I.
PENDAHULUAN
Sejarah
Gereja ialah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan
pembaharuan-pembaharuan yang dialami oleh Gereja selama di dunia ini. Yaitu
kisah tentang permulaan ajaran Injil dengan bentuk-bentuk yang kita pakai untuk
mengungkapkan Injil itu. Kata “gereja” melalui kata Portugis igreja, berasal dari kata Yunani ekklesia. Selain itu, dalam bahasa
Yunani ada satu kata lain yang berarti “gereja” yaitu kuriakon yang artinya rumah Tuhan. Dalam bahasa Inggrisnya church dan Belanda kerk yang berasal dari kata Yunani itu. Ekklesia
berarti, mereka yang dipanggil. Yang pertama dipanggil oleh Kristus ialah
para murid, Petrus dan yang lain-lain. Sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga
dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”,
artinya “mereka yang diutus”. Rasul-rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan
berita kesukaan, sehingga lahirlah gereja Kristen.[1] Dari
pengertian tentang gereja tersebut, pada kesempatan ini, akan dibahas Gereja
Mula-Mula serta kedudukan Gereja sebagai Religio
Illicito dan sebagai Religio Licito
di wilayah Kekaisaran Romawi. Melalui sajian ini, semoga dapat menambah wawasan
kita bersama..
II.
PEMBAHASAN
2.1
Sekilas
Mengenai Gereja Mula-Mula
Hari
kelahiran Gereja ialah hari turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi
tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut
Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, di sana terbentuklah jemaat-jemaat
kecil. Keadaannya nampaknya seperti mazhab
Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih mengunjungi Bait Allah
dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian, nyata juga
perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebangsanya, karena
mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang
dijanjikan itu. Dengan demikian taurat, Bait Allah dan sinagoge lambat laun
kurang penting bagi kaum Kristen.[2]
Pada
masa Gereja mula-mula, Gereja lahir dan berkembang terbagi atas 2 negara besar,
yaitu kekaisaran Roma dan kekaisaran Persia, dan perang kekaisaran Roma Kekristenan
mengalami tekanan serta aniaya, namun Kekristenan justru semakin berkembang.[3]
Dalam
buku Berkhof dengan judul Sejarah Gereja mengatakan bahwa jemaat yang mula-mula
itu bersifat komunis berhubung dengan penjualan harta benda yang hasilnya
dibagi-bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing
(Kis. 2:44).
Pada
masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa “karunia oleh
Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang sakit, mengadakan mujizat,
bernubuat dan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh (glosolalia), yaitu mengeluarkan bunyi
dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang banyak, tetapi yang perlu
diterangkan maknanya (1 Kor. 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat kita lihat
bahwa pada abad-abad kemudian juga orang ada yang di anugerahi karunia semacam
itu (1 Kor. 14).[4]
Pola
ibadah jemaat mula-mula tidaklah jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Gereja
saat ini. Mereka mengadakan pertemuan pada hari minggu, hari kebaktian, bukan
hari sabtu (sabat orang yahudi). Dalam pertemuan itu mereka merayakan ekaristi,
mempelajari kitab suci, berdoa dan menyanyikan lagu pujian. Dan biasanya mereka
mengadakan pertemuan pagi-pagi sekali, mereka membaca kitab nabi-nabi yahudi
dan tulisan para rasul serta para penginjil. Mereka juga mengadakan berdoa
bersama bagi mereka yang membutuhkan dan mereka yang sakit, dengan menyanyikan
lagu pujian bagi Kristus.
Dalam
abad mula-mula jemaat Kristen terlebih yang di kota-kota mempunyai jemaat yang
lebih banyak. Diakibatkan penyebaran Injil mengikuti lalu lintas raya.
Berhubungan dengan itu penginjilan di Timur tidak diselenggarakan oleh
orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani. Bahkan, orang-orang Yahudi Kristen
Syria dan Palestina. Itulah sebabnya sehingga dalam beberapa hal Kekristenan di
Syria Timur dan di Mesopotamia adalah Edessa. Pada tahun 179 Raja Edessa masuk
ke Kristen, sehingga Edessa merupakan negara Kristen yang pertama.[5]
Salah seorang yang menjadi penginjil di sebelah Timur adalah Addai. Penginjil
inilah yang kemudian menahbiskan uskup Kristen yang pertama di kota
Mesopotamia, dari sanalah Injil menyebar ke arah Timur dan Tenggara. Maka pada
zaman ini sudah timbul cara yang berbeda untuk mengungkapkan keselamatan yang
diberikan Allah di dalam diri Yesus Kristus.[6]
2.2
Kedudukan
Gereja Sebagai Religio Illicito
Gereja
mula-mula dalam konteks Religio Illicito
(Agama yang belum sah) pada tahun 33 Kehidupan Gereja mula-mula dalam Kisah
Para Rasul memperoleh kesan bahwa Injil
tersebar dari Yerusalem menuju dunia mencapai Roma. Kota Alexandria di
Mesir telah lama menjadi pusat koloni orang-orang Kristen. Di Kirenchester ditemukan sisa-sisa tulisan
yang berbahasa latin, yang berisi dua kata pertama dari Doa Bapa Kami, dan
keterangan ini menunjukkan bahwa penyebaran Injil tidak hanya menurut satu
jalur Yerusalem dan Roma. Pada masa ini kebaktian jemaat Kristen belum
mempunyai gedung-gedung Gereja, anggota-anggotanya berkumpul di rumah salah
seorang diantara mereka, atau juga ruang lain yang tersedia. Di dalam kebaktian
ada pembacaan firman dari surat-surat rasuli, lalu dari PL yang berlangsung
cukup lama. Kemudian dinyanyikan salah satu mazmur.
Pada
masa ini, alat musik tidak ada sebab dianggap tidak pantas dipakai dalam
kebaktian, yang ada ialah seorang chantol,
yaitu seorang biduan pemimpin. Dia dan jemaat menyanyikan mazmur
bersahut-sahutan. Setelah itu, uskup berkhotbah ia tidak berdiri tetapi duduk diatas
kursi yang cukup tinggi.[7]
Namun pada masa ini Gereja mulai memperkembangkan bentuk organisasi, liturgi
dan teologia meskipun banyak hambatan dan ancaman yang dihadapi oleh Gereja.
Bentuk organisasi atau tata Gereja dikembangkan Gereja berdasarkan organisasi
yang terdapat di rumah-rumah ibadah ataupun di masyarakat. Namun seiring dengan
bertumbuhnya tata Gereja di tempat-tempat tertentu rakyat mulai menyiksa dan
menganiaya kaum Kristen. Banyak orang Kristen mati Syahid karena ancaman-ancaman dari sistem pemerintahan kaisar
Romawi. Akan tetapi, akibatnya adalah Gereja tidak hilang, melainkan bertambah
anggotanya, sebab keberanian iman yang diperlihatkan para Syahid sangat mengesankan.[8]
2.3
Tantangan
dan Hambatan Gereja
a.
Godaan
Dari Pihak Gnostik
Kata
gnostik ini berarti “pengetahuan” tetapi di sini dimaksudkan suatu “hikmat
tinggi” yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan manusia. Pada
zaman itu banyak orang terpelajar mengejar hikmat tinggi itu dengan giat, sebab
akal sanubarinya kurang dipuaskan oleh agama biasa yang mudah dipahami. Gnostik
menganggap berita Injil itu terlampau sederhana. Hikayat-hikayat yang terang
isinya dan ajaran Gereja yang mudah dimengerti kurang digemari oleh pihak
Gnostik sehingga mereka mencari suatu hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan
penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka mulai menafsirkan Injil secara alegoris, tetapi dengan demikian
“kebodohan salib” ditukarkankannya dengan “hikmat dunia” (1 Kor. 1:18-25).
b.
Dari
Pihak Marcion
Marcion
ialah seorang kaya di bandar Sinope di pesisir Laut Hitam, dan ada usaha
perkapalannya di daerah itu. Tetapi ia meninggalkan kota itu untuk menyebarkan
kemana-mana di dalam Gereja pandangan-pandangannya yang baru tentang Injil.
Akan tetapi, Gereja menolak ajarannya, pada tahun 144 ia dikucilkan oleh jemaat
Roma. Marcion sangat bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia
membentuk sebuah Gereja Baru (Gerejanya Sendiri), yang berkembang dengan cepat,
sehingga beberapa puluh tahun kemudian hampir sama besarnya dengan Gereja
Katolik. Barulah pada abad ke V Gereja Marcion berangsur-angsur lenyap, oleh
karena perlawanan dari negara, yang menghendaki satu Gereja Kristen.
c.
Dari
Pihak Montanisme
Salah
benar ajaran Montanus bahwa Roh Tuhan mengaruniakan pernyataan baru lagi, yang
lebih tinggi dan sempurna daripada pernyataan Tuhan dalam Alkitab. Injil saja
sudah cukup, sehingga tak perlu ditambah lagi. Jikalau jemaat Kristen
mengasingkan diri supaya boleh mengarahkan pikirannya kepada kedatangan Kristus
saja, tak dapat tidak jemaat mengabaikan tugasnya di dalam dan untuk dunia ini.
Gereja tak boleh menjadi sekta, yang hanya mengutamakan kesalehan dan
keselamatannya sendiri saja, tetapi ia terpanggil untuk memasyhurkan Injil
kepada semua manusia di tengah-tengah masyarakat.[9]
2.4
Senjata-Senjata
Gereja
1.
Kanon
Gereja
mempunyai sebuah kitab saja yang menjadi kanon (yaitu ukuran atau kaidah) bagi
kepercayaan dan kehidupan anggotanya, yaitu Perjanjian Lama. Segala cerita
Lisan dan tulisan mengenai Tuhan sangat berkuasa dalam Gereja. Gereja dalam
melawan sekta-sekta yang telah mengumpulkan banyak gnostik dan marcion
surat-surat kudus yang menjadi kanonnya, Gereja membuat suatu penetapan kanon.
Gereja menyatakan bahwa masa penyataan Tuhan telah diakhiri dengan Perjanjian
Baru.
2.
Pengakuan
Pengakuan
yang tertua hanyalah mengenai Kristus: “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor. 12:3).
Pengakuan ini kemudian ditambah dengan keterangan-keterangan mengenai Kristus,
seperti yang nyata dalam Roma 1:3, berikutnya hal-hal mengenai keselamatan
ditambah juga sehingga perkembangan tersebut menjadi “Keduabelas Pasal Iman”.
Pengakuan
keduabelas Pasal Iman itu erat hubungannya dengan Alkitab dan selalu dijelaskan
tentang rasul-rasul. Sebab itu timbullah nama “Pengakuan Iman Rasuli”.
3.
Pewarisan
Jabatan Rasuli
Pemimpin-pemimpin
Gereja menunjuk jemaat kepada uskupnya yang dipilih dengan jalan yang sah. Dia
sajalah yang sanggup memberi keputusan tentang segala masalah, yang
mengharu-birukan jemaat karena khotbah dan pengajaran semua sekta dan nabi
palsu itu.[10]
2.5
Tindakan
Pemerintah Romawi terhadap kaum Kristen
a.
Kaisar
Nero (54-68 M)
Kaisar
Nero merekayasa suatu kejahatan berupa pembakaran kota Roma, yang dituduhkan
secara keji sebagai perbuatan kaum Kristen. Akibatnya, banyak orang Kristen
yang ditangkap, serta dianiaya dengan siksaan yang kejam dan akhirnya dibunuh.
b.
Kaisar
Domitianus (81-96 M)
Kaisar
Domitianus menganiaya kaum Kristen karena dia takut terhadap persaingan dalam
bentuk apapun. Tatkala sang penguasa menuntut rakyat untuk mengakui dirinya dominus et deus (tuhan dan allah), kaum
Kristen tegas menolak, sehingga banyak diantara mereka yang dihukum mati
syahid.
c.
Kaisar
Aurelius (161-180 M)
Kaisar
Aurelius menganiaya kaum Kristen karena dia berpihak kepada kepentingan aliran
Stoa.
d.
Kaisar
Decius (249-251 M)
Kaisar
Decius menganggap bahwa semakin bertambah banyaknya orang Kristen merupakan
ancaman terhadap ketentraman kekaisaran. Decius adalah kaisar pertama, yang
mengadakan penganiayaan secara besar-besaran terhadap orang-orang Kristen, yaitu
meliputi seluruh wilayah kekaisaran.
e.
Kaisar
Diocletianus (284-305)
Kaisar
Diocletianus menganiaya kaum Kristen karena khawatir bahwa mereka akan bersikap
tidak loyal, sehingga dia menganggap mereka akan menghambat pembaruan dan
pembangunan negeri. Dia telah memerintah suatu penganiayaan yang paling dahsyat
sepanjang sejarah Gereja Lama. Pejabat-pejabat dan para penguasa di setiap
wilayah kekaisaran diperintahkan untuk membakar kitab-kitab suci kaum Kristen,
menghancurkan tempat peribadahan mereka, mengejar-ngejar mereka, mengadili
serta membunuh siapa pun yang tidak bersedia untuk mempersembahkan kurban
kepada para dewa.[11]
2.6
Tokoh-Tokoh
Gereja Pada Masa Religio Illicito
1.
Polikarpus
Polikarpus
dilahirkan sekitar tahun 69. Polikarpus bekerja sebagai uskup di jemaat Smirna,
Asia kecil pada pertengahan abad ke 2. Ia dikenal sebagai seorang yang memiliki
iman yang teguh dan hidupnya sangat sederhana. Sebagai seorang uskup, ia
berhadapan juga dengan kelompok Marcion, Ia menyebutnya sebagai anak sulung
iblis. Pada tahun 154 Polikarpus pergi ke Roma untuk menyelesaikan pertikaian
tentang perayaan Paskah dengan jemaat Roma. Polikarpus diterima dengan hormat
oleh Anicetus, uskup Roma. Ia memperoleh persetujuan dari Anicetus bahwa
jemaat-jemaat di Asia kecil boleh meneruskan kebiasaan mereka dalam merayakan
Paskah pada 14 bulan Nissan.
Tidak
lama sesudah kembali dari Roma Polikarpus ditangkap dan digiring ke Roma. Ia
diminta oleh kaisar supaya menyangkal Kristus serta mengutuk Kristus, namun ia
tidak mau. Sampai tiga kali kaisar bertanya kepadanya apakah ia mau mengutuk
Kristus agar sang uskup dilepaskan dari hukuman mati namun ia secara tegas dan
teguh iman kepada Kristus menjawab perkataan sebagai berikut “ aku telah
melayani Kristus 86 tahun lamanya, namun belum pernah sekalipun ia berbuat
jahat kepadaku, bagaimana aku dapat mengutuk Kristusku? Juruselamatku?”.
Kemudian Polikarpus dibakar dan disiksa, sisa tubuhnya dibawa dan dikuburkan di
Smirna.[12]
2.
Irenaeus
Irenaeus
adalah salah seorang Bapak Gereja Timur yang terpenting pada abad ke 2. Masa
mudanya ia habiskan di Asia kecil, ia biasa mendengar khotbah-khotbah dari
Polikarpus dan diperkirakan ia lahir sekitar tahun 115 sampai tahun 125.
Setelah dewasa ia menjadi Presditer di Lyons. Irenaeus adalah seorang pembela
kesatuan Gereja. Ajaran dan aliran sesat dilawannya dengan keras. Tulisannya
yang sangat terkenal adalah /adversus haeresias (melawan aliran-aliran sesat).[13]
2.7
Dampak
Penganiayaan Terhadap Kehidupan Orang Kristen
Banyak
orang Kristen yang setia hingga kematian dan melakukan perbuatan herois.
Irenaeus mengatakan bahwa Gereja, disebabkan oleh kasihnya kepada Allah, mereka
diutus ke segala tempat dan pada setiap waktu untuk menjadi martir bagi Bapa.
Philip
Schaff, seorang ahli sejarah Gereja mengatakan bahwa pentingnya kesyahidan itu
di dalam Gereja-gereja lama tidak diukur dari jumlah korban ataupun kejamnya
siksaan terhadap mereka, melainkan lebih utama pada kesaksian mereka yang menentang
kegelapan sehingga dengan demikian mereka telah mempertahankan Kekristenan dari
pemusnahan.[14]
2.8
Kedudukan
Gereja Sebagai Religio Licito
Masa
Religio Licito (Agama yang sudah sah) adalah masa dimana Gereja dan Kristen
diakui sebagai Gereja dan Agama negara Romawi. Diakuinya Gereja Religio Licito diawali dengan
pertempuran yang terjadi antara Konstantinus, seorang prajurit Roma yang ada di
Inggris dan Prancis. Pada tahun 313, kaisar Konstantinus Agung ketika ia berada
di kota Milano, Italia mengeluarkan edik (surat perintah) yang disebut edik
Milano. Dalam edik ini diberi kebebasan kepada warga negara Romawi untuk
menganut agama Kristen. Dengan Edik Milano ini mulailah periode baru bagi
Gereja, Gereja dapat berkembang dan menikmati hak-hak yang sama dengan
agama-agama lain. Lambat laun Gereja mulai memperoleh bantuan dan hak-hak
istimewa dari pemerintah. Hak para uskup mengatur Gereja diakui dan dihormati
oleh negara. Konstantinus Agung telah menaruh perhatian besar bagi Gereja,
memulihkan harta, menyumbangkan uang serta mengadakan konsili-konsili Gereja di
Arles dan Nicea.[15]
Keadaan
ini menjadi hukum negara pada tahun 380 waktu kaisar Theodosius mengeluarkan
edik. Dalam edik theolosius agama Kristen dijadikan agama negara dan semua
warga negara Romawi diwajibkan menjadi anggota Gereja Katolik. Akibat
perkembangan ini bagi Gereja adalah sangat positif, karena kebebasan dan
dukungan yang diberikan negara Gereja dapat maju dan mekar. Pada pihak lain
juga ada akibat negatif yaitu dibukanya kesempatan bagi negara untuk campur
tangan dalam hal-hal Gereja. Gereja disamping lembaga Rohani juga menjadi kuasa
politik. Demikian juga uskup bukan tokoh Rohani saja tetapi sekarang juga
diberi peran politik. Jumlah anggota Gereja bertambah besar tetapi yang masuk
Kristen tidak semua didorong lagi karena keyakinan murni, ada juga yang menjadi
anggota Gereja karena wajib atau karena karir.[16]
2.9
Tokoh-Tokoh
Gereja Pada Masa Religio Licito
1.
Augustinus
Augustinus
adalah teolog Kristen yang terbesar setelah rasul paulus, ia juga adalah sang
Bapa Gereja barat. Aurelius augustinus lahir di tagaste tahun 354. Ayahnya bernama patricius seorang kafir dan
ibunya bernama monika seorang Kristen Katolik. Dia memulai pendidikannya di tagaste dan kemudian belajar retorika dan filsafat chartago. Setelah belajar di chartago augustinus kembali ke kota
kelahirannya dan menjadi Guru retorika
disana. Tahun 372, dia pindah ke chartago
dan menjadi retorika disana. Augustinus
mengalami pergumulan yang hebat yaitu keinginan untuk mencari kebenaran yang
sejati dan memberikan kepadanya suatu kedamaian hidup.
Ada
dua karya penting Augustinus yaitu antara tahun 399 dan 419 ia menulis karya
yang terbesar di bidang dogmatika: De
Trinitate (Trinitas), di dalamnya ia menyimpulkan semua pandangan para Bapa
Gereja terdahulu dan ia menyajikan ajaran ketritunggalan secara sistematis.
Yang kedua antara tahun 413 dan 427 augustinus menulis karyanya yaitu De Civitate Bei (Kota Allah) yang
pertama ia mengemukakan bahwa para ilah kafir pada hakikatnya gagal memberi
harta surgawi. Pada bagian kedua augustinus menelusuri sejarah sejak penciptaan
hingga kekekalan dan dua kota atau masyarakat yang berbeda: yaitu kota Allah
dan kota iblis. Kota itu adalah dua kelompok manusia yang berbeda karena cinta
yang berbeda. Kasih kepada Allah melawan cinta kepada diri sendiri, cinta akan hal
yang baka melawan cinta akan hal yang fana. [17]
2.
Origenes
Origenes
lahir sekitar 185 dari keluarga Kristen di Aleksandria. Ia mengabdikan diri
sepenuhnya dengan hidup sederhana dan tidak melupakan imannya. Demetrius, uskup Aleksandria,
mengangkatkatnya sebagai kepala sekolah katekisasi (tempat mereka yang ingin
dibaptis dan diberi pengajaran).
Akan
tetapi, ia akhirnya bertengkar dengan Demetrius, yang ingin memperluas
kekuasaannya sebagai uskup. Origenes pindah ke Kaisarea di Palestina, tempat ia
melanjutkan pekerjaannnya dan sangat dihormati. Pada zaman penganiayaan Decius,
ia di penjara dan disiksa dengan harapan bahwa ia akan menyangkal imannya.
Beberapa tahun kemudian, ia meninggal karena luka-lukanya.[18]
III.
KESIMPULAN
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dikatakan Gereja mula-mula sebab Hari
kelahiran Gereja ialah hari turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi
tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut
Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, dan di sana terbentuklah
jemaat-jemaat kecil. Pada masa Gereja mula-mula, Gereja lahir dan berkembang
terbagi atas 2 negara besar, yaitu kekaisaran Roma dan kekaisaran Persia, dan
perang kekaisaran Roma Kekristenan mengalami tekanan serta aniaya, namun
Kekristenan justru semakin berkembang. Dalam abad mula-mula jemaat Kristen
terlebih yang di kota-kota mempunyai jemaat yang lebih banyak. Diakibatkan
penyebaran Injil mengikuti lalu lintas raya.
Kedudukan
Gereja Sebagai Religio Illicito,
ataupun kedudukan Gereja pada masa itu belum diakui secara sah. Banyak orang
Kristen mati Syahid karena
ancaman-ancaman dari sistem pemerintahan kaisar Romawi. Akan tetapi, akibatnya
adalah Gereja tidak hilang, melainkan bertambah anggotanya, sebab keberanian
iman yang diperlihatkan para Syahid
sangat mengesankan yang tetap mempertahankan keyakinannya kepada Tuhan.
Sehingga Pada tahun 313, kaisar Konstantinus Agung ketika ia berada di kota
Milano, Italia mengeluarkan edik (surat perintah) yang disebut edik Milano.
Dalam edik ini diberi kebebasan kepada warga negara Romawi untuk menganut agama
Kristen. Dengan Edik Milano ini mulailah periode baru bagi Gereja, Gereja dapat
berkembang dan menikmati hak-hak yang sama dengan agama-agama lain atau
dikatakan juga Gereja yang kedudukannya sebagai Religio Licito (kedudukan Gereja yang sudah diakui secara sah). Lambat
laun Gereja mulai memperoleh bantuan dan hak-hak istimewa dari pemerintah. Hak
para uskup mengatur Gereja diakui dan dihormati oleh negara. Konstantinus Agung
telah menaruh perhatian besar bagi Gereja, memulihkan harta, menyumbangkan uang
serta mengadakan konsili-konsili Gereja di Arles dan Nicea. Keadaan ini menjadi
hukum negara pada tahun 380 waktu kaisar Theodosius mengeluarkan edik. Dalam
edik theolosius agama Kristen dijadikan agama negara dan semua warga negara
Romawi diwajibkan menjadi anggota Gereja Katolik. Akibat perkembangan ini bagi
Gereja adalah sangat positif, karena kebebasan dan dukungan yang diberikan
negara, Gereja dapat maju dan mekar. Pada pihak lain juga ada akibat negatif
yaitu dibukanya kesempatan bagi negara untuk campur tangan dalam hal-hal
Gereja. Gereja disamping lembaga Rohani juga menjadi kuasa politik.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Berkhof,
H, Sejarah Gereja, H. Berkhof, Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2012
Culver,
Jonathan E, Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji
Sesawi, 2013
End,
TH. Van Den, Harta Dalam Bejana,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008
Jonge,
C. De, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
Lane,
Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012
Lembong,
Ferry H. A, Sejarah Gereja Umum,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen
Agama, 1992
S,
Jonar, Sejarah Gereja Umum,
Yogyakarta: ANDI, 2014
Schie,
G. Van, Rangkuman Sejarah Gereja
Kristiani dalam Konteks Agama-Agama lain, Jakarta: Obor, 1994
Wellem,
F. D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh
Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
[1] Ferry H.A Lembong, Sejarah Gereja Umum, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama,
1992), 2
[2] H. Berkhof, Sejarah Gereja, H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 7
[3] Jonar S, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI,
2014), 14
[4] H. Berkhof, Sejarah Gereja, 8
[5] TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), 1-2
[6] G. Van Schie, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani dalam
Konteks Agama-Agama lain, (Jakarta: Obor, 1994), 390
[7] TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, 59
[8] C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 53-56
[9] H. Berkhof, Sejarah Gereja, 19-26
[10] H. Berkhof, Sejarah Gereja, 26-29
[11] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji
Sesawi, 2013), 104-105
[12] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 160-162
[14] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 106-107
[15] C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, 56-57
[17] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), 43
[18] Jonar S, Sejarah Gereja Umum, 194