PENAFSIRAN MAZMUR 137 : 1 – 9 DENGAN MENGGUNAKAN METODE HISTORIS KRITIS

Penafsiran Mazmur 137 :1-9 
(Metode Historis Kritis)




I.             PENDAHULUAN
      Kitab Mazmur adalah kitab yang termasuk dalam Perjanjian Lama. Dan kitab ini adalah kitab yang terpanjang di dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab ini terdapat nyanyian, doa, dan puisi. Israel percaya bahwa semua kehidupan dengan Allah terhubung melalui perjanjian. Mazmur adalah pelepasan emosi terdalam dari kehidupan manusia kepada Allah (kekaguman dan keintiman). Bentuk Puisi dari Mazmur membantu kita mengekspresikan diri agamawi kita kepada Allah. Pada kali ini saya akan menafsirkan Mazmur 137 : 1-9 dengan Metode Historis Kristis. Semoga sajian ini, tafsiran ini, menambah dan memperluas wawasan kita semua bersama. Tuhan Yesus Memberkati.

II.          PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Historis Kritis
MHK adalah satu metode penafsiran yang memahami makna teks secara Historis (Sejarah) atau memahami teks berdasarkan situasi kehidupan.[1] Berdasarkan penyelidikan terhadap teks, makna penafsir / pembaca akan mengetahui kondisi keagamaan, politik, social dari suatu periode sejarah yang didalamnya teks itu sendiri. Bagaimana teks itu muncul, mengapa, dimana dan untuk siapa teks itu ditulis.[2]

2.2.Tujuan Metode Historis Dalam Penafsiran Alkitab
Tujuan MHK ini adalah untuk menemukan makna sebuah teks dengan mengutamakan dari segi kesejarahannya (historisnya) secara kritis dan sistematis dan menjaga agar penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan yang asing atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang ke dalam horizon pengertian masa kini.[3]

2.3.Kekuatan dan Kelemahan Historis Kritis
1.      Kekuatan
·         Metode ini memperhatikan aspek-aspek sejarah yang mencakup pada aspek kehidupan zaman itu.[4]
·         Metode ini mengoreksi adanya penyimpangan masa lampau dengan menggali arkeologi teks.[5]
2.      Kelemahan
·         Metode ini juga membatasi diri pada penyelidikan makna teks Alkitab dan situasi Historis yang memunculkan dan tidak memperhatikan kemungkinan-kemungkinan makna lain pada tahap selanjutnya.
·         Metode ini kurang menghargai otoritas Alkitab karena berusaha untuk menggali fakta-fakta yang ada sehingga sering kali menyamaka Alkitab dengan buku-buku lain.[6]

2.4.Pengantar Kitab Mazmur
2.4.1.      Arti Nama Kitab Mazmur
Mazmur dalam bahasa ibrani Mizmor artinya nyanyian Pujian yang di iringi oleh alat music. Terjemahan Ibrani kuno ditemukan dalam nama tehellim artinya nyanyian dan pujian kepada Tuhan. Kemudian dalam kanon Yunani atau septuaginta menggunakan nama Psalmoi yang artinya memetik atau nyanyian dengan alat music petik. Sehingga Mazmur adalah nyanyian pujian orang percaya kepada Tuhan baik secara pribadi maupun kelompok, dengan music maupun tanpa music, baik suka maupun duka. Umat Tuhan tidak bias lepas dari kegiatan bernyanyi dan bermazmur. Kitab Mazmur adalah kumpulan nyanyian umat kepada Tuhan dalam berbagai bentuk, suasana, sumber dan waktu.[7]

2.4.2.      Latar Belakang Kitab Mazmur
Mazmur – Mazmur yang terkumpul dalam kitab Mazmur ini, dikarang dalam waktu yang berbeda-beda.[8] Kitab Mazmur terbentuk selama ratusan tahun. Ada Mazmur yang mungkin ditulis diawal sejarah Israel, tetapi ada juga yang ditulis sesudah  masa pembuangan di Babel. Daud mungkin menulis sebagian dari Mazmur ini, tetapi Mazmur- Mazmur lainnya mungkin berasal dari masa sesudah Daud.[9] Bagaimana mazmur dikumpulkan? Mazmur merupakan kumpulan puji-pujian dan doa yang dikumpulkan selama kurun waktu yang panjang dalam sejarah umat Israel, paling tidak sejak zaman Daud sampai sesudah pembuangan ke Babel. Kita boleh menyebutnya sebagai “Kumpulan dari kumpulan-kumpulan” sebab seratus lima puluh Mazmur itu dibagi dalam lima kitab. Mazmur 1:1-41:13; Mazmur 42:1-72:20; Mazmur 73:1-89:52; Mazmur 90:1-106:48; dan Mazmur 107:1-150:6.[10] Kitab ini dibukukan ialah supaya jemaat yahudi setelah pembuangan mempunyai buku nyayian untuk ibadat dalam bait suci Yerusalem. Sekiranya itu tujuan utamanya maka para penyusun tidak akan memasukkan puisi-puisi kebijaksanaan tersebut dalam buku ini ditambahkan salah satu puisi itu dipakai sebagai pembukaan kitab Mazmur. Buku ini diberi judul tehilim mungkin untuk mengatakan bahwa mulai sekarang setiap nyanyian yang dipakai untuk menyertai ibadat harus diambil dari buku ini. Hal ini terbukti misalnya dari Mazmur 30. Aslinya Mazmur ini adalah suatu nyayian syukur perseorangan. Jadi siapakah yang mengerjakan pembukuan ini ? Mungkin kelompok “orang bijak”. Hal ini dapat disimpulkan dari adanya jumlah Mazmur kebijaksanaan dalam kitab ini. Bahkan mereka menempatkan salah satu puisi kebijaksanaanya sebagai pembukuan kitab pujian-pujian ini (Maz. 1).[11]

2.4.3.      Penulis, Waktu & Tempat Penulisan Kitab Mazmur
Banyak pandangan yang muncul mengenai penulis, waktu dan tempat penulisan kitab Mazmur ini. Tradisi dan kebanyakan orang menganggap bahwa kitab ini merupakan tulisan dari Daud. Namun beberapa tokoh memaparkan pandangannya mengenai siapa penulis kitab ini, seperti Barnabas Ludji dalam bukunya Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, mengarakan bahwa pengarang Mazmur sebenarnya tidak disebutkan dalam Mazmur seperti yang dianggap orang-orang. Nama-nama seperti Daud, Salomo dan lain-lainnya hanyalah tambahan kemudian. Tambahan itu berasal dari pengumpul Mazmur atas dasar adanya kemiripan pergumulan dari tokoh-tokoh tertentu dengan isi suatu Mazmur. Misalnya Mazmur 51 yang biasa disebut Mazmur Daud. Padahal Mazmur itu tidak mungkin ditulis oleh Daud, karena Mazmur 51 memperlihatkan situasi setelah Yerusalem runtuh (ay. 20). Tetapi sebagian Mazmur tersebut cocok dengan suasana yang pernah dialami Daud (2 Sam. 12).[12] Dan menurut Blommendal, jikalau Daud atau orang lain disebut sebagai penulis suatu mazmur, hal itu belum berarti bahwa mereka memang benar-benar menulisnya, sebab bisa terjadi bahwa orang lain itu memakai nama Daud atau orang-orang tertentu, agar mazmurnya dapat diterima dan diakui oleh pembaca.[13] Sedangkan Hassel Bullock mengatakan bahwa meskipun kita tidak dapat memastikan berapa dari tujuh  puluh tiga Mazmur yang dalam judulnya mencantumkan nama Daud di depan preposisi lamedh (dari, untuk, bagi) benar-benar ciptaannya sendiri, tetapi kita mempunyai alasan tepat untuk menganggap bahwa banyak dari mazmur-mazmur itu adalah ciptaannya sendiri. Begitu lazimnya Perjanjian Lama membuktikan kebenaran dari aktivitas dan bakat Daud di bidang musik, sehingga sulit untuk membantah peranannya dalam penulisan Mazmur. Dia disebut “pemazmur yang disenangi di Israel” (II Sam. 23:1), pencipta alat-alat musik (Am. 6:5), pengatur pelayanan musik di Bait Allah (1 Taw. 15:13-24; 16:7) dan penulis berbagai mazmur (II Sam. 1:19-27; 22:1-51, dsb). Di samping nama Daud, nama-nama dari Asaf, bani Korah, Salomo, Musa, Heman, dan Etan juga muncul dalam kitab ini.[14] Melalui beberapa pandangan tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa kitab Mazmur ditulis oleh banyak penulis dan salah satunya adalah Daud. Hal ini didasarkan pada kemampuan dan keahlian Daud dalam menulis mazmur dan ia juga adalah seorang pemazmur. Namun, bukan hanya Daud yang menuliskan kitab ini sesuai dengan perbedaan-perbedaan penggunaan gaya bahasa dan kata yang digunakan dalam kitab Mazmur ini.
Mazmur merupakan kumpulan puji-pujian dan doa yang dikumpulkan selama kurun waktu yang panjang dalam sejarah umat Israel, paling tidak sejak zaman Daud sampai sesudah pembuangan ke Babel.[15] Secara waktu diperkirakan mulai tahun 1000-500 SM sehingga masa peristiwa hampir 500 tahun. Yang pasti tahun 100 SM sudah selesai ditulis secara lengkap karena kitab ini sudah terdapat pada kitab I Makabe.[16] Artinya adalah kitab ini ditulis bukan pada saat yang bersamaan atau sekaligus semuanya tapi pada waktu yang berbeda-beda, dengan penulis yang berbeda-beda  dan tempat penulisan yang berbeda-beda juga.

2.4.4.      Tujuan & Maksud Penulisan Kitab Mazmur
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian diilhamkan Roh, ditulis, secara umum untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
1. Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
a. Kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian dan kerinduan akan persekutuan yang erat.
b. Kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
2. Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur  
dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukanNya.
3. Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.[17]
Pokok mengenai penggunaan Mazmur dalam ibadah Israel merupakan hal yang penting dalam kita membahas kitab Mazmur. Pada zaman kerajaan, Mazmur dipergunakan secara luas, seperti di tempat-tempat ibadah, lingkungan istana, lapangan, di jalan-jalan, dan juga di medan peperangan. Pada zaman kerajaan ini, Mazmur dipergunakan pada setiap kesempatan. Misalnya ketika orang memasuki halaman Bait Allah untuk mempersembahkan kurban, ketika bernazar, ketika membayar nazar, dan lain-lainnya.[18]

2.4.5.      Ciri-ciri Kitab Mazmur
1. Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (119:1-176), yang terpendek (117:1-2), dan ayat tengah (118:8).
2. Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
3. Sekitar separuh kitab Mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
4. Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
5. Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut pararelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau mantra.[19]

2.4.6.      Jenis-Jenis Kitab Mazmur
Ada beberapa jenis Mazmur dalam kibab Mazmur, diantaranya:
1. Mazmur Pujian
Contohnya: Mazmur 33, 65, 67, 68, 96, 98, 100, 103, 104, 105,117 dan 145-150.
2. Mazmur Ucapan Syukur
         Mazmur ini terbagi dalam dua sifat:
- Yang bersifat umum, maksudnya dinyayikan oleh jemaat.
         Contohnya: Mazmur 67, 124 dan 135.
- Yang bersifat pribadi, jadi dipakai oleh seorang saja.
         Contohnya: Mazmur 9, 18, 32,107, 116.
3. Mazmur yang memuji Yahwe sebagai Raja
         Contohnya: Mazmur 47,  93, 96-99.
4. Mazmur Raja Israel
         Contohnya: Mazmur 2, 18, 20, 21, 45, 72, 110, 132.
5. Mazmur Ratapan
- Yang bersifat pribadi, contohnya: Mazmur 3, 6, 13, 22, 25, 38, 39, 42, 43, 51, 61, 63, 86, 102, 130, 140-143.
- Yang bersifat umum, contohnya: Mazmur 44, 74, 79, 80,83.
6. Mazmur ziarah
         Contohnya: Mazmur 120-134.
7. Mazmur mengenai Sejarah Israel
         Di sini dinyayikan peristiwa-peristiwa penting dalam Sejarah Israel, contohnya: Mazmur 78, 95, 105, 106, 114.
8. Mazmur Taurat
         Mazmur memuji taurat, contohnya: Mazmur 19:8, 119.
9. Mazmur Kemenangan
Contohnya: Mazmur 18, 46, 66, 76.
10. Mazmur Berkat dan Kutuk
         Contohnya: Mazmur 1, 28, 134,  dan 137.[20]

2.4.7.      Struktur Kitab Mazmur
1. Struktur Kitab menurut Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan[21]
1. Kitab I: Mazmur 1-41 (41:14)
2. Kitab II: Mazmur 42-72 (72:19)
3. Kitab III: Mazmur 73-89 (89:53)
4. Kitab IV: Mazmur 90-106 (106:48)
5. Kitab V: Mazmur 107-150 (150:1-6)
Dua pengamatan patut diperhatikan mengenai garis besar di atas:
1. Sejak dahulu kala ke-150 mazmur dibagi menjadi lima kitab ini, dan setiap kitab memiliki pengucapan berkatnya sendiri (ditunjuk oleh ayat dalam kurung di atas).
2. Bagan berikut memberikan perspektif yang sangat membantu tentang kelima bagian kitab ini:

Kitab 1
1-41
Kitab 2
42-72
Kitab 3
73-89
Kitab 4
90-106
Kitab 5
107-150
Jumlah Mazmur
41
31
17
17
44
Penulis
Terutama Daud
Terutama Daud dan Bani Korah
Terutama Asaf
Terutama Penulis Tanpa Nama
Terutama Daud atau Penulis Tanpa Nama
Nama Ilahi yang Dominan
Yahweh
(TUHAN)
El/Elohim
(Allah)
El/Elohim
(Allah)
Yahweh
(TUHAN)
Yahweh
(TUHAN)
Pokok yang sering dibahas
Manusia dan Ciptaan
Pembebasan dan Penebusan
Penyembahan dan Tempatnya
Gurun dan Jalan-Jalan Allah
Firman Allah dan Pujian
Persamaan dengan Pentateukh
Kejadian
Keluaran
Imamat
Bilangan
Ulangan

2. Struktur Kitab menurut Kitab Ilahi[22]
Dari segi waktu/sejarah dapat dibagi 3, yaitu:
1. Pre exilis/sebelum pembuangan (pasal 29)
2. Exilis (Pasal 137)
3. Post Exilis (pasal 150)
Penafsir memutuskan untuk memilih struktur : kitab Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan karena lebih menjelaskan kitab mazmur tersebut.

2.4.8.      Kedudukan Dalam Kanon
Jumlah pasal dalam kanon Ibrani (Teks Masora) dan Septuaginta (LXX) adalah sama yaitu 150 pasal, tetapi jika diteliti ada perbedaan penyusunan dimana Mazmur 9 dan 10 dalam LXX disatukan dalam TM yaitu Mzm. 9. Kemudian Mazmur 114 dan 115 dalam TM menjadi satu pasal dalam LXX yaitu pasal 114. Dan juga ditemukan ada beberapa persamaan antara kitab Mazmur dengan Mazmur Babelonia yang berasal dari Tahun 3000 sM.[23]

2.4.9.      Garis-Garis Besar Kitab Mazmur
I.       Pujian : terdiri atas 3 jenis, yaitu :
         a.    Madah (Mzm: 8, 19, 29, 33, 65, 66, 100, dll)
         b.   Madah “Tuhan Raja” (Mzm. 47, 93, 95-99)
         c.    Nyanyian-Nyanyian Sion (Mzm. 46, 48, 76, 84, 87, 122)
II.     Doa : terdiri atas 3 jenis, yaitu :
a.       Permohonan (Mzm. 5, 6, 13, 17, dll)
b.      Kepercayaan (Mzm. 3, 4, 11, 16, 23, 62, 121, 131)
c.       Ucapan Syukur (Mzm. 30, 32, 67, 107, 118)
III.    Mazmur-Mazmur Raja (Mzm. 2, 18, 20, 21, 45, 72, 89, 101, 110, 132, 
         144)
IV.    Pengajaran: Terdiri atas 4 jenis, yaitu :
1.      Kebijaksanaan (Maz. 1, 19, 34, 37, 49, 73, 112, dll)
2.      Mazmur Sejarah (Maz. 78, 105, 106)
3.      Mazmur Kenabian (Mzm. 15:1; 24:3; 8a, 10a; 15:2-b; 24:4, 8b, 10b)[24]   

2.4.10.  Tema-Tema Teologi
·         Mazmur adalah kitab nyayian yang berisi tentang refleksi iman bangsa Israel terhadap Tuhan. Orang yang hidup dalam Tuhan senantiasa bernyanyi dan bermazmur (Filipi 4:4). Mazmur tetap berkumandang baik dalam suka maupun dalam duka, itu sebabnya ada Mazmur Ratapan. Umat Allah senantiasa bernyanyi dalam rangkaian ibadah dan doa, bahkan bernyanyi sudah menjadi nafas hidup seseorang.
·         Inti kitab Mazmur adalah mengangungkan Karya Allah dalam hubungan antara Allah dan Israel. Mereka senantiasa sebab Allah terus menerus berkarya ditengah-tengah mereka. Mereka selalu heran dan takjub jika berjalan dijalan Tuhan.
·         Ada juga ahli yang membagi kitab Mazmur sehingga ada Mazmur deskriptif dan deklaratif. Pujian deskriptif (penggambaran) adalah pujian kepada Allah karena Dialah Allah satu-satunya. Sedangkan Pujian deklaratif (pernyataan) adalah pujian karena respon umat atas karya dan perbuatannya.[25]


2.5.Sitz Im Leben
2.4.1.      Konteks  Agama
Perbuatan ajaib yang dilakukan Allah, keselamatan yang tela dikerjakan oleh tangan kanan-Nya itulah yang menjadi pokok puji-pujian di Israel, karna melalui tindakan-tindkan inilah Tuhan memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang mengantar orang Israel kepada kemardekaan sebagai umatNya sendiri. Tindakan yang sering diperingatkan dalam Mazmur adalah bagaimana Tuhan menuntun umat-Nya sendiri. Kenyataannya Allah memilih Isrel menjadi umat-nya merupakan kegembiraan Israel. Dengan penuh kebebasan umat Israel menghadapi bangsa diingatkan, pelantikan Daud sebagai raja dan kehadiran Tuhan di Sion pun menjadi sukacita. Dengan kegembiraan ini bangsa Israel memuji dan memasyhurkan Tuhan dalam perumluan yang hebat itu.[26]

2.4.2.      Konteks Politik
Pemerintahan dan hidup Daud tidak penah ada negara lain yang menyerang Israel. Dalam pemerintahannya, Israel sudah banyak mengalami perubahan yang tak akan dapat balik kembali. Bangsa Israel telah tampil dalam dunia internasional baik dibidang politik maupun kebudayaan. Daud melatih orang Israel untuk menduduki jabatan-jabatan yang ada. Pemerintahan pusat di Yerusalem juga mengangkat para bijak untuk menjadi penasehat raja. Daud menunjukkan keistimewaan dan kewibawaannya yang dilihat dari keberhasilannya dalam semua bidang. Daud adalah pemimin pilihan Allah.[27]

2.4.3.      Konteks Sosial
Mazmur biasanya dinyanyikan atau dilagukan dalam ibadah. Mazmur mencerminkan isi dan jenis upacara ibadah dimana mazmur dipakai. Kata-kata yang dipakai biasanya kata-kata yang biasa atau sehari-hari. Kata-kata mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan pun menjukkan pada hubungan perjanjian yang baik.Tuhan dipujidengan nyanyian yang diiringi alat music. Mamzur biasanya dinyanyikan dengan menggunakan alat-alat musik seperti kecapi dan gambus yang bertujuan untuk mendukung prosses terjadinya peribadahan.[28]

2.4.4.      Konteks Ekonomi
Keberhasilan Daud menaklukkan dataran rendah Kanaan berarti keberhasilan untuk  jalan darat yang menghubungkan seluru Timur Tengah Kuno. Pada waktu itu, satu-satunya jalan darat yang  menghubungkan Mesir dan Mesopotamia serta Asia kecil melintasi dataran rendah Kanaan. Jalan darat yang sekarang itu ada di bawah kuasa dan pengawasan Daud.[29]
a.      Kritik Sastra
Sampai pada awal abad ini pendekatan ilmiah secara umum terhadap Kitab Mamur dn kitab-kitab lainnya adalah kritik sejarah yang berusaha memahami Alkitab dengan analisis kritis megenai tlisan,pengarang, waktu, asal usul, tujuan dan sumber-sumbernya. Ada mazmur yang judulnya memberi latarbelakang tertentu yang mungkin dalam Mzmur 7; 18; 30 ;34, namun tdiak jelas apakah tradisi yang memunculkan judul-judul itu dapat dipercaya, atau apakah mazmur itu dipakai dalam kebaktian Israel.[30] Semua Mazmur termasuk dalam jenis sastra puisi. Masing-masing mazmur mengandung jenis satra tertentu yang tampaknya mempunyai fungsi yang berbeda dalam ibadat Israel baik secara pribadi maupun umum. Dengan membandingkan bentuk sastra ini, kita memperoleh pengertian yag lebih baik tentang arti dan penggunannya. Dimana ada7 macam genre Mazmur yaitu Mazmur Pujian, Mazmur Keluhan, Mazmur Pengucapan Syukur, Mazmur Peringatan, Mazmur penyerahan, Mazmur Hikmat dan Mazmur Raja.[31]

b.      Kritik Bentuk
Mazmur dari Alkitab dapat digolongkan atas tidak kategori umum yaitu pujian, ratapan dan hikmat. Baik mazmur pujian maupun mazmur ratapan memiliki cirri kahs yang memudahkan untuk mengenalinya.  Setiap jenis mazmur mengikuti suatu bentuk yang hampir tetap. Mazmur ratapan biasanya meliputi unsur-unsur seperti keluhan, petisi, pengakuan kepercayaan dan naznar pujian. [32] Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim artiya kitab-kitab. Menurut Peter Wongso para nabi menempatkan sebelum kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Daud harus mendahului tulisan anaknya. Septuaginta menempatkan kitab mazmur pada permulaan dari kitab-kitab puisi. Susunan alkitab bahasa Latin dan bahasa modern,termasuk bahasa Indonesia, yang menempatkan kitab Ayub sebelum Mazmur, mungkin didasarkan paga dugaan bahwa kitab Ayub dituliskan sebelum kitab Mazmur.[33]

c.       Kritik Sumber
Dari segi Yahudi, pembacaan kitab Mazmur dihubungkan dengan kitab Musa. Sehingga kitab Mazmur dapat dibagi atas lima kelompok, yaitu: Pasal 1-41 (berhubungan kitab Kejadian tentang pemberitaan manusia dan ciptaan), pasal 42-72 (berhubungan kitab Keluaran tentag pembebasan dan penebusan), Pasal 73-89 (berhubungan kitab Imamat tentang penyembahan dan tempat badah), Pasal 90-106 (berhubungan kitab Bilangan berisiperjalanan di padang gurun), dan Pasal 107-150 (berhubungan kitab Ulangan berisi otoritasFirman dan Puji-pujian).[34]

d.      Kritik Redaksi
Dalam Alkitab Ibrani, KItab Mazmur terdapat pada awal bagian kitab-kitab. Para rabi menempatkannya sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumupulan tulisan Daud harus mendahului tulisan anaknya, Salomo. Septuaginta menempatkan Kitab Mzmur pada permulaan dari kitab-kitab puisi. Susunan dalam kitab bahasa Latin dan bahasa-bahasa Modern, termasuk bahasa Indonesia yang menempatkan Kitab ayub sebelum kitab Mazmur munkin didasarkan pada dugaan bahasa kitab ayub ditulis sebelum Mazmur.[35]


2.6.Analisa Teks
2.6.1.      Perbandingan Bahasa
Pada bagian ini, penafsir menggunakan Alkitab, LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), Bibel (Bahasa Batak Toba), NIV (New International Version), dan TM (Teks Masora).
Ayat 1
LAI           : Duduk
NIV           : Sat (Duduk)
Bibel         : Hundul (Duduk)
TM            : יָשַׁבְנוּ (Duduk)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan Bibel

Ayat 2
LAI           : Menggantungkan
NIV           : Hung ( Digantungan)
Bibel         : Hugantunghon (Kugantungkan)
TM            : תָּﬥׅינוּ (Digantung)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV

Ayat 3
LAI           : Meminta
NIV           : Asked (Minta)
Bibel         : Didokhon (Di suruh)
TM            : שְׁאֵﬥוּנוּ (Meminta)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI

Ayat 4
LAI           : Menyanyikan  
NIV           : Sing (Menyanyikan)
Bibel         : Pangendehonnami (Menyanyikan)
TM            : נׇשׁׅיר  (Menyanyikan)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan Bibel


Ayat 5
LAI           : Jika aku melupakan engkau
NIV           : If I Forget you (Jika saya melupakanmu)
Bibel         : Huhalupahon (Kulupakan)
TM            : אם־אֶשְׁכׇּחֵךְ  (Jika Saya Melupakanmu)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV

Ayat 6
LAI           : Mengingat
NIV           : Remember (Mengingat)
Bibel         : Huingot (Kuingat)
TM            :  אֶוְכְּרֵכׅי (Mengingat)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan Bibel

Ayat 7
LAI           : Runtuhkan
NIV           : Rase it (Rajuklah itu)
Bibel         : Panepnep (Meruntuhkannya)
TM            : עׇרוּ (Runtuhkan)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI

Ayat 8
LAI           : Membalas
NIV           : Repays (Membayar kembali)
Bibel         : Mamaloshon (Membalaskan)
TM            : שֶׁיְשַׁלֶּם(Membalas)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI

Ayat 9
LAI           : Menangkap
NIV           : Seizes (Menangkap)
Bibel         : Manoro (Menangkap)
TeksM      : שֶׁיֺּאחֵו (Menangkap)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI, NIV, dan Bibel
2.6.2.      Kritik Aparatus
Ayat 1 :frasa Teks Masora yang ditanadai adalah frasa  עַל merupakan kata depan (preposisi) yang memiliki arti di. Catatan kritis Masora merujuk kepada terjemahan Yunani “Septuaginta” (Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang diterbitkan sejak 1931) memilih untuk mendahulukn kata τώ Δανις yang memiliki arti David
Keputusan : bila kata τώ Δανις yang memiliki arti David, maka tidak ada kesinambungan dengan ayat 1,maka rujukan terminologi oleh catatan aparatus ditolak.

Ayat 3 : Frasa Teks Masora yang ditanadai adalah frasa וְחולׇלׅינוּ(wa-to-w-la-le-nu) merupajan kata benda yang memiliki arti dan mereka yang menyiksa kita. Catatan kritis Masora merujuk kepada terjemahan Yunani Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang diterbitkan sejak 1931) dan Perjanjian Lama terjemahan Siria memilih untuk memakai kata καί όί άπαγαγόύντες ήμάς yang memiliki arti membunuh
Keputusan : bila termin καί όί άπαγαγόύντες ήμάς digunakan maka akan membuat makna dari teks tidak sesuai dengan konteks cerita tersebut. Maka usulan leh catatan aparatus ditolak.

Ayat 5 : frasa Teks Masora yang ditandai adalah frasa תּשׁׅכַח (tis-kah) merupakan kata kerja yang berarti lupa . Catatan teks Masora merujuk kepada terjemahan Yunani Septuaginta (Perrjanjian Lama berbahasa Yunani) memilih untuk memakai kata επίλησθείη  yang berarti lupa
Keputusan : penafsir melihat bahwa kata επίλησθείη yang memiliki arti lupa memiliki makna yang sama dengan Teks Masora maka usualan diterima.

 Ayat 8 : frasa Teks Masora yang ditanadai adalah frasa הַשְֹדזּזׇה merupakan kata kerja yang memiliki arti yang suka melakukan kekerasan. Catatan kritis Masora merujuk kepada arti bertempur.
Keputusan : konteks yang dimaksud bukanlah konteks peperangan, namun konteks penwanan/ pembuangan di Babilonia. Maka catatan aparatus ditolak.


2.6.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 1: Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk dan menangis apabila kita mengingat Sion
Ayat 2: Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kami
Ayat 3: Di sanalah orang-orang yang menawan kita, meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita. Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion.
Ayat 4: Bagaimana cara kami menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing.
Ayat 5: Jika aku melupakan engkau, wahai Yerusalem. Biarlah menjadi kering tangan kananku
Ayat 6: Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Jerusalem puncak sukacitaku
Ayat 7: Ingatlah, ya Tuhan, kepada bani Edom, pada hari pemusnahan Yerusalem mengatakan: runtuhkan, runtuhkan sampai ke dasarnya
Ayat 8: Hai puteri Babel, yang suka melakukan kekerasan, berbahagialah orang yang membalas kepadamu (dengan pembalasan) yang kaulakukan kepada kami.
Ayat 9: Berbahagialah orang yang menangkap dan memotong/ memecahkan anak-anakmu pada batu karang/ bukit batu.

2.7.Tafsiran
Ayat 1-2. Dalam ayat 1 pemazmur seperti terseret ke dalam lamunan nostalgia, mengenang nasib tragis mereka di pembuangan babel. Saat itu mereka duduk di tepi sungai Babel (mungkin eufrat dan tigris, atau kanal-kanal di kota itu) sambil menangis karena teringat Sion (Yerusalem). Mereka menggantung kecapi mereka pada pohon gandarusa di tepi sungai itu (ayat 2). Mereka ada di tepi sungai-sungai Babel, di sebuah negeri yang asing, nun jauh dari tanah air mereka sendiri, dari mana mereka digiring sebagai tawanan perang. Tanah Babel kini merupakan rumah penuh belenggu bagi umat itu, sebagaimana Mesir membelenggu mereka pada awalnya. Para penindas menyudutkan mereka di tepi sungai-sungai, dengan maksud untuk mempekerjakan mereka di sana dan menahan mereka supaya bekerja dalam perahu mereka. Atau mungkin, mereka sendiri yang memilih tempat itu sebagai tempat untuk berduka, sebab dengan begitu tempat itu cocok dengan jiwa mereka yang sedang merana. Jika mereka harus membangun rumah di sana (Yer. 29:5), maka tempatnya bukanlah di kota, yaitu daerah pusat, melainkan di tepi sungai, yaitu tempat-tempat yang sunyi, di mana mereka dapat mencucurkan air mata mereka ke dalam aliran sungai. Kita mendapati sebagian dari mereka di tepi sungai Kebar (Yeh. 1:3), dan yang lainnya di tepi sungai Ulai(Dan. 8:2). Di sanalah mereka dudukuntuk menumpahkan segala kesedihan dengan mencurahkan segenap kesengsaraan mereka. Yeremia telah mengajari mereka untuk duduk sendirian dan berdiam diridalam menanggung beban mereka, dan untuk merebahkan diri dengan muka dalam debu (Rat. 3:28-29). “Kita duduk, sebagaimana orang-orang yang disuruh tinggal, dan kita menjadi tenang, sebab semua itu terjadi atas kehendak Allah.” Kenangan akan Sion membuat air mata mereka bercucuran, dan tangisan itu bukanlah tangisan yang tiba-tiba pecah, sebagaimana yang sering kali dipicu oleh masalah yang tiba-tiba menimpa kita. Akan tetapi, air mata itu mengalir di dalam perenungan (kita duduk sambil menangis), air mata ketika mengenang sesuatu. Kita menangis, apabila kita mengingat Sion, bukit suci di mana bait Allah didirikan. Kasih mereka terhadap rumah Allah mengalahkan keprihatinan mereka terhadap rumah sendiri. Mereka mengingat kejayaan Sion dulu, dan kepuasan yang mereka nikmati di pelataran Sion itu (Rat. 1:7). Terkenanglah Yerusalem, pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala( 42:5). Mereka mengingat kesengsaraan Sion kini, dan merasa kasihan akan debunya, yang merupakan sebuah pertanda baik bahwa Allah akan segera menunjukkan rasa kasihan-Nya (102:14-15). Pada pohon-pohon gandarusa pohon gandarusa biasanya tumbuh di tepi sungai Palestina yang merupakn berbentuk serumpun. Pohon gandarusa dalam Babel umumnya diangap pohon hawar. Pohon hawar adalah pohon yang ckup besar dengan daunnya yang putih disebelah bawah dan yang pucuk-pucuknya cepat tumbuh. Pohon ini memmberi naugan yang teduh. Dalam kesedihan dan tagisan orang yang tertawan mereka mencari keteduhan di bawah pohon gandarusa untuk menyejukkan hati dan pikiran.  Pohon ini cukup member ketenangan bagi mereka dari kesedihannya. Namun dengan kesedihan itu membuat mereka “…, di tempat itu kita menggantungkan kecapi..,” artinya orang Israel itu melakukan liturgy ratapan dengan Kecapi untuk nyanyian gembira digantungkan tanpa digunakan. Ketika mereka diminta bernyanyi menghibur orang-orang yang menawan mereka, mereka menjawabnya dengan menggantungkan kecapi merka pada pohon-pohon gandarusa yang berdiri berjejer ditepi-tepi sungai ini. Mereka menggantungkan alat musiknya sebagai reaksi terhadap suatu permintaan para penawan yang mengingini music Ibrani, karena permintaan ini begitu tidak pantas bernyanyi pada situasi itu.

Ayat 3-4.
Dalam ayat ini kita melihat sebuah situasi kontras: mereka menangis sedih, tetapi orang yang menawan mereka meminta agar mereka menyanyikan nyayian sukacita. Di sini kepedihan dan kesedihan menjadi-jadi. Wajar. Mereka sedang berduka, tetapi dipaksa untuk bernyanyi suka. Paradoks itulah yang melahir pertanyaan retoris (ayat 4): para penindas meminta diperdengarkan nyanyian dari Sion. Itu artinya nyanyian yang berasal dan biasanya dinyanyikan di tempat kudus di Yerusalem. Bagi orang Israel, nyanyian di tempat kudus hanya boleh dinyanyikan di tempat kudus. Tidak bisa dan tidak boleh dinyanyikan di sembarang tempat. Mereka tidak boleh menyanyikan nyanyian Tuhan di tanah asing, tanah najis. Tetapi mereka dipaksa berbuat begitu. Terjadilah penindasan berlapis-lapis: penindasan fisik dan penindasan rohani sekaligus. Jadi pembuangan adalah sebentuk penindasan total. Siksaan para musuh terhadap mereka ketika keadaan mereka begitu menyedihkan seperti itu (ay. 3). Para musuh itu telah menawan mereka dari negeri mereka dan kemudian menyiksa mereka di negeri tempat mereka ditawan, merampas yang tersisa pada mereka. Tetapi semua itu belumlah cukup. Untuk melengkapi penderitaan mereka, para musuh itu juga menghina mereka: mereka meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian sukacita. Nah,
1)      Tindakan itu sangat kejam dan tidak berkeprimanusiaan. Bahkan seorang musuh pun, jika ia sedang merana, haruslah dikasihani dan bukannya diinjak-injak. Hanya jiwa yang hina dan kejam sajalah yang tega menambah luka orang-orang yang sedang mengalami kesesakan, baik dengan menyinggung-nyinggung mengenai sukacita mereka dulu maupun mengenai kesengsaraan mereka kini. Begitu pula orang yang menyuruh orang lain bersukaria, padahal ia tahu benar bahwa orang itu sedang mengalami keadaan yang sebaliknya. Tindakan itu memperparah duka orang yang sedang merana.
2)      Tindakan itu dangkal dan bejat. Mereka hanya mau mendengarkan nyanyian dari Sion, yang dulu dipakai untuk menghormati Allah. Dengan demikian, tuntutan mereka itu menunjukkan bahwa mereka menghina Allah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Belsyasar dulu, ketika ia minum-minum anggur dengan perkakas bait Allah. Musuh mereka tertawa karena keruntuhan mereka (Rat. 1:7). 
Kesabaran mereka dalam menanggung siksaan itu (ay. 4). Mereka menggantungkan kecapi mereka dan tidak mau memainkannya lagi. Tidak, mereka tidak mau memainkannya hanya untuk memenangkan hati orang-orang yang membawahi mereka kini. Mereka tidak sudi menjawab orang bebal dengan kebodohannya. Para pengejek yang dangkal tidak perlu dipuaskan, seperti juga mutiara tidak boleh dilemparkan ke hadapan babi. Dengan bijak, Daud membisu, bahkan dari hal yang baik, ketika orang fasik masih ada di depannya, sebab ia tahu, orang fasik itu akan mengolok-olok dan menertawakan apa yang ia katakan (39:2-3). Alasan yang mereka kemukakan begitu lembut dan saleh: Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing? Mereka tidak berkata, “Bagaimanakah kita menyanyi padahal kita sedang dalam keadaan yang begitu menyedihkan?” Jika alasannya hanya itu saja, mereka bisa saja memaksakan diri untuk mematuhi atasan mereka dengan menyanyikan sebuah lagu. Tetapi, “Lagu itu adalah nyanyian TUHAN, sebuah hal yang kudus dan hanya diperuntukkan bagi ibadah di bait suci. Karena itulah kami tidak berani menyanyikannya di negeri asing, di antara para penyembah berhala.” Kita tidak boleh melayani kesenangan, terutama kesenangan yang dangkal, dengan apa pun yang seharusnya ditujukan bagi Allah, yang terkadang harus dihormati dengan keheningan rohani, sama seperti Ia harus dihormati dengan perkataan rohani.

Ayat 5-6.
Dari dalam situasi tertindas seperti inilah muncul janji dan sumpah dalam ayat 5-6. Sumpah itu diucapkan secara bersyarat setelah peristiwa itu terjadi. Ini terasa aneh. Pemazmur bersumpah: pertama, biarlah menjadi kering tangan kananku jika aku melupakan engkau Yerusalem (padahal ia melupakan). Kedua, biarlah lidahku melekat pada langit-langitku jika aku sampai melupakan engkau Yerusalem (kenyataannya ia lupa). Perhatikan baik-baik bahwa ayat 5-6 ini mempunyai struktur khusus: dimulai dengan jika (kondisional) lalu disusul dengan janji (ayat 5). Ayat 6 mempunyai struktur yang terbalik, dimulai janji, disusul dengan sebuah syarat (jika).
Ayat 5 memakai kata “lupa” sedangkan ayat 6 memakai frasa “tidak ingat”. Tangan kanan umumnya digunakan untuk bekerja. Kalau tangan kanan itu dipotong, itu sama dengan tidak bisa bekerja, berarti tidak dapat makan. Artinya kematian. Lidah adalah alat tutur, dipakai untuk berbicara. Mungkin itu sebabnya dalam bahasa inggris kata tongue dipakai untuk bahasa maupun untuk lidah. Yerusalem sebagai sumber dan puncak sukacita. Jika ini semua tidak lagi diingat, maka hal itu sama dengan kematian.

Ayat 7-9.
Ada dua bangsa yang disebut disini. Pertama Edom. Diduga mereka ikut membatu babel saat menghancurkan Yerusalem. Mungkin Edom menghendaki penghancuran itu. Kedua Puteri Babel. Mereka ini dicap sebagai orang yang suka kekerasan. Pemazmur berharap ada yang bakal membalas semua kekejaman dan kekerasan yang mereka lakukan pada suatu saat di masa yang akan datang. Tindakan balas dendam yang setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan terhadap Yerusalem di masa silam. Mungkin mazmur ini digubah menjelang masa akhir penawanan mereka, sebab kini mereka melihat kebinasaan Babel sudah semakin mendekat (ay. 8), yang berarti kebebasan bagi mereka. Mazmur ini bernada sendu, sebuah ratapan. Septuaginta menganggap mazmur ini sebagai salah satu ratapan Yeremia dan memperkirakan bahwa dialah yang menuliskannya. Ayat 9 itu mengerikan. Ia berharap akan ada kekejaman seperti itu di masa depan, sebuah aksi balas dendam atau kekejaman yang sama dilakukan sebelumnya. etika menyanyikan mazmur ini, kita harus tergugah oleh persoalan yang dihadapi gereja, terutama gereja yang sedang tertindas. Kita harus selalu mengingat duka lara umat Allah dalam hati kita, menghiburkan diri kita dengan keselamatan yang akan menghampiri gereja dan juga kebinasaan yang akan menimpa para musuhnya nanti, pada waktu yang tepat. Akan tetapi, kita juga harus dengan saksama menghindari permusuhan pribadi dan tidak mencemari persembahan kita dengan ragi kejahatan. Lagu apakah yang keluar dalam situasi demikian? Lagu agar Tuhan mengingat pokok yang menyebabkan penderitaan umat! Lagu doa agar Allah tidak mengabaikan kejahatan Edom. Bayangkan situasi lagu ini dalam ruang pengadilan. Umat memohon agar Sang Hakim yang adil memeriksa kasus kejahatan seteliti dan seadil diri-Nya. Pemazmur tidak meminta Edom dihancurkan. Ia sekadar mengajukan perkaranya kepada Sang Hakim (7). Pemazmur juga tidak meminta Allah menghancurkan Babel. Ia hanya mengatakan, “keberkatanlah” orang yang menjadi alat pembebasan Tuhan kepada Babel (8-9). Artinya, orang yang berpihak pada kebenaran dan keadilan Allah serta menghendaki kejahatan diperlakukan setimpal dengan kebenaran Allah, sesungguh-nya merupakan orang yang diberkati Allah.

2.8.Skopus
Kesetiaan dalam penderitaan berbuahkan kekuatan dari Allah.

2.9.Refleksi Teologis
   Yang menjadi refleksi teologis ialah penderitaan dalam kehidupan sangat berbeda-beda, sekarang kembali kepada kita sendiri, bagaimana kita menerima atau merespon penderitaan itu , apakah kita berkeluh kesah terhadap penderitaan tanpa berbuat apa-apa dalam kesedihan yang kita alami, atau menghadapinya dengan dengan bantuan Allah. Israel berada ditengah-tengah penderitaan , seperti yang di utarakan mazmur, mereka (Israel) melihat penderitaan itu sebagai kehormatan untuk melayani Sang Maha Kuasa. Walaupun masih dalam suasana kesedihan yang sangat mendalam, pemazmur ini mengucapkan kata-kata kesetiaan untuk tetap akan mengenang Yerusalem. Dengan demikian kita pada zaman sekarang ini , meskipun kita dianiaya, kita ditawan, marilah kita menyatakan komitmen kepada Tuhan bahwa kita akan terus setia kepada-Nya, baik itu dalam keadaan yang sangat sulit sekali , kepercayaan dan kesetiaan kita kepada Tuhan harus teguh.

III.       KESIMPULAN
Dari penjelasan dan penafsiran diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa kitab ini merupakan kitab yang ditulis oleh Daud. Yang dimana Mazmur adalah kitab terpanjang di dalam Alkitab Ibrani. Kitab ini berisi nyanyian dan pujian, serta doa pertolongan kepada Allah. Di kitab ini juga dinyatakan berbagai perasaan yang ada pada manusia. Seperti sukacita maupun dukacita, hati yang terluka dan yang terhibur, pengharapan, dan ketenangan jiwa. Salah satu contohnya doa dan pujian,  kitab ini mengajak pembaca untuk membagi waktunya dengan Allah setiap bagian dari hidup mereka dan mengungkapkan seluruh lingkup rasa atau perasaan dan pengalaman hidup manusia. Kitab ini juga mengajarkan kepada kita, jika kita sedang dalam pencobaan yang sangat menderita, kita harus tetap tegar dan kuat dalam penderitaan atau pencobaan itu, sebab Tuhan tidak akan memberikan pencobaan yang melebihi kekuatan manusia itu sendiri, dalam artian , jika kita berserah dan memberikan jiwa kita kepadaNya, Dia akan membantu kita dan memberikan jalan keluar (solusi).

IV.       DAFTAR PUSTAKA
Indra Sabjaya, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2003
John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 1993
Robert M. Grant & David Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 1998
Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsir Alkitab Didalam Gereja, Yogyakarta: Kansius, 2007
Robert M. Grant, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2002
J. Blomendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab edisi studi, Jakarta: LAI, 2013
Marie Clarie Barth & B.A. Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan Pengantar, Jakarta: BPK-GM, 1997
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, Bandung: BMI, 2009
J. Blommendal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999
Lukas Adi, Smart Book of Christianity Perjanjian Lama, Yogyakarta: Andi, 2015
Marie Clarie Barth & B.A. Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan Pengantar, Jakarta: BPK-GM, 1997
Marie dkk, Kitab Mazmur 1-72: Pembimbing & Tafsirannya ,Jakarta: BPK-GM, 2015
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan ,Jakarta: BPK-GM, 2000
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 , Jakarta:BPK-GM, 2012
Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisis Kitab Mazmur , Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara 1983
Andrew E.Hill & John H Walton, Survey Perjanjian Lama Malang: Gandum Mas, 2008
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 ,Jakarta:BPK-GM, 2012
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi ,Medan: Bina Media Perintis, 2016



[1] Indra Sabjaya, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 45
[2] John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 52
[3] Robert M. Grant & David Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1998), 173
[4] Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsir Alkitab Didalam Gereja, (Yogyakarta: Kansius, 2007), 402
[5] John. H. Otwel, A New Approach to the Old Teastement, (London: SCM Press, 1967), 25
[6] Robert M. Grant, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 116
[7] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 129
[8] J. Blomendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 147
[9] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab edisi studi, (Jakarta: LAI, 2013), 867
[10] Lukas adi.s, Smart book of cristiany, (Yogyakarta: ANDI, 2015), 69
[11] Marie Clarie Barth & B.A. Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan Pengantar, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 28-29
[12] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: BMI, 2009), 161
[13] J. Blommendal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 149
[14] C. Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi dalam Perjanjian Lama,153
[15] Lukas Adi, Smart Book of Christianity Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Andi, 2015), 69
[16] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 131
[17] …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 814
[18] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: BMI, 2009), 162
[19] …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 815
[20] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 149
[21] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan , 813
[22] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 131
[23] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 70
[24] Marie Clarie Barth & B.A. Pareria, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan Pengantar, (Jakarta: BPK-GM, 1997),29

[25] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 131-132
[26] Marie dkk, Kitab Mazmur 1-72: Pembimbing & Tafsirannya (Jakarta: BPK-GM, 2015), 3-5.
[27]  S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK-GM, 2000), 133-134.
[28] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK-GM, 2000), 201-202.
[29] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK-GM, 2000), 138
[30] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK-GM, 2012), 43-44.
[31] Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisis Kitab Mazmur (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara 1983), 15.
[32] Andrew E.Hill & John H Walton, Survey Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 449
[33] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK-GM, 2012), 41
[34] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 133.
[35] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK-GM, 2012), 41
Share:

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS