KONTRAVERSI AJARAN KESELAMATAN
a). Kontraversi Yesus dengan
Pemimpin Agama Yahudi
b). Kontraversi Paulus dengan Yudaisme
Kristen
c). Corak Pandangan Bapa-Bapa
Gereja di Zaman Patriakh (Tokoh-tokoh & Kelompok aliran Teologi)
I.
Pendahuluan
Sebagai
umat Kristen sudah pastinyalah kita harus mengharapkan dan membutuhkan sebuah
keselamatan , keselamatan yang pastinya kita harapkan ialah Keselamatan yang
berasal dari pada Tuhan. Pada Pembahasan ini, kita akan membahas Kontraversi
ajaran keselamatan menurut pandangan dari Pemimpin Yahudi, Keselamatan menurut
Yesus , Keselamatan menurut Paulus , serta menurut Yudaisme Kristen , dan Para
tokoh-tokoh teolog. Semoga dalam pembahasan kontraversi ajaran keselamatan ini,
kita dapat mengambil dan memegang dalam kehidupan kita . Tuhan Yesus Memberkati.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Keselamatan
Keselamatan berasal dari bahasa Ibrani yesyua dan Yunani soteria yang berarti tindakan atau hasil pembebasan atau
pemeliharaan dari bahaya yang mencakup keselamatan.[1] Keselamatan
merupakan penerapan karya Kristus terhadap kehidupan seseorang.[2] Keselamatan
semula yang dimaksudkan adalah maksud Allah untuk menyelamatkan umat dari
bahaya , kemudian juga berarti janji Allah mendirikan kerajaanNya. Dalam PB,
Yesus mendatangkan keselamatan atau Kerajaan Allah (Matius 1:21). Kematian dan
Kebangkitan Yesus adalah saat-saat paling menentukan dalam rangka keselamatan
menurut PB.[3]
Manusia yang tersesat karena perbuatannya diselamatkan oleh Anugrah Allah
didalam Kristus.[4]
2.2.
Ajaran
Keselamatan Menurut Yesus
Alkitab
mengajarkan bahwa Allah telah menyediakan keselamatan melalui pribadi dan Karya
PutraNya (Yoh.3:16). Sang Putra telah diutus untuk menjadi manusia, mati ganti
kita, bangkit kembali dari antara orang mati. naik kepada Allah Bapa, menerima
kedudukan yang berkuasa di sebelah kanan Allah, dan menghadap Allah atas nama orang
percaya.[5] Kematian
Kristus bukan hanya berkaitan dengan manusia dan dosanya, melainkan juga
menyangkut Allah, dan hal ini disebut dengan istilah hendak mendamaikan.
Kematian Kristus merupakan tindakan kebenaran, suatu demonstrasi bahwa Allah
pada hakikatnya adalah Allah yang benar. Ini membuktikan bahwa Allah itu Adil
dan Ia adalah pembenar terhadap yg beriman kepada Kristus. Melalui kematian
Kristus, keadilan dan karunia Ilahi telah menampakkan wujud yang sempurna.[6]
2.3.Ajaran Keselamatan Menurut Pemimpin Agama Yahudi
Hukum mempunyai tempat yang sentral di dalam ke
Yahudi-an sepanjang sejarah. Sepanjang sejarah tersebut orang Yahudi merasa
mempunyai ikatan dan kewajiban terhadap hukum. Hidup mereka sehari-hari mereka
baktikan untuk mempelajari, menafsirkan , memberkalukan dan menghayati hukum.[7] Bagi
orang-orang Yahudi yang berpendapat bahwa jasa dapat ditabung dengan cara
memelihara hukum Taurat dengan cermat, “perbuatan menurut hukum Taurat” merupakan
jalan keselamatan.[8] Orang
Yahudi mengakui bahwa mereka adalah bangsa pilihan Tuhan. Karena memang dari
pemanggilan nenek moyangnya, sehingga mereka tahu bahwa mereka bangsa yg
dipilih Tuhan. Ketika mereka keluar dari Mesir, dan tiba di tanah Kanaan.
Itulah kata-kata yg mereka ingat bahwa mereka ialah bangsa pilihan. Syarat
mereka supaya tetap menjadi bangsa pilihan ialah Keluaran 19 : 5-6 dan isi perjanjian
itu adalah Keluaran 34:2-28 yaitu Hukum Tauratlah isi Perjanjian itu.[9]
2.4.Kontraversi Yesus dengan Pemimpin
Agama Yahudi
Pengajaran Yesus sangat berbeda dengan pendekatan para ahli
Taurat yang berpusat pada huruf-huruf hukum. Pendekatan terhadap Perjanjian Lama
itulah yang menjadi pertikaian Yesus dengan para ahli Taurat, yg berpegang
teguh pada ajaran tradisional mereka.Tua-tua
Yahudi memahami bahwa mereka adalah umat yang terikat dalam satu perjanjian
dengan Allah. Siapa yang hidup dalam perjanjian itu, maka diaharus tunduk dan
taat kepada perjanjian itu yaitu Hukum Taurat. Semua yang tidak tunduk kepada
Hukum Taurat, berarti bukan umat Allah karena tanda keumatan dicerminkan
melalui ketaatan Hukum Taurat.Lalu Yesus muncul dan mengatakan “Akulah penggenapan Hukum Taurat” (Matius
5:17). Itu berarti Yesus memposisikan diriNya sebagai tanda perjanjian antara
Allah dengan Israel.[10]
Yesus bukan seorang yang tidak mau tunduk kepada hukum. Perhatian Yesus adalah
menafsirkan Perjanjian Lama dengan sebenar-benarnya sebagai pedoman untuk
mengenal kehendak Allah. Kekhasan pendekatan Yesus ini terletak pada
jawaban-Nya terhadap suatu pertanyaan yg
iklas: “Perintah manakah yg paling penting dari semua perintah ?” Pokok itu
sering timbul dalam perdebatan ahli-ahli Taurat. Yesus menjawab dengan mengutip
nats, perintah agar mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama
seperti diri sendiri (Mrk. 12:28-34). Bagi Yesus Kasih adalah yang pertama dan
kalau itu berarti membengkokkan atau menyampingkan peraturan-peraturan yang
disusun turun temurun oleh Para Ahli Taurat , maka itulah yang harus dilakukan.
Manusia yang dipedulikan Allah, jadi manusia diutamakan diatas
peraturan-peraturan.[11] Jadi, Yesus memandang bahwa perjanjian di gunung
Sinai bukanlah puncak tetapi pengantar digenapkannya isi perjanjian itu, dan
sesungguhnya isi perjanjian yang akan digenapkannya itu adalah Yesus Kristus.
Itu sebabnya Yesus katakana :Akulah jalan
kebenaran dan hidup (Yoh.14:6).[12]
2.5.Ajaran Keselamatan Menurut Paulus
Kita mulai dengan tinjauan atas wawasan Paulus
tentang anugerah Allah. Itu jelas sekali dalam ajarannya tentang keselamatan
dalam surat Roma. Ia menegaskan bahwa orang-orang berdosa “oleh anugerah telah
dibenarkan dengan Cuma-Cuma” (Roma 3:24), kendati manusia harus mengambil
pembenaran ini bagi dirinya sendiri melalui iman. Apa yang disediakan Anugrah ,
diterima oleh Iman (bnd Roma 4:16). Dengan demikian Paulus dapat menyimpulkan
keselamatan sebagai “karena Anugrah … oleh Iman” (Ef.2:8). Keyakinan yang kuat
tentang karya Anugrah Allah ini tidak terbatas pada surat Roma saja. Itu juga
muncul dalam surat-surat Korintus. Dalam I Korintus 1 : 4 anugerah Allah yang
dianugerahkan dalam Kristus dikatakan membuat jemaat itu kaya dalam perkataan
dan pengetahuan. Orang dibenarkan oleh anugrah-Nya (Tit 3:7). Seluruh rencana
keselamatan dipandang sebagai penampakan Anugrah Allah (Tit 2:11).[13] Dengan demikian, anugrah Allah
adalah penggerak, dan penebusan oleh Kristus adalah penyebab yang berjasa untuk
keselamatan kita. Keselamatan melalui perbuatan adalah hal yg mustahil, tetapi
keselamatan oleh anugrah sudah pasti.[14]
2.6.Ajaran
Keselamatan Menurut Yudaisme Kristen
Ketaatan kepada Taurat Allah adalah Ungkapan
kepercayaan kepada Allah ; dan hanya mereka yang mempersembahkan kepercayaan
seperti itu kepada Allah yang benar-benar menjadi Umat-Nya dan kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Intisari
Teologi mereka dituliskan dalam Kisah Para Rasul 15:1 Beberapa orang dating dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada
saudara-saudara disitu : “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang
diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan”. Ibu kota Yudea yaitu
Yerusalem berarti orang-orang Yahudi, dan Antiokhia dimana orang-orang yang
mula-mula mengikut Kristus yang disebut Kristen. Sunat adalah tradisi Abraham.
Adat istiadat Musa yaitu Hukum Taurat.[15]
Pentingnya Taurat telah menyelubungi konsep perjanjian dan telah menjadi
syarat keanggotaan Umat Allah. Lebih penting lagi, ketaatan kepada taurat telah
menjadi dasar keputusan Allah bagi
seseorang. Taurat merupakan dasar pengharapan orang yang setia ,pembenaran,
keselamatan, kebenaran, kehidupan. Ketaatan kepada Taurat pun akan mewujudkan
Kerajaan Allah dan akan mengubah seluruh dunia yang telah terkutuk oleh dosa.
Jadi dalam hal ini Taurat berfungsi sebagai perantara antara Allah dengan
manusia. Peran Taurat menjadi ciri khas kerabian Yudaisme ; Taurat menjadi
satu-satunya perantara Allah dengan manusia ; seluruh hubungan lain antara
Allah dengan manusia, Israel, bahkan dunia pun ditentukan oleh Taurat.
Kebenaran dan kehidupan di dunia yang akan datang diperoleh melalui ketaatan
kepada Taurat. [16]
2.7.Kontraversi Paulus dengan Yudaisme Kristen
Dalam hal ini Pengajaran Paulus sangat berbeda
dengan pengajaran yang dilakukan oleh Yudaisme Kristen. Pandangan Yudaisme
mengatakan wewenang Yesus hanya untuk
menebus dosa manusia, untuk membersihkan dosa, dosa kita , tidak sampai
memperoleh keselamatan, jika manusia sudah ditebus dosanya, belum tentu dia
selamat. Bahwa hukum adalah alat untuk mencapai keselamatan, bagi mereka hukum
adalah air kehidupan, roti kehidupan dan damai. Sedangkan bagi Paulus
Kristuslah jalan kepada keselamatan dan
keselamatan bukan diperoleh karena tunduk kepada hukum taurat. Manusia dibenarkan karena iman dan bukan
karena ia melakukan hukum taurat (Rom.3:28), tetapi Paulus tidak
menyalahkan Hukum Taurat karena Taurat akan tetap sebagai Hukum Allah, Taurat
itu bukanlah dosa (Rom 7:7). Melainkan kudus, benar dan tidak (Rom 7:12).[17]
2.8.Tokoh-tokoh
dalam kelompok Aliran Teologia pada Zaman Patriakh
2.8.1.Aliran
Moralisme
a.
Tertulianus
Tertulianus
adalah Bapa Teologi Latin yang menulis banyak karya dalam bahasa-bahasa latin.
Ia adalah pembela iman Katolik Ortodoks yang gigih, namun pada tahun akhir
hidupnya ia meninggalkan gereja yang Am dan menjadi anggota serta pemimpin
aliran Montanisme di Kartago, Afrika Utara. Tertulianus memiliki watak yang
keras, itulah sebabnya ia memilih Montanisme yang bersikap keras terhadap orang-orang yang murtad dalam
penghambatan. Tertulianus mempertahankan asas perkawinan monogamy. Ia menolak
pernikahan yg kedua. Sebab pernikahan yg kedua hanyalah diperbuat oleh orang
yang bukan Kristen karena pernikahan yang kedua dipandangnya sebagai tindakan
poligami. Pernikahan kesatuan Rohani dari 2 jiwa dan kesatuan itu berlaku mulai
dari bumi hingga di seberang kubur. Ia menolak hiburan umum dengan tegas, Ia
berpendapat bahwa kesenangan dari hiburan umum adalah salah satu dosa dunia dan
bertentangan dengan iman Kristen serta hukum displin Kristen.[18]
Wawasannya
mengenai rahmat dan peranan manusia dalam jalan keselamatan membuatnya menjadi
perintis Teologi. Sesudah pengampunan dosa dalam baptisan, Allah mengaruniakan
Roh Kudus yang menunjang usaha manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak
Tuhan.[19]
b.
Origenes
Origenes
adalah seorang Bapa apologetika yang gigih mempertahankan kebenaran iman
Kristen.[20]
Origenes menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam hari
dengan belajar dan berdoa, serta tidur dilantai tanpa alas. Dalam pendidikan
serta teologinya dia berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan
dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani merupakan persiapan
untuk memahami Kitab Suci. Ia percaya akan eksistensi roh sebelum lahir dan
mengajarkan bahwa keberadaan manusia diatas bumi ini ditentukan oleh
perilakunya ketika dalam keadaan sebelum lahir. Ia menolak paham kebangkitan
daging dan mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan keselamatan
bagi semua manusia.[21]
Origenes
mengajarkan bahwa inkarnasi berlangsung melalui proses yang perlahan-lahan.
Logos itu telah ada sebelum penciptaan dan sejak semula pula telah mengenakan
jiwa. Jiwa itu melekat pada logos karena cintanya yang hangat. Jiwa itu menikah
dengan Logos dan kemudian mengambil tubuh dari perawan Maria serta menjadi
manusia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang berdosa. Ia juga mengajarkan bahwa
semua mahkluk ciptaan Allah akan mengalami keselamatan, termasuk didalamnya
iblis dan malaikat yang memberontak kepada Allah. Pada akhirnya, segala sesuatu
akan dipersatukan kembali,lalu terjadi lagi kejatuhan ke dalam dosa dan
terbentuklah dunia yang baru lagi. Dengan demikian akan terdapat serentetan
dunia baru.[22]
2.8.2.Aliran
Sakramentalisme
a.
Irenaeus
Irenaeus
adalah orang Yunani, yang lahir di Asia Kecil dari keluarga Kristen.[23]
Ajaran Irenaeus ialah sama seperti jiwa, begitu juga tubuh manusia diciptakan
oleh Allah. Maksud Allah ialah supaya tubuh dan jiwa itu kelak diberi hidup
kekal. Namun, karena manusia jatuh kedalam dosa, tubuh dan jiwa itu tidak dapat
tidak harus binasa. Tetapi, ia berkenan kepada Allah untuk menebus kita.
Kristus, yang adalah Allah sepenuhnya, mengenakan tubuh dan jiwa manusia. Tubuh
dan jiwa itu, karena penggabungan yang erat dengan bagian Kristus yg Ilahi,
mengambil alih sifat keIlaihan , yaitu kekekalan. Dengan demikian, sesudah
mati, kemanusiaan Kristus bangkit pula dan ikut naik ke sorga. Tetapi setiap
kali Ekaristi dinyalakan, tubuh itu diterima oleh orang percaya. Kita memakan tubuh
Kristus lalu tubuh itu menjadi suatu obat, semacam ragi, yg lama kelamaan
mengubah sifat dan jiwa kita menjadi kekal. Ia menganggap sakramen sebagai
“ragi (obat) kekekalan”. Teologi Irenaeus bercorak sakramentalistis. Artinya, Anugrah Allah disalurkan kepada kita
terutama melalui sakramen.[24]
2.8.3.Aliran
Gnostik
a.
Valentinus
Valentinus
adalah tokoh Gnostik yg terkenal, ia dilahirkan sekitar tahun 100. Pada mulanya
ia menyebarkan Gnostik di Aleksandria, tetapi kemudian pindah ke roma.
Valentinus pindah keroma dan keluar dari gereja karena ia kecewa terhadap
gereja. Ia berambisi untuk menjadi uskup, namun tidak berhasil. Valentinus
mengajarkan bahwa pada mulanya, sebelum adanya waktu, terdapat satu aion yang disebut Butos (Kedalaman). Ia juga disebut Permulaan yg Pertama Bapa yg
Pertama. Tempat kediaman sangat tinggi. Butos tidak dapat disebut namanya, tak
dapat dilihat, kekal dan sempurna . Bersama Butos terdapat aion yg lain, yaitu Ennonia
(Pikiran) yg disebut juga anugrah atau kesunyian. Butos dan Ennonia melahirkan
30 pasangan aion. Keseluruhan aion itu membentuk Pleroma. Pasangan aion
yang pertama diberi nama Monogenes
(Anak Tunggal) dan Aletheia
(Kebenaran). Aion-aion itu mempunyai
derajat yang bertingkat-tingkat. Makin dekat dengan Butos ia makin sempurna.
Makin jauh dari Butos, ia makin kurang sempurna. Valentinus mengajarkan bahwa
Demiurgos menciptakan manusia yaitu Yesus. Sewaktu Yesus dibaptis, aion Kristus turun kepada Yesus dalam
bentuk burung merpati. Yesus mengajarkan Gnosis kepada murid-murid-Nya yang
terdekat saja. Aion Kristus
meninggalkan Yesus ketika Yesus dibawa untuk disalibkan sehingga Kristus tidak
menderita dan mati. Yang mati adalah manusia jiwani itu saja. Keselamatan hanya
dapat diperoleh melalui Gnosis (Pengetahuan Rahasia). Gnosis itu adalah
pengetahuan tentang siapakah kita dahulu,lalu kita menjadi apa, dimanakah kita
dahulu, kemudian ketempat manakah kita akan pergi, dari apa kita diselamatkan,
apakah kelahiran dan apakah pula kembali itu.[25]
b.
Clemens
dari Alexsandria
Clemens
dari aleksandria adalah seorang Bapa Gereja dari Gereja Timur pada periode
Gereja Lama. Pentingnya Clemens dari Aleksandria dalam sejarah Gereja adalah
keberanian dan keberhasilannya dalam mengadakan hubungan yang baik antara Iman
Kristen dengan Filsafat. Pada masa ini orang takut untuk menghubungkan
(memperdamaikan) antara kedua hal itu, karena akan membawa pada kesesatan.
Usaha tersebut didasarkan pada pertimbangannya, bahwa jikalau gereja menutup
diri terhadap kebudayaan dan filsafat Yunani, maka gereja akan tertutup bagi
orang-orang yang berpendidikan. Clemens berpendapat bahwa didalam filsafat
yunani terdapat kebenaran-kebenaran. Dalam hubungan Gnostik, Clemens berpendapat
bahwa iman dan gnosis tidak ada
pertentangan. Iman diperlukan bagi setiap orang Kristen. Namun disamping iman
masih ada hal yang lebih tinggi, yaitu gnosis
(pengetahuan). Gnosis itu diperlukan
oleh orang Kristen yang dapat berpikir lebih mendalam. Gnosis (pengetahuan) tidak menghilangkan iman tetapi menerangi
iman. Iman adalah permulaan pengetahuan dan karena itu iman harus berkembang
hingga menjadi pengetahuan (gnosis). Oleh karena itu, tanpa iman tidak mungkin gnosis itu ada.[26]
c.
Tatianus
Tatianus
adalah seorang yang berusaha untuk mencari kebenaran. Pada akhirnya, ia
menemukan dalam kekristenan. Ia mempelajari filsafat Yunani dan agama-agama
lainnya, namun ia tidak memperoleh kepuasan batin. Pada akhirnya ia
memperolehnya, ia menemukannya dalam kekristenan .Ia memperoleh kedamaian
setelah membaca Alkitab . Tatianus tertarik karena karena Alkitab menekankan
kesucian hidup. Kemungkinan Tatianus bertobat menjadi seorang Kristen di Roma,
ketika ia berkenalan dengan Yustinus Martir disana. Dengan demikian ia menjadi
Kristen karena belajar kepada Yustinus Martir. Sesudah kematian Yustinus
Martir, Tatianus terpengaruh oleh aliran Gnostik dan mendirikan sektenya
sendiri yang disebut Enkratit. Ia kemudian tinggal di Antiokhia dan mengajar
disana. Ia memperoleh banyak pengikut. Tatianus menulis banyak karangan yang
sebagian besar telah hilang. Terdapat dua tulisannya yang terpenting, yaitu Wejangan kepada orang Yunani dan Diatessaron. Tatianus menyatakan bahwa
orang Kristen hanya menyembah Allah dan hanya takut kepada-Nya saja. Allah itu
tidak dapat dilihat dengan mata manusia. Allah tidak mempunyai permulaan dan Ia
sendiri adalah permulaan segala sesuatu. Allah adalah Roh dan menciptakan
segala sesuatu bagi kepentingan manusia. Ia juga menguraikan tentang penciptaan
, kejatuhan manusia kedalam dosa, kebangkitan orang mati, dan penghukuman.[27]
III.
Kesimpulan
Melalui
kematian Kristus semua karunia Ilahi dan penyelamatan Allah akan terwujud .
Yesus melakukan Hukum Taurat berlandaskan belas kasih. Pemimpin Yahudi
menekankan dan beranggapan bahwa dengan melakukan hukum taurat akan mendapatkan
keselamatan dari Allah. Itulah jalan keselamatan yang seutuhnya menurut
pemimpin agama Yahudi. Paulus menekankan bahwa keselamatan itu adalah karya
Allah melalui Yesus Kristus. Keselamatan
itu bukanlah karya manusia dengan taat atau ketika melakukan hukum taurat ,
tetapi ketika hanya oleh karena anugrah yang diterima manusia dalam iman , yang
dimana iman itu kepada Yesus Kristus. Yudaisme Kristen menekankan keselamatan
itu hanya dapat diperoleh dengan ketaatan kepada perintah-perintah dalam hal
Taurat dan sunat, sebagai tanda perjanjian .
IV.
Daftar
Pustaka
…., Ensklopedia
Alkitab Masa Kini Jilid (M-Z), (Jakarta : Yayasan Bina Kasih, 1998), 375
Millard J.Erickson, Teologi Kristen Volume Tiga, Malang : Gandum Mas, 2004
W.R.F. Browning, Kamus
Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2016
Henry C.Thiessen, Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas, 1993
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung : Yayasan Kalam Hidup,
2002
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1987
Donald Guthrie, Teologi
Perjanjian Baru 2, Jakarta : Gunung Mulia , 2016
Catatan Senior (Roni Rezeki Manihuruk) Rekaman Akademik Dogmatika II (Medan : STT AS Medan 2017).
R.T. France, Yesus
Sang Radikal, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2009
Dikutip dari Sajian Senior, Dogmatika II, Egia Satria Ginting
III/A Theologia, 2017
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam
Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 2009
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta : Gunung Mulia, 2015
A.
Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah KeKristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012
[1] …., Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid (M-Z), (Jakarta : Yayasan Bina
Kasih, 1998), 375
[2] Millard J.Erickson, Teologi Kristen Volume Tiga, (Malang :
Gandum Mas, 2004), 69
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2016),
199
[4] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (USA: ALI,
2012), 85
[5] Henry C.Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang : Gandum
Mas, 1993), 307
[6] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2,
(Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002), 175-179
[7] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 1987), 324
[8] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2,(Jakarta :
Gunung Mulia , 2016), 127
[9] Catatan Senior (Roni Rezeki
Manihuruk) Rekaman Akademik Dogmatika II (Medan : STT AS Medan 2017).
[11] R.T. France, Yesus Sang Radikal, (Jakarta :
BPK-Gunung Mulia, 2009), 94-95
[13] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, 270-272
[14] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 85
[16]
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian
Baru Jilid 2, 271-272
[17] Dikutip dari Sajian Senior, Dogmatika II, Egia Satria Ginting III/A Theologia, 2017
[18] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2009), 179-180
[19] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : Gunung
Mulia, 2015), 43
[20] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 152
[21] A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah
KeKristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), 13
[22] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 153
[23] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009), 9
[24] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 66
[25] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 197
[26] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 58-59
[27] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 175-176