertemuan dari berbagai kota di Italia Utara antara lain Genoa, Lucca dan Pisa
di sebelah barat, Siena dan Arezzo di sebelah selatan, Urbino, San Marino dan
Romagna disebelah timur serta Bologna, Modena di bagian utara. Maka tidak
mengherankan jika Florencia menjadi kota pertemuan dagang yang kaya raya dan
besar abad ke-XIII.
b). Florencia sebagai kota industri khususnya wol (terbaik di Italia)
dan tekstil pada umumnya. Menurut John Hele pada abad ke- XIV sudah ada 21
gilda utama yang dimiliki oleh para hakim, notaris, importir dan pengusaha dan
44 gilda kecil sebagai pendukungnya yang dimiliki oleh pengrajin dan pedagang.
c). Florencia sebagai pusat keungan
Italia masa itu. Kota ini memiliki penduduk yang bersemboyan “per non dormire (agar jangan tidur,
maksudnya tidur tidak mendatangkan rezeki)” dan “Florentinis ingentis nihil arduit est (tidak ada yang tidak dapat
dikerjakan oleh orang Florencia)”.
d). Florencia merupakan ibukota
Republik Florencia yang pada prinsipnya menganut system pemerintahan demokrasi
dan memperhatikan kepentingan rakyat. Maka kreatifitas seni dan intelektual
dapat bebas berkembang.[12]
2.2.2. Renaisans di Jerman
Di Jerman gerakan ini dari mulanya
lain sifatnya dari pada di Italia. Humanisme sangat mempengaruhi ilmu dan
kesusasteraan di tanah Jerman, tetapi renaisans yang berhaluan kafir tidak
terdapat disana. Sebab itu kaum humanis di Jerman tidak menolak Gereja sebagai perbendaharaan kebudayaan,
tetapi berusaha melayani Gereja dengan pendapat-pendapatnya yang baru itu.
Seorang humanis Jerman yang kenamaan
ialah Reuchlin, yang membuka jalan
bagi pelajaran baru bahasa Yunani dan Ibrani. Dengan demikian disediakannya
alat-alat untuk membaca Alkitab nas asli.[13]
2.2.3. Renaisans di Perancis
Pencerahan pada umumnya dan Revolusi
Prancis khususnya mengakibatkan perubahan dan perkembangan yang lebih pesat
dari sebelumnya, baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam Gereja.
Perkembangan ilmu menghasilkan teknologi modern, yang menjadi dasar untuk
industrilisasi. Iman Kristen makin lama makin lebih ditantang dari sudut
filsafat ideologi yang sesuai dengan jiwa pencerahan, menonjol otonom manusia.
Gereja-gereja harus mempunyai sikap terhadap perkembangan masyarakat yang
begitu hebat. Dibidang Theologia, kita melihat dua gerakan yang berlawanan pada
abad ke-19 dan 20, yang masih terasa sampai pada abad ke 20. Yang pertama adalah
gerakan yang berusaha untuk menghubungkan cita-cita. Pencerahan dengan iman
Kristen, sambil memberikan tekanan penuh kepada subyek iman, yaitu orang yang
percaya. Apa yang dirasa dan dipercayai manusia menjadi titik tolak atau
liberal (bebas terhadap ajaran gereja). Yang kedua adalah aliran Theologia yang
melawan hasil pencerahan dan menekankan
ketenangan, bahkan perlawanan antara apa yang dipikirkan oleh manusia yang
otonom dan apa yang diajarkan oleh iman Kristen.[14]
2.2.4. Renaisans di Inggris
Ada tiga unsur utama dalam bidang keagamaan dan intelektual yang berperan
di belakang reformasi Inggris yakni: Lollardy, Lutheranisme, dan Humanisme.
Ketiga aliran ini dianggap unsur-unsur yang sangat penting oleh para ahli yang
mempelajari Reformasi. Pusat humanisme yang paling penting pada awal abad ke-16
di Inggris adalah Universitas Cambridge meskipun peranan dari Oxford dan London
tidak di anggap ringan. Cambridge adalah rumah dari reformasi mula-mula, yang
berpusat dalam apa yang disebut “While Horse Circle” ( dinamai menurut kedai
minum yang sudah tidak ada lagi, dekat Queen’s Collage). Humanisme Inggris
merupakan sama sekali bukan Humanisme Inggris, melainkan import. Robert Weiss
memperlihatkan bahwa asal usul Humanisme Inggris dapat di telusuri ke sejarah
Italia pada abad ke-15. Pada akhir abad
ke-15 adan awal abad ke-16 Cambridge cenderung mengangkat orang-orang Italia
menjadi dosen, antara lain: Gaio Auberino, Stefano Surigone, dan Lorenzo
Traversagni. Hal ini terjadi karena bukan kekurangan tenaga pengajar di Inggris
sendiri, melainkan karena dunia mengakui kecemerlangan orang Italia.[15]
2.2.5. Renaisans di Swiss bagian Timur
Mungkin karena kedudukan geografisnya, bagian Timur dari negara Swiss
sangat terbuka, bahkan menerima ide-ide Renaisans Italia. Humanisme Swiss Timur
menjadi objek penelitian yang intensif, dan etos dasarnya di mengerti dengan
cukup baik. Bahwa pembaharuan memang diperlukan tetapi pembaharuan utama
berkaitan dengan moralitas gereja dan moralitas pribadi dari setiap orang
percaya, bukan pembaharuan ajaran gereja.[16]
2.3.
Tokoh-tokoh Renaisans
2.3.1.
Dante
Alighiere (1265-1321)
Dante Alighiere lahir pada tanggal
21 Mei 1265 di Firenze yang berasal dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi
prajurit Firenze yang menginginkan negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan
yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Prancis. Dante mulai menjadi
pengkritik dan penentang otoritas kepausan yang dinilainya tidak adil dan tidak
bermoral. Puncaknya dituangkan ke dalam sebuah buku yang berjudul De Monarcia (On Monarcy) yang
mengabarkan tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai spiritual
tertinggi Gereja Katolik. Dan sekaligus menjadi dunia (Kerajaan Kepausan) yang
otoriter.[17]
Dante juga sangat mengagumi karya klasik Latin dan Yunani, dan sangat
dipengaruhi oleh Thomas Aquinas[18],
seperti Aquinas, ia percaya akan nilai akal, namun ia mengakui pula bahwa
tujuan akhir adalah hidup bersama Allah.[19]
2.3.2.
Francesco
Petrarca (1304-1374)
Francesco Petrarca lahir pada 20 Juli
1304 di Tuscan. Ia belajar hukum Montpelier dan melanjutkan studinya ke
Bologna. Namun ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia adalah
seorang humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis dan apa adanya.
Salah satu ungkapan terkenalnya pada alam dituangkan pada karya lukis yang
diberi nama Ikaros, yang menekankan
keagungan manusia.[20]
2.3.3.
Fransesco
Valla (1405-1457)
Franssesco Valla lahir di Roma pada
tahun 1405. Ia berasal dari keluarga ahli hukum. Salah satu ungkapannya yang
terkenal adalah ”mengorbankan hidup demi
kebenaran dan keadilan, adalah jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan
tertinggi dan padahal tertinggi”. Hasil karyanya yaitu De Volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, berisi tentang
kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan penting manusia itu mati
raga (askese) dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa.[21]
2.3.4.
Desiderius
Roterodamus Erasmus (1469-1536)
Erasmus dilahirkan 27 Oktober 1466. Ia
adalah anak di luar pernikahan antara Gerard dengan Margaret.[22]
Erasmus adalah tokoh humanisme[23]
yang paling termasyhur. Humanisme Erasmus adalah campuran pandangan-pandangan
Yunani-Romawi dengan ajaran Injil. Ia boleh disebut “bapa aliran kekristenan yang serba bebas (liberal)”. Artinya, pada
pendapat Erasmus, Injil adalah suatu ajaran yang indah tentang kebijakan
manusia.[24]
Adapun naskah
yang disunting oleh Erasmus sebagai berikut:
1.
Laus
Stultitiae, (Pujian pada kebodohan), ditulis pada tahun 1509 di rumah teman
Thomas Moore yang dipersembahkan kepadanya yang berisikan sendiran cemerlang
terhadap rahib dan teolog.
2.
Pada tahun 1516, Erasmus menerbitkan perjanjian
baru dalam bahasa Yunani dengan terjemahan bahasa Latin yang diusahakannya
sendiri.
3.
Erasmus mengawasi penerbitan banyak edisi buah tangan
bapa-bapa gereja purba. Ini adalah sebagian dari usaha mengadakan pembaharuan
gereja, yakni kembali pada Alkitab dan bapa-bapa gereja.
4.
Pada tahun 1524, Erasmus menulis De Libero Arbtrio (kebebasan
berkehendak), suatu serangan terhadap doktrin Luther, bahwa kehendak orang
berdosa terbelenggu tidak mampu berbuat baik.[25]
2.4.
Pengaruh Renaisans dalam Berbagai
Kehidupan
2.4.1.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Johan Gutenberg (1400-1468)
Selama abad pertengahan, tidak banyak orang yang memiliki Alkitab atau buku
apapun. Para biarawan menyalin teks dengan tangan di atas lembaran papyrus atau
kertas kulit buaya untuk bahan ataupun waktu penulisannya adalah sesuatu yang
tidak dapat dicapai oleh orang-orang biasa, bahkan akan mengharapkan buku yang
mungkin dia butuhkan tersedia. Tidak banyak orang dapat membaca dalam bahasanya
sendiri, karena bahasanya dimengerti oleh segelintir orang.
Pada tahun 1440-an, Johan Guterberg bereksperimen dengan keping-keping
cetakan logam yang dapat dipindah-pindahkan. Dalam menyusun buku dalam cetakan
timah, ia dapat menghasilkan salinan dalam jumlah yang besar, dengan jumlah
dana yang jauh lebih kecil dari pada salinan tangan. Pada tahun 1456, Gutenberg
mencetak 200 salinan Alkitab Hieronimus, Vulgata[26].
Tanpa penemuan Gutenberg, mungkin tujuan
reformasi memakan waktu lebih lama untuk di capai. Selama hanya biarawan saja
yang dapat membaca Firman Tuhan, dan membandingkannya dengan ajaran Gereja,
maka dampaknya terbatas sekali bagi orang-orang Kristen awam.[27]
Nicolaus Copernicus (1478-1548)
Copernicus berkebangsaan Polandia yang mengembangkan teori Heliosentrisme (berpusat di matahari).
Tata surya dalam bentuk yang terperinci sehingga teori tersebut beermanfaat
bagi sains. Teorinya tentang matahari sebagai pusat tata surya
menjungkirbalikkan teori geo sentris tradisional (yang menempatkan bumi di
pusat alam semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting
sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi-astronomi
modern.[28]
Galileo Galilei (1546-1642)
Galileo Galilei lahir pada 15 Februari 1564 dan meninggal pada 8 Januari
1642. Galilei merupakan ahli astronomi dan ahli falsafah. Pada tahun 1609,
Galilei menemukan teleskop yang pertama.[29]
Galilei adalah salah satu tokoh yang memilki peranan besar dalam revolusi
ilmiah, Galilei memberikan sumbangan besar bagi ilmiah pengetahuan khususnya bidang
astronomi. Ia berhasil menemukan teleskop untuk mengamati tata surya dan ia
dikenal juga sebagai pendukung Copernicus mengenai peredaran bumi mengelilingi
matahari.[30]
Berdasarkan pengamatannya dipertahankannya secara gigih teori Copernicus yang
heleosentris itu. Dia pun akhirnya dihukum; karyanya dikatakan terkutuk dan
dirinya dihukum penjara seumur hidup. Pada kemudian hari ketika ilmu
pengetahuan membuktikan kebenarannya, pihak gereja meminta maaf pada Copernicus
dan Galileo Galilei atas kekeliruan yang dilakukan gereja.[31]
Oleh karena pencapaian-pencapaiannya, Galileo telah dianugrahkan sebagai “Bapa Atronomi Modern”, “Bapa Fisik Modern” serta
“Bapa Sains”.[32]
2.4.2.
Bidang Seni dan Budaya
Leonardo Da Vinci (1452-1519)
Leonardo lahir di daerah Italia tepatnya di daerah Vinci provinsi Firenze
pada tanggal 15 April 1452. Leonardo ialah anak arsitek, musisi, pematung, dan
pelukis pada zaman Renaisans. Ia digambarkan sebagai arketipe (manusia
renaisans) dan sebagai genius universal dan Leonardo terkenal dengan lukisan
perjamuan kudus dan lukisan Monalisa.[33]
Michaelangelo Bounarroti (1475-1564)
Selama abad-abad
kelima belas dan keenam belas, Renaisans telah mulai menguasai Eropa. Pujangga
Kristen, Petrarca, menggali menuskrip-manuskrip Latin kuno dan mempopulerkan studinya.
Dari sini berkembanglah rasa kemanusiaan, yang memberi dorongan untuk
mempelajari sastra klasik dan menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan.
Dengan perlahan tapi pasti, penekanan yang lebih besar sudah mulai diterapkan
pada manusia, kemampuan berpikir dan tindakannya. Meskipun kekristenan masih
sering mempunyai dampak besar pada pemikiran, namun dunia ini perlahan-lahan
beralih dari kehidupan yang berpusat pada gereja. Di bawah Julius II,
Michaelangelo menerima proyek melukis langit-langit kapel Sistina, kapel
pribadi paus. Di bawah Julius II, Michaelangelo menerima proyek melukis
langit-langit kapel Sistina, kapel pribadi paus. Dari tahun 1508 sampai 1512 ia
mewujudkan fresco hebat yang menggambarkan lelaki dan wanita yang
berdarah-daging, yang tampaknya menerima hidup dengan senang hati. Pada tahun
1534, Micahelangelo kembali ke Kapel Sistina untuk melukis tembok di belakang
altar. Last Judgement (Penghakiman
Terakhir melukiskan Yesus yang teguh. Paus Paulus III pertama kali melihat
karya ini, dengan rasa kagum ia berdoa, “Tuhan,
janganlah menghukum aku akan dosa-dosaku bila Engkau datang pada Hari
Penghakiman”.[34]
2.5.
Pengaruh Renaisans Terhadap Kehidupan dan
Gereja
Dampak dengan memasuki zaman renaisans ini membuat fokus manusia tidak lagi
pada Tuhan atau hal-hal rohani, melainkan kepada dunia saja. Dalam dunia itu
yang merupakan pusat utama ialah manusia. Manusia didewa-dewakan, manusia tidak
hanya merupakan pusat pandangan. Aliran yang memusatkan pandangan kepada
manusia disebut humanisme. Dalam aliran ini manusia menjadi hal yang tertinggi.
Memang renaisans berpengaruh dalam budaya dunia dan banyak dianut orang
karena sifatnya yang memberi tempat bahkan menjunjung kembali harkat manusia
lebih-lebih pada abad-abad sebelum dunia ini di dominansi oleh agama sehingga
manusia seakan-akan tidak mempunyai arti hidup karena hdupnya diatur dan
dikuasai oleh pemuka agama maupun para penguasa negara.
Secara positif, humanisme ada hikmahnya, karena humanisme telah mengangkat
kembali manusia dari kebodohan zamannya dan membuka zaman bagi manusia sehingga
manusia dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam mengamati gejala
alam. Dengan makin bertambahnya penyelidikan, sehingga banyak rahasia alam
dapat diketahui melalui hasil karya pemikiran para ahli ilmu pengetahuan,[35]
seperti ketika gereja menerima karya seni yang dibawa oleh tokoh renaisans
seperti Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci yang memberi warna baru bagi gereja
dan karya seni.[36]
Peradaban bangsa-bangsa Romawi yang mendahului peradaban Kristen, sekarang
dipelajari pula. “Pulanglah kepada
sumber-sumber!” itulah semboyan humanisme; berhubung dengan itu, maka bukan
saja sumber-sumber kesusasteraan Kristen. Demikian pula sejarah Gereja
diperiksa lagi dengan cermat. Akan tetapi bukanlah maksud renaisans untuk
melawan Gereja.[37]
Pembaharuan dalam bidang ilmu pengetahuan merupakan pertentangan terhadap
teori gereja pada saat itu. Contohnya, pembaharuan ilmu pengetahuan yang dibawa
oleh Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei, pandangan tentang teori Heliosentris
(berpusat pada matahari), yang menekankan bahwa matahari sebagai pusat tata
surya di anggap gereja sebagai perusak iman. Karena pada saat itu gereja
menganut teori giosentris (yang menempatkan bumi sebagai pusat tata surya).
Akibat hal ini gereja mengucilkan Copernicus dan Galileo dari gereja Katolik
Roma dan itulah awal konflik antara otoritas gereja dengan kekebasan berfikir
(sains) pada masa pertengahan.[38]
Di satu sisi renaisans juga memiliki dampak negatif karena manusia berhasil
menemukan sesuatu yang baru, manusia itu menjadi fokus utama. Ada anggapan
bahwa itu semua karena usaha dan kemampuan manusia semata-mata. Kemajuan yang
dicapai juga karena perjuangan manusia semata-mata. Ada pemujaan terhadap
pengetahuan itu sendiri.[39]
III.
Kesimpulan
Renaisance istilah bahasa Prancis yang berasal dari bahasa latin, re dan nesai, kelahiran kembali.
Kelahiran kembali mengarah kepada kebudayaan klasik (Yunani-Romawi). Timbulnya
renaisans akibat dari krisis besar yang dialami oleh kepausan. Tentu saja
krisis di kepausan terasa di seluruh gereja, bahkan seluruh kehidupan
masyarakat terpengaruh. Kehidupan gereja merosot, sebab tidak ada pimpinan yang
kuat. Sehingga kontrol terhadap kerohanian menjadi kurang sehingga tingkah laku
merosot. Usaha-usaha untuk mengadakan reformasi diadakan dan hasilnya pada
tahun1415 skhisma kepausan dipulihkan. Raja-raja memainkan peranan penting
dalam mengakhiri perpecahan gereja. Sebagai akibat perkembangan itu mulailah
suatu kebudayaan, yang disebut Renaissance.
Pembaharuan itu berlangsung dari abad ke-14 sampai abad ke-16, mulai dari
Italia, dan tersebar ke Perancis, Spanyol, Inggris dan Jerman. Tujuannya untuk
menggali sumber-sumber gereja yang ada di gereja kuno, dan lebih luas untuk
kembali kepada sumber kebudayaan Kristen yang ada di kebudayaan Yunani dan
Romawi. Penelitian itu memperkuat bahwa banyak hal dalam gereja, baik segi
kehidupan maupun ajarannya, perlu diperbaiki. Namun, tidak hanya di dalam ruang
lingkup gereja saja, melainkan dalam bidang-bidang tertentu renaisans membawa
pembaharuan, seperti : bidang ilmu pengetahuan maupun bidang seni dan budaya.
Walaupun saat itu gereja menghukum hasil penemuan dari Copernicus dan Galileo
Galilei, yang pada akhirnya gereja meminta maaf atas perlakuan mereka. Renaisans
yang membawa pembaharuan, ternyata membawa dampak bagi orang-orang, salah satu
dampaknya yakni orang beranggap bahwa manusia menjadi fokus utama, usaha dan
kemampuan yang menjadi titik tolak, lalu mengarah kepada pengetahuanlah yang
menjadi bahan pemujaan orang sezaman itu.
IV.
Daftar
Pustaka
Aritonang,
Jan S., Berbagai Aliran Di Dalam dan
Sekitar Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2015.
Aritonang,
Jan Sihar, Garis Besar Sejarah Gereja,
Jakarta, Gunung Mulia, 2009.
Berkhof, H.
& I.H.Enklaar, Sejarah Gereja,
Jakarta, Gunung Mulia, 2015.
Curtis,
A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, Jakarta,
Gunung Mulia, 2015.
Hadiwijono,
Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 2,
Yogyakarta, Kanisius, 2005.
Hakim, Atang
Abdul, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum,
Bandung, Pustaka Setia, 2008.
Heuken,
A., Ensiklopedia Gereja IV (Ph-To), Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka, 1994.
Jonge, C. De,
Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,
Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1987.
McGrath,
Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi,
Jakarta, BPK-GM, 2011.
Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta, Teras, ttp.
Situmorang, Jonar
T.H., Sejarah Gereja Umum,
Yogyakarta, ANDI, 2014.
[1]
Jonar T.H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI,
2014), 305.
[2]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad
Saebani, Filsafat Umum, (Bandung:
Pustaka Setia, 2008), 339.
[4]
Jonar T.H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, 305.
[5]
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Gereja, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2009), 10.
[6]
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987),
60.
[8]
H.Berkhof & I.H.Enklaar, Sejarah
Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 94-95.
[9]
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, 68.
[10]
Jonar T.H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, 306.
[11]
H.Berkhof & I.H.Enklaar, Sejarah
Gereja, 99.
[12]
Muzairi, Filsafat Umum, (Yogyakarta: Teras, ttp), 341.
[13]
H.Berkhof & I.H.Enklaar, Sejarah
Gereja, 100.
[17]
A. Heuken, Ensiklopedia Gereja IV (Ph-To), (Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 1994), 101.
[18]
Thomas Aquinas merupakan seorang
teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah sangat mahir dalam filsafat
Aristoteles yang kemudian filsafat itu diselaraskan dan tidak menjadi berbahaya
bagi iman Kristen. Paus Yohanes XXII mengangkat ia sebagai orang kudus pada tahun 1323. Ia terkenal akan
ipsum esse subsistens (ada yang tak
terbatas). Karya teologis ia yang sangat terkenal adalah Summa Contra Gentiles dan Summa
Theologiae. (F.D. Wellem, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia,
2011), 13-14.).
[19]
A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa
Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 64.
[20]
A. Heuken, Ensiklopedia Gereja IV
(Ph-To), 102.
[21]
A. Heuken, Ensiklopedia Gereja IV (Ph-To), 101.
[22]
F.D. Wellem, Tokoh-tokoh Dalam Sejarah
Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 74.
[23]
Pandangan yang menekankan bahwa manusia telah dewasa. Manusia sudah dapat
berdiri sendiri dan tidak memerlukan perwalian dari Tuhan Allah atau gereja.
Oleh karena itu, aliran ini sangat menekankan kebebasan manusia sehingga
kebebasan beragama ditekankan. (F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 169.).
[25]
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2012), 129-130.
[26]
Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa
Latin. Sebagian besar karya ini adalah hasil pekerjaan Hieronimus, sehingga
biasanya disebut bahwa Vulgata merupakan karyanya. Tujuan Hieronimus adalah
untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam naskah-naskah Latin yang
beredar pada akhir abad ke-4. Hieronimus menerjemahkannya atas permintaan Paus
Damasus pada tahun 382. Konsili Trente pada tahun 1546 menetapkan Vulgata
sebagai Alkitab yang resmi dipergunakan dalam Gereja Katolik Roma. (F.D. Wellem,
Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2006), 474-475.).
[27]
A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa
Penting Dalam Sejarah Kristen, 69-70.
[28]
A. Heuken, Ensiklopedia Sejarah IV (Ph-To), 104.
[29]
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta:
Kanisius, 2005), 14.
[30]
A. Heuken, Ensiklopedia Gereja IV (Ph-To), 104.
[31]
Jonar T.H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, 307.
[32]
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, 14.
[33]
A. Heuken, Ensiklopedia Gereja IV (Ph-To), 103.
[34]
A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa
Penting Dalam Sejarah Kristen,
74.
[35]
Jonar T.H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, 307-308.
[36]
A. Kenneth Curtis, dkk, !00 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,
75.
[37]
H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, 100.
[38]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 26.
[39]
Jonar T.H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, 308.
No comments:
Post a Comment