Sejarah Kekristenan di
India
I.
Pendahuluan
Pentingnya mempelajari perkembangan sejarah
kekristenan khususnya di India akan diperjelas di dalam sajian ini. Secara
singkat, sejarah besar kekristenan di India di bagi menjadi dua gelombang yaitu
Misi Gereja Katolik Roma dan Misi Protestan. Misi Gereja Katolik Roma dilakukan
oleh seorang dari Serikat Yesuit bernama Fransiscus Xavierus dan Misi Protestan
dilakukan oleh seorang dari Gereja Baptis. Bagaimana sejarahnya dengan
penjelasan yang lebih terperinci? Dapat
diperhatikan dari pada sajian ini.
II. Pembahasan
2.1. Periode Awal Pemberitaan Injil di India
2.1.1. Sejarah Kuno
Menurut Kisah Rasul Tomas, setelah hari pentakosta
kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan kemana setiap rasul diutus
untuk mengabarkan Injil. Rasul Tomas mendapat tugas di India tetapi ia tidak
pergi ke sana. Oleh karena itu, Tuhan mengatur agar Tomas dijual sebagai budak
kepada seorang pedagang dari India yang bernama Habban, yang dating ke
Yerusalem untuk mencari tukang kayu. Di India, Tomas disuruh membangun istana
untuk raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang itu digunakan untuk membantu orng
miskin, sehingga raja Gudnaphar marah. Namun pada akhirnya ia bersama adiknya
Gad menerima “tiga tanda materai Kekristenan” yaitu urapan minyak, baptisan dan
perjamuan kudus.
Gereja Mar-Tomas adalah hasil dari pekabaran injil
oleh rasul Tomas di India Selatan yang mempertahankan tradisi kuno baik dalam
bentuk puisi maupun nyanyian, bahwa Tomas datang ke Malabar pada tahun 52 M. penemuan
purbakala mendukung sebagian cerita Tomas, tahun 1834 ditemukan beberapa mata
uang logam dengan tulisan nama Yunani “Gundaphoros”; hal ini membuktikan bahwa
ada seorang raja yang bernama Gundaphoros berkuasa di Punjab pada abad pertama.
Ternyata Gundaphorus adalah raja terpenting di India utara pada zaman itu.[1]
2.1.2.
Gambaran
India Secara Umum[2]
Di India
ada terdapat hampir 200 bahasa yang berlain-lain. Bahasa Hindustani
sekarang menjadi bahasa resmi di India. Di India keyakinan keagamaan itu
merupakan dasar dan pemupuk kebudayaan dan peradaban. India juga dipandang
sebagai negeri kelahiran dilapangan agama-agama dunia.
Penduduk
India sebagian besar bertani. Namun India tidak dapat memenuhi kebutuhan
sendiri akan makanan. Kira-kira 20 sampai 30% dari penduduk menderita
akibat-akibat kekurangan makanan yang timbul. Sebagian besar orang-orang India
beragama Hindu.
2.1.3. Misi Penginjilan Katolik Roma
Bulla Paus Alexander VI mempercayakan tugas kepada
raja spanyol dan raja Portugal mengabarkan iman Katolik di negara-negara yang
baru ditemukan di seluruh dunia. Raja Spanyol maupun raja Portugal pada masa
itu merupakan orang katolik yang saleh.[3]
Pada akhir abad ke-16 Gereja Katolik Roma sudah kuat di Goa, dan berkembang di
daerah pantai India, di wilayah jajahan Portugis. Perluasan gereja di luar
wilayah jajahan Portugal menemui kesulitan. Agama Hindu sudah mendarah daging
dalam masyarakat dan budaya India. Gereja Katolik Roma berusaha menginjili
bangsa Moghul. Kaisar Akhbar mengajak serkat Yesus yang berpusat di Goa
mengutus pekabar injil untuk mengajarkan iman Katolik di sana. Tiga rombongan
misi diutus ke sana, yakni pada 1576, 1790 dan 1594. Kaisar Akhbar memberi izin
kepada rakyatnya untuk memeluk agama Kristen, dan sebuah gereja dibangun di
Lahore.[4]
2.2. Misi Protestan di India
Hubungan antara kekristenan dan
kolonialisme semakin rumit. Berbeda dari raja-raja Portugal, perumasahan
Inggris, East India Company (EIC),
sama sekali tidak berhasrat mengabarkan Injil. Tujuan satu-satunya adalah
memperoleh kekayaan. Maka pendeta-pendeta yang diutus ke India ditugaskan hanya
untuk melayani orang Eropa, dan pegawai perusahaan. Akan tetapi, golongan
Kristen Evangelikal memberi tekanan pada EIC melalui parlemen di Inggris,
sehingga badan ini terpaksa membuka bebrapa kelonggaran. Sesudah mengambil
tambuk pimpinan pemerintahan di India pada tahun 1858, pemerintah Inggris
bersikap netral dan toleran terhadap semua agama.seorang yang bernama Carrey
menjadi pelopor gelombang baru misi protestan di India. Banyak seklai tantangan
yang dihadapi dia. Dengan segala usaha bersama dengan ketiga pekabar injil di
Serampore (terkenal sebagai “Serampore Trio” merupakan langkah awal yang snagat
bermakna dalam usaha perkembangan kekristenan di India.
Sekolah-sekolah dibuka, termasuk
pada tahun 1819 dibuka perguruan tinggi di Serampore, yang kemudia ditingkatkan
menjadi Universitas. Di situ diajarkan teologi Kristen, filsafat India dan ilmu
pengetahuan barat. Di wilayah jajahan Inggris, EIS mengangkat pendeta-pendeta anglikan
dnegan tugas melayani pegawai-pegawai berkebangsaan Inggris. Tekanan kaum
evalengikal di parlemen Inggris menghasilkan perubahan-perubahan dalam anggaran
dasar EIC pada tahun 1813 dan 1833, awalnya penginjilan berkurang lalu
dihapuskan. Maka banyak lembaga pekabaran injil mengutus tenaga ke India. Dalam
waktu 10 tahun, Curch Missionary Society (Anglikan) mengutus 26 orang ke India
dan jumlahnya terus bertambah. Pada tahun 1851 ada 339 orang pendeta Protestan
di India, kebanyakan bersama dengan keluarga, diutus oleh 19 lembaga misi.
Orang Kristen Prostetan di India diperkirakan berjumlah lebih dari 90.000
orang.[5]
2.3. Tokoh dan Metode Pekabaran Injilc
a. Fransiscus Xaverius
Fransiscus Xavier lahir pada tahun 1506 di daerah
pegunungan Baskis, Spanyol Utara,[6]
tepatnya ia dilahirkan dalam istana Xavier di Navarre.[7]
Ia kuliah di Universitas Paris bersama dengan Ignatius Loyola, yang mengajaknya
mendirikan Serikat Yesuit.[8]
Ayahnya adalah seorang pejabat tinggi di Spanyol. Juan de Yasu namanya.[9]
Xaverius diutus pada tahun 1541 sebagai tanggapan terhadap permohonan Raja
Portugal. Xaverius tiba di Goa pada bulan Mei 1542dan tinggal di sana selama
beberapa bulan. Dia melayani para nelayan di desa-desa Parava, lalu mengunjungi
Tranvancore dan Sri langka. Xaverius memakai anak-anak untuk mengajar orangtua
mereka dengan empat pokok pernyataan iman Katolik yaitu Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh
Hukum Taurat serta Ave Maria dengan cara menghafalkannya dengan sempurna. Diperkirakan
selama sepuluh tahun pelayanannya, ia membaptis 700.000 orang. Pada tahun 1552
Xaverius diangkat menjadi pemimpin Ordo Yesuit di wilayah Timur.[10]
b. Roberto Da Nobili
Nobilli dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan
pada tahun 1577. Pada umur 20 tahun ia memasuki Ordo Yesuit yaitu pada tahun
1597. Kemudia dia diutus ke India dan tiba di sana pada tahun 1605.[11]
Di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa Tamil. Ia melihat dua
masalah yang merupakan rintangan berta bagi usaha mengabarkan injil di India,
yaitu : (1) Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis
; (2) Para pekabar Injil menolak system kasta, yang berurat-berakar dalam
kebudayaan India. Sehingga orang yang beralih agama menjadi Kristen berasal
dari kasta yang paling rendah. Akan hal itu ia menyesuaikan diri sejauh mungkin
dengan kebudayaan setempat. De Nobili menjauhkan diri dari rekan-rekannya
berkebangsaan Portugis dan memilih bertempat tinggal di bagian kota yang di
diami orang Brahman. Tanda di muka rumahnya menerangkan bahwa ia bukan seorang
“Perangi” (Portugis), melainkan seorang bangsawan Italia. Pada tahun 1609 de
Nobili sudah membaptis 63 orang bangsawan India termasuk beberapa orang
Brahman.[12]
c. William Carrey
Ia dilahirkan dari sebuah keluarga miskin di
Northhamptonshire, Inggris, pada tahun 1761. Orangtuanya adalah anggota gereja
Anglikan dan Carey menerima baptisan dalam gereja itu. [13]
Carrey menjadi seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus takkala beliau berusia
18 Tahun. Pada tahun 1786 William Carrey ditahbiskan menjadi seorang pendeta
gereja baptis. Beliau ditugaskan untuk melayani kaum buruh kecil di kota
Moulton, Inggris. Pada periode tahun 1786-1792, Carrey merasa semakin terbeban
untuk melaksanakan tugas penginjilan sedunia.[14]
Lembaga Pekabaran Injil Baptis mengirim Carrey sebagai pekabar Injilnya yang
pertama ke India[15]
pada tahun 1793.[16]
Carrey menumpang kapal barang Denmark, ia berangkat ke India dan tiba di Malda
sebagai pusat kegiatan pekabaran Injilnya yang pertama.[17]
Ternyata British East India Company (BEIC,
sebuah korporasi sejenis VOC) ternyata tidak bersedia mendukung pengiriman
utusan Injil ke India. Akibat latang BEIC, Carey tidak dapat cepat melayani
setelah mereka tiba di sana[18]
sehingga Carey bekerja pada sebuah perkebunan nila sambil mempelajari bahasa-bahasa
di India. Selama lima tahun ia menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahaasa
Bengali dan mengunjungi 200 desa di India. Ia baru dapat menerbitkan terjemahan
lengkap pada tahun 1809.[19] Kegiatan-kegiatan Carey di India berdasarkan
pandangan-pandangannya yang prinsip dalam bidang pekabaran injil:
1.
Pekabaran
injil harus dikerjakan seluas mungkin.
2.
Pekabaran
injil harus dilakukan dalam bahasa-bahasa yang dipahami oleh para pendengar.
3.
Penyebaran
Alkitab seluas mungkin dalam bahasa setempat.
4.
Mendirikan
gereja secepat mungkin.
5.
Segera
mendidik bangsa pribumi untuk menjadi pemberita Injil/ Pendeta.[20]
Pada
umumnya Carey Menarik orang kasta rendah, sedangkan beliau banyak berjasa juga
untuk pendidikan kaum wanita.[21]
d. Sandhu
Sundar Singh
Sadhu Sundar Singh berasa dari kelaurga sinkh
yang cukup berada. Kehidupannya berubah sejak kematian ibunya. Mulai dari situ
ia mulai membenci orang Kristen dan Tuhan yang mereka percayai. Pada Desember
1904 ia membakar sebuah Alkitab di depan ayahnya. Dan ia berdoa agar Allah yang
belum dikenalnya menampakkan dri dihadapannya. Dan pada malamnya dia melihat
terang bersinar di kamarnya. Dan mulai percaya kepada Allah. Pada tahun 1905 ia
dibaptis pada umur 16 tahun. Ia memutuskan untuk menjadi seorang Sadhu Kristen.
Sadhu adalah sebutan untuk Guru di agama India. Ia mulai mengajar dari satu
tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki. Dari desa satu ke desa lain.
Kehidupannya yang sederhana dan kesalehannya yang sungguh-sungguh mengesankan
banyak orang membuat banyak orang menerima Yesus di dalam hati mereka. Mulai
tahun 1920 sampai 1922 Singh berkunjung ke Eropa dan Amerika. Pada tahun 1929,
dalam keadaan yang kurang sehat, ia pergi ke Tibet dan tidak terlihat lagi. Di
duga mati dalam perjalanan. [22]
e. Vengal
Chakkarai
Vengal chakarai ialah tokoh teolog dari india.
Ia lahir pada tahun 1880 di Madras dari keluarga hindu.[23]
Ia adalah seorang yang berkasta tinggi. ia mengikuti pendidikan Kristen pertma
kali di sebuah sekolah Kristen di Madras pada tahun 1897 dan lulus pada tahun
1901 dari jurusan filsafat. Ia dibaptis pada tahun 1903. Ia berusaha
menjelaskan iman Kristen dari sudut pandang orang Hindu.[24]
Ia mengarang buku Jesus the Avatar tahun
1927, The Cross and the India thought tahun
1932 dan sering menulis artikel untuk surat kabar The Guardian di Inggris. Teologinya bersifat Kristosentris.[25]
Beberapa Pemahaman Chakarai :
1.
Bertolak
dari konsep hindu “avatar” Chakarai menggambarkan pribadi Yesus seperti avatar
yang satu-satunya yang abadi. Manusia tidak dapat engenal Allah kecuali melalui
Yesus, penjelmaan Allah. Yesus adalah manusia sejati dan Allah sejati. Kita
mengenal Yesus melalui penyerahan hidup dengan penuh kasih kepada-Nya.[26]
2.
Yesus
adalah benar-benar manusia (sat purusa)
3.
Roh
Kudus adalah Kristus sendiri yang terus ada dan bekerja hingga saat ini.
4.
Allah
tidak dapat dilihat sebagai pencipta dosa.
5.
Manusia
sendiri yang bertanggung jawab atas dosa yang mereka lakukan.
6.
Pengetahuan
tentang Allah bukan bersifat intelektual (jnana) melainkan sebuah pengalaman
personal dengan Allah sendiri (anubhava). Pengetahuan ini disebut oleh
chakkarai sebagai bakti marga.
7.
Dosa
dilihat sebagai sebuah borgol (pasa) yang mencegah jiwa manusia (pasu) untuk
mencapai Tuhan.
8.
Esensi
dosa adalah keinginan untuk mecari Misteri yang teralang.[27]
2.4. Faktor Penghambat Perluasan Kekristenan di
India
Sistem kasta termasuk itni pokok kebudayaan Hindu.
Kitab suci Hindu Veda menggambarkan 4 golongan utama : Brahman (Imam dan
pemikir), Ksatria (penguasa), Vaisa (Pedangan, Petani, Tukang), dan Sudra (
Buruh, Pekerja, Pegawai Sederhana), yang terakhir disebut Paria atau di luar
kasta, yang tidak dapat disentuh. Setipa kasta mempunyai fungsi dan peranan
dalam keseluruhan masyarakat.
Adanya system kasta menimbulkan dua pokok persoalan
bagi misi Kristen baik katolik maupun protestan.
1)
Apakah seharusnya kasta ditolak sebagai suatu
system keagamaan, yang idka dapat dipisahkan dari agama Hindu, atau dibiarkan
sebagai system sosial saja? Para utusan injil ingin menyesuaikan diri sejauh
mungkin dengan kebudayaan India, tetapi engan menghindari bahaya Sinkretisme.
2)
Menghadapi masyarakat India yang
bertingkat-tingkat. Kasta manakah yang seharusnya diprioritaskan dalam
pekabaran Injil? Ada yng menganggap kasta tertinggi golongan strategis, sedangkan
yang lain menganggap kasta rendah lebih terbuka terhadapa Kekristenan.[28]
2.5.
Sumbangsi
Sejarah Kekristenan di India
Sesudah
mengambil tampuk pimpinan pemerintahan di India pada tahun 1858, pemerintah
Inggris bersikap netral dan toleran terhadap semua agama, “Pax Britannica”
menegakkan stabilitas di India serta melindungi hak-hak orang Kristen dari
ancaman tetangga-tetangga yang beragama Hindu. Pemerintah tidak melarang
penginjilan, tetapi juga mendukungnya. Namun pemerintah memberikan dana kepada
sekolah-sekolah Kristen. Ratusan pekabar Injil berbondong-berbondong datang ke
India pada abad ke-19. Mereka tidak diutus oleh pemerintah penjajah, bahkan
kadang-kadang menghadapi oposisi yang kuat dari pihak pemerintah. Namun tak
dapat dibantah bahwa pekabar-pekabar Injil datang ke India bersamaan dengan
penjajahan Inggris, sehingga keduanya dianggap satu oleh bangsa India.[29]
Atas
permintaan Raja Denmark, maka pada tahun 1706 seseorang Jerman Protestan,
Ziegenbalg (1684-1719), bersama istrinya, mulai memberitakan Injil di
Tranquebar. Beliau termasuk penganut pietisme dan berjasa dalam menerjemahkan
Alkitab kedalam bahasa Tamil.[30]
Sesuatu telah terjadi. Pada pertemuan berikutnya sebuah perkumpulan misi telah
terbentuk. Seorang dokter Kristen, Jhon Thomas, rela melayani di India dan ia
membutuhkan seorang rekan. Carey merelakan diri untuk pergi bersamanya.
Kesuksesan misi selama tiga dekade baru berawal. Menjelang kematiannya pada
tahun 1834, Carey menerjemahkan Alkitab dalam empet puluh empet bahasa dan
membuka beberapa sekolah. Berbagai pusat misi dengan aktif menginjili India dan
sekitarnya, Burma dan Bhutan. Tetapi jauh diatas statistik itu, Carey telah
mengembangkan filsafat misi yang hidup dan mempraktikkannya.[31]
2.6. Pengertian
Dalit
Dalit dalam bahasa sanskerta berarti ‘patah’,
‘diinjak-injak’, ‘tertindas’.[32]
Kata Dalit mirip dengan kata Ibrani dal
yang juga berarti ‘patah’ atau ‘diinjak-injak’.[33]
Dengan demikian, secara etimologi kaum Dalit adalah orang-orang yang ‘patah’
dan tertindas. Orang-orang ini hidup dalam tekanan ekonomi dan sosial.[34]
Kaum Dalit biasanya bekerja sebagai pekerja sewaan oleh para tuan tanah.[35]
Mereka juga adalah orang-orang yang terlempar dari kasta. Secara ekomomi kaum
Dalit termasuk miskin, pekerjaan mereka menjadi budak dan memiliki penghasilan
yang sangat rendah, sedangkan secara politis mereka tidak memiliki kuasa.[36]
Dari sisi keagamaan kaum Dalit dikenal sebagai kaum yang tercemar dalam ritus
keagamaan.[37]
2.7. Pengertian
Teologi Dalit
Teologi dalit adalah cabang teologi Kristen yang
membicarakan pembebasan terhadap sistem kasta di India.[38]
Teologi Dalit muncul sekitar tahun 1980 sebagai bentuk keprihatinan terhadap
kemiskinan dan peminggiran yang dialami oleh kasta rendah India.[39]
Salah satu tokoh penting yang menjadi pionir Teologi Dalit adalah M. Azariah,
seorang Uskup di kota Madras. Tokoh-tokoh lain, seperti Rettamalai Srinivasan
dan Ayyankali merupakan tokoh dan aktivis kaum Dalit pada tahun 1900an.[40]
2.8.
Sumbangsi
Sejarah Kekristenan di India Bagi Hidup Kekristenan di Indonesia
1.
Sejarah
Kekristenan di India, bagi kekristenan bagi Indonesia pada saat ini ialah,
salah satu contohnya yaitu tempat ibadah katolik (Velangkani). Dari bangunan
yang mewah ini, kita dapat melihat ketekunan dan keseriusan mereka dalam
membangun Rohani mereka. hal inilah yang membuat orang yang berdatangan kesana
dapat merasakan berkat Tuhan, sehingga semua orang mengetahui sejarah
kekristenan di India, melalui tempat ibadah katolik ini (Velangkani).
2.
Melalui
sejarah kekristenan di India dapat kita lihat kegigihan para pekabar Injil
sehingga daerah-daerah terpencil di Indonesia dapat mengenal Injil itu melalui
pekabar injil tersebut.
III. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kami para penyaji
menyimpulkan bahwa sebelum Gereja Katolik Roma dan Protestan melalukan
penginjilan ternyata sebagian penduduk India sudah ada yang mengenal Kristen
dengan bukti sejarah adanya Gereja Mar-Tomas di India Selatan dan beberapa
bukti arkeologi. Maka dari itu Gereja Katolik Roma dan Protestan menurut kami
hanya melanjutkan dari pada tugas penginjilan namun dengan metode yang berbeda.
Dan pada akhirnya, pekerjaan penginjilan dari kedua Gereja itu tidak sia-sia
dan hasilnya baik.
IV. Refleksi Teologis
Refleksi teologis yang dapat kami ambil adalah
mengenai bagaimana usaha yang dilakukan oleh pekabar Injil di India dalam
mengabarkan Injil dan bagaimana munculnya Teologi Dalit yang menyerukan pembebasan
terhadap sebuah penindasan. Sistem kasta yang merupakan cara mengkelompokkan
masyarakat India menjadi sebuah kesulitan yang mendasar yang alami oleh
pekabaran Injil. Hal ini juga kita jumpai pada kehidupan dewasa ini, bagaimana
stratifikasi menjadi penghalang dalam memberitakan Injil. Akibat
pengkelompokkan masyarakat (kasta) muncul Teologi Dalit yang menyerukan
pembebasan atas penindasan. Injil hampir tidak tersentuh ke masyarakat bawah
karena mereka tidak dianggap. Markus 2: 17, Yesus berkata: “Bukan orang sehat
yang memerlukan tabib tetapi orang sakit; aku bukan datang bukan untuk
memanggil orang benar melainkan orang berdosa”. Jadi sebagai seorang pekabar
Injil kita harus bias berada di posisi netral dalam hal mengabarkan Injil kita
harus mengabarkan Injil kepada semua kalangan masyarakat. Baik masyarakat bawah
ataupun atas. Baik yang sakit ataupun sehat, baik yang berdosa maupun yang
benar karena Yesuspun melakukan yang terakhir.
V. Daftar Pustaka
Alamadoss, Michael, Teologi Pembebasan Asia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja
Asia, Bandung : BIJI SESAWI, 2014
Curtis, A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta:
Gunung Mulia, 2016
David, M.D., Asia and Christianity, Bombay : Himalaya Publishig Co., 1985
Fabella,Virginia & R.S. Sugirtharajah, The
SCM Dictionary of Third World Theologies, London: SCM
Press, 2003
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia,
Jakarta: Gunung Mulia, 1997
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta:
Gunung Mulia, 2015
Stanley, B., The Bible and the Flag, Leicester: Appollos, 1990
Sugirtharajah, R.S. & Cecil Hargreaves,
Readings In Indian Christian Theology Vol 1,
London: ISPCK, 1995
Van Schine, G., Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani, Jakarta: OBOR,
1995
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 2009
Wolterbeek, J.D., Geredja-Geredja Di Negeri-negeri Tetangga
Indonesia, Djakarta: BPK-GM,1959
Yewangoe, Andreas Anangguru, Theologia Crucis in Asia: Asian Christian
views on suffering in the face of overwhelming poverty and multifaceted
religiosity in Asia, Amsterdam : Editian Rodopi Bv., 1987
[1]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta:
Gunung Mulia, 1997), 14-15.
[2]
J.D. Wolterbeek, Geredja-Geredja Di Negeri-negeri Tetangga Indonesia, (Djakarta:
BPK-GM, 1959), 19-21.
[3]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 44.
[4]
Ibid, 111.
[5]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,119-124.
[6]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2015), 97.
[7]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2009), 192.
[8]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 97.
[9] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 192.
[10]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 98.
[11]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja,144.
[12]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,112-113.
[13]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 53.
[14]
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, (Bandung
: BIJI SESAWI, 2014), 180-182.
[15]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 53.
[16]
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, 185.
[17]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 53.
[18]
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, 185.
[19]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 54.
[20]
F.D. Wellem, Riwayah Hidup Singkat, 53-54
[21]
G.Van Schine, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani, (Jakarta: OBOR, 1995),
192.
[22]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 132-133.
[23]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 75-77.
[24]
Andreas Anangguru Yewangoe, Theologia
Crucis in Asia: Asian Christian views on suffering in the face of overwhelming
poverty and multifaceted religiosity in Asia, (Amsterdam : Editian Rodopi
Bv., 1987), 59-80.
[25]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 134
[26]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 134
[27]
Andreas Anangguru Yewangoe, Theologia
Crucis in Asia: Asian Christian views on suffering in the face of overwhelming
poverty and multifaceted religiosity in Asia, 59-80
[28]
M.D. David, Asia and Christianity, (Bombay
: Himalaya Publishig Co., 1985), 169.
[29]
B. Stanley, The Bible and the Flag (Leicester: Appollos, 1990), 16
[30]
G.Van Schine, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani, 16
[31]
A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen
(Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 114-115
[32]Virginia
Fabella & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies,
(London: SCM Press, 2003), 64-65.
[33] R.S.
Sugirtharajah & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1,
(London: ISPCK, 1995), 37.
[34]
Ibid, 37.
[36]
Ibid, 47-50.
[38]
Ibid, 40-42.