BAGINDA SOALOON DAN BORU PANJAITAN (Sejarah Hutabarat Parbaju Bosi)

BAGINDA SOALOON DAN BORU PANJAITAN

(Sejarah Hutabarat Parbaju Bosi – sekarang dikenal Parbaju Tonga)

       Menurut buku silsilah marga-marga Batak, tulisan Richard Sinaga bahwa Baginda Soaloon ini beristri dua, istri pertama boru baringbing dan istri kedua boru Panjaitan. Istri kedua ini sangat cantik dan terkenal di samping itu dia juga keturunan dukun besar.

         Dalam buku Pustaka Batak, tulisan W.M Hutagalung bahwa pada suatu hari boru Panjaitan pulang dari ladang dan dia melihat dari kejauhan bahwa ada seekor ular masuk yang ingin masuk kerumahnya dan segeralah dia berlari dari kejauhan menuju kerumahnya melalui pintu belakang rumahnya berhubung ular tersebut masih di depan pintu rumah. Boru Panjaitan menceritakan tentang ular tersebut setelah suaminya tiba di rumah. Bersama suaminya Baginda Soaloon menyerahkan bertih yang diucapkan bunyinya “inilah Ompung pemberian kami kepadamu, Ompung telah datang mengunjungi kami, semogalah selalu selamat dan mendapat peruntungan”.

    Sebulan setelah kedatangan ular itu, ketika Baginda Soaloon tidak dirumah, datang seorang lelaki tampan. Lalu boru Panjaitan melempangkan lage tiar (tikar pandan) dan dipersilahkan duduk dan menyajikan makanan berbentuk ayam bakar karena tadinya mau dipersiapkan daging babi tetapi tamunya tidak memakan daging babi, tapi anehnya sang tamu hanya menghirup uap makanan, tidak  makan seperti biasa. Setelah itu sitamu langsung pulang dan berpesan agar tikar pandan yang diduduki tadi disimpan baik-baik dan terhormat. Setelah 7 malam, barulah bisa dibuka gulungan tikar tersebut. 

    Setelah tiba waktu yang telah ditentukan, tikar pandan itupun dibuka, ternyata mereka menemukan sebungkah emas dan sebilah pisau bergagang emas. Mereka bergembira mendapatkan benda-benda yang berharga tersebut. Malam harinya silelaki tampan datang dan menanyakan apa yang ditemukan setelah membuka gulungan tikar itu. Baginda Soaloon dan isterinya boru Panjaitan menceritakan hal yang sebenarnya terjadi dan apa yang mereka dapati. Lalu silelaki tampan itu berpesan agar pisau itu tidak digunakan dengan sembarang. Apabila pisau itu hendak dihunus atau dibuka dari sarungnya, hendaknya dimandikan terlebih dahulu dengan air jeruk purut. Penggunaannya pun untuk menyembelih kerbau sebagai persembahan kepadaku, kata silelaki tampan tersebut kepada Baginda Soaloon dan Boru Panjaitan.

        Sekitar 3 bulan kemudian, silelaki tampan datang lagi memberi baju besi, kalung emas dan tas tangan bertali rantai emas. Semuanya itu menjadi harta berharga pada keluarga Baginda Soaloon dan keturunannya. Keturunan Baginda Soaloon pun dikenal menjadi HUTABARAT PARBAJU BOSI, yang kemudian hanya HUTABARAT PARBAJU. Ketika Tuanku Rao dari Sumatera Barat (Bonjol) datang ke Tapanuli, Baju Besi itu hilang tidak tahu kemana rimbanya. Ada sebagian masyarakat Hutabarat Parbaju Bosi mengatakan bahwa Baju Besi tersebut dibawa oleh Belanda dan yang tinggal hanya Pisau dari Baginda Soaloon. Pisau sampai sekarang masih berada di HUTABARAT PARBAJU. 

        Dalam keterlibatan keturunan Baginda Soaloon terkait Pisau yang masih ada sampai saat ini, selalu dilaksanakan upacara khusus siapa yang akan menjadi Ketua Baginda Soaloon. Masyarakat Hutabarat Parbaju akan berjalan dari tempat pemegang asal pisau sampai ke makam Ompu Baginda Soaloon. Sembari berjalan dari rumah ketua sebelumnya, pisau tersebut akan di gendong oleh seorang wanita yang sudah tua dan tidak bisa berketurunan (sining ; bhs Batak Toba). Upacara tersebut baru dilaksanakan pada tahun 2018 kemarin di Hutabarat Parbaju – Makam Ompu Baginda Soaloon.

*Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian keterangan mohon dimaklumi. Karena hal ini bersumber dari beberapa buku dan cerita orangtua Marga Hutabarat Parbaju.


Share:

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS