Mesias menurut Orang Israel & menurut Orang Kristen


Mesias menurut Orang Israel 
&
menurut Orang Kristen

I.         Pendahuluan
Ada perluasan pemahaman yang terjadi terkait arti dari penyebutan “Mesias” dari masa Israel sampai pada orang-orang Kristen pada saat ini. Pemahaman orang Kristen terhadap penyebutan kata Mesias merupakan perkembangan pemahaman dari apa yang dipahami oleh Israel. Untuk itu, penyaji mencoba untuk memberikan pemahaman tentang perbedaan pemahaman tentang Mesias menurut orang Israel dan menurut Orang Kristen. Semoga sajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
II.      Pembahasan
2.1.Pengertian Mesias
Menurut De Jonge dalam bukunya “the Use or the word ‘Anointed’ in the time or Jesus”, kata “Mesias” adalah kata yang biasanya digunakan untuk menunjuk kepada gambaran orang yang membawa keselamatan masa mendatang dalam jenis apapun, tanpa memperhatikan dari mana asalnya dalam suatu masa. “Mesias” dan “Mesianic”. Seharunya digunakan hanya ketika menunjukkan suatu kerja yaitu “Mengurapi”.[1]
2.2.Mesias menurut Orang Israel (dalam Perjanjian Lama)
Perkataan ‘Mesias” yang sebenarnya artinya adalah “yang diurapi” hanya terdapat dalam kitab Daniel 9: 25, 26 di dalam Perjanjian Lama, dikemudian hari mengambil tempat utama dalam harapan bangsa Yahudi yang adalah keturunan bangsa Israel. Gagasan tentang mesias ini kemudian dipahami sebagai ‘seseorang’ yang dipilih orleh Allah, kemudian diurapi oleh-Nya. Sehingga menurut pemahaman Israel, di dalam gagasan Mesias ini, Allah yang memilih dan melindungi raja Israel, “Ia mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, dan menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya, kepada Daud dan anak cucunya untuk selamanya” (II Sam. 22:51). Dalam konteks yang lain gagasan ini terlihat dalam pilihan Allah kepada Koresy[2] untuk mengerjakan maksud-maksud penyelamatan-Nya. Kemudian, Mesias juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Israel yang dipakai Allah untuk menyelesaikan maksud-maskud-Nya,[3] sehingga raja-raja dan Imam-iman, terutama raja Daud dan para penggantinya disebut juga “yang diurapi”.[4]
Sesungguhnya perumpamaan mengenai tunas yang akan keluar dari tunggul Isai (Yes.11:1, 10), yaitu yang tersisa dari keluarga Daud, merupakan gambar yang paling lazim mengenai Mesias dalam Perjanjian Lama. Sang Mesias dikatakan disana adalah anak Daud (Maz. 110:1) dan adalah Allah (Maz. 45:7). Maksud-maksud penyelamatan Allah ditandai dengan kelahiran yang sangat unik dan dinyatakan dalam nubuat yang sangat membangkitkan minat, “sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: sesungguhnya, seorang perempuan muda[5] mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes. 7:14). Dalam konteks yang langsung menyusul, ayat ini berbicara mengenai maskud Allah untuk membinasakan Israel melalui suatu kekuatan dari utara, tetapi pada saat yang sama sang nabi “memperlihatkan di depan mata orang-orang yang akan dihukum itu, harapan kelahiran Imanuel yang masih jauh tetapi pasti”. Allah sendiri akan menyertai Israel untuk melepaskannya, dan tak ada maksud-maksud asing dapat menguasainya. Terdapat pengertian yang lebih luas di mana pengharapan yang dihubungkan dengan Mesias, merupakan penggenapan anugerah awal yang diberikan kepada manusia berdasarkan penciptaanya yang menurut gambar Allah (Kej. 1:26), dan selanjutnya diuraikan panjang lebar dalam Mazmur 8. Juga harus disebutkandi sini mengenai anak manusia (Dan. 7), yang kepadanya diberikan kekuasaan universal, dan umat-Nya turut mengambil bagian dalam kekuasaan itu. di sini pola Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Mesias berulang. Ia adalah manusia tetapi memiliki sifat-sifat ilahi; Ia akan memerintah seluruh dunia meski banyak yang menentang.[6]
Pemahaman Israel tentang Mesias juga dipengaruhi oleh kebiasaan agama yang mereka alami, hal ini berkaitan dengan pemilihan raja atas Israel yang dilakukan Allah melalui perantara hambanya. Raja yang dipilih kemudian diangkat, diurapi, naik takhta. Adat penobatan yang biasa di gunakan Israel adalah:[7]
1.      Pengurapan raja-raja
Pengurapan ini memiliki dua arti, pertama, upacara pengurapan raja-rajamenjadi suatu adat Israel yang tetap berlaku di sepanjang zaman kerajaan. Kedua, mempunyai makna politis. Para tua-tua, para kepala atau wakil suku-suku, para imam dan seluruh rakyat yang turut hadir dalam upacara itu, semuanya bertindak sebagai warga masyarakat. Memang benarlah mereka pada saat itu juga bertindak sebagai warga umat TUHAN: Pengurapan itu berlangsung “di hadapan TUHAN” (2 Sam. 5:3), persembahan korban-korban keselamatan diadakan (1 Sam. 11:15) untuk memohon berkat, dan raja yang baru dilantik itu akan bergelar “Yang diurapi TUHAN” (Mesias), seolah-olah TUHAN sendirilah yang telah mengurapinya. Namun, titik beratnya dalam upacara itu jatuh pada pengangkatan seorang kepala negara, seorang pejabat pemerintahan sipil dengan tugas dan tanggungjawab di bidang kesejahteraan masyarakat. Dll.
2.      Penyerahan Piagam pelantikan
Raja dinyatakan sebagai anak Allah! ungkapan ini dipengaruhi oleh bangsa-bangsa tetangga Israel. Isi piagam pelantikan raja-raja orang Israel berbeda dengan piagam dari kerajaan Firaun. Misalnya piagam mesir yang menyatakan bahwa rajanya adalah “anak Allah” sejak kelahirannya. Kelahiran itu dianggap terjadi sebagai hasil pernikahan badani dewa tertinggi dengan permaisuri. Namun tidak demikian yang dimaksudkan dalam piagam pelantikan raja-raja Israel. Firman Tuhan menetapkan raja menjadi “anak-Nya yang sulung” (Mzm. 89:28). Raja itu lahir seperti manusia biasa, tetapi pada hari pelantikannya ia diterima, diangkat seperti anak Allah sendiri. Bukan soal kelahiran yang ajaib, tetapi pengangkatannya itulah yang menjadi penekanan. “anak Allah” juga erat kaitannya dengan kisah pemilihan dan pengangkatan seorang raja tertentu, yaitu Daud. “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu” (2 Sam. 7:14). Firman ini menjanjikan suatu hubungan yang rapat, bahkan mesra, antara TUHAN dengan raja-raja keturunan Daud yang berturut-turut memerintah di atas takhtanya di Yerusalem.
3.      Raja Naik Takhta
Dikatakan bahwa raja akan “duduk di atas takhta” “di sebelah kanan Allah” (Mzm. 47, 93, 96-99, 110:1, 80:18). Artinya raja-raja Israel ikut-serta di dalam pemerintahan TUHAN atas umatNya dan atas semua bangsa (Mzm. 89:28). Artinya bukan saja seorang raja itu “diangkat tinggi” saja, melainkan juga diberi pangkat dan tugas[8] yang mulia.
Atas dasar pemahaman adat Israel ini, sehingga memang pemahaman Israel terhadap kesiapaan Mesias yaitu bahwa Mesias itu adalah yang diurapi Allah, yang diurapi biasanya adalah raja-raja dan Imam. Mereka juga memahami bahwa mesias itu akan berasal dari keturunan raja yaitu Daud, dipilih, diurapi dan diangkat menjadi raja,  yang dipahami akan memberikan kesejahteraan dalam arti politis, yaitu kesejahteraan masyarakat yang juga adalah umat Allah. sehingga pemahaman inilah yang kemudian mempengaruhi pemahaman orang-orang Yahudi nantinya yang menolak kehadiran Yesus dalam dunia Perjanjian Baru.
2.3.Mesias menurut Orang Kristen
Ketika kita melihat pengharapan akan Mesias, kita harus menyadari bahwa penulis dalam Perjanjian Baru melihat Yesus sebagai penggenapan dari pengharapan akan Mesias dalam Perjanjian Lama, gambaran Yesus ini sangat berbeda dari apa yang pemahaman orang Yahudi sejamannya yang menolak Yesus karena Yesus tidak seperti apa yang mereka pikirkan atau tidak seperti Mesias yang mereka pahami. Sehingga dapat dipahami bahwa pemikiran tentang Mesias dalam Perjanjian Lama memiliki arti yang ambigu (dua arti).[9]
Di Antiokhia, kelompok pengikut Yesus merupakan kelompok yang dianggap aneh oleh masyarakat. Di situ pulalah mereka untuk pertama kali disebut ‘Kristen’, yaitu sebutan penghinaan untuk kelompok yang kurang disukai masyarakat (Kis. 11:26).[10]
Dalam bahasa Yunani disebut “Messias” (Yoh. 1:41; 4:25; dan di kedua tempat itu ditambah keterangan dengan khristos). Di tempat lain kata ini diterjemahkan dengan kata Yunani Khristos, dari kata kerja khrio¸yang berarti ‘mengurapi’.Pengertian Yesus akan dan cara-Nya untuk menggenapi panggilan ke-Mesias-an-Nya berbeda dari gambaran umum tentang Mesias yang diharapkan. Suara dari sorga pada saat pembaptisan-Nya (Mrk. 1:11) menyambut Dia sebagai Mesias dari suku Daud, dengan kata-kata dari Mzm. 2:7 ‘AnakKu-lah Engkau’. Tapi dengan menambahkan kata-kata dari Yesaya. 52:1 yang memperkenalkan Hamba Yahweh, diberi pertanda bahwa ke-Mesias-an-Nya akan menggenapi gambaran Hamba itu, rendah hati, taat, menderita, menggenapi tugas-Nya dengan menjalani maut, sambil menyerahkan pembelaan atas diriNya kepada Allah dengan hati yang percaya. Pelayanan Yesus yang dimahkotai dengan penderitaan-Nya, ditandai dengan selalu berpegangan teguh pada jalan yang ditentukan bagi-Nya oleh Bapa-Nya. Maka karena itu Yesus memberikan pengertian baru kepada kata ‘Mesias’, yang mengatasi setiap arti yang sebelum itu dimilikinya.[11]
Pemahaman dalam PB yang mempengaruhi pemahaman Kristen nantinya adalah bahwa mesias bukan hanya berarti politik. Hal ini terlihat dari pengakuan Petrus “Engkau adalah Mesias!” (Mrk. 8:29-33), kemudian Yesus malah melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan siapapun tentang Dia. Yang jelas Yesus sudah mulai berbicara mengenai sengsara dan wafat-Nya, “Petrus menarik Dia kesamping dan menegur Dia”. Sebenarnya Petrus tidak dapat menerima Mesias yang harus menderita, tetapi justru harus diterima. “Maka berpalinglah Yesus dan memarahi Petrus, kata-Nya: Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Di sini yang menonjol adalah segi hubungan dengan Allah, bukan segi politik.[12]
Orang Kristen setelah masa Perjanjian Baru, memahami bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus adalah penggenapan dari nubuatan yang ada dalam perjanjian lama. Para penulis-penulis kitab Perjanjian baru memahami hal tersebut berdasarkan perkataan-perkataan Yesus semasa di dunia. Memang Yesus sendiri tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa Dia adalah Mesias, namun pemahaman dari para penulis kitab Perjanjian Baru melihat bahwa di dalam Yesuslah semua tentang gambaran tentang Mesias dalam Perjanjian Lama telah digenapi. Hal ini tampak dari ayat dari Perjanjian Lama yang acap kali terkutip dalam Perjanjian Baru, yaitu  “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakku” (2 Sam. 7:14). Ucapan Yesus bahwa Anak Allah akan duduk di sebelah kanan Bapa-Nya, hal ini yang paling besar pengaruhnya dalam Perjanjian Baru, bahkan hingga sekarang hal inilah yang mendasari iman orang Kristen (tercantum dalam Pengakuan Iman Rasuli).[13]
III.   Refleksi Teologis
Pengharapan tentang Mesias adalah pengharapan nyata dari orang Kristen itu sendiri. Sebagai orang Kristen, kita melihat bahwa Yesuslah Mesias itu, di dalam Yesuslah segala nubuat itu dipenuhi, sehingga pengharapan sekarang bagi orang Kristen adalah masa-masa Eskhatologi. Kita merindukan akan kedatangan-Nya yang kedua kali, yang akan datang untuk menghakimi dengan adil, memisahkan gandum dan ilalang, lalu mengangkat semua orang-orang percaya untuk tinggal bersama-sama dengan Dia. Tentu kita  sadari bahwa pengharapan tentang Mesias merupakan pengharapan yang sungguh nyata, Mesias yang menyelamatkan. Berdasarkan iman Kristen, karena kita sudah diselamatkan oleh Mesias itu, maka sudah sepatutnya kita merespon dengan mengimani penebusan Mesias itu dalam hidup kita.
IV.   Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat di pahami, bahwa dalam Perjanjian Lama atau menurut orang Israel, Mesias merupakan seseorang ‘yang diurapi’. Yang diurapi dipahami sebagai seseorang yang mampu menyelamatkan umat Israel tidak hanya soal keimanan, namun juga dalam hal politik. Sehingga mereka melihat, raja-raja serta hamba-hamba Tuhan itu sebagai Mesias. Namun, setelah akhir masa Perjanjian Lama, orang Israel ternyata memahami bahwa ada Mesias lain, Mesias yang sebenar-Nya akan datang. Kemudian hal inilah yang menjadi dasar mereka bahwa akan datang Mesias, namun Mesias yang mereka pahami adalah Mesias yang akan datang dari kalangan raja-raa atau imam, sebagaimana yang sebelumnya mereka pahami.
Kemudian, pemahaman Mesias menurut orang Kristen dipengaruhi oleh adat dalam Perjanjian Lama itu, hanya saja mendapat perluasan pemahaman. Dimana Mesias di pandang sebagai pembebas, bukan pembebas dalam hal politik, tetapi bebas dari keterikatan akan dosa. Setelah orang Kristen melihat Yesus sebagai “Mesias”. Sehingga pada saat ini, orang Kristen sedang dalam pengharapan Eskhatologis, bahwa akan ada pembaharuan pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali.
V.      Daftar Pustaka
….Alkitab Edisi Studi, Daniel 44:28-45:1, Jakarta: LAI, 2011
Barth, C., Theologia Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK GM, 1989
Browning, W.R. F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK GM, 2012
Dyrness, William, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 1992
Hartono, F., SJ, Imanuel, Jakarta: KANISIUS, 2000
Juel, Donald, Messianic Exegesis, Philadelphia: Fotress Press, 1988
Motyer, J. A., dalam Ensiklopedia Masa Kini M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000
Routledge, Robin, Old Testament Theology, England: Apollos, 2008
Wahono, S. Wismoady, Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK GM, 2009
Widyapranawa, S.H., Kitab Yesaya Pasal 1-39, Jakarta: BPK GM, 2011




[1] Donald Juel, Messianic Exegesis, (Philadelphia: Fotress Press, 1988), 10
[2]Koresh “orang yang Kuurapi”: Kata Ibrani Masiakh yang berarti “orang yang diurapi” (disebut juga mesias). Koresh adalah satu-satunya orang bukan Israel yang disebut Mesias di dalam Alkitab. Gelar itu biasanya diberikan hanya kepada pemimpin Israel tertentu. Kebijakan Koresh mengizinkan bangsa-bangsa yang ditakhlukkannya untuk menjalankan agama masing-masing dan membangun kembali kota-kota mereka. (….Alkitab Edisi Studi, Daniel 44:28-45:1, (Jakarta: LAI, 2011), 1154)
[3] William Dyrness, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1992), 212-213
[4] W.RF. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK GM, 2012), 267
[5] Kata Ibraninya ialah “ha’almah”, artinya seorang wanita muda, entah sudah pernah kawin atau belum (Kej.24:43; Kel.2:8; Mzm. 68:26). Kata benda tersebut sesungguhnya diberi definite article (kata sandang) ha, sehingga berbunyi ha-almah, berarti “wanita muda itu”. (S.H. Widyapranawa, Kitab Yesaya Pasal 1-39, (Jakarta: BPK GM, 2011), 42)
[6] William Dyrness, Tema-tema Teologi Perjanjian Lama, 213
[7] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK GM, 1989), 76-77
[8] Tugas raja yang dipahami Israel yaitu: Pembebas atau penyelamat dalam arti duniawi, pemerintah dan hakim yang adil, pembawa kesejahteraan, (…. Ibid, 89-101)
[9] Robin Routledge, Old Testament Theology, (England: Apollos, 2008), 283
[10] S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, (Jakarta: BPK GM, 2009), 417
[11] J. A. Motyer, dalam Ensiklopedia Masa Kini M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000), 63
[12] F. Hartono, SJ, Imanuel, (Jakarta: KANISIUS, 2000), 76-77
[13] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 2, 85
Share:

Agama dan Santet


Agama dan Santet
Suatu tinjauan Religionum terhadap Santet dari Perspektif Kristen-Islam serta Relevansinya bagi Masyarakat saat ini

I.                   Latar Belakang Masalah
Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan Negara yang kental akan budaya masyarakatnya. Seperti halnya apa yang ada pada masyarakat Indonesia di pedalaman, ataupun pribumi. Pola–pola budaya tersebut melahirkan berbagai macam tardisi, kepercayaan dan juga masih kental dengan hal–hal mistik. Kepercayaan masyarakat terkait hal mistik masih mengakar dengan cukup kuat menjadi sebuah mitos tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Cara pandang masyarakat tentang santet menjadikan santet seperti sudah membudaya di kalangan masyarakat. Persoalan kepercayaan terhadap hal ghaib ini dijelaskan oleh Suyono (2008) bahwa adanya hal-hal diluar rasio atau logika yang sifatnya tak terlihat, ajaib, gaib dan berbau magic sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Bali pada khususnya. Jika kita melihat dengan perubahan sosial yang begitu deras dewasa ini, kekuatan ilmu ghaib atau santet seringkali digunakan untuk alat memenuhi kepentingan manusia–manusia yang berdilema. Dan sering fenomena ini kita temui dalam jasa dunia perdukunan di Indonesia. Jasa yang ditawarkan sangat berfariasi, seperti susuk, sumber rejeki, cepet jodoh, dan yang menjadi masalah terbesar adalah santet jasa gaib ini digunakan untuk ajang perang kasat mata dan berujung pada kekerasan psikolgis manusia serta kematian bagi manusia yang terkena santet. Sehingga sering ditemukan adanya masyarakat yang menjadi korban dimana mereka menderita sakit bahkan kematian yang tidak masuk akal dalam dunia kedokteran sebagai akibat tukang teluh atau dukun santet. Penyelewengan seperti ini yang menjadi akar permasalahan dalam penegakan hukum serta implikasi agama yang tak dapat diterima dalam setiap pribadi. Merujuk dari apa yang dikatakan oleh Baharudin (2007) mendefenisikan bahwa santet sebagai tidakan yang merusak kesejahteraan orang lain dengan motif balas dendam atau sakit hati.
II.                Pembahasan
2.1. Penelusuran terhadap Santet
2.1.1.      Pengertian Santet
Santet atau guna-guna adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dengan menggunakan ilmu hitam.[1] Istilah santet kadang-kadang juga dipakai untuk menyebut praktek memasukkan benda-benda asing ke tubuh korban, ini merupakan salah satu jenis sihir.[2] Santet dalah salah satu masifestasi dari kuasa kegelapan iblis yang disebut okultisme. Okultisme berasal dari dua kata yaitu okult yang berarti gelap, mistik, dibalik, tersembunyi, dan kata isme berarti ajaran. Jadi secara singkat okultisme adalah sebagai suatu ajaran mengenai kuasa kegelapan.[3] Santet disebut juga ilmu untuk  membunuh, menghancurkan, dan membinasakan manusia.[4] Dengan kata lain santet adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Santet sering dilakukan orang yang mempunyai dendam kepada orang lain atau dengan kata lain santet adalah suatu usaha atau perbuatan mempengaruhi atau mengganggu orang lain dengan tujuan tidak baik, dengan menggunakan benda nyata atau kekuatan yang tidak kelihatan. Santet biasanya ditujukan untuk mencelakakan orang lain yakni: untuk membuat orang menderita, sakit, dan bahkan meninggal dunia.[5] Santet atau guna-guna sebagian didefenisikan sebagai peralapan mantra, jampi-jampi dan praktek atau ekspresi yang dipercaya memiliki kekuatan sihir. Kata kerja mengguna-guna berarti mempengaruhi, memaksa, memberkati dan melindungi.[6] Pangkal tumbuh kembangnya santet umumnya rasa sakit hati, yang entah disadari ataupun tidak, menjadi bagian dari relasi antar manusia. Misalnya orang sudah berbuat baik, tetapi bisa saja di mata orang lain perbuatan itu diartikan lain. Ketika muncul kebencian yang tidak bisa di selesaikan dengan cara yang baik, orang bisa saja berpaling ke santet.[7]
2.1.2.      Faktor penyebab mempraktekkan Santet
Ada beberapa alasan mengapa orang terlibat dengan santet, alasan tersebut tidak berbeda dengan mengapa orang terlibat dengan dukun, paranormal, sihir dan praktek okultisme lainnya. Adapun alasan tersebut antara lain:
a.      Tidak mengerti kitab suci maupun kuasa Allah
Kitab suci diberikan oleh Allah kepada manusia agar dapat dijadikan sebagai pedoman di dalam setiap langkah kehidupannya. Melalui kitab suci membeberkan perihal alam roh yang tidak kita lihat secara kasat mata dan juga tidak bisa kita cernah dengan alam pikiran biasa. Iblis mengetahui hal ini dan ia telah mencapai sukses besar dengan membelokkan fungsi Alkitab menjadi sekedar pajangan di rak buku. Tidaklah sulit pada saat ini untuk mencari orang kristen yang tidak punya Alkitab atau mempunyai tetapi tidak pernah membacanya. Dan orang-orang yang seperti inilah yang sulit diberi pengertian berdasarkan kebenaran Allah. mereka sudah biasa berjalan dengan memakai pedoman pikirannya atau pikiran orang lain sehingga mereka merasa tidak memerlukan tuntunan kitab suci.
Iblis mempunyai banyak cara untuk menghalangi manusia mengenal Allah melalui pembacaan kitab suci atau Alkitab, misalnya dengan merasa tidak lagi perlu membaca alkitab atau belajar alkitab karena sudah tau banyak akan masalah hidup ini, sehingga menimbulkan rasa malas dan mengantuk ketika membacanya.
b.      Perlindungan
Santet dilakukan untuk melindungi/mendapatkan sebuah jabatan baik bagi kelompok maupun individu. Manusia yang mencari perlindungan karena manusia takut kehilangan atau dicelakakan oleh musuh. Menurut mereka kematian dianggap sebagai suatu hal yang menyeramkan. Pada masa lalu hampir di setiap suku mempunyai musuh, oleh sebab itu dibutuhkan perlindungan dari kuasa yang lebih besar. Kuasa itu dikenal dengan kuasa roh-roh nenek moyang.[8]
c.       Keuangan atau ekonomi
Santet diyakini dapat memberi kekayaan materi (keuangan). Sesorang yang menggunakan santet akan lebih mudah menjadi makmur dan kaya. Menjadi kaya dan makmur yang dimaksud disini adalah semua usaha akan menjadi lancar.[9] Kedudukan dalam pekerjaan akan berada dalam posisi yang baik sehingga semua usaha bisa berjalan dengan lancar sekalipun cara yang diigunakan untuk mendapatkannya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Selain daripada itu orang menggunakan untuk santet mendapat warisan yang lebih atau karena keserakahan seseorang sehingga rela membinasakan keluarga sendiri. Iblis juga telah menawarkan akan memberi segala sesuatu kalau menyembah kepadanya (Mat 4:8-9).[10] Walaupun pada akhirnya dengan mudah kekayaan itu menjadi hilang lenyap.[11] Orang tidak akan berani mengganggu usahanya sekalipun usaha yang dilakukannya salah karena ia memakai pelindung yang mampu melindungi usahanya sekaligus menakuti orang lain dengan menggunakan santet. Karena akar dari segalanya adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai duka (1 Tim 6:10).
d.      Menginginkan kekuasaan
Kekuasaan merupakan suatu jenis berhala yang selalu dicari-cari orang di dunia ini. Orang-orang berebut menjadi pemimpin tanpa menyadari apakah ia memang mempunyai kemampuan dan panggilan untuk posisi itu. Menginginkan kekuasaan bermula dari Lusifer yang hendak naik mengatasi awan-awan dan hendak menyamai Tuhan. Akan tetapi justru dosa kesombongannya itu maka ia dilemparkan ke bumi. Lusifer tidak tinggal diam melainkan ia terus berusaha untuk membujuk dan mempengaruhi orang-orang untuk mengikuti jejaknya dengan cara kekuasaan yang tertinggi dan terhebat dan dengan iming-iming dapat menjamin keselamatan, keamanan, kelimpahan, harta benda, dan seluruh kenikmatan dunia. Berbagai cara di tempuh untuk memperoleh kekuasaan ini bahkan dengan menggunakan kekuasaan kegelapan, kuasa kegelapan yang digunakan dapat berupa mantra-mantra, benda-benda kuasa kegelapan sebagai jimat, misalnya batu cincin, keris, tongkat, ikat pinggang dan lain-lain. Juga termasuk penggunaan santet (guna-guna).
e.       Perasaan takut
Perasaan takut jelas bukan berasal dari Tuhan, karena Tuhan tidak memberi roh ketakutan. Ketakutan menjadi alat yang ampuh bagi iblis untuk mendorong orang-orang mencari perlindungan dan dengan senang hati roh-roh yang jahat yang lain akan memberi perlidungan “jalan keluar”.

2.1.3.      Tanda-tanda Orang Mengalami Santet
Orang yang terkena santet mengalami semacam gangguan aneh, mungkin orang itu tiba-tiba bingung tidak karuan, atau mengalami sakit mendadak pada bagian tubuhnya, misalnya muntah darah. Kadang-kadang darah itu bercampur dengan pecahan kecil kaca atau rambut. Sakit atau gangguan santet ini apabila diobati oleh medis, tidak dapat sembuh. Sama halnuya denga cerita oleh Dr. Tedjo sebelum ia masuk kristen, beliau pernah menyantet seorang tukang jahit sampai perutnya membesar.
Cara melakukannya dengan memasukkan balon karet kedalam mulut seekor kodok, lalu ditekan atau sampai ke perut. Setelah itu balon kodok itu di tiup sehingga perut kodok membesar. Pada waktu meniup disertai dengan mantra santet yang menggambarkan bahwa kodok itu adalah si tukang jahit. Setelah balonnya membesar, ujung atau lobangnya diikat dengan benang. Lalu kodok itu dimasukkan kedalam baskom berisi air. Ternyata si tukang jahit itu tiba-tiba perutnya membesar dan merasa sakit, namun penyakitnya tidak dapat ditemukan oleh medis.[12]
2.1.4.      Dampak yang ditimbulkan Santet
Biasanya yang menjadi tumbal bagi orang yang menyantet seseorang itu akan menerima kutukan. Namanya “kutukan darah” kutukan ini ditanggung sampai tujuh keturunan. Yang disebut dengan kutukan darah tersebut adalah: pertama anak-anaknya atau keluarganya akan hancur, kedua setiap tahun akan ada keluarga yang sakit atau yang mati dan bisa juga mengakibatkan anaknya menjadi cacat. Anggota keluarga sering mengalami kecelakaan atau kesialan terus menerus dan yang ketiga adalah kutukan kebangkrutan.[13] Selain daripada itu keturunannya juga ada yang mati muda. Pemilik santet akan senantiasa merasa kuat, dan sehat namun setiap anggota keluarga baik anak, cucu, menantu bahkan suami/istri akan mengalami penderitaan, kemiskinan dan penyakit selalu ada dalam kehidupan mereka.[14] Selain daripada itu keluarga si pemilik santet tersebut tidak akan pernah merasa ada kedamaian dalam hidupnya, sebab bagi iblis tidak ada yang gratis.[15] Dalam Ulangan 28:15 jelas dituliskan  apa yang menjadi kutuk bagi orang yang menduakan Tuhan dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya.
            Berikut diperincikan dampak atau akibat yang ditimbulkan santet:[16]
-          Akibat secara rohani
Serangan depresi, misalnya seorang tenggelam dalam suatu kesedihan tanpa alasan. Orang bearda dibawah tekanan, dikecam oleh perasaan takut terhadap hal-hal disekitarnya. Iblis tidak pernah memberi kesejahteraan dalam hati manusia. Hanya dalam Kristus manusia sentosa, sejahtera dan merdeka/bebas (Yoh 16:33 Rom 16:20; 2 Kor 3:17). Dari kuasa gelap hanyalah kegelisahan.
-          Akibat secara psikologis
Pikiran bunuh diri yang seringkali berjalan sejajar dengan depresi. Sama seperti Saul dan Yudas Iskariot yang mengakhiri hidupnya dengan sangat menyedihkan (1 Sam 28, 1 Taw 10:1-4, Mat 27:1-5). Iblis adalah bapa pembunuh manusia dan dialah yang membawa manusia kepada keputusasaan, menjadikan manusia nekad bunuh diri (Yoh 8:44).
-          Akibat secara fisik
Urat syaraf menjadi terganggu. Orang yang didiami oleh Roh Allah maka tubuhnya sehat seperti Musa (Ul 34:7), Yosua dan Kaleb (Yos 14:6-11). Tubuh manusia yang didiami setan (Ef 2:2), mengalami banyak gangguan serta mengalami kemandulan dan kematian yang tidak wajar.
-          Akibat dalam keluarga
Kekacauan terjadi dalam keluarga karena roh pengacau itu diberi tempat dalam keluarga sehingga semuanya menjadi kacau dan berantakan. Kekacauan nanti selesai setelah mereka membuang semua benda iblis dari dalam rumah mereka (kej 34:1-35, Kej 35:1-5).
-          Akibat untuk keturunan selanjutnya
Keturunan menjadi kacau dan terkutuk, tidak normal, cacat, sial, terlaknat dan terhukum turun-temurun (Kel 20:4-5), karena berada diluar berkat Tuhan. Hanya darah Yesus yang dapat mengangkat kita dari kutuk, karena cara hidup yang sia-sia yang turun-temurun dari nenek moyang kita (1 Ptr 1:18, 19).
-          Akibat untuk kekekalan
Orang yang terlibat dalam perlakuan santet (magic) tidak akan mewarisi kerajaan Allah (Gal 5:20,21).
2.2. Santet Menurut Alkitab
Kata “Santet” tidak akan kita temukan secara langsung dalam Alkitab, namun dalam hal ini dituliskan bahwa santet adalah bahagian daripada okultisme yaitu hantu atau setan karena memang santet merupakan bagian dari setan. Untuk mengkaji santet dalam Perjanjian Lama maka kita perlu menganalisa keberadaan setan dalam Perjanjian Lama dan harus menelusuri bagaimana sebenarnya asal-usul setan. Ada beberapa istilah dalam Perjanjian Lama digunakan untuk menggambarkan santet. Seperti kata “qesem” yang berarti ramalan, nujum, persihiran, tenung, ramalan gaib, pertanda, nasib, wahyu. Dalam bentuk kata kerja Ibrani disebut qasam yang berarti ramalan atau mempraktekkan ramalan, kata ini terdapat beberaapa kali di dalam Perjanjian Lama (mis: Ul 18:10, 14; Yos 13:22; 1 Sam 28:8; 2 Raj 17:17; Yes 27:9; Yeh 13:9, 23; 21:21, 23,29 ; 22:28; Zak 10:2).[17]
Dalam Ulangan 18:9 dikatakan jangan engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu. Semua kebiasaan yang bersifat takhyul, sihir, dan segala bentuk hubungan dengan roh atau spritualisme (ay 10-11). Merupakan kekejian bagi Tuhan sehingga harus dihukum. Dalam hal ini sihir orang kafir disamakan dengan agama orang kafir sehingga yang melakukan merupakan pemberontakan terhadap tuntutan perjanjian Tuhan akan kesetiaan Israel, haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan Tuhanmu. Dalam Alkitab Perjanjian Lama pelaku santet (sihir) adalah Bilema. Mula-mula Bilema mencari petanda, yang sifatnya tidak diterangkan (Bil 24:1). Jelas bila meminta petanda buruk dari bileam untuk mengutuk Israel dengan petanda itu.[18] Kuasa yang bekerja melalui ahli-ahli sihir di mesir itu hanya menyatakan dirinya melalui mantera-mantera, dalam kitab Ulangan 18:9-22 atau disebut juga sebagai ahli jampi di dalam kitab Daniel 1: 20; 2:2, 10, 27, yaitu karena yang bekerja dibalik semua perkara itu adalah iblis. Sebutan ahli-ahli sihir ditunjukkan kepada orang-orang mempraktekkan ilmu pesona seperti guna-guna, mantra, ramalan.
2.2.1.      Hubungan Santet dengan Iblis
Dalam buku Mery K. Baxter dan Dr. T.L. Lowery yang berjudul “Sebuah Penglihatan Tentang Peperangan Rohani” Allah tidak menciptakan setan atau hantu yang merupakan manifestasi dari iblis.[19] Melainkan Allah menciptakan segalanya sangat baik “tob meot”. Sementara iblis berasal dari Malaikat Allah yang memberontak kepada Allah.[20] “Allah Berfirman: kalau begitu keluarlah dari Surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesunggunya kutukan itu tetap menimpamu hingga pada hari kiamat" (Q. S. 15/15Al-Hijr: 24-35). sesungguhnya setan dan Iblis hanya perbedaan penyebutan saja. Iblis telah ada sebelum Adam diciptakan dan hidup dalam kalangan malaikat. Sebaliknya setan adalah Iblis yang hidup dikalangan manusia. Boleh dikatakan bahwa setan adalah anak cucu iblis yang menggoda anak cucu Adam.[21] Setan diusir dari surga karena pemberontakannya, dia bukan lagi Lusifer. Dalam akar bahasa Latinnya: Lusifer berarti “ia yang membawa terang”.[22] Dalam bahasa Ibrani kata ini di terjemahkan sebagai “bintang fajar” (Yes 14:12).[23] Sebaliknya, dia menjadi setan yang artinya “pendakwa” atau musuh.[24] Karena kecantikan dan kemewahan yang diberikan Tuhan membuat dia menjadi sombong (Yes 28:17a) ia ingin menyamai Tuhan Allah (Yes 14:14b), bahkan ia juga berkeinginan untuk mendirikan kerajaan dan tahtanya sendiri (Yes 14:13b), disamping itu juga memiliki rencna untuk memalsukan rencana Allah, dan hal ini dapat kita lihat melalui ungkapannya yang menyatakan “aku hendak” yang terdapat sebanyak lima kali dalam Yesaya 14:13:14;
1.      Ia mengatakan “aku hendak naik ke langit” sebagai penjaga kekudusan Allah, ia memang berhak masuk ke langit, tetapi ucapan itu menunjukkan bahwa ia ingin tetap tinggal di langit dan mempunyai kedudukan yang setara dengan Allah.
2.      Aku hendak mendirikan tahtaku untuk mengatasi bintang-bintang Allah. ungkapan itub tergantung pada pengertian “bintang-bintang” jika bintang itu menunjukkan pada malaikan-malaikat (Ayb 33:7, Why 12:3-4, 22:16). Jika bintang-bintang di langit yang berkilauan ia ingin memerintahkan tingkat-tingkat langit.
3.      Aku hendak duduk jauh diatas bukit pertemuan jauh di sebelah utara. Dalam hal ini setan ingin menguasai alam semesta sebagaimana biasa dilakukan dewa-dewa Babel.
4.      Aku hendak mengatasi ketinggian awan. Ia menginginkan kemuliaan yang dimiliki Allah (awan-awan seringkali dihubungkan dengan kehadiran Allah) Kel 16:10, Why 19:1.
5.      Aku hendak menyamai yang maha tinggi. Dia ingin menyamai atau sama seperti Allah dan berkuasa seperti Allah.[25]
Penting bagi kita untuk melihat praktek-praktek okultisme dalam Perjanjian Lama yang umumnya dikalangan bangsa-bangsa Kafir.[26] Kebiasaan bangsa ini menyembah dewa-dewa dan dewa-dewa itu menyangkut alam semesta kesuburan dan perbintangan, adapun nama-nama dewa tersebut yakni: Dagon, Baal, Resyef, Milk, Yam, Astrak dan Asyetoret. Dewa ini dipercaya dapat mengakibatkan wabah dan malapetaka jika tidak disembah secara sungguh-sungguh.[27] Iblis sangat berperan besar dalam kisah ular dan pengusiran manusia dari taman eden (Kej 3:1-24). Dalam kisahnya, Hawa mengatakan bahwa memang benar yang menggodanya adalah ular, namun sebenarnya yang ada dibalik semua itu adalah setan yang kemudian berwujud menjadi ular. Saat itu setan hadir di hadapannya mirip seperti para malaikat yang lain. Malaikat (yang ternyata adalah setan) itu memggodanya (melalui ular) untuk menjerumuskan manusia menuju keterbatasan menafsirkan firman Allah dan untuk menuruti kecenderungan-kecenderungan pribadi. penggoda setan terhadap Hawa inilah yang kemudian melatarbelakangi perkembangan kisah-kisah penciptaan. Manusia kemudian selalu terjatuh kedalam dosa dan selalu hidup atau bekerja dalam sejarah keberdosaan (misalnya: kisah Menara Babel, Kej 11:1-9, lembu emas Israel, Kel 32:1-35, peristiwa Sodom dan Gomora Kej 19:1-29). Harus kita sadari bahwa iblis pun dapat memuat muzizat dan oleh karena itu janganlah kita hanya melihat muziziatnya saja tetapi lihatlah kuasa yang bekerja dibalik muzizat itu. Alkitab jelas  mengatakan “kedatangan si pendurhaka adalah pekerjaan iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan muzizat palsu (2 Tes 2:9)”. Kita harus ingat bahwa iblis menjebak manusia/melalui apa kebiasaan dan keinginan manusia tetapi yang melanggar perintah Tuhan. Ular atau ular tua (Kej 3:4,14, Why 12:9) sifatnya sangat licik dan dialah yang membujuk Hawa di taman eden supaya tidak taat kepada Tuhan. Dengan sifatnya yang licik dia berusaha memperdayakan manusia dengan segala usahaanya sehingga banyak manusia yang tidak berpegang pada firman Tuhan.
Rasul Paulus dengan tegas membedakan antara kuasa iblis yang disebut sebagai kuasa kegelapan dan kuasa Allah yang disebut kuasa terang. Istilah kuasa kegelapan yang digunakan oleh Rasul Paulus memiliki arti yakni suatu kuasa yang bertentangan dengan kuasa yang terang, yang membawa seseorang kedalam kegelapan atau kesesatan. Kerajaan kegelapan merupakan suatu jaringan kerjasama yang rapi antara iblis dan anggota-anggota kerajaannya, yaitu para malaikat yang telah jatuh kedalam dosa atau yang disebut sebagai roh-roh jahat. Menyesatkan orang itulah pekerjaan iblis dan pengikutnya. Iblis atau setan menyesatkan dunia ini dengan berbagai macam cara yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.[28]
Dalam bahasa Yunani setan disebut Satanos yang artinya “musuh” dan juga diabolos yang artinya iblis, jadi setan berarti suatu yang diciptakan tetapi melebihi manusia jahat, berpribadi, berkekuatan dunia, dicatat dalam Alkitab sebagai musuh Allah.[29] ada beberapa penampakan atau nama lain dari hantu yang muncul dalam Perjanjian Baru antara lain:
1.      Si jahat (Yoh 17:15)
Dalam Alkitab Bahasa Inggris istilah yag dipakai adalah “Evil One” artinya si jahat, karena pada hakikatnya ia sangatlah jahat. Dalam ayat ini Tuhan Yesus dalam doanya merujuk kepada setan.
2.      Ilah dunia (2 Kor 4:4)
Tugasnya adalah mengendalikan pandangan hidup manusia di dunia ini. Biasanya pandangan yang beraneka ragam tentang Allah yang dimiliki agama-agama atau kepercayaan suku-suku yang masih primitif yang  merupakan hasil karya iblis. Dengan jalan demikian maka manusia dihalangi untuk percaya kepada Allah yang benar sebaagaimana dinyatakan di dalam Alkitab.
3.      Pembohong atau bapa pembohong (Yoh 8:4-44)
Ia bertugas untuk membelokkan kebenaran. Banyak orang yang memiliki kebiasaan berbohong dan tidak lagi merasa bersalah kalau ia membohongi orang lain. Banyak juga orang yang bangga bahwa mereka sudah menipu orang dengan kebohongan yang telah dikarangnya sedemikian rupa. Orang yang seperti ini akan berusaha membela diri atau menjadi alasan  kalau ketahuan bahwa dia adalah seorang pembohong. Mereka yang tergolong kepada kelompok sudah diperbudak oleh iblis. Kategori ini disebut sebagai nabi-nabi palsu atau guru palsu yang berusaha untuk menyesatkan manusia dari ajaran kebenaran (2 Ptr 2).
4.      Roh jahat (Mat 13:43)
Roh jahat yaitu roh yang mempengaruhi manusia untuk melakukan segala jenis kejahatan di dunia. Tujuannya adalah supaya manusia kacau atau menderita.[30]
            Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa ciri-ciri orang yang kerasukan roh jahat adalah:
·         Orang tersebut tidak sadar dengan apa yang dilakukannya maupun apa yang dilakukan orang lain kepadanya.
·         Matanya akan terbuka tanpa berkedip.
·         Suaranya dapat berubah 180 derajat.
Jika orang yang kerasukan roh jahat adalah perempuan maka bisa saja suaranya bisa berubah seperti suara laki-laki.
·         Orang yang kerasukan roh jahat bisa memiliki kekuatan sepuluh kali lipat dari biasanya.[31]
5.      Pencoba (Mat 4:3, 1 Tes 3:5)
Dalam bahasa Ingris disebut “tempter” yaitu yang memberi pencobaan kepada manusia agar jatuh kedalam dosa. Ia bisa mencobaai melalui sodoran materi, melalui bujukan untuk melakukan tindakan yang bersifat amoral. Hanya orang yang selalu berpegang kepada Tuhan sebagaimana Tuhan Yesus telah memberi contoh (Mat 4:1-11) yang dapat selamat dari pengaruh dari si pencoba ini.

2.3. Tinjauan Religionum terhadap Magik (Santet) serta Implementasinya terhadap Masyarakat saat ini
2.3.1.      Perspektif Kristen
Pada hakikatnya magic adalah bersifat manupulatif, meskipun dalam manipulasinya berlangsung dalm suasana takut dan hormat, kagum dan heran,sama seperti dalam ciri-ciri sikap religius juga. Agama haruslah berarti tindakan langsung dari sudut pandang sipelaku, sedangkan magic tidak pernah merupakan metode langsung sebab tanpa adanya sarana magic tidak dapat dimungkinkan. Tidak bisa dikatakan adanya “suatu yang alamiah” sebab semua magic bersifat mengkelabui, dan magic adalah muslihat. Magic merupakan keadaan dimana seseorang menggunakan santet(sihir) untuk memenuhi maksud-maksud pribadi tertentu seperti misalnya kematian seorang musuk, realisasi cinta laki-laki atau wanita yang di inginkan , kesembuhan penyakit, posisi jabatan. Black magic ini mencapai hubungan dengan alam yang pada hakikatnya bersifat maipulatif,  yaiu mengontrol daya alam tersebut untuk kepentingan pribadi.[32]
Sebagai orang kristen yang telah percaya kepada Tuhan Yesus maka ada beberapa hal yang kita lakukan untuk melepaskan diri dari kuasa gelap (santet) yakni:
1.      Persiapan diri
Menyadari bahwa pekerjaan ini merupakan peperangan terhadap kuasa-kuasa iblis, roh-roh jahat, setan, hantu duniawi, dan kuasa-kuasa supra natural lainnya. (apapun nama atau sebutannya), sesorang yang percaya kepada Tuhan haruslah benar-benar mempersiapkan diri terutama dalam perlengkapan rohani seperti yang tertulis dalam Efesus 6:10-20. Ingat bahwa kekuasaan iblis, setan, dan roh-roh jahat lainnya dan segala kuasa-kuasa alam supra-natural lainnya melebihi kekuatan dan kemampuan manusia. Oleh karena itu jangan pernah bermimpi untuk mengalahkan kekuatan iblis, setan, roh-roh jahat, dengan kekuatan manusia sendiri. Untuk memperoleh kekuatan dan kemampuan mengalahkan segala kekuatan itu kita harus menghampiri kuasa Allah, sebab kuasa Allah melebihi dari kuasa-kuasa apapun, baik yang ada di langit, di bumi dan di bawah bumi. Dengan kuasa Allah kita mampu mengalahkan kuasa iblis.
2.      Bergaul intim dengan Tuhan
Persiapan khusus sebagaimana diatas, meliputi kehidupan yang penuh dengan doa, pergaulan sehari-hari yang intim dengan Tuhan. Kita harus memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan, karena petempuran melawan iblis membawa resiko yang besar oleh karena itu kita harus sungguh-sungguh meminta kuasa dari Tuhan.
3.      Penguasaan firman Tuhan
Kita harus membaca firman Tuhan berkali-kali sehingga kita mampu mengerti firman Tuhan dan kita akan menjadi pelaku firman Tuhan.
4.      Menjaga kesucian hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus betul-betul menjaga kesucian hidup, kesucian mulut, otak (pikiran), supaya tidak ada kesempatan iblis untuk menuduh dan mengklaim kita anggota dan pengikutnya sendiri.
5.      Percaya diri
Kita harus berani membongkar dan mengungkapkan tabir penipuan iblis lewat okultisme. Jangan pernah merasa takut dan enggan, hadapi mereka yang terlihat terlibat kuasa kegelapan itu dengan suatu keberanian dan tekat bahwa Tuhan sudah melengkapi dengan kuasa Allah. berdasarkan Matius 28:20 “....... dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.[33]
Ada beberapa pemahaman mengapa ajaran Kristen melarang menggunakan santet, yaitu: [34]
1.      Manusia yang menggunakan santet adalah manusia yang opportunis (orang yang menarik keuntungan dari keadaan tanpa memperhitungkan akibatnya), orang yang berbuat sewenang-wenang dan kejam. Bukan kekudusan nama Allah, bukan kedatangan kerajaan Allah dan bukan pelaksanaan kehendak Allah yang menjadi tujuannya melainkan pemuasan keinginan dan kemauan nafsunya sendiri.
2.      Orang yang mempergunakan santet tidak memperhatikan dan tidak memperdulikan darimana datangnya pertolongan yang diharapkannya. Ia tidak peduli siapa yang menolongnya asalkan ia sudah tertolong. Padahal didalam kitab Amzmur disebutkan bahwa orang yang melayangkan mata kepada Tuhan yang di sorga dan mengharapkan pertolongan dari Tuhan, dan hanya kepada Tuhan lah pengharapannya (Mazm 121, 123, 125). Tetapi orang yang percaya kepada santet menerima pertolongan dari roh-roh jahat dan tidak peduli apa akibatnya terhadap orang lain. Dia tidak menyadari bahwa apabila kita ditolong oleh roh-roh jahat, sebenarnya kita tidak tertolong, melainkan kita akan kehilangan nyawa (Mat 16:26).
3.      Orang yang percaya pada kekuatan santet memupuk ikatan yang terlampau erat kepada hal-hal yang bersifat duniawi yang tidak berkenan kepadaAllah. Selama seseorang terpengaruh pada kekuatan santet seolah-olah menjadi budak, lemah, terikat, dan tergantung kepada orang lain.
4.      Orang yang terikat santet akan kehilangan sukacita dalam hidupnya, karena hidupnya menjadi gelap. Santet menjebloskan dia kedalam suasana yang penuh takut dan cemas. Oleh sebab itu setiap orang yang mengasihiYesus Kristus menerima panggilan  untuk membrantas santet yang terdapat di dalam dirinya sendiri dan di dunia sekitarnya.
2.3.2.      Perspektif Islam
Pada umumnya cara berpikir dan hidup ini didasarkan atas anggapan bahwa dunia ini dipenuhi pleh daya-daya gaib yang dpat dipergunakan manusia untuk mencapa apa saja yang dikehendaki. Dalam magic manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh dan menguasai gaib seperti orang memiliki dan menguasai alat-alat hidup biasa. Perbuatan magic adalah perbuatan yang didasarkan atas pemikiran tersebut. Dalam bagian ini disinggung tentang black magic (magic hitam atau ilmu hitam), yaitu santet yang digunakan untuk merugikan dan mencelakakan orang lain. Dalam budaya orang di Indonesia , ilmu hitam merujuk kepada ilmu gayang yang digunakan untuk menjatuhkan orang lain bagi kepentingan sendiri.[35] Masyarakat pada era modern sekarang sudah banyak yang tidak menggunakan akal sehat dalam berfikir dan menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi, hingga mereka banyak mendatangi para paranormal (Kahin) untuk mencari solusi dalam permasalahan yang mereka hadapi. Sedangkan mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Islam, mereka sudah tahu akan larangan dan akibat dari perbuatan mereka tersebut, tetapi justru menyempatkan diri meminta bantuan diluar daripada Allah. Padahal dalam surat al-Fatihan telah jelas dikatakan bahwa meminta pertolongan itu hanyalah kepada Allah. firman Allah dalam surat Al-Faihan yang berbunyi sebagai berikut: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.[36] Dalam ayat ini umat Islam diwajibkan untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT bukan kepada kuasa yang lain seperti terlibat dalam santet. Orang yang meminta pertolongan kepada dukun atau santet dalam memperoleh peruntungan dimudahkan saat menghadapi kesulitan, berarti telah sesat dan menyimpang dari syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Orang tersebut telah mengerjakan kegiatan keberhalaan yang berkembang luas salam masyarakat sebelum Islam. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada sahabat-sahabatnya tentang mendatangi paranormal (khain) tersebut: “barang siapa mendatangi tukang ramal atau dukun (khain) serta memelihara santet, maka sungguh dia telah kufur dengan yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam”. Maksud dari hadis diatas adalah Nabi mangindikasikan adanya larangan kepada umatnya mendatangi dan minta pertolongan kepada paranormal. Sehingga Nabi memberikan ultimatum kepada siapa saja dari umatnya yang mendatangi khain dengan berlepas diri dari agama Islam/kufur.[37] Dalam perjalanan hidup, kuasa setan pasti akan hadir sebagai salah satu tokoh antagonis yang sangat berperan untuk menentukan akhir hidup kita. Apakah kita akan menjadi salah satu pengikut langkah setan dengan melibatkan diri dalam kuasa gelap (santet) untuk memperoleh penghormatan dunia, ataukah kitabisa menolak setiap bisikan setan yang mengantar kita kepada kesesatan. Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk tidak tinggal diam terhadap godaan iblis tersebut karena sesungguhnya setan adalah musuh nyata bagi kita semua. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, hendaklah mereka mengucap perkataan yang lebih baik dan benar, sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan diantara mereka dan kuasa gelap adalah musih nyata bagi manusia (Qs Al-Isara: 53)”. Dalam sebuah riwayat hadis juga dijelaskan bahwa Rasulullah saw, besabda, “sesungguhnya Iblis berkata, demi keagunganMu ya Allah, aku akan senantiasa menggoda manusia selama ruh mereka menyatu dengan jasadnya. Kemudian Allah tabaraka Wa ta’ala menjawab, dengan keagunganKu pula Aku akan selalu mengampuni mereka selama mereka memohon ampun kepadaKu” (HR Ahmad dan Hakim). Salah satu cara yang digunakan untuk menggoda manusia adakah dengan membuat kemaksiatan terlihat sangat indah dipandang mata seperti kenikmatan dan kehormatan yang mampu diberikan kepada manusia. Setan memang sangat jeli dalam mencari manusia untuk dijadikan sebagai korbannya.  Berbaagai macam cara yang dilakukan untuk membuat mausia menjadi kafir, menjerumuskan manusia ke dalam lembah dosa dan membuat manusia melupakan Allah Subhanahu wa ta’ala untuk selama-lamanya.[38] Berikut ada beberapa peringatan yang diajarka Rasulullah untuk menjauhkan diri dari santet.
1.      إ نَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {99} إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan setan hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”. (An Nahl : 99-100).[39]
2.      يا غُلاَمُ ! إنِي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ ، احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ…
“Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu…”
Syaikh Nazhim Muhammad Sulthan menyatakan, makna sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (احْفَظِ اللهَ ) adalah jagalah perintah-perintahNya, larangan-laranganNya, hukum-hukumNya serta hak-hakNya. Caranya, dengan memenuhi apa-apa yang Allah dan RasulNya perintahkan berupa kewajiban-kewajiban, serta menjauhi segala perkara yang dilarang. Sedangkan makna (يَحْفَظْكَ ) ialah, barangsiapa yang menjaga perintah-perintahNya, mengerjakan setiap kewajiban dan menjauhi setiap laranganNya, niscaya Allah k akan menjaganya. Karena balasan suatu amalan, sejenis dengan amal itu sendiri. Penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba meliputi penjagaan terhadap dirinya, anak, keluarga dan hartanya. Juga penjagaan terhadap agama dan imannya dari setiap perkara syubhat yang menyesatkan”.[40]
III.             Analisa Penyeminar
Semua orang tentu menginginkan kesejahteraan selama ia menjalani hidup. Namun dasar kesejahteraan yang cenderung dalam kehidupan adalah harta yang lebih dari cukup, posisi atau  jabatan yang cukup tinggi. Atau hal yang lain boleh menjadi alasan sehingga mereka menganggap hidup yang dialami sempurna dalam kesejahteraannya. Inilah yang sering menjadi pemicu kejahatan bagi setiap orang sehingga salah arah dan cenderung berfokus pada apa yang diinginkan sebagaimana disebut nafsu dunia. Rasa sakit hati yang tak terbalskan juga menjadi salah satu faktor manusia melakukan kejahatan da berekutu kepada kuasa kegelapan termasuk santet yang menjadi trending topik saat ini. Dalam pembahasaan masih banyak manusia melanjutkan proses hidupnya dengan tidak mempertimbangkan apa kata Tuhan tentang kesejahteraan. Sesungguhnya Yesus mengajarkan bahwa inti daripada kesejahteraan hidup bukanlah ketika harta melimpahi hidup, namun ketika hikmad Allah menjadi acuan untuk melakukan segala sesuatu, itulah yang menjadi kesejahteraan yang sesungghnya. Dengan cara terlibat dalam santet memang besar peluangnya untuk mendapatkan segala apa yang diinginkan setiap orang, kerana sumber daripada perolehan tersebut adalah kekuatan dari iblis yang memberi beberapa cara bagaimana mendapatkan keinginan. Namu melihat hal ini sangtlah dibenci Tuhan karena segala keputusan hidup dan keberhasilan hidup adalah otoritas Allah kepada setiap orang yang percaya. Hal ini sangat jelas dalam pengajaran Kristen yang membrikan beberapa pandangan tentang bagaimana kita mengelola kehidupan yang diberikan oleh Allah. Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, janganlah engkau belajar berlaku sesuai kekejian yang dilakukan oleh bangsa-bangsa itu. Diantara kamu janganlah didapati seorang pun yang mempersembahkan anaknya laki-laki/perempuan sebagai korban api (sebagai praktek sihir/santet) sebab setiap orang yang melakukan ini adalah kekejian bagi Tuhan Allahmu, menghala mereka dari hadapanmu. Alkitab juga sangat tegas mengatakan dalam Amsal 3:16 “umur panjang ada di tangan kanannya, ditangan kirinya kekayaan dan kehotmatan” hal ini menegaskan tidak ada alasan manusia untuk mencari kenikmatan selain daripada kepada Allah sendiri, selain daripadaNya adalah muslihat si iblis.
 Demikian juga dalam beberapa pandangan yang diberikan agam Islam untuk mengingatkan umat sehingga tidak terlibat dalam peggunaan media gelap seperti santet dalam bahasan ini, hal ini bebrapa tafsiran Alquran memberi pedoman kepada umatnya: Janganlan engkau suka mengadukan musibahmu kepada dunia. Tidak ada gunanya engkau mengadukan musibahmu itu kepada mahkluk yang tidak bisa memberi manfaat atau bahaya. Jika engkau berbuat sirik dipintu Allah SWT dan bersandar kepada manusia mereka itu sesungguhnya akan menjauhkan dan menjatuhkan dirinya kedalam kemurkaanNya, dan mereka akan menghalangimu dariNya. Engkau mengaku bahwa engkau berilmu, wahai orang bodoh, engkau mencari dunia dari selain pemiliknya. Itulah antara lain kebodohanmu. Engkau mencari jalan keluar dari bencana dengan mengadukan keadaanmu kepada mahkluk. Itulah kebodohanmu yang lain sungguh celaka, anjing buas saja dapat dilatih untuk berburu, menjaga binatang buruan, dan meninggalkan keinginan serta wataknya. Demikian pula halnya dengan burung, apabila dilatih sanggup menahan watak serta meninggalkan keinginannya untuk memakan buruan. Seharusnya, nafsumu dapat didik seperti itu. Bahkan, nafsumu lebih berhak di didik supaya memiliki ilmu dan kepahaman agar tidak memakan agamamu, menghancurkanmu, dan menghianati Allah SWT yang telah dititipkan kepadamu. Sesungguhnya darah dan daging seorang mukmin dilindungi oleh agama. Oleh sebab itu, janganlah engkau berteman dengan nafsumu sebelum engkau mendidiknya.
IV.             Kesimpulan
Sebagaimana dalam kajian diatas bahwa santet merupakan bahagian daripada magic atau kuasa gelap yang dapat memanipulasi mansia dalam segala keinginan yang hendak ia dapatkan sepanjang hidup di dunia fana. Agama melarang keras menyatakan bahwa setiap umat beragama (Kristen-Islam) hendaknya menjauhi santet karena hal ini merupakan suatu perbuatan yang mendatangkan murka Allah. Namun dalam kenyataan masih banyak yang melibatkan diri kedalam kuasa-kuasa kegelapan hanya karena kenikmatan semata. Seprti yang dijelaskan dalam alasan manusia melakukan santet karena gila harta atau jabatan ataupun faktor ekonomi yang kurang memadai. Hal ini sangat jelas dalam tinjauan mengatakan bahwa semua umat Allah hendaknya manjauhkan diri dari kekuatan gaip ataupun dalam pelaksanaan santet karena apa yang ditimbulkan santet hanyalah kebinasaan.
V.                Daftar Pustaka
1.      Sumber buku
Ash-Shiddieqy Hasbi, Tafsir Alquranul Magic “AN-NUUR”, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000
Baxter Mery K. & Lowery T. L., Sebuah Penglihatan tentang penglihatan Rohani, t.t.p: Light Publishing, 2006
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, Jakarta: Pena, 2006
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z; Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2001
Haag Herbert, Kamus Alkitab, Flores NTT: Nusa Indah, 1971
Hamid Rijal Syamsul, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Tim Cahaya Salam, 2017
Hawkins Craig S., Seluk beluk Sihir, Yogyakarta: Andi, 2004
Hun, Glaydis Pandangan Kristen Tentang Kematian, Jakarta;BPK-GM, 1985
L. Tobing M. Victor, Menyikapi Strategi Musuh, Medan: Yayasan persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006
Muldel D. C., Pembimbing Ke dalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 1970
Muslim HR, Kitab Shalatil Musafirina Wa Qasriha, Bab Istihbabi Shalatin Nafilati Fi Baitihi Wa Jawaziha Fil Masjid, hadits
Nugroho Rinto Ipnu, Misteri Kehidupan Alam Barzah, Yogyaakarta:Mueeza, 2017
Prence Darek, Lusifer Exsposed, Derek Prince Ministies-Internasional, 2007
R. Surarjo, Mengapa Orang Kristen Bisa Kena Santet, Yogyakarta: Andi, 2006
Rodolf H. Pasaribu, Okultisme Di Kalangan Masyarakat Batak, Jakarta: PT Atalya Rileni Sudeco, 2003
Ryrie Charles C., Teologi Dasar 1, Yogyakarta: ANDI, 1998
Saksono Gatut, Panoramal, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2007
Sipayung, Josep Arsip Makalah pada workshop yang diadakan pada tahun 2010 di Pematang Siantar. Diakses pada hari Rabu tgl 04-April- 2018,
Situmorang Jonar, Mengenal Agama Manusia, Yogyakarta: ANDI, 2017
Sj Heuken A., Ensiklopedi Gereja-jilid IV, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1994
Smith Alice, Membebaskan Tawanan Setan, Light Publishing, 2007
Sweet I. M., The International Standard Bilble Enciklopedia Mighing: W.M.B.E. Erdmas, 1953
Takaliuang Susanna & Pondsius,  Antara Kuasa gelap dan Kuasa Terang, Jawa Timur: YPPII, 2000
TH. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, Jakarta: BPK-GM, 2003
Tirmidzi HR, Kitab Shifatil Qiyamah, Hadits
Tony Daud, Dunia Okultisme, Jakarta: Betlehem Publisher, 2003
Tony Daud, Dunia Roh Jahat, Jakarta: Betlehem, 2006
Tony Daud, Dunia Santet, Jakarta: PT Betlehem Publisher, 2009
Unarto Erick, Menikap Tabir Praktek-praktek Kuasa Kegelapan, Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil, 2004
Verkuil J., Etika Kristen Kapita, Selekta, Jakarta: BPK-GM, 1986
2.      Sumber lain
......KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1989










[1] ......KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 920
[2] Gatut Saksono, Panoramal, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2007),66
[3] Daud Tony, Dunia Okultisme, (Jakarta: Betlehem Publisher, 2003), 75
[4] Daud Tony, Dunia Santet,(Jakarta: PT Betlehem Publisher, 2009), 2
[5] Gatut Saksono, Panoramal, 118
[6] Craig S. Hawkins, Seluk beluk Sihir, (Yogyakarta: Andi, 2004), 118
[7] A. Heuken Sj, Ensiklopedi Gereja-jilid IV (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1994), 118
[8] Glaydis Hun, Pandangan Kristen Tentang Kematian, (Jakarta;BPK-GM, 1985), 10
[9] Dengan berbagai cara orang menggunakan kuasa kegelapan di dalam mencari kekayaan atau rejeki, misalnya dengan menggunakan ilmu tenung, membaca mantra-mantra, pergi berjiarah ketempat-tempat keramat atau kuburan, pergi ke kuil-kuil atau melalui dukun-dukun. Erick Unarto, Menikap Tabir Praktek-praktek Kuasa Kegelapan, (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil, 2004), 21-22
[10]  Daud Tony, Dunia Okultisme, 88
[11] Dukun yang memberi rejeki yang bersumber dari iblis tidak akan kekal. Iblis memberikan kemakmuran, namun iblis juga memberikan roh-roh jahat kepada korban, yakni: roh-roh yang penuh hawa nafsu. Sehingga korban akan selalu hidup boros dan selalu menghambur-hamburhkan uang yang ia peroleh dengan mudah dari iblis.
[12] R. Surarjo, Mengapa Orang Kristen Bisa Kena Santet, (Yogyakarta: Andi, 2006), 55-56
[13]  R. Surarjo, Mengapa Orang Kristen Bisa Kena Santet, 56
[14] Daud Tony, Dunia Santet, 6-7
[15] Alice Smith, Membebaskan Tawanan Setan, (Light Publishing, 2007), 2
[16] Pondsius & Susanna Takaliuang, Antara Kuasa gelap dan Kuasa Terang, (Jawa Timur: YPPII, 2000), 242-244
[17] Craig S.Hawkins, Seluk Beluk Iblis, (Yogyakarta: ANDI, 1998), 115
[18] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z; (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2001), 395-396
[19] Josep Sipayung, Arsip Makalah pada workshop yang diadakan pada tahun 2010 di Pematang Siantar. Diakses pada hari Rabu tgl 04-April- 2018, Pulul 13.25.
[20] Mery K. Baxter & T. L. Lowery, Sebuah Penglihatan tentang penglihatan Rohani, (t.t.p: Light Publishing, 2006), 27
[21] Buku Pintar Agama Islam, Syamsul Rijal Hamid, (Jakarta: Tim Cahaya Salam, 2017), 84
[22] Darek Prence, Lusifer Exsposed, (Derek Prince Ministies-Internasional, 2007), 6
[23] M. Victor L. Tobing, Menyikapi Strategi Musuh, (Medan: Yayasan persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006), 66-67
[24] Mery K. Baxter & T. L. Lowery, Sebuah Penglihatan tentang penglihatan Rohani, 29
[25] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1, (Yogyakarta: ANDI, 1998), 192-193
[26] D. C. Muldel, Pembimbing Ke dalam Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1970), 47
[27] TH. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 34
[28] Erick Unarto, Menyikap Tabir Praktek-[raktek Kuasa Kegelapan, (Jakarta: Yayasan PI, 2004), 2-3 
[29] I. M. Sweet, The International Standard Bilble Enciklopedia (Mighing: W.M.B.E. Erdmas, 1953), 2659
[30] Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Flores NTT: Nusa Indah, 1971), 282
[31] Daud Tony, Dunia Roh Jahat, (Jakarta: Betlehem, 2006), 22
[32] Jonar Situmorang, Mengenal Agama Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), 135
[33] Rodolf H. Pasaribu, Okultisme Di Kalangan Masyarakat Batak, (Jakarta: PT Atalya Rileni Sudeco, 2003), 100-102
[34] J. Verkuil, Etika Kristen Kapita, Selekta, (Jakarta: BPK-GM, 1986), 21-51
[35] Jonar Situmorang, Mengenal Agama Manusia, 92-93
[36] Na’budu, diambil dari kata Ibadat: kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan mutlak terhadapnya. Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, (Jakarta: Pena, 2006), 26
[37] Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Alquranul Magic “AN-NUUR”, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000), 2023
[38] Ipnu Rinto Nugroho, Misteri Kehidupan Alam Barzah, (Yogyaakarta:Mueeza, 2017), 60-61
[39] HR Tirmidzi, Kitab Shifatil Qiyamah, (Hadits). 2516.
[40] HR Muslim, Kitab Shalatil Musafirina Wa Qasriha, Bab Istihbabi Shalatin Nafilati Fi Baitihi Wa Jawaziha Fil Masjid, (hadits) 780


Share:

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS