Menggali dan Meneliti Teologi Injil
Yohannes
I.
Pendahuluan
Dibandingkan
dengan Kitab-kitab Injil Sinoptik, Injil Yohanes sangat sedikit berbicara
tentang Kerajaa. Hanya ada dua gagasan yang menceritakan gagasan itu. Mengingat
betapa pentingnya pengajarana ini dalam kitab injil Sinoptik, perluah kita
mencari keterangan pengajaran ini dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, perlulah
kita mencari keterangan mengapa tidak demikian halnya dalan Injil Yohanes.
II.
Pembahasan
2.1.
Latar Belakang Injil Yohannes
Kitab
injil Yohanes mempunyai latar belakang yang agak kompleks. Di dalam kitab ini
ditemukan banyak sekali bahan dan cara berfikir agama Yahudi. Latar belakang
injil ini sangat kaya dengan pola pikir Yunani (helenistis).[1]
Injil Yohanes adalah yang paling berbeda dan mungkin
yang paling berharga diantara keempat Injil kanonik. [2]
Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan
Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga injil yang lain, dan menyatakan dengan
lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus.[3]
Pengajaran Yesus yang dikutip didalamnya lebih banyak menyangkut pribadi-Nya
dari pada ajaran etika tentang Kerajaan. Percakapan pribadi jauh lebih banyak,
dan hubungan pribadi Yesus lebih ditekankan dari pada hubungan umum-Nya dengan
masyarakat. Inil ini sangat bercorak teologis, dan terutama membahas
sifat-sifat pribadi Yesus serta makna iman kepada-Nya.[4]
2.2. Penulis dan Waktu Penulisan
Penulisnya di identifikasikan secara tidak langsung
sebagai “murid yang dikasihi-Nya” (13:23; 19: 26; 20:2; 21: 7, 20). Kesaksian tradisi
kekristenan serta bukti yang terkandung dalam injil ini sendiri menunjukkan
bahwa penulisnya adalah Yohannes anak Zebedeus, salah satu diantara dua belas
murid yang anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohannes, dan Yakobus).[5] Tentang
waktunya Injil ini dikarang, perlu diperhatikan suatu hal pada penghabisan
injil ini: sebenarnya fasal 20:30 sudah merupakan akhirnya. Agaknya fasal 21
adalah tambahan orang lain (ayat 24). Mereka, yang menambahkan bagian ini
(”kita” 21:24), agaknya adalah murid-murid Yohanes. Waktu Yohanes meninggal
ternyata bahwa ada kalangan yang kecewaoleh karena mereka menyangka bahwa Yesus
sendiri telah menjanjikan bahwa ia tidak akan mati. Kesalah pahaman itu dikoreksi
dalam ayat 23. Jiak Yohanes meninggak pada usia yang sangat lanjut pada masa
Kaaisar Trayanus (98-117). Jika kabar ini benar maka, maka injil ini
diterbitkan sesudah tahun 98, jadi ± tahun 100. Agaknya tidak alama
kemudiannya, sebab papyrus yang tertua ini terdapat di Mesir dan berasal
agaknya dari waktu sekitar tahun 130. Hal itu berarti bahwa pada zaman itu
suatu salinan sudah dibawa ke Mesir.[6]
2.3. Tujuan Penulisan
Yohannes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam
20:31, yaitu “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”[7]
Tujuan utama penulisan Injil Yohanes yaitu: “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah
Mesias” (20:31).[8]
2.4. Ciri Khas Injil Yohannes[9]
Terdapat
delapan penekanan utama menandai Injil ini, yaitu:
1. Keilahian
Yesus sebagai “Anak Allah” ditekankan. Dari prolog Yohannes dengan pernyataan
yang luar biasa, “kita telah melihat kemuliaan-Nya” (1:14) sampai akhirnya
dengan pengakuan Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku” (20:28), Yesus adalah Putra
Allah yang menjadi manusia.
2. Kata
“percaya” yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus
(1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu
komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
3. “Hidup
kekal” adalah konsep kunci dari Yohannes. Konsep ini bukan hanya menunjuk
kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan
mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus.
4. Pertemuan
pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini
5. Pelayanan
Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara
terus menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus
6. Injil
ini menekankan “kebenaran”- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh kebenaran, dan Firman Allah adalah
kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (8:32), menyucikan mereka (15:3) serta
berlawanan dengan kegiatan dan sifat iblis.
7. Angka
tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pertanyaan “Aku
adalah” menegaskan siapa Yesus itu.
8. Kata-kata
dan konsep lainnya yang utama dari Yohannes adalah “firman”, “terang”,
“daging”, “kasih”, “kesaksian”, “tahu”, “kegelapan”, dan “dunia.”
Adapun tema teologi Injil Yohanes yaitu;
1)
Identitas
Yesus
Bagi penginjil, unsure
terpenting dalam injilnya adalah apa artinya menjadi seorang Kristen. Memahami
bahwa Yesus dari Allah dan telah naik kepada Allah merupakan pusat Kristologi
dari Injil. Kristus adalah anak Bapa(3:13-15; 9:62; 20:17; 3:31) dan anak Tunggal
(1:18; 3:16), Kristus adalah utusan istimewa Allah (5:23, 4:30; 10:36; 11:42;
17:8). Dan akhirnya Kristus adalah pembuat mujizat (2:1-11;6:1-14).
2)
Kematian
Yesus
Sebagai kurban bagi
dosa-dosa manusia, tidak diragukan lagi bahwa kaematian Yesus bagi yohanes
adalah suatu peristiwa, yang bilamana dilihat bahwa kematian Yesus adalah untuk
menyelamatkan manusia.
2.6. Teologi Injil Yohanes
Di dalam Teologi Injil Yohanes terdapat Tiga hal
yang penting ,yaitu:
1. Keselamatan
pasti merupakan buah dari iman. Jadi iman adalah sarana yang olehnya orang
diterima kedalam suatu persekutuan baru, yang terlihat sebagai suatu keluarga.
Dalam bagian pembukaan injil terdapat pembedaan yang jelas antara orang-orang
percaya dan dunia, suatu pembedaan yang terpantul diseluruh kitab ini. Imanlah
yang menjamin kehidupan kekal.(Yoh 3:16) dan ketiadaan imanlah yang membawa kepada
penghukuman (ay 18). Dibandingkan dengan kitab-kitab Injil Sinoptik ,Injil Yohanes
lebih memperlihatkan tuntutan Yesus kepada murid-murid agar beriaman kepada-Nya.
Iman itu sama jenisnya dengan iman kepada Allah (Yoh 14:1). Dalam surat-surat Yohanes
, pentingnya iman masih nyata. Hubungan erat antara percaya kepada Yesus dan mengakui
Dia di depan umum juga tedapat dala surat ini(1Yoh 4:5 dan 5:1).Ini memperlihatkan
bahwa iman kepada Kristus tidaklah bersifat rahasia melainkan terbuka. Pada hakikatnya
iman adalah tanggapan kepada undangan Allah. Allah menampilkananak-Nya kepada kita
dan kita wajib membuat keputusan tentang Dia. Jika kita meneri ma Dia , menaati
Dia , melihat Dia, megenal Dia, maka tanggapan kita bersifat positif. Jika kita
tidak menyambut Dia dengan cara-cara ini, maka kita tidak mempunyai iman. Kita
digolongkan kepada mereka yang telah menolak keselamatan yang disediakan Allah.
2. Pengampunan
Pengakuan merupakan syarat satu-satunya bagi pengampunan. Pokok 1 Yohanes adalah
pemeliharaan perekutuan dengan Allah , dan untuk ini pengetahuan tentang cara menyingkirkan
setiap rintagan terhadap persekutuan itu sangat penting berdasarkan alas an inilah
maka tema pendamaian sangat menonjol dalam surat ini, dikatakan bahwa dosa-dosa
diampuni oleh karena nama-Nya. Sejauh menyangkut
dosa-dosa yang lalu ,pengampunan telah tuntas, tetapi ketidak-sempurnaan saat ini
dalam kehidupan Kristen memerlukan cara pembersihan penyucian dan hal ini dijelaskan
dalam 1 Yohanes ini.
3. Kelahiran
Kembali, Disini perlu di ingat suatu ciri khusus dari pengajaran dalam Injil Yohanes,
yang bersagkut paut dengan tema hidup baru. Ciri ini berkenaan dengan kelahiran
baru. Wawasan kelahiran baru pertama kali diisyaratkan dalam Yohanes 1:12 di
mana orang percaya kepadaYesus menerima kuasa untuk mendidik anak-anak Allah.
Jika seseorang dilahirkan secara baru maka sudah wajar bahwa hidup baru itu harus
terus-menerus dipelihara dalam cara-cara baru yaitu rohani. Tak seorang pun
dapat menghasilkan kelahiran barunya sendiri, lebih dari ia tak bisa menghasilkan
sendiri kelahiran jasmaninya. Proses-proses pembaharuan hidup menyusuli kelahiran
kembali itu bersifat progresif dan dapat disebut “penyucian”. Pembahuruan tak dapat
mendahului kelahiran kembali , tetapi ia
memang melengkapinya. Orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari
pembaruan. Pembahasan tentang ini membawa kepada seluruh wawasan kehidupan baru
dalam Kristus.[11]
Yohanes menjadikan subjek Injilnya suatu tokoh yang universal, perwujudan dan
Akal Budi yang kekal yaitu Allah, yang datang dari Allah dan yang menyatakan
Allah, seperti seorang anak menyatakan ayahnya. Injil Yohanes menekankan keilahian
Yesus Kristus, Anak Allah.[12] Gagasan
kelahiran kembali dipahaminya secara harafiah dan kerena itu hanya diterima
dengan ragu. Sama seperti dalam injil sinoptik gagasan itu dikemukakan tanpa
penjelasan.tetapi ayat ini melanhkah lebih jauh dari kitab-kitab injil sinoptik,
dan hal ini dihubungkannya “keikutsertaan dalam kerajaan” dengan “kelahiran
kembali”.[13]
III.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
Injil Yohanes adalah salah satu dari Injil Sinoptik yang dimana Injil Yohanes
ini lebih banyak mencatat hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan
Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga injil yang lain, dan menyatakan dengan
lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Pengajaran Yesus yang dikutip
didalamnya lebih banyak menyangkut pribadi-Nya dari pada ajaran etika tentang
Kerajaan. Dan ajaran teologi dalam Injil Yohanes ini menyangkut tentang
Keselamatan, Pengampunan dan Kelahiran kembali.
IV.
Daftar
Pustaka
A.S. Hadiwiyata, Tafsiran Injil Yohanes, Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2007
Guthrie, Doanld, Teologi Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 1992
Harun, Martin, Inilah Injil Yesus Kristus, Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2000
Tenney, Merrill C., Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum
Mas,2009
Tim Penyusun, Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2009
Verman, Meduy, Pembimbing Kedalam Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 1988
Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 1986
[1]
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta:
BPK-GM, 1986) ,452
[2]
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas,2009), 231
[4]
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian
Baru, 231
[5]
Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 1695
[6]
Meduy verman, Pembimbing Kedalam
Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 1988), 65-66
[7]
Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1695
[8]
Martin Harun, Inilah Injil Yesus Kristus,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000),19
[9]
Tim Penyusun, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1995
[10]
A.S. Hadiwiyata, Tafsiran Injil Yohanes,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), 12
[11]
Doanld Guthrie, Teologi Perjanjian Baru, (BPK-GM;Jakarta
1992), 222-230
[12]
Merrill. C.Tenney, Survey PerjanjianBaru, (Gandum Mas: Jawa Timur, 2009),
239-242
[13]
Doanld Guthrie, Teologi Perjanjian Baru, 39