HAMBA YANG MENDERITA
I.
PENDAHULUAN
Pengutusan Yesaya sebagai nabi di mulai dengan
perjumpaannya dengan Tuhan. Bercermin kepada panggilan nabi Yesaya, mungkin ada
di antara para hamba Tuhan yang dipanggil oleh Allah dengan karakter pelayanan
seperti yang dimiliki oleh Yesaya. Hal yang harus dipercaya adalah ia dipanggil
dengan jaminan penyertaan. Pembelanya adalah Tuhan balatentara. Penjaminnya
adalah Raja yang bertahta. Penyedianya adalah Tuhan yang memiliki segalanya.
Allah yang menyatakan diri kepada hamba-Nya dan umat-nya adalah Allah yang maha
kudus.
Kitab Yesaya merupakan sebuah kitab yang istimewa.
Yesaya sebagai penulis seluruh isi kitab ini menubuatkan begitu banyak hal
penting dan itu semua digenapi walaupun diucapkan beberapa abad sebelumnya.
Dalam menjalankan tugas kenabiannya ini, Yesaya menubuatkan bahwa akan ada
penebus yang akan datang untuk menggenapi tugas dan rencana Allah atas Israel.
Hamba dalam kitab ini digambarkan Yesaya yaitu sebagai pelayan Tuhan yang
nantinya akan mengalami penderitaan untuk menggenapi tugas hamba Tuhan tersebut
yakni sebagai penebus.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Kitab Yesaya
Yesaya
adalah seorang pribadi yang sangat menonjol, terutama dalam hal mengemukakan
secara jelas tentang pribadi, sifat dan pekerjaan mesias.[1] Dalam
buku Benson juga menambahkan bahwa Yesaya adalah seorang “nabi Penginjil” dan
kitabnya kadang-kadang disebut Injil yang kelima. Cara Yesaya yang terus terang
dan rinci dalam menjelaskan penderitaan dan Kerajaan Mesias, telah secara
mutlak bahwa Tuhan Yesus itulah yang dimaksudkan dalam nubuat-nubuat para nabi
dalam kitab-kitab lainnya.[2]
Bagi Yesaya Allah adalah pribadi yang berkuasa dan berdaulat serta memiliki
otoritas yang tertinggi dan mutlak atas umat perjanjiannya dan atas
bangsa-bangsa di bumi, yang pada saat bersamaan ikut campur tangan secara
pribadi dalam sejarah untuk melaksanakan maksud-maksudNya.[3]
Dalam tulisan Bob Utley menyatakan bahwa :
1. Kitab
Yesaya dianggap yang terbesar dari semua nubuatan perjanjian lama.
2. Dari
semua nabi-nabi Israel, Yesayalah yang paling memahami pikiran Allah dan
rencana-Nya pada masanya.
3. Dalam
pengertian Rohani ia tidak tertandingi di seluruh Perjanjian Lama.[4]
Kemungkinan
yang masuk akal, pemberitaan Yesaya dikumpulkan dan dipelihara oleh
murid-muridnya kemudian disunting dan dibuat dalam bentuk tulisan. Hal ini
cukup menjelaskan mengapa sering terdapat sudut pandang dari waktu yang lebih
kemudian. Apa yang dikatakan Yesaya dengan kaitan langsung pada zamannya dan
apa yang dikatakannya mengenai masa yang akan datang, diungkapkan dalam bahasa
yang relevan pada waktu penulisan. Murid-murid Yesaya (yang lahir pada abad
ke-8 sM) tentu tidak hidup terus sampai penyerangan terhadap Yerusalem (597
sM), apalagi sampai bangsa Yehuda kembali dari pembuangan (537 sM atau
sesudahnya). Karena itu, pandangan kita harus terbuka soal ini.[5]
2.2.
Latar Belakang Kitab Yesaya
Sebagai
Pendukung Yesaya sebagai penulis kitab Yesaya, Denis Green memberikan
penjelasan bahwa Tuhan Yesus dan para penulis Perjanjian Baru mengutip sebanyak
21 kali dari berbagai bagian kitab
Yesaya dengan selalu menganggap bahwa Yesaya adalah penulis kitab tersebut.
Beberapa kutipan yang diambil para penulis Perjanjian Baru yang diakui sebagai
tulisan Yesaya sendiri, namun seringkali tidak dianggap sebagai tulisan Yesaya
oleh para pengkritiknya. Diantaranya adalah Mat. 3:3 (Yes. 40:3); Mat. 12:17-21
(Yes.42:1-4); Yoh. 12:38 dan Roma 10:16 (Yes. 53:1); Mat. 8:17 (Yes. 53:4);
Roma 10:20-21 (Yes. 65:1-2).[6]
Keyakinan
diatas tersebut semakin dikuatkan pula oleh pernyataan Gleason L. Archer,Jr..
Gelar “Yang Mahakudus, Allah Israel”, yang dipakai secara dominan oleh Yesaya
untuk menyebut Allah menguatkan kesatuan penulisan dari keenam puluh enam pasal
kitab Yesaya. Gelar atau sebutan tersebut hanya muncul lima kali pada bagian
selebihnya dari Perjanjian Lama, tetapi muncul dua belas kali dalam tiga puluh
Sembilan pasal pertama Kitab Yesaya dan dua puluh empat kali dalam dua puluh
tujuh pasal terakhir. Banyak frasa dan gaya bahasa kiasan yang unik yang
dipakai di bagian pertama kitab tersebut muncul kembali di bagian kedua (bdg.
35:10 dan 51:11; 11:9 dan 65:25; 1:11, 14 dan 43:24). Kesatuan ini juga
dikuatkan oleh keterangan-keterangan dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam
Yohannes 12:38-41, di mana Yohannes mengutip mula-mula dari Yesaya 53:1 dan
kemudian dari Yesaya 6:9 lalu disusul dengan komentarnya, “Hal ini dikatakan
Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang
Dia.” Seandainya yang menulis dua bagian Kitab Yesaya ini bukan pengarang yang
sama maka pasti Rasul yang diilhami ini keliru dan seluruh catatan Injilnya
terbuka untuk dicurigai sebagai tidak dapat dipercaya.[7]
Bob Utley
juga memberikan ketegasan yang sama mengenai kesatuan penulisan kitab
Yesaya dan Yesaya sebagai penulis dari
kitab tersebut , seperti disebutkan berikut: Dua puluh lima istilah yang ditemukan
dalam kedua bagian Yesaya yang tidak ditemukan di tempat lain dalam PL. Sebutan
“Yang Mahakudus, Allah Israel” muncul 13 kali dalam bab 1-39 dan 14 kali dalam
bab 40-66 dan hanya enam kali di semua buku Perjanjian Lama lainnya. Yesus, dalam
Yohannes 12:38,40, dikutip dari Yesaya 40-66 diberikan ke Yesaya dalam Mat.
3:3; 8:17; 12:17; 3:4; Lukas 4:17, Yohannes 1:23, Kis 8:28; dan Roma 10:16-20.[8]
Nabi
Yesaya adalah nabi yang hidup pada abad ke-8 sM dan melayani pada masa
pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia, raja-raja Yehuda, yang mendapatkan
penglihatan tentang Yehuda dan Yerusalem dalam masa pemerintahan raja-raja
tersebut (Yes. 1:1). Nama Yesaya memiliki arti “Yahweh adalah Keselamatan.”[9] Keselamatan
yang dibicarakan dalam Kitab Yesaya meliputi 4 hal, Pertama, tentang keselamatan bangsa Yehuda dari serangan
bangsa-bangsa lain; Kedua, keselamatan
Yehuda dari pembuangan ke Babel; Ketiga,
keselamatan bangsa Yahudi di masa mendatang ketika kerajaan mereka ditegakkan; Keempat, keselamatan pribadi orang
berdosa yang percaya kepada Kristus, Sang Penebus.[10]
Kitab
Yesaya tidak memberikan penjelasan yang lengkap mengenai identitas serta
asal-usul Yesaya. Dalam Pasal 1:1 penulis Kitab hanya disebut sebagai “Yesaya bin Amos” atau “Yesaya anak Amos”.
Yesaya (Ibrani yesya’yahu), yang
memiliki arti “Yahweh adalah Keselamatan”, putra Amos (Ibrani ‘amots / harus dibedakan dari nabi Amos,
Ibrani ‘amos), yang tinggal di
Yerusalem (Yes. 7:1-3, 37:2). Menurut tradisi Yahudi, dia berasal dari keluarga
raja. Meskipun tidak ada kepastian dan dukungan yang kuat mengenai keberadaan
keluarganya, namun berdasarkan cerita-cerita dan ucapan-ucapan Ilahi dalam
kitabnya, mungkin dapat dikatakan bahwa Yesaya merupakan keturunan bangsawan.[11]
Widyapranawa juga berpendapat bahwa Nabi Yesaya kemungkinan besar dari keluarga
terhormat dan mempunyai hubungan dengan keluarga istana. Hal tersebut dapat
disaksikan melalui tindakan-tindakan Yesaya yang dengan berani menegor dan
menasehati raja Yehuda. Keterlibatan Yesaya dalam masalah-masalah
social-politik dan ia bertempat tinggal di kota Yerusalem sehingga ia mudah
menghubungi raja, serta pengaruh Yesaya terhadap Raja Hizkia pada masa krisis
perang Syiro-Efraimi menghadapi serangan Asyur yang menjadi bukti yang tidak
langsung dari keberadaan keluarga Yesaya.[12]
Di antara kitab nabi-nabi, kitab Yesaya tidak hanya merupakan kitab yang
terpanjang, tetapi juga mempunyai tempat dan beritanya khusus. Betapa
pentingnya kitab ini dapat kita lihat dari latar belakang sejarah dan zaman
yang bersifat menentukan dalam sejarah Israel kuno, yaitu abad ke-8 sM, sampai
zaman pembuangan pada abad ke-6 sM. Zaman-zaman tersebut penuh dengan gejolak dan ketegangan
social-politik yang menentukan bagi Israel maupun Yehuda. Di dalamnya kita
membaca berita kenabian, tindakan-tindakan di tengah ketegangan dan krisis
dunia kuno, kita juga membaca respons dan reaksi Israel, kuasa iman dan firman
Allah, interprestasi tentang sejarah dan berita-berita yang bersifat mesianis.[13]
2.3. Pembagian Kitab Yesaya Pada Era Modern
Karena
adanya polemic mengenai kepenulisan ganda (deutro-Isaiah)
seperti yang diungkapkan oleh para pengkritik modern, yang menjelaskan bahwa
telah berabad-abad lamanya diskusi mengenai perbedaan antara pasal 1-39 dan
pasal 40-66, menyebabkan para pakar Alkitab memperdebatkan kemungkinan adanya
lebih dari satu penulis, atau lebih (Trito-Isaiah).[14]
Denis Green dalam bukunya Pengenalan
Perjanjian Lama, menegaskan pandangan atau teori para pengkritik tersebut.
Pada Pasal 40-66 biasanya dibagi menjadi dua bagian besar: pasal 40-55, yang
disebut “Yesaya kedua” (Deutro-Isaiah),
yang merupakan tulisan dari seorang murid Yesaya yang menulis pada masa
pembuangan di Babel, kira-kira 545 sM. Sementara pasal 56-66 dikenal dengan
sebutan “Yesaya Ketiga” (Trito-Isaiah)
dan yang biasanya dikatakan berupa karangan-karangan yang ditulis oleh beberapa
murid dari penulis “Yesaya Kedua”, yang menuliskannya pada zaman sesudah
pembuangan, kira-kira 520 sM.[15]
2.3.1.
Proto
Yesaya
Yesaya
memahami Allah sebagai “Allah Yang Maha Kudus”, Allah Israel (Yes. 1:4;
5:19-24; 30:15; 31:1). Sifat kekudusan Allah telah berakar dalam tradisi
Yerusalem. C. Barth menyebutkan Yesaya menempa istilah “Kekudusan Allah” menjadi
sebuah nada yang luhur sekaligus
menantang, di mana unsur kemuliaan Tuhan yang penuh kejutan dan rahasia
terdengar bersama-sama dengan denyut hati-Nya yang tidak dapat melepas
umat-Nya.[16]
Kitab ini ada pada masa pertengahan abad ke-8 sM yaitu tahun 740 sM. Pada masa
ini kerajaan Israel maupun Yehuda mengalami masa kemakmuran dan kesejahteraan.
Sebenarnya masa pemerintahan raja Uzia adalah masa yang paling makmur dalam
bidang social dan ekonomi sampai pada masa pemerintahan Yotam (bnd. Yes. 2-4).[17]
Tetapi
dengan kemakmuran yang mereka alami juga disertai dengan kemerosotan moral,
ketidakadilan dari pihak kalangan atas terhadap rakyat kecil. Pada masa itu
yang menguasai perpolitikan adalah bangsa Asyur dengan ibukora Niniwe yang
berada di daerah Mespotamia yang sedang sedang giat-giatnya memperluas daerah
kekuasaan. Dengan fenomena tersebutlah untuk pertama kali nabi Yesaya mengecam
kemerosotan moral seperti ibadah yang pura-pura, sikap hati yang munafik kepada
Yahweh (Yes. 1:11-13), penyembahan berhala dan kemurtadan yang terdapat dalam
hidup beriman.[18]
2.3.2.
Deutro
Yesaya
Deutro
Yesaya hidup pada masa pembuangan di Babylon, kira-kira tahun 540 sM. Masa
pembuangan di Babylon (597-538 sM), adalah periode yang penting sekali bagi
Yehuda, baik di bidang kemasyarakatan maupun keagamaan.[19]
Dalam masa pembuangan di Babylon itu Deutro Yesaya dipanggil untuk menghiburkan
bangsa Israel dan untuk memberitakan bahwa Yahweh akan menyelamatkan umat-Nya
(lih. Yes. 49:13; 51:3; 51:12; 51:19; 52:9). Allah adalah Yang Maha Kuasa, Khalik
langit dan bumi dan Allah seluruh bumi. Karena itu Dia berkuasa untuk memakai
bangsa-bangsa lain sebagai alat-Nya untuk menghukum bangsa Israel. Tetapi Dia
juga berkuasa untuk melepaskan bangsa-Nya dari pembuangan itu. Deutro Yesaya
telah melihat dengan jelas sekali, bahwa Kerajaan Babylon makin hari makin
lemah, dan kerajaan Persia, di bawah pemerintahan raja Cyrus, tumbuh menjadi
satu kekuatan baru di dunia timur tengah dan merupakan suatu ancaman yang besar
bagi Babylon. Oleh sebab itu, Deutro Yesaya menubuatkan jatuhnya Babylon dan
kelepasan bagi bangsa Israel oleh raja Cyrus. Dan memang hal ini ternyata
benar, sebab sesudah jatuhnya Babylon ke tangan Persia, Cyrus mengizinkan
bangsa Israel pulang kembali ke Yehuda. Tetapi orang Israel sendiri tidak mau
mempercayai nubuat nabi Deutro Yesaya, sehingga dia terpaksa berdebat dengan
mereka.[20]
2.3.3.
Trito
Yesaya
Pokok
inti nubuat-nubuat ini bukanlah kelepasan dari Babylon, tetapi keadaan yang
kurang baik pada masa sesudah pembuangan di Babylon, tetapi keadaan yang kurang
baik pada masa sesudah pembuangan di Babylon, misalnya kesalahan para pemimpin
bangsa itu (56:9 .dst), sinkritisme (57:3 dst.; 65:1 dst.; 66:3 dst.),
alasan-alasan terhadap pembuangan bait Allah (66:1 dst.). Kepercayaan yang
optimis seperti yang terdapat dalam Deutro Yesaya tidak ditemukan di Trito
Yesaya. Pentingnya hari Sabat dititikberatkan.[21]
Banyak
orang Yehuda yang menderita kekurangan dan sejumlah kecil warga kota bertambah
kaya. Sebahagian rajin beragama tetapi tidak menghiraukan sesama, ada yang
mencari jaminan kepada Tuhan da nada juga kepada dewa-dewa. Nabi menyerukan
kehendak Allah yang menginginkan keadilan dan bukan puasa, kesetiaan kepada
perjanjian bukan kekerasan, penyerahan dan semangat rendah hati. Jika umat mau
berbalik dari kesalahannya, maka Allah akan membangun kembali Yerusalem dan
orang-orang benar akan hidup dalam damai sejahtera bersama-sama dengan ALLAH.[22]
2.4.
Tujuan Kitab Yesaya
Tujuan lipat tiga jelas
kelihatan dalam tulisan Yesaya.
1. Sang
Nabi pertama-tama menghadapi bangsanya sendiri dan bangsa lain yang sezaman
dengan Firman Tuhan mengenai dosa mereka dan hukuman Allah yang akan datang.
2. Lalu,
melalui berbagai penglihatan yang mengandung wahyu dan Roh Nubuat, Yesaya
menubuatkan pengharapan bagi angkatan masa depan orang Yahudi buangan. Mereka
akan dikembalikan dari pembuangan dan akan ditebus Allah untuk menjadi terang
bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi.
3. Akhirnya,
Yesaya bernubuat bahwa Allah akan mengirim Mesias dari keturunan Daud, yang
keselamatan-Nya pada akhirnya akan meliputi semua bangsa di bumi ini, sehingga
memberikan pengharapan bagi umat Allah di bawah perjanjian yang lama dan yang
baru.[23]
2.5.
Pengertian Penderitaan
Menderita,
penderitaan berasal dari kata derita, bahasa inggris; Suffer berarti menderita, bahasa ibrani; tsarah artinya kesesakan, kesusahan, kesukaran, bahasa Yunani; thlipsis arti umum “tekanan” beban yang
berat bagi hati orang atau mengenai siksaan besar. Dalam PL tak ada kata yang
artinya pederitaan secara umum. Tapi penderitaan dipakai dalam bentuk TBI untuk
menterjemahkan banyak kata yang artinya sakit, dukacita, malang, siksaan dll.[24]
Menderita berarti menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan.[25]
Secara umum ada dua macam penderitaan yang dikenal dalam Alkitab; penderitaan
yang kita alami karena kemanusiaan kita dan yang didatangkan atas umat Allah,
karena iman dan Kristen.[26]
Penderitaan
kadang-kadang dapat dipandang sebagai hukuman yang dijatuhkan Allah atau hajaran
guna cara memperbaiki cara hidup umat-Nya atau untuk memurnikan manusia dan
mendekatkannya kepada Allah dalam rangka ketaatan dan persekutuan yang baru.
Namun penderitaan bisa dikatakan suatu pengalaman bersama, karena penderitaan
mengungkapkan Allah kepada manusia dan membawa mereka semakin dekat kepada Allah.
Dalam penderitaan manusia juga bisa menemukan dirinya, menemukan dunia
sekitarnya dan terutama sekali menemukan Allah.[27]
2.6.Pengertian
Hamba Tuhan
Secara
umum dalam KBBI, pengertian istilah “Hamba” adalah budak belian, abdi.[28] Dalam
terminology Teologis, istilah “Hamba” dijelaskan sebagai berikut, “Kata Ibrani
‘Eved, budak, hamba, pelayan”.
Artinya seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan
kehendak orang lain, juga dapat memiliki arti sebagai pekerja yang menjadi
milik tuannya. Diluar Alkitab kata itu berarti budak; hamba bawahan politik;
keterangan tentang diri sendiri untuk menunjukkan kerendahan hati. Dalam hidup
keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan hati seseorang
di hadapan Allah. Pemakaian demikian menyatakan rendahnya kedudukan pembicara,
juga menyatakan tuntuntan ilahi yang mutlak terhadap seorang anggota dari umat
yang di pilih-Nya dan kepercayaan yang bersesuaian dengan itu dalam menyerahkan
diri kepada Allah, yang akan membela hamba-Nya[29]
Dengan
kata lain, yang dimaksudkan dengan pengertian “HambaTuhan”
yaitu seseorang yang bukan hanya menjadi milik Tuhan tetapi juga bekerja khusus
untuk Tuhan, tetapi jika pengartian budak terlepas daripada pemaknaan
Alkitabiah, hamba itu ialah budak.
2.7.Pribadi
sebagai Hamba Tuhan
2.7.1.
Identitas
Sang Hamba yang Menderita
Dalam
Yesaya 40 dan pasal-pasal berikutnya ada bagian-bagian tertentu yang
menerangkan tentang hamba Tuhan. Terkenal sebagai nyanyian tentang Hamba Tuhan,
bagian-bagian itu dibagankan sebagai berikut: Yesaya 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9;
52:13-53:12. Makna dan tafsirannya sudah banyak diperdebatkan , mereka yang
mempercayai bahwa nubuat-nubuat ini tanpa ditawar-tawar menunjuk kepada Yesus
Kristus.[30]
Gambaran seorang yang tak berdosa, tetapi disiksa (Yes. 53) dan mati untuk
orang lain selalu menjadi salah satu focus khusus dari penafsiran, tetapi
bersama dengan Nyanyian Hamba Tuhan yang lain, yang tampil adalah satu tokoh
yang adalah wujud dari pengharapan nabi pengharapan nabi akan penebusan bangsa
di masa datang.[31]
Ada
banyak usulan-usulan spekulatif yang bermunculan, baik dari pasca sarjana
konservatif maupun para sarjana modern, mengenai tokoh-tokoh yang layak menjadi
figur dari “sang hamba yang menderita.” John A. Martin menjelaskan bahwa :
“Beberapa pelajar Alkitab mengatakan hamba-Ku di dalam 42:1-4 yang merupakan nyanyian
bagian pertama dari empat bagian nyanyian tersebut, mengacu kepada Israel, yang
dengan jelas terjadi dalam ayat 19.[32] Pendapat
tersebut dipertegas oleh pandangan Marie-ClaireBarth-Frommel, yang tidak
menolak paham kepenulisan ganda atau lebih (trito Yesaya), dengan memberikan
pernyataan bahwa murid-murid dari Yesaya II, yang menempatkan ke empat syair
tersebut dalam kitab Yesaya II, maka hamba itu tak bukan dan tak lain dari pada
Israel sendiri, sebagaimana terbukti dari kata “Israel” yang ditambahkan pada
49:3 dan dari pergeseran dalam 49:7.[33]
J.Sidlow Baxter juga memberikan pendapatnya
bahwa pasal 40-50, menjelaskan “hamba” yang dimaksud mengacu kepada Israel,
bangsa pilihan Tuhan. Meskipun demikian, dalam pasal tersebut juga terdapat
maksud terpendam yang menyatakan bahwa hamba itu adalah Yesus Kristus, seperti
yang dituliskan dalam 52:13-53:12 dengan pernyataan yang terang dan lengkap
bahwa yang dimaksud hamba itu adalah Sang Juruselamat yang akan datang kelak.[34]
Dalam
C. Hassell Bullock juga menyebutkan mengenai adanya lima teori utama dalam
pencarian identitas Sang Hamba, sebagai berikut:
1. Teori
Individu yang tak bernama pada masa Yesaya.
2. Teori
nabi itu sendiri, yaitu Yesaya sendiri.
3. Teori
Kolektif, bisa menunjuk kepada seorang nabi sebagai wakil bangsa itu dan bangsa
itu dalam peran kenabiannya atau menunjuk kepada sisa orang benar dan Israel
yang diwujudkan.
4. Teori
Mitologi, yang menunjuk kepada “kepribadian yang ideal”
5. Teori
mesianik yaitu Yesus.[35]
Berdasarkan
pemikiran-pemikiran tersebut yang di atas, semakin membuat keberadaan Identitas
sang “Hamba Yang Menderita” menjadi sangat menarik untuk dibahas serta
sekaligus juga membingungkan. Untuk memperoleh jalan keluar atau jawaban atas
polemic mengenai “Identitas Hamba”, perlu adanya pemahaman mengenai keberadaan
hamba tersebut berdasarkan konteks , khususnya yang terdapat dalam pasal
52:13-53:12, sebagai acuan atau ayat referensi untuk tema teologi “Hamba Yang
Menderita”, yang tentunya tidak mengabaikan bagian lainnya,
Istilah
“hamba” dalam Perjanjian Lama, memiliki pengertian yang lebih dari satu. Dalam
Bil. 12:7 “hamba” dapat menunjuk pada seorang individu seperti raja atau
seorang nabi. Dapat berarti untuk bangsa Israel (Yes. 42:19; 44:21). Istilah
tersebut juga bisa mengacu kepada Mesias (Yes. 52:13-53:12).[36]
Oleh karena itu, untuk menentukan “Identitas Hamba”, hanya konteks, serta
dekskripsi mengenai tugas atau tindakan hamba tersebut yang akan menjelaskan
secara tepat identitasnya. Sementara Baxter dalam penjelasannya menjawab
kebingungan mengenai “Identitas Sang Hamba” yang mengacu kepada “bangsa Israel”
atau “Mesias”, dengan pemaparannya: Sebutan “hamba” Tuhan dalam Yesaya
kadang-kadang berarti bangsa Israel, ternyata dari 49:3. Tapi Nabi Yesaya pada
4 tempat memakai perkataan “Hamba” Tuhan dalam arti “Seorang Oknum”, sehingga
setiap pembaca tidak akan mengartikannya selaku bangsa Israel, yaitu pada
42:1-7; 49:5-6; 50:4-10; 52;13-52:12.. maka Yesaya pun mengoknumkan Israel
sejati itu dalam Pribadi dan “Hamba” Tuhan itu pun beroleh arti satu orang dan
satu oknum yang sempurna, yaitu penjelmaan Allah yang akan memerintah atas
bangsa pilihan itu pada akhir zaman. Itulah sebabnya, maka sebutan ‘hamba’
Tuhan mempunyai dua arti, di situlah letak peralihan yang makin lama makin
Nampak jelas dari bangsa Israel kepada Kristus.[37]
John
A. Martin, dalam tulisannya mengenai Yesaya 52:13-53:12 yang dikutip dalam
Alkitab Perjanjian Baru, yang menunjuk kepada pribadi Kristus Yesus. Dalam
tulisannya John A. Martin menjelaskan bahwa Yesaya 52:13-53:12 merupakan bagian yang paling terkenal dalam
kitab Yesaya mengigat bahwa beberapa bagian dari ayat ini dikutip dalam
Perjanjian Baru, di antaranya adalah Yesaya 52:15 yang dikutip dalam Roma
15:21; Yesaya 53:1 dalam Yohannes 12:38 dan Roma 10:16; Yesaya 53:4 dalam
Matius 8:17; Yesaya 53:7-8 dalam Kisah Para Rasul 8:32-33; Yesaya 53:9 dalam 1
Petrus 2:22 dan Yesaya 53:12 dalam Lukas 22:37.[38]
Dari
argumentasi-argumentasi yang dipaparkan, baik dari bukti internal yaitu konteks
dekat dalam kitab Yesaya sendiri dan konteks jauh yang ditemukan di dalam
Kitab-Kitab Perjanjian Baru serta pembuktian yang diberikan oleh pakar-pakar
teologi telah menguraikan kebingungan identitas sang hamba yang menderita,
sehingga yang dimaksudkan sebagai “Hamba yang menderita adalah Yesus Kristus,
sang Penebus Sejati.
2.7.2.
Misi
Hamba Yang Menderita
Uraian
nubuatan ayat tersebut (52:13-52-12) tersebut 700 tahun kemudian direalisasikan
dan dipahami sebagai peristiwa penderitaan dan penolakan Yesus Kristus, Sang
Mesias oleh orang Yahudi. Puncak dari penderitaan dan penolakan “Hamba”
tersebut adalah penyaliban Kristus, seperti yang digambarkan oleh beberapa
bagian dalam Alkitab Perjanjian Baru. Ayat 4-6 pasal 53 menjelaskan penderitaan
Sang Hamba dilakukan untuk menjadi penebus bagi banyak orang. Nyanyian terakhir
melukiskan penderitaan sekaligus pemuliaan seorang nabi yang tidak menyatakan
kehendak Allah melalui kata-kata (bnd 42:2a tidak menyaringkan suaranya) atau
melalui tindakan-tindakan tertentu (Yer. 28; Yeh. 24:15; Yes.20), melainkan
dengan cara mempertaruhkan hidupnya untuk membawa keselamatan yang daripada
Tuhan kepada banyak orang, serta untuk pertama kali di dunia ini ada seseorang
yang mengambil tempat orang-orang dihukum dan yang menderita menggantikan
mereka.[39]
Bullock
menjelaskan mengenai misi “Hamba Yang Menderita”, sebagai mesias yang mengisi
posisi yang paling mencolok dalam penebusan. Misi Hamba ini seperti digambarkan
dalam pasal 11, adalah penetapan keadilan. Tambahan pula, bangsa-bangsa yang
telah mengambil jalan ke “pangkal Isai” (11:10) sekarang menunggu dengan penuh
harapan akan hukum Hamba tersebut (42:4) dan menerima terang yang disinarkan
oleh Israel yang telah ditebus (49:6). Tuhan telah membentuk Dia dalam Rahim
untuk membawa Israel kembali kepadaNya dan memberikan keselamatanNya sampai ke
ujung – ujung bumi.. baru di nyanyian ke empat Hamba itu kita tahu bahwa
penderitaanNya bukan karena dosa-Nya tetapi karena dosa Israel (53:5-6;9).[40]
Clarence
H.Benson juga menambahkan dengan penjelasan bahwa uraian dalam Yesaya 53
merupakan bagian yang terindah di Alkitab yang mengungkapkan secara panjang
lebar tulisan dalam Yohannes 3:16 yaitu Injil yang singkat. Meskipun demikian
nubuat itu tidak berhenti hanya pada Mesias di kayu salib saja, melainkan juga
menyatakan kubur-Nya dan melihat-Nya bangkit, dimuliakan, menjadi pengantara
dan membenarkan orang banyak.[41] Berdasarkan
kedua ayat tersebut, hanya Yesus Kristuslah dengan penderitaan dan kematian-Nya
yang menjadikan Kristus sebagai Pribadi yang layak, yang tepat, Pribadi yang
tidak perlu diasingkan lagi, yang sesuai dan menggenapi deskripsi yang
dinubuatkan oleh Yesaya. Sementara kata “kita” dalam implikasinya di masa kini
bukan hanya menunjuk kepada orang Israel saja, tetapi kepada semua umat manusia
di dunia.
Seperti
yang dikatakan Donald dalam Teologi
Perjanjian Baru 1, Misi-Nya itu universal yaitu untuk menyatakan
keadilan-Nya di antara bangsa-bangsa, namun untuk mencapai tujuannya ia harus
menghadapi penderitaan, yang sifatnya demi orang lain.[42]
III.
Refleksi
Teologi
Menjadi hamba Allah berarti bersedia memberi diri
scara total untuk diperbarui senantiasa oleh Allah, dan bersedia menghadapi
tantangan. Kesidiaan memberi diri total dan sedia menghadapi tantangan adalah
kunci keabsahan pelayanan seorang hamba sebagai mulut Allah. Hamba Allah tidak
berhak menyuarakan suara lain, selain suara Allah sendiri. Bila tidak, ia bukan
lagi hamba Allah sejati, tetapi hamba palsu. Hamba Allah yang sejati taat
kepada Firman dan yang tabah menanggung derita itu memiliki wewenang Ilahi. Dia
kini memanggil orang yang merindukan kebebasan dan mendambakan kehidupan yang
berbahagia. Profil hamba Tuhan yang digambarkan dalam dalam kitab Yesaya dan
juga telah melihat penggenapan nubuat nabi Yesaya yang dipenuhi dalam diri
Yesus Kristus, Hamba Tuhan yang sejati itu. Memang sekarang sulit membedakan
hamba dalam artian hamba Tuhan dan yang bukan. Maka masing-masing orang
hendaknya berefleksi apakah benar saya hamba Tuhan atau bukan?.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan Hamba Yang Menderita menurut
Kitab Amsal, maka terlihat bahwa penggunaan Hamba yang Menderita oleh Yesaya
bukanlah menunjuk kepada dirinya melainkan kepada Yesus Kristus.
Pengidentifikasian Hamba itu kepada Yesus Kritus sangatlah jelas terlihat di
dalam tugasNya untuk menebus dosa semua manusia. Dengan pengorbanan dan
kematianNya, rencana Allah menjadi sempurna. Ia menjadi penebus sejati bagi
semua orang yang berdosa, menjadi juruselamat bagi orang-orang yang percaya
kepada karya-Nya di kayu Salib.
Dari pasal 42 kita menemukan banyak uraian tantang
hama Tuhan yang diutus untuk pemulihan bangsa Israel. Gambaran bangsa Israel
tentang Mesias yang gagah perkasa dan penuh kemenangan digantikan dengan hamba
Tuhan yang menderita. Berbeda dengan harapan Sion yang gagah perkasa dan memberikan
kemenangan, hamba disini ialah hamba yang merendahkan diri. Ini bukan
kristologi dari atas tetapi dari bawah artinya Allah merendahkan diri. Namun
jalan masuk terhadap keselamatan melalui kehambaan tidak berarti bahwa hamba
tidak berdaya. Hamba Tuhan diberi lidah untuk memberikan semangat baru. Artinya
ia tahu bahwa ia harus terus mendengar dan belajar. Spiritualitas ditujukan
dengan kesediaan hati untuk terus menjadi murid kehidupan dan belajar dari
bahan tertulis, pergaulan dan semesta. Seorang hamba Tuhan mesti membuka diri
untuk terus menerus belajar. Untuk itu kita mesti belajar dari hamba Tuhan yang
Menderita untuk terus menerus membuka diri untuk belajar dan terus belajar
dalam merendahkan hati sebagai Hamba.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Benson
Clarence H., Pengantar Perjanjian Lama:
Puisi dan Nubuat, Malang: Gandum Mas, 1997
Chisholm Robert B., Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 2005
Utley
Bob, Anda
Dapat Memahami Alkitab! Yesaya: Sang Nabi dan Masa Depan
Pasal 40-66, Texas, Bible Lesson Internasional, 2010
LaSor,
W.S. D.A.Hubbard, dkk.., PENGANTAR
PERJANJIAN LAMA 2: Sastra dan Nubuat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015
Harrison Everett F., Tafsiran Alkitab Wycliffe, Malang:
Gandum Mas, 2005
Douglas J.D., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z,
Jakarta: YKBK/OMF, 1997
Wiersbe
Warren W., Hidup Bersama Firman; Pasal
demi Pasal seluruh Alkitab Yesaya-Maleakhi, Yogyakarta: Yayasan Gloria,
2012
Widyapranawa S.H., Kitab Yesaya Pasal 1-39, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011
Fong
Yap Wei, Agnes Maria Layantara, dkk..,
Handbook to the Bible: Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, Bandung: Kalam
Hidup, 2004
Green Denis, Pengenalan Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 2004
Barth C., Teologi Perjanjian Lama Vol. IV, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000
Ackroyd
Peter R., Exile and Restoration, A Study of Hebrew Though of the Sixth
Century Before Christ, Philadelphia: The Westministeer Press, 1968
Blommendal J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1993
…..,Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang:
Gandung Mas, 2000
Douglas J.D., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L,
Jakarta: YKBK/OMF, 1997
….. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012
…., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2015
Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016
Martin John A., The Bible Knowledge Commentary, Dallas:
Victor Books, 1992
Frommel Marie Claire
Barth, Kitab Yesaya Pasal 40-55, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007
Baxter J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab: Ayub – Maleakhi, Jakarta:
YKBK/OMF, 2002
Bullock C. Hassell, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 2002
Frommel Marie Claire
Barth, Kitab Yesaya Pasal 40-55, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007
Guthrie Donal, TEOLOGI PERJANJIAN BARU 1, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001
[1] Clarence H.Benson, Pengantar Perjanjian Lama: Puisi dan Nubuat,
(Malang: Gandum Mas, 1997), 39
[2] Clarence H.Benson, Pengantar Perjanjian Lama: Puisi dan Nubuat,
39
[3] Robert B. Chisholm, Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, 2005), 547
[4] Bob Utley, Anda Dapat Memahami
Alkitab! Yesaya: Sang Nabi dan Masa Depan Pasal 40-66,(Texas, Bible
Lesson Internasional, 2010), 1
[5] W.S.LaSor, D.A.Hubbard, dkk.., PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 2: Sastra dan
Nubuat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 268-269
[6] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama, 156
[7] Everett F.Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang:
Gandum Mas, 2005), 431
[8] Bob Utley, Anda Dapat Memahami
Alkitab! Yesaya: Sang Nabi dan Masa Depan Pasal 40-66, 3
[9] J.D.Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z,
(Jakarta: YKBK/OMF, 1997), 576
[10] Warren W.Wiersbe, Hidup Bersama Firman; Pasal demi Pasal
seluruh Alkitab Yesaya-Maleakhi, (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2012), 11
[11] J.D.Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z,
576
[12] S.H. Widyapranawa, Kitab Yesaya Pasal 1-39, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), 11
[13] Ibid.., 1
[14] Yap Wei Fong, Agnes Maria
Layantara, dkk.., Handbook to the Bible:
Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 422
[15] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 154
[16] C. Barth, Teologi Perjanjian Lama Vol. IV, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),
57
[17] Peter R. Ackroyd, Exile and Restoration, A Study of Hebrew Though of the Sixth
Century Before Christ, (Philadelphia: The Westministeer Press, 1968), 118
[18] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama, 153
[19] J.Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1993), 112
[20] J.Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,112-113
[21] Ibid, 115-116
[22] Darmawijaya, Warta Nabi Abad VIII, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), 111
[23] …..,Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandung Mas, 2000),
1037-1038
[24] J.D.Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L,
(Jakarta: YKBK/OMF, 1997), 244-245
[25] ….. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 226
[26] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), 79
[27] J.D.Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z,
215
[28]…., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2015), 447
[29] J.D.Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L,
360
[30] J.D.Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L,
360
[31] W.R.F.Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 130
[32] John A. Martin, The Bible Knowledge Commentary, (Dallas:
Victor Books, 1992), 1995
[33] Marie Claire Barth Frommel, Kitab Yesaya Pasal 40-55, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007), 34
[34] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab: Ayub – Maleakhi,
(Jakarta: YKBK/OMF, 2002), 232
[35] C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, 2002), 208-209
[36] Bob Utley, Anda Dapat Memahami
Alkitab! Yesaya, 45
[37] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab: Ayub – Maleakhi,
234-235
[38] John A. Martin, The Bible Knowledge Commentary, 1106
[39] Marie Claire Barth Frommel, Kitab Yesaya Pasal 40-55, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007),37-38
[40] C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, 213-214
[41] Clarence H.Benson, Pengantar Perjanjian Lama: Puisi dan Nubuat,
45
[42] Donal Guthrie, TEOLOGI PERJANJIAN BARU 1, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001),293
Your Affiliate Money Making Machine is waiting -
ReplyDeleteAnd making money online using it is as easy as 1--2--3!
Here's how it works...
STEP 1. Input into the system which affiliate products the system will advertise
STEP 2. Add PUSH BUTTON TRAFFIC (it ONLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the system grow your list and sell your affiliate products all on it's own!
Are you ready to make money automatically?
Click here to launch the system