Penafsiran Mazmur 137 :1-9
(Metode Historis Kritis)
I.
PENDAHULUAN
Kitab Mazmur adalah kitab yang termasuk
dalam Perjanjian Lama. Dan kitab ini adalah kitab yang terpanjang di dalam
Perjanjian Lama. Dalam kitab ini terdapat nyanyian, doa, dan puisi. Israel
percaya bahwa semua kehidupan dengan Allah terhubung melalui perjanjian. Mazmur
adalah pelepasan emosi terdalam dari kehidupan manusia kepada Allah (kekaguman
dan keintiman). Bentuk Puisi dari Mazmur membantu kita mengekspresikan diri
agamawi kita kepada Allah. Pada kali ini saya akan menafsirkan Mazmur 137 : 1-9
dengan Metode Historis Kristis. Semoga sajian ini, tafsiran ini, menambah dan
memperluas wawasan kita semua bersama. Tuhan Yesus Memberkati.
II.
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Historis Kritis
MHK
adalah satu metode penafsiran yang memahami makna teks secara Historis
(Sejarah) atau memahami teks berdasarkan situasi kehidupan.[1]
Berdasarkan penyelidikan terhadap teks, makna penafsir / pembaca akan
mengetahui kondisi keagamaan, politik, social dari suatu periode sejarah yang
didalamnya teks itu sendiri. Bagaimana teks itu muncul, mengapa, dimana dan
untuk siapa teks itu ditulis.[2]
2.2.Tujuan
Metode Historis Dalam Penafsiran Alkitab
Tujuan
MHK ini adalah untuk menemukan makna sebuah teks dengan mengutamakan dari segi
kesejarahannya (historisnya) secara kritis dan sistematis dan menjaga agar penafsir
tidak memaksakan teks dari kebudayaan yang asing atau masa-masa yang lebih awal
dari kebudayaan seseorang ke dalam horizon pengertian masa kini.[3]
2.3.Kekuatan
dan Kelemahan Historis Kritis
1.
Kekuatan
·
Metode ini memperhatikan aspek-aspek
sejarah yang mencakup pada aspek kehidupan zaman itu.[4]
·
Metode ini mengoreksi adanya
penyimpangan masa lampau dengan menggali arkeologi teks.[5]
2.
Kelemahan
·
Metode ini juga membatasi diri pada
penyelidikan makna teks Alkitab dan situasi Historis yang memunculkan dan tidak
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan makna lain pada tahap selanjutnya.
·
Metode ini kurang menghargai otoritas
Alkitab karena berusaha untuk menggali fakta-fakta yang ada sehingga sering
kali menyamaka Alkitab dengan buku-buku lain.[6]
2.4.Pengantar
Kitab Mazmur
2.4.1.
Arti
Nama Kitab Mazmur
Mazmur
dalam bahasa ibrani Mizmor artinya
nyanyian Pujian yang di iringi oleh alat music. Terjemahan Ibrani kuno
ditemukan dalam nama tehellim artinya
nyanyian dan pujian kepada Tuhan. Kemudian dalam kanon Yunani atau septuaginta
menggunakan nama Psalmoi yang artinya
memetik atau nyanyian dengan alat music petik. Sehingga Mazmur adalah nyanyian
pujian orang percaya kepada Tuhan baik secara pribadi maupun kelompok, dengan
music maupun tanpa music, baik suka maupun duka. Umat Tuhan tidak bias lepas
dari kegiatan bernyanyi dan bermazmur. Kitab Mazmur adalah kumpulan nyanyian
umat kepada Tuhan dalam berbagai bentuk, suasana, sumber dan waktu.[7]
2.4.2.
Latar
Belakang Kitab Mazmur
Mazmur
– Mazmur yang terkumpul dalam kitab Mazmur ini, dikarang dalam waktu yang
berbeda-beda.[8]
Kitab Mazmur terbentuk selama ratusan tahun. Ada Mazmur yang mungkin ditulis
diawal sejarah Israel, tetapi ada juga yang ditulis sesudah masa pembuangan di Babel. Daud mungkin
menulis sebagian dari Mazmur ini, tetapi Mazmur- Mazmur lainnya mungkin berasal
dari masa sesudah Daud.[9]
Bagaimana mazmur dikumpulkan? Mazmur merupakan kumpulan puji-pujian dan doa
yang dikumpulkan selama kurun waktu yang panjang dalam sejarah umat Israel,
paling tidak sejak zaman Daud sampai sesudah pembuangan ke Babel. Kita boleh
menyebutnya sebagai “Kumpulan dari kumpulan-kumpulan” sebab seratus lima puluh
Mazmur itu dibagi dalam lima kitab. Mazmur 1:1-41:13; Mazmur 42:1-72:20; Mazmur
73:1-89:52; Mazmur 90:1-106:48; dan Mazmur 107:1-150:6.[10]
Kitab ini dibukukan ialah supaya jemaat yahudi setelah pembuangan mempunyai
buku nyayian untuk ibadat dalam bait suci Yerusalem. Sekiranya itu tujuan
utamanya maka para penyusun tidak akan memasukkan puisi-puisi kebijaksanaan
tersebut dalam buku ini ditambahkan salah satu puisi itu dipakai sebagai
pembukaan kitab Mazmur. Buku ini diberi judul tehilim mungkin untuk mengatakan bahwa mulai sekarang setiap
nyanyian yang dipakai untuk menyertai ibadat harus diambil dari buku ini. Hal
ini terbukti misalnya dari Mazmur 30. Aslinya Mazmur ini adalah suatu nyayian
syukur perseorangan. Jadi siapakah yang mengerjakan pembukuan ini ? Mungkin
kelompok “orang bijak”. Hal ini dapat disimpulkan dari adanya jumlah Mazmur
kebijaksanaan dalam kitab ini. Bahkan mereka menempatkan salah satu puisi
kebijaksanaanya sebagai pembukuan kitab pujian-pujian ini (Maz. 1).[11]
2.4.3.
Penulis,
Waktu & Tempat Penulisan Kitab Mazmur
Banyak
pandangan yang muncul mengenai penulis, waktu dan tempat penulisan kitab Mazmur
ini. Tradisi dan kebanyakan orang menganggap bahwa kitab ini merupakan tulisan
dari Daud. Namun beberapa tokoh memaparkan pandangannya mengenai siapa penulis
kitab ini, seperti Barnabas Ludji dalam bukunya Pemahaman Dasar Perjanjian Lama
2, mengarakan bahwa pengarang Mazmur sebenarnya tidak disebutkan dalam Mazmur
seperti yang dianggap orang-orang. Nama-nama seperti Daud, Salomo dan
lain-lainnya hanyalah tambahan kemudian. Tambahan itu berasal dari pengumpul
Mazmur atas dasar adanya kemiripan pergumulan dari tokoh-tokoh tertentu dengan
isi suatu Mazmur. Misalnya Mazmur 51 yang biasa disebut Mazmur Daud. Padahal
Mazmur itu tidak mungkin ditulis oleh Daud, karena Mazmur 51 memperlihatkan
situasi setelah Yerusalem runtuh (ay. 20). Tetapi sebagian Mazmur tersebut
cocok dengan suasana yang pernah dialami Daud (2 Sam. 12).[12]
Dan menurut Blommendal, jikalau Daud atau orang lain disebut sebagai penulis
suatu mazmur, hal itu belum berarti bahwa mereka memang benar-benar menulisnya,
sebab bisa terjadi bahwa orang lain itu memakai nama Daud atau orang-orang
tertentu, agar mazmurnya dapat diterima dan diakui oleh pembaca.[13]
Sedangkan Hassel Bullock mengatakan bahwa meskipun kita tidak dapat memastikan
berapa dari tujuh puluh tiga Mazmur yang
dalam judulnya mencantumkan nama Daud di depan preposisi lamedh (dari, untuk, bagi) benar-benar ciptaannya sendiri, tetapi
kita mempunyai alasan tepat untuk menganggap bahwa banyak dari mazmur-mazmur
itu adalah ciptaannya sendiri. Begitu lazimnya Perjanjian Lama membuktikan
kebenaran dari aktivitas dan bakat Daud di bidang musik, sehingga sulit untuk
membantah peranannya dalam penulisan Mazmur. Dia disebut “pemazmur yang
disenangi di Israel” (II Sam. 23:1), pencipta alat-alat musik (Am. 6:5),
pengatur pelayanan musik di Bait Allah (1 Taw. 15:13-24; 16:7) dan penulis
berbagai mazmur (II Sam. 1:19-27; 22:1-51, dsb). Di samping nama Daud,
nama-nama dari Asaf, bani Korah, Salomo, Musa, Heman, dan Etan juga muncul
dalam kitab ini.[14]
Melalui beberapa pandangan tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa kitab
Mazmur ditulis oleh banyak penulis dan salah satunya adalah Daud. Hal ini
didasarkan pada kemampuan dan keahlian Daud dalam menulis mazmur dan ia juga
adalah seorang pemazmur. Namun, bukan hanya Daud yang menuliskan kitab ini
sesuai dengan perbedaan-perbedaan penggunaan gaya bahasa dan kata yang
digunakan dalam kitab Mazmur ini.
Mazmur
merupakan kumpulan puji-pujian dan doa yang dikumpulkan selama kurun waktu yang
panjang dalam sejarah umat Israel, paling tidak sejak zaman Daud sampai sesudah
pembuangan ke Babel.[15]
Secara waktu diperkirakan mulai tahun 1000-500 SM sehingga masa peristiwa
hampir 500 tahun. Yang pasti tahun 100 SM sudah selesai ditulis secara lengkap
karena kitab ini sudah terdapat pada kitab I Makabe.[16]
Artinya adalah kitab ini ditulis bukan pada saat yang bersamaan atau sekaligus
semuanya tapi pada waktu yang berbeda-beda, dengan penulis yang
berbeda-beda dan tempat penulisan yang berbeda-beda
juga.
2.4.4.
Tujuan
& Maksud Penulisan Kitab Mazmur
Kitab
Mazmur, sebagai doa dan pujian diilhamkan Roh, ditulis, secara umum untuk
mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan
Allah.
1. Banyak yang ditulis
sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
a. Kepercayaan, kasih,
penyembahan, ucapan syukur, pujian dan kerinduan akan persekutuan yang erat.
b. Kekecewaan,
kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk
pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
2. Yang lain ditulis
sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur
dan
pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukanNya.
3. Beberapa mazmur
berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.[17]
Pokok
mengenai penggunaan Mazmur dalam ibadah Israel merupakan hal yang penting dalam
kita membahas kitab Mazmur. Pada zaman kerajaan, Mazmur dipergunakan secara
luas, seperti di tempat-tempat ibadah, lingkungan istana, lapangan, di
jalan-jalan, dan juga di medan peperangan. Pada zaman kerajaan ini, Mazmur
dipergunakan pada setiap kesempatan. Misalnya ketika orang memasuki halaman
Bait Allah untuk mempersembahkan kurban, ketika bernazar, ketika membayar
nazar, dan lain-lainnya.[18]
2.4.5.
Ciri-ciri
Kitab Mazmur
1.
Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang
(119:1-176), yang terpendek (117:1-2), dan ayat tengah (118:8).
2.
Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu
menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang
percaya.
3.
Sekitar separuh kitab Mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
4.
Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan
perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini.
Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan
seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
5.
Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut pararelisme,
mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau mantra.[19]
2.4.6.
Jenis-Jenis
Kitab Mazmur
Ada beberapa jenis Mazmur dalam
kibab Mazmur, diantaranya:
1. Mazmur Pujian
Contohnya: Mazmur 33, 65, 67, 68,
96, 98, 100, 103, 104, 105,117 dan 145-150.
2. Mazmur Ucapan Syukur
Mazmur
ini terbagi dalam dua sifat:
- Yang bersifat
umum, maksudnya dinyayikan oleh jemaat.
Contohnya:
Mazmur 67, 124 dan 135.
- Yang bersifat
pribadi, jadi dipakai oleh seorang saja.
Contohnya:
Mazmur 9, 18, 32,107, 116.
3. Mazmur yang memuji Yahwe sebagai
Raja
Contohnya:
Mazmur 47, 93, 96-99.
4. Mazmur Raja Israel
Contohnya:
Mazmur 2, 18, 20, 21, 45, 72, 110, 132.
5. Mazmur Ratapan
- Yang bersifat
pribadi, contohnya: Mazmur 3, 6, 13, 22, 25, 38, 39, 42, 43, 51, 61, 63, 86,
102, 130, 140-143.
- Yang bersifat
umum, contohnya: Mazmur 44, 74, 79, 80,83.
6. Mazmur ziarah
Contohnya:
Mazmur 120-134.
7. Mazmur mengenai Sejarah Israel
Di
sini dinyayikan peristiwa-peristiwa penting dalam Sejarah Israel, contohnya:
Mazmur 78, 95, 105, 106, 114.
8. Mazmur Taurat
Mazmur
memuji taurat, contohnya: Mazmur 19:8, 119.
9. Mazmur Kemenangan
Contohnya:
Mazmur 18, 46, 66, 76.
10. Mazmur Berkat dan Kutuk
Contohnya:
Mazmur 1, 28, 134, dan 137.[20]
2.4.7.
Struktur
Kitab Mazmur
1.
Kitab I: Mazmur 1-41 (41:14)
2.
Kitab II: Mazmur 42-72 (72:19)
3.
Kitab III: Mazmur 73-89 (89:53)
4.
Kitab IV: Mazmur 90-106 (106:48)
5.
Kitab V: Mazmur 107-150 (150:1-6)
Dua
pengamatan patut diperhatikan mengenai garis besar di atas:
1.
Sejak dahulu kala ke-150 mazmur dibagi menjadi lima kitab ini, dan setiap kitab
memiliki pengucapan berkatnya sendiri (ditunjuk oleh ayat dalam kurung di
atas).
2.
Bagan berikut memberikan perspektif yang sangat membantu tentang kelima bagian
kitab ini:
Kitab 1
1-41
|
Kitab 2
42-72
|
Kitab 3
73-89
|
Kitab 4
90-106
|
Kitab 5
107-150
|
|
Jumlah Mazmur
|
41
|
31
|
17
|
17
|
44
|
Penulis
|
Terutama Daud
|
Terutama Daud dan Bani Korah
|
Terutama Asaf
|
Terutama Penulis Tanpa Nama
|
Terutama Daud atau Penulis Tanpa
Nama
|
Nama Ilahi yang Dominan
|
Yahweh
(TUHAN)
|
El/Elohim
(Allah)
|
El/Elohim
(Allah)
|
Yahweh
(TUHAN)
|
Yahweh
(TUHAN)
|
Pokok yang sering dibahas
|
Manusia dan Ciptaan
|
Pembebasan dan Penebusan
|
Penyembahan dan Tempatnya
|
Gurun dan Jalan-Jalan Allah
|
Firman Allah dan Pujian
|
Persamaan dengan Pentateukh
|
Kejadian
|
Keluaran
|
Imamat
|
Bilangan
|
Ulangan
|
2.
Struktur Kitab menurut Kitab Ilahi[22]
Dari
segi waktu/sejarah dapat dibagi 3, yaitu:
1.
Pre exilis/sebelum pembuangan (pasal 29)
2.
Exilis (Pasal 137)
3.
Post Exilis (pasal 150)
Penafsir
memutuskan untuk memilih struktur : kitab Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan karena lebih menjelaskan kitab mazmur tersebut.
2.4.8.
Kedudukan
Dalam Kanon
Jumlah
pasal dalam kanon Ibrani (Teks Masora) dan Septuaginta (LXX) adalah sama yaitu
150 pasal, tetapi jika diteliti ada perbedaan penyusunan dimana Mazmur 9 dan 10
dalam LXX disatukan dalam TM yaitu Mzm. 9. Kemudian Mazmur 114 dan 115 dalam TM
menjadi satu pasal dalam LXX yaitu pasal 114. Dan juga ditemukan ada beberapa
persamaan antara kitab Mazmur dengan Mazmur Babelonia yang berasal dari Tahun
3000 sM.[23]
2.4.9.
Garis-Garis
Besar Kitab Mazmur
I. Pujian : terdiri atas 3
jenis, yaitu :
a. Madah (Mzm: 8, 19, 29, 33, 65, 66, 100, dll)
b. Madah “Tuhan
Raja” (Mzm. 47, 93, 95-99)
c. Nyanyian-Nyanyian
Sion (Mzm. 46, 48, 76, 84, 87, 122)
II. Doa : terdiri atas 3
jenis, yaitu :
a. Permohonan
(Mzm. 5, 6, 13, 17, dll)
b. Kepercayaan
(Mzm. 3, 4, 11, 16, 23, 62, 121, 131)
c. Ucapan
Syukur (Mzm. 30, 32, 67, 107, 118)
III. Mazmur-Mazmur Raja (Mzm. 2, 18, 20, 21, 45,
72, 89, 101, 110, 132,
144)
IV. Pengajaran: Terdiri atas 4 jenis, yaitu :
1. Kebijaksanaan
(Maz. 1, 19, 34, 37, 49, 73, 112, dll)
2. Mazmur
Sejarah (Maz. 78, 105, 106)
3. Mazmur
Kenabian (Mzm. 15:1; 24:3; 8a, 10a; 15:2-b; 24:4, 8b, 10b)[24]
2.4.10.
Tema-Tema
Teologi
·
Mazmur adalah kitab nyayian yang berisi
tentang refleksi iman bangsa Israel terhadap Tuhan. Orang yang hidup dalam
Tuhan senantiasa bernyanyi dan bermazmur (Filipi 4:4). Mazmur tetap
berkumandang baik dalam suka maupun dalam duka, itu sebabnya ada Mazmur Ratapan.
Umat Allah senantiasa bernyanyi dalam rangkaian ibadah dan doa, bahkan
bernyanyi sudah menjadi nafas hidup seseorang.
·
Inti kitab Mazmur adalah mengangungkan
Karya Allah dalam hubungan antara Allah dan Israel. Mereka senantiasa sebab
Allah terus menerus berkarya ditengah-tengah mereka. Mereka selalu heran dan
takjub jika berjalan dijalan Tuhan.
·
Ada juga ahli yang membagi kitab Mazmur
sehingga ada Mazmur deskriptif dan deklaratif. Pujian deskriptif (penggambaran)
adalah pujian kepada Allah karena Dialah Allah satu-satunya. Sedangkan Pujian
deklaratif (pernyataan) adalah pujian karena respon umat atas karya dan
perbuatannya.[25]
2.5.Sitz
Im Leben
2.4.1.
Konteks
Agama
Perbuatan
ajaib yang dilakukan Allah, keselamatan yang tela dikerjakan oleh tangan
kanan-Nya itulah yang menjadi pokok puji-pujian di Israel, karna melalui
tindakan-tindkan inilah Tuhan memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang
mengantar orang Israel kepada kemardekaan sebagai umatNya sendiri. Tindakan
yang sering diperingatkan dalam Mazmur adalah bagaimana Tuhan menuntun umat-Nya
sendiri. Kenyataannya Allah memilih Isrel menjadi umat-nya merupakan kegembiraan
Israel. Dengan penuh kebebasan umat Israel menghadapi bangsa diingatkan,
pelantikan Daud sebagai raja dan kehadiran Tuhan di Sion pun menjadi sukacita.
Dengan kegembiraan ini bangsa Israel memuji dan memasyhurkan Tuhan dalam
perumluan yang hebat itu.[26]
2.4.2.
Konteks
Politik
Pemerintahan
dan hidup Daud tidak penah ada negara lain yang menyerang Israel. Dalam
pemerintahannya, Israel sudah banyak mengalami perubahan yang tak akan dapat
balik kembali. Bangsa Israel telah tampil dalam dunia internasional baik
dibidang politik maupun kebudayaan. Daud melatih orang Israel untuk menduduki
jabatan-jabatan yang ada. Pemerintahan pusat di Yerusalem juga mengangkat para
bijak untuk menjadi penasehat raja. Daud menunjukkan keistimewaan dan
kewibawaannya yang dilihat dari keberhasilannya dalam semua bidang. Daud adalah
pemimin pilihan Allah.[27]
2.4.3.
Konteks
Sosial
Mazmur biasanya dinyanyikan atau dilagukan
dalam ibadah. Mazmur mencerminkan isi dan jenis upacara ibadah dimana mazmur
dipakai. Kata-kata yang dipakai biasanya kata-kata yang biasa atau sehari-hari.
Kata-kata mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan pun menjukkan pada hubungan
perjanjian yang baik.Tuhan dipujidengan nyanyian yang diiringi alat music.
Mamzur biasanya dinyanyikan dengan menggunakan alat-alat musik seperti kecapi
dan gambus yang bertujuan untuk mendukung prosses terjadinya peribadahan.[28]
2.4.4.
Konteks
Ekonomi
Keberhasilan
Daud menaklukkan dataran rendah Kanaan berarti keberhasilan untuk jalan darat yang menghubungkan seluru Timur
Tengah Kuno. Pada waktu itu, satu-satunya jalan darat yang menghubungkan Mesir dan Mesopotamia serta
Asia kecil melintasi dataran rendah Kanaan. Jalan darat yang sekarang itu ada
di bawah kuasa dan pengawasan Daud.[29]
a.
Kritik
Sastra
Sampai
pada awal abad ini pendekatan ilmiah secara umum terhadap Kitab Mamur dn
kitab-kitab lainnya adalah kritik sejarah yang berusaha memahami Alkitab dengan
analisis kritis megenai tlisan,pengarang, waktu, asal usul, tujuan dan
sumber-sumbernya. Ada mazmur yang judulnya memberi latarbelakang tertentu yang
mungkin dalam Mzmur 7; 18; 30 ;34, namun tdiak jelas apakah tradisi yang memunculkan
judul-judul itu dapat dipercaya, atau apakah mazmur itu dipakai dalam kebaktian
Israel.[30]
Semua Mazmur termasuk dalam jenis sastra puisi. Masing-masing mazmur mengandung
jenis satra tertentu yang tampaknya mempunyai fungsi yang berbeda dalam ibadat
Israel baik secara pribadi maupun umum. Dengan membandingkan bentuk sastra ini,
kita memperoleh pengertian yag lebih baik tentang arti dan penggunannya. Dimana
ada7 macam genre Mazmur yaitu Mazmur Pujian, Mazmur Keluhan, Mazmur Pengucapan
Syukur, Mazmur Peringatan, Mazmur penyerahan, Mazmur Hikmat dan Mazmur Raja.[31]
b.
Kritik
Bentuk
Mazmur dari Alkitab dapat digolongkan atas tidak
kategori umum yaitu pujian, ratapan dan hikmat. Baik mazmur pujian maupun
mazmur ratapan memiliki cirri kahs yang memudahkan untuk mengenalinya. Setiap jenis mazmur mengikuti suatu bentuk
yang hampir tetap. Mazmur ratapan biasanya meliputi unsur-unsur seperti
keluhan, petisi, pengakuan kepercayaan dan naznar pujian. [32] Tradisi
Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim artiya kitab-kitab. Menurut
Peter Wongso para nabi menempatkan sebelum kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya
dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Daud harus mendahului tulisan anaknya.
Septuaginta menempatkan kitab mazmur pada permulaan dari kitab-kitab puisi.
Susunan alkitab bahasa Latin dan bahasa modern,termasuk bahasa Indonesia, yang menempatkan
kitab Ayub sebelum Mazmur, mungkin didasarkan paga dugaan bahwa kitab Ayub dituliskan
sebelum kitab Mazmur.[33]
c.
Kritik
Sumber
Dari segi
Yahudi, pembacaan kitab Mazmur dihubungkan dengan kitab Musa. Sehingga kitab
Mazmur dapat dibagi atas lima kelompok, yaitu: Pasal 1-41 (berhubungan kitab
Kejadian tentang pemberitaan manusia dan ciptaan), pasal 42-72 (berhubungan
kitab Keluaran tentag pembebasan dan penebusan), Pasal 73-89 (berhubungan kitab
Imamat tentang penyembahan dan tempat badah), Pasal 90-106 (berhubungan kitab
Bilangan berisiperjalanan di padang gurun), dan Pasal 107-150 (berhubungan
kitab Ulangan berisi otoritasFirman dan Puji-pujian).[34]
d.
Kritik
Redaksi
Dalam
Alkitab Ibrani, KItab Mazmur terdapat pada awal bagian kitab-kitab. Para rabi
menempatkannya sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan
bahwa kumupulan tulisan Daud harus mendahului tulisan anaknya, Salomo.
Septuaginta menempatkan Kitab Mzmur pada permulaan dari kitab-kitab puisi.
Susunan dalam kitab bahasa Latin dan bahasa-bahasa Modern, termasuk bahasa
Indonesia yang menempatkan Kitab ayub sebelum kitab Mazmur munkin didasarkan
pada dugaan bahasa kitab ayub ditulis sebelum Mazmur.[35]
2.6.Analisa
Teks
2.6.1.
Perbandingan
Bahasa
Pada bagian ini,
penafsir menggunakan Alkitab, LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), Bibel (Bahasa
Batak Toba), NIV (New International Version), dan TM (Teks Masora).
Ayat 1
LAI : Duduk
NIV : Sat (Duduk)
Bibel : Hundul (Duduk)
TM : יָשַׁבְנוּ (Duduk)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan
Bibel
Ayat 2
LAI : Menggantungkan
NIV : Hung ( Digantungan)
Bibel : Hugantunghon (Kugantungkan)
TM : תָּﬥׅינוּ (Digantung)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 3
LAI : Meminta
NIV : Asked (Minta)
Bibel : Didokhon (Di suruh)
TM : שְׁאֵﬥוּנוּ (Meminta)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 4
LAI : Menyanyikan
NIV : Sing (Menyanyikan)
Bibel : Pangendehonnami (Menyanyikan)
TM : נׇשׁׅיר (Menyanyikan)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan
Bibel
Ayat 5
LAI : Jika aku melupakan engkau
NIV : If I Forget you (Jika saya melupakanmu)
Bibel : Huhalupahon (Kulupakan)
TM : אם־אֶשְׁכׇּחֵךְ (Jika Saya
Melupakanmu)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 6
LAI : Mengingat
NIV : Remember (Mengingat)
Bibel : Huingot (Kuingat)
TM : אֶוְכְּרֵכׅי (Mengingat)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan
Bibel
Ayat 7
LAI : Runtuhkan
NIV : Rase it (Rajuklah itu)
Bibel : Panepnep (Meruntuhkannya)
TM : עׇרוּ (Runtuhkan)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 8
LAI : Membalas
NIV : Repays (Membayar kembali)
Bibel : Mamaloshon (Membalaskan)
TM : שֶׁיְשַׁלֶּם(Membalas)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 9
LAI : Menangkap
NIV : Seizes (Menangkap)
Bibel : Manoro (Menangkap)
TeksM : שֶׁיֺּאחֵו (Menangkap)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan
Bibel
2.6.2.
Kritik
Aparatus
Ayat 1 :frasa Teks Masora yang ditanadai adalah frasa עַל merupakan
kata depan (preposisi) yang memiliki arti di. Catatan kritis Masora merujuk
kepada terjemahan Yunani “Septuaginta” (Perjanjian Lama berbahasa Yunani
yang diterbitkan sejak 1931) memilih untuk mendahulukn kata τώ Δανις
yang memiliki arti David
Keputusan : bila kata τώ Δανις yang memiliki arti David, maka tidak ada
kesinambungan dengan ayat 1,maka rujukan terminologi oleh catatan aparatus
ditolak.
Ayat 3 : Frasa Teks Masora yang ditanadai adalah frasa וְחולׇלׅינוּ(wa-to-w-la-le-nu)
merupajan kata benda yang memiliki arti dan mereka yang menyiksa kita.
Catatan kritis Masora merujuk kepada terjemahan Yunani Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang diterbitkan sejak 1931) dan
Perjanjian Lama terjemahan Siria memilih untuk memakai kata καί όί
άπαγαγόύντες ήμάς yang memiliki arti membunuh
Keputusan : bila termin καί όί άπαγαγόύντες ήμάς digunakan maka akan
membuat makna dari teks tidak sesuai dengan konteks cerita tersebut. Maka
usulan leh catatan aparatus ditolak.
Ayat 5 : frasa Teks Masora yang ditandai adalah frasa תּשׁׅכַח (tis-kah) merupakan
kata kerja yang berarti lupa . Catatan teks Masora merujuk kepada
terjemahan Yunani Septuaginta (Perrjanjian Lama berbahasa Yunani) memilih untuk
memakai kata επίλησθείη yang
berarti lupa
Keputusan : penafsir melihat bahwa kata επίλησθείη yang memiliki arti lupa
memiliki makna yang sama dengan Teks Masora maka usualan diterima.
Ayat 8
: frasa Teks Masora yang ditanadai adalah frasa
הַשְֹדזּזׇה merupakan kata kerja yang memiliki arti yang
suka melakukan kekerasan. Catatan kritis Masora merujuk kepada arti bertempur.
Keputusan : konteks yang dimaksud bukanlah konteks
peperangan, namun konteks penwanan/ pembuangan di Babilonia. Maka catatan
aparatus ditolak.
2.6.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat 1: Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk dan menangis apabila
kita mengingat Sion
Ayat 2: Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan
kecapi kami
Ayat 3: Di sanalah orang-orang yang menawan kita, meminta
kepada kita memperdengarkan nyanyian dan orang-orang yang
menyiksa kita meminta nyanyian sukacita. Nyanyikanlah bagi kami
nyanyian dari Sion.
Ayat 4: Bagaimana cara kami menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing.
Ayat 5: Jika aku melupakan engkau, wahai
Yerusalem. Biarlah menjadi kering tangan kananku
Ayat 6:
Biarlah lidahku melekat pada
langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan
Jerusalem puncak sukacitaku
Ayat 7: Ingatlah, ya Tuhan, kepada bani Edom, pada hari pemusnahan Yerusalem
mengatakan: runtuhkan, runtuhkan sampai ke dasarnya
Ayat
8: Hai
puteri Babel, yang suka melakukan kekerasan, berbahagialah orang yang membalas
kepadamu (dengan pembalasan) yang kaulakukan kepada kami.
Ayat
9: Berbahagialah
orang yang menangkap dan memotong/ memecahkan anak-anakmu pada batu karang/ bukit
batu.
2.7.Tafsiran
Ayat 1-2. Dalam
ayat 1 pemazmur seperti terseret ke dalam lamunan nostalgia, mengenang nasib
tragis mereka di pembuangan babel. Saat itu mereka duduk di tepi sungai Babel
(mungkin eufrat dan tigris, atau kanal-kanal di kota itu) sambil menangis
karena teringat Sion (Yerusalem). Mereka menggantung kecapi mereka pada pohon
gandarusa di tepi sungai itu (ayat 2). Mereka ada di tepi sungai-sungai Babel,
di sebuah negeri yang asing, nun jauh dari tanah air mereka sendiri, dari mana
mereka digiring sebagai tawanan perang. Tanah Babel kini merupakan rumah penuh
belenggu bagi umat itu, sebagaimana Mesir membelenggu mereka pada awalnya. Para
penindas menyudutkan mereka di tepi sungai-sungai, dengan maksud untuk
mempekerjakan mereka di sana dan menahan mereka supaya bekerja dalam perahu
mereka. Atau mungkin, mereka sendiri yang memilih tempat itu sebagai tempat
untuk berduka, sebab dengan begitu tempat itu cocok dengan jiwa mereka yang
sedang merana. Jika mereka harus membangun rumah di sana (Yer. 29:5), maka
tempatnya bukanlah di kota, yaitu daerah pusat, melainkan di tepi sungai, yaitu
tempat-tempat yang sunyi, di mana mereka dapat mencucurkan air mata mereka ke
dalam aliran sungai. Kita mendapati sebagian dari mereka di tepi sungai Kebar
(Yeh. 1:3), dan yang lainnya di tepi sungai Ulai(Dan. 8:2). Di sanalah mereka
dudukuntuk menumpahkan segala kesedihan dengan mencurahkan segenap kesengsaraan
mereka. Yeremia telah mengajari mereka untuk duduk sendirian dan berdiam
diridalam menanggung beban mereka, dan untuk merebahkan diri dengan muka dalam
debu (Rat. 3:28-29). “Kita duduk, sebagaimana orang-orang yang disuruh tinggal,
dan kita menjadi tenang, sebab semua itu terjadi atas kehendak Allah.” Kenangan
akan Sion membuat air mata mereka bercucuran, dan tangisan itu bukanlah
tangisan yang tiba-tiba pecah, sebagaimana yang sering kali dipicu oleh masalah
yang tiba-tiba menimpa kita. Akan tetapi, air mata itu mengalir di dalam
perenungan (kita duduk sambil menangis), air mata ketika mengenang sesuatu.
Kita menangis, apabila kita mengingat Sion, bukit suci di mana bait Allah
didirikan. Kasih mereka terhadap rumah Allah mengalahkan keprihatinan mereka
terhadap rumah sendiri. Mereka mengingat kejayaan Sion dulu, dan kepuasan yang
mereka nikmati di pelataran Sion itu (Rat. 1:7). Terkenanglah Yerusalem, pada
hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya
dahulu kala( 42:5). Mereka mengingat kesengsaraan Sion kini, dan merasa kasihan
akan debunya, yang merupakan sebuah pertanda baik bahwa Allah akan segera
menunjukkan rasa kasihan-Nya (102:14-15). Pada pohon-pohon gandarusa
pohon gandarusa biasanya tumbuh di tepi sungai Palestina yang merupakn
berbentuk serumpun. Pohon gandarusa dalam Babel umumnya diangap pohon hawar.
Pohon hawar adalah pohon yang ckup besar dengan daunnya yang putih disebelah
bawah dan yang pucuk-pucuknya cepat tumbuh. Pohon ini memmberi naugan yang
teduh. Dalam kesedihan dan tagisan orang yang tertawan mereka mencari keteduhan
di bawah pohon gandarusa untuk menyejukkan hati dan pikiran. Pohon ini cukup member ketenangan bagi mereka
dari kesedihannya. Namun dengan kesedihan itu membuat mereka “…, di
tempat itu kita menggantungkan kecapi..,” artinya orang Israel itu
melakukan liturgy ratapan dengan Kecapi untuk nyanyian gembira digantungkan
tanpa digunakan. Ketika mereka diminta bernyanyi menghibur orang-orang yang
menawan mereka, mereka menjawabnya dengan menggantungkan kecapi merka pada
pohon-pohon gandarusa yang berdiri berjejer ditepi-tepi sungai ini. Mereka
menggantungkan alat musiknya sebagai reaksi terhadap suatu permintaan para
penawan yang mengingini music Ibrani, karena permintaan ini begitu tidak pantas
bernyanyi pada situasi itu.
Ayat 3-4.
Dalam ayat ini kita melihat sebuah
situasi kontras: mereka menangis sedih, tetapi orang yang menawan mereka
meminta agar mereka menyanyikan nyayian sukacita. Di sini kepedihan dan
kesedihan menjadi-jadi. Wajar. Mereka sedang berduka, tetapi dipaksa untuk
bernyanyi suka. Paradoks itulah yang melahir pertanyaan retoris (ayat 4): para
penindas meminta diperdengarkan nyanyian dari Sion. Itu artinya nyanyian yang
berasal dan biasanya dinyanyikan di tempat kudus di Yerusalem. Bagi orang
Israel, nyanyian di tempat kudus hanya boleh dinyanyikan di tempat kudus. Tidak
bisa dan tidak boleh dinyanyikan di sembarang tempat. Mereka tidak boleh
menyanyikan nyanyian Tuhan di tanah asing, tanah najis. Tetapi mereka dipaksa
berbuat begitu. Terjadilah penindasan berlapis-lapis: penindasan fisik dan penindasan
rohani sekaligus. Jadi pembuangan adalah sebentuk penindasan total. Siksaan
para musuh terhadap mereka ketika keadaan mereka begitu menyedihkan seperti itu
(ay. 3). Para musuh itu telah menawan mereka dari negeri mereka dan kemudian
menyiksa mereka di negeri tempat mereka ditawan, merampas yang tersisa pada
mereka. Tetapi semua itu belumlah cukup. Untuk melengkapi penderitaan mereka,
para musuh itu juga menghina mereka: mereka meminta kepada kita memperdengarkan
nyanyian sukacita. Nah,
1) Tindakan itu sangat kejam dan tidak berkeprimanusiaan.
Bahkan seorang musuh pun, jika ia sedang merana, haruslah dikasihani dan
bukannya diinjak-injak. Hanya jiwa yang hina dan kejam sajalah yang tega
menambah luka orang-orang yang sedang mengalami kesesakan, baik dengan
menyinggung-nyinggung mengenai sukacita mereka dulu maupun mengenai
kesengsaraan mereka kini. Begitu pula orang yang menyuruh orang lain
bersukaria, padahal ia tahu benar bahwa orang itu sedang mengalami keadaan yang
sebaliknya. Tindakan itu memperparah duka orang yang sedang merana.
2) Tindakan itu dangkal dan bejat. Mereka hanya mau
mendengarkan nyanyian dari Sion, yang dulu dipakai untuk menghormati Allah.
Dengan demikian, tuntutan mereka itu menunjukkan bahwa mereka menghina Allah sebagaimana
yang pernah dilakukan oleh Belsyasar dulu, ketika ia minum-minum anggur dengan
perkakas bait Allah. Musuh mereka tertawa karena keruntuhan mereka (Rat.
1:7).
Kesabaran mereka dalam menanggung
siksaan itu (ay. 4). Mereka menggantungkan kecapi mereka dan tidak mau
memainkannya lagi. Tidak, mereka tidak mau memainkannya hanya untuk memenangkan
hati orang-orang yang membawahi mereka kini. Mereka tidak sudi menjawab orang
bebal dengan kebodohannya. Para pengejek yang dangkal tidak perlu dipuaskan, seperti
juga mutiara tidak boleh dilemparkan ke hadapan babi. Dengan bijak, Daud
membisu, bahkan dari hal yang baik, ketika orang fasik masih ada di depannya,
sebab ia tahu, orang fasik itu akan mengolok-olok dan menertawakan apa yang ia
katakan (39:2-3). Alasan yang mereka kemukakan begitu lembut dan saleh:
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing? Mereka tidak
berkata, “Bagaimanakah kita menyanyi padahal kita sedang dalam keadaan yang
begitu menyedihkan?” Jika alasannya hanya itu saja, mereka bisa saja memaksakan
diri untuk mematuhi atasan mereka dengan menyanyikan sebuah lagu. Tetapi, “Lagu
itu adalah nyanyian TUHAN, sebuah hal yang kudus dan hanya diperuntukkan bagi
ibadah di bait suci. Karena itulah kami tidak berani menyanyikannya di negeri
asing, di antara para penyembah berhala.” Kita tidak boleh melayani kesenangan,
terutama kesenangan yang dangkal, dengan apa pun yang seharusnya ditujukan bagi
Allah, yang terkadang harus dihormati dengan keheningan rohani, sama seperti Ia
harus dihormati dengan perkataan rohani.
Ayat 5-6.
Dari dalam situasi tertindas
seperti inilah muncul janji dan sumpah dalam ayat 5-6. Sumpah itu diucapkan
secara bersyarat setelah peristiwa itu terjadi. Ini terasa aneh. Pemazmur
bersumpah: pertama, biarlah menjadi kering tangan kananku jika aku melupakan
engkau Yerusalem (padahal ia melupakan). Kedua, biarlah lidahku melekat pada
langit-langitku jika aku sampai melupakan engkau Yerusalem (kenyataannya ia
lupa). Perhatikan baik-baik bahwa ayat 5-6 ini mempunyai struktur khusus:
dimulai dengan jika (kondisional) lalu disusul dengan janji (ayat 5). Ayat 6
mempunyai struktur yang terbalik, dimulai janji, disusul dengan sebuah syarat
(jika).
Ayat 5 memakai kata “lupa” sedangkan ayat 6 memakai frasa
“tidak ingat”. Tangan kanan umumnya digunakan untuk bekerja. Kalau tangan kanan
itu dipotong, itu sama dengan tidak bisa bekerja, berarti tidak dapat makan.
Artinya kematian. Lidah adalah alat tutur, dipakai untuk berbicara. Mungkin itu
sebabnya dalam bahasa inggris kata tongue dipakai untuk bahasa maupun untuk
lidah. Yerusalem sebagai sumber dan puncak sukacita. Jika ini semua tidak lagi
diingat, maka hal itu sama dengan kematian.
Ayat 7-9.
Ada dua bangsa yang disebut disini. Pertama Edom. Diduga mereka
ikut membatu babel saat menghancurkan Yerusalem. Mungkin Edom menghendaki
penghancuran itu. Kedua Puteri Babel. Mereka ini dicap sebagai orang yang suka
kekerasan. Pemazmur berharap ada yang bakal membalas semua kekejaman dan
kekerasan yang mereka lakukan pada suatu saat di masa yang akan datang.
Tindakan balas dendam yang setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan
terhadap Yerusalem di masa silam. Mungkin mazmur ini digubah menjelang masa
akhir penawanan mereka, sebab kini mereka melihat kebinasaan Babel sudah
semakin mendekat (ay. 8), yang berarti kebebasan bagi mereka. Mazmur ini
bernada sendu, sebuah ratapan. Septuaginta menganggap mazmur ini sebagai salah
satu ratapan Yeremia dan memperkirakan bahwa dialah yang menuliskannya. Ayat 9
itu mengerikan. Ia berharap akan ada kekejaman seperti itu di masa depan,
sebuah aksi balas dendam atau kekejaman yang sama dilakukan sebelumnya. etika
menyanyikan mazmur ini, kita harus tergugah oleh persoalan yang dihadapi
gereja, terutama gereja yang sedang tertindas. Kita harus selalu mengingat duka
lara umat Allah dalam hati kita, menghiburkan diri kita dengan keselamatan yang
akan menghampiri gereja dan juga kebinasaan yang akan menimpa para musuhnya
nanti, pada waktu yang tepat. Akan tetapi, kita juga harus dengan saksama
menghindari permusuhan pribadi dan tidak mencemari persembahan kita dengan ragi
kejahatan. Lagu apakah yang keluar dalam situasi demikian? Lagu agar Tuhan
mengingat pokok yang menyebabkan penderitaan umat! Lagu doa agar Allah tidak
mengabaikan kejahatan Edom. Bayangkan situasi lagu ini dalam ruang pengadilan.
Umat memohon agar Sang Hakim yang adil memeriksa kasus kejahatan seteliti dan
seadil diri-Nya. Pemazmur tidak meminta Edom dihancurkan. Ia sekadar mengajukan
perkaranya kepada Sang Hakim (7). Pemazmur juga tidak meminta Allah
menghancurkan Babel. Ia hanya mengatakan, “keberkatanlah” orang yang menjadi
alat pembebasan Tuhan kepada Babel (8-9). Artinya, orang yang berpihak pada
kebenaran dan keadilan Allah serta menghendaki kejahatan diperlakukan setimpal
dengan kebenaran Allah, sesungguh-nya merupakan orang yang diberkati Allah.
2.8.Skopus
Kesetiaan dalam
penderitaan berbuahkan kekuatan dari Allah.
2.9.Refleksi Teologis
Yang menjadi refleksi
teologis ialah penderitaan dalam kehidupan sangat berbeda-beda, sekarang
kembali kepada kita sendiri, bagaimana kita menerima atau merespon penderitaan
itu , apakah kita berkeluh kesah terhadap penderitaan tanpa berbuat apa-apa
dalam kesedihan yang kita alami, atau menghadapinya dengan dengan bantuan
Allah. Israel berada ditengah-tengah penderitaan , seperti yang di utarakan
mazmur, mereka (Israel) melihat penderitaan itu sebagai kehormatan untuk
melayani Sang Maha Kuasa. Walaupun masih dalam suasana kesedihan yang sangat
mendalam, pemazmur ini mengucapkan kata-kata kesetiaan untuk tetap akan
mengenang Yerusalem. Dengan demikian kita pada zaman sekarang ini , meskipun
kita dianiaya, kita ditawan, marilah kita menyatakan komitmen kepada Tuhan
bahwa kita akan terus setia kepada-Nya, baik itu dalam keadaan yang sangat
sulit sekali , kepercayaan dan kesetiaan kita kepada Tuhan harus teguh.
III.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan dan penafsiran diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa kitab ini
merupakan kitab yang ditulis oleh Daud. Yang dimana Mazmur adalah kitab
terpanjang di dalam Alkitab Ibrani. Kitab ini berisi nyanyian dan pujian, serta
doa pertolongan kepada Allah. Di kitab ini juga dinyatakan berbagai perasaan
yang ada pada manusia. Seperti sukacita maupun dukacita, hati yang terluka dan
yang terhibur, pengharapan, dan ketenangan jiwa. Salah satu contohnya doa dan
pujian, kitab ini mengajak pembaca untuk
membagi waktunya dengan Allah setiap bagian dari hidup mereka dan mengungkapkan
seluruh lingkup rasa atau perasaan dan pengalaman hidup manusia. Kitab ini juga
mengajarkan kepada kita, jika kita sedang dalam pencobaan yang sangat
menderita, kita harus tetap tegar dan kuat dalam penderitaan atau pencobaan
itu, sebab Tuhan tidak akan memberikan pencobaan yang melebihi kekuatan manusia
itu sendiri, dalam artian , jika kita berserah dan memberikan jiwa kita
kepadaNya, Dia akan membantu kita dan memberikan jalan keluar (solusi).
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Indra Sabjaya, Penafsiran
Alkitab Dalam Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2003
John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta:
BPK-GM, 1993
Robert M. Grant & David Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta:
BPK-GM, 1998
Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsir Alkitab Didalam Gereja, Yogyakarta: Kansius, 2007
Robert M. Grant, Sejarah
Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2002
J. Blomendal, Pengantar
Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab edisi studi, Jakarta: LAI, 2013
Marie Clarie Barth & B.A. Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan
Pengantar, Jakarta: BPK-GM, 1997
Barnabas Ludji, Pemahaman
Dasar Perjanjian Lama 2, Bandung: BMI, 2009
J. Blommendal, Pengantar
kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999
Lukas Adi, Smart
Book of Christianity Perjanjian Lama, Yogyakarta: Andi, 2015
Marie Clarie Barth & B.A. Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan
Pengantar, Jakarta: BPK-GM, 1997
Marie dkk, Kitab
Mazmur 1-72: Pembimbing & Tafsirannya ,Jakarta: BPK-GM, 2015
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan ,Jakarta: BPK-GM, 2000
W.S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 2 , Jakarta:BPK-GM, 2012
Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisis Kitab Mazmur , Malang: Seminari Alkitab
Asia Tenggara 1983
Andrew E.Hill & John H Walton, Survey Perjanjian Lama Malang: Gandum
Mas, 2008
W.S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 2 ,Jakarta:BPK-GM, 2012
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi ,Medan: Bina Media Perintis, 2016
[1] Indra Sabjaya, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja,
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), 45
[2] John H. Hayes & Carl R.
Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab,
(Jakarta: BPK-GM, 1993), 52
[3] Robert M. Grant & David
Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab,
(Jakarta: BPK-GM, 1998), 173
[4] Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsir Alkitab Didalam Gereja,
(Yogyakarta: Kansius, 2007), 402
[5] John. H. Otwel, A New Approach to the Old Teastement,
(London: SCM Press, 1967), 25
[6] Robert M. Grant, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2002), 116
[7] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi (Medan: Bina Media Perintis,
2016), 129
[8] J. Blomendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,
(Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 147
[9] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab edisi studi, (Jakarta: LAI,
2013), 867
[10] Lukas adi.s, Smart book of cristiany, (Yogyakarta:
ANDI, 2015), 69
[11] Marie Clarie Barth & B.A.
Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72
Pembimbing dan Pengantar, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 28-29
[12] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung: BMI, 2009), 161
[13] J. Blommendal, Pengantar kepada Perjanjian Lama,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 149
[14] C. Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi dalam Perjanjian Lama,153
[15] Lukas Adi, Smart Book of Christianity Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Andi,
2015), 69
[16] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media
Perintis, 2016), 131
[17] …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 814
[18] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung: BMI, 2009), 162
[19] …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 815
[20] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 149
[21] Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan , 813
[22] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 131
[23] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 70
[24] Marie Clarie Barth & B.A.
Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing
dan Pengantar, (Jakarta: BPK-GM, 1997),29
[25] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 131-132
[26] Marie dkk, Kitab Mazmur 1-72: Pembimbing & Tafsirannya (Jakarta: BPK-GM,
2015), 3-5.
[27]
S. Wismoady Wahono, Disini
Kutemukan (Jakarta: BPK-GM, 2000), 133-134.
[28] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK-GM,
2000), 201-202.
[29] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK-GM,
2000), 138
[30] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK-GM, 2012), 43-44.
[31] Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisis Kitab Mazmur (Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara 1983), 15.
[32] Andrew E.Hill & John H
Walton, Survey Perjanjian Lama (Malang:
Gandum Mas, 2008), 449
[33]
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK-GM,
2012), 41
[34] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi (Medan: Bina Media
Perintis, 2016), 133.
[35] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK-GM, 2012), 41
No comments:
Post a Comment