Sejarah Kekristenan di India

Sejarah Kekristenan di India

I.          Pendahuluan
Pentingnya mempelajari perkembangan sejarah kekristenan khususnya di India akan diperjelas di dalam sajian ini. Secara singkat, sejarah besar kekristenan di India di bagi menjadi dua gelombang yaitu Misi Gereja Katolik Roma dan Misi Protestan. Misi Gereja Katolik Roma dilakukan oleh seorang dari Serikat Yesuit bernama Fransiscus Xavierus dan Misi Protestan dilakukan oleh seorang dari Gereja Baptis. Bagaimana sejarahnya dengan penjelasan yang lebih terperinci?  Dapat diperhatikan dari pada sajian ini.

II.       Pembahasan
2.1.       Periode Awal Pemberitaan Injil di India
2.1.1.      Sejarah Kuno
Menurut Kisah Rasul Tomas, setelah hari pentakosta kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan kemana setiap rasul diutus untuk mengabarkan Injil. Rasul Tomas mendapat tugas di India tetapi ia tidak pergi ke sana. Oleh karena itu, Tuhan mengatur agar Tomas dijual sebagai budak kepada seorang pedagang dari India yang bernama Habban, yang dating ke Yerusalem untuk mencari tukang kayu. Di India, Tomas disuruh membangun istana untuk raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang itu digunakan untuk membantu orng miskin, sehingga raja Gudnaphar marah. Namun pada akhirnya ia bersama adiknya Gad menerima “tiga tanda materai Kekristenan” yaitu urapan minyak, baptisan dan perjamuan kudus.
Gereja Mar-Tomas adalah hasil dari pekabaran injil oleh rasul Tomas di India Selatan yang mempertahankan tradisi kuno baik dalam bentuk puisi maupun nyanyian, bahwa Tomas datang ke Malabar pada tahun 52 M. penemuan purbakala mendukung sebagian cerita Tomas, tahun 1834 ditemukan beberapa mata uang logam dengan tulisan nama Yunani “Gundaphoros”; hal ini membuktikan bahwa ada seorang raja yang bernama Gundaphoros berkuasa di Punjab pada abad pertama. Ternyata Gundaphorus adalah raja terpenting di India utara pada zaman itu.[1]
2.1.2.      Gambaran India Secara Umum[2]
Di India ada terdapat hampir 200 bahasa yang berlain-lain. Bahasa Hindustani sekarang menjadi bahasa resmi di India. Di India keyakinan keagamaan itu merupakan dasar dan pemupuk kebudayaan dan peradaban. India juga dipandang sebagai negeri kelahiran dilapangan agama-agama dunia.
Penduduk India sebagian besar bertani. Namun India tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan makanan. Kira-kira 20 sampai 30% dari penduduk menderita akibat-akibat kekurangan makanan yang timbul. Sebagian besar orang-orang India beragama Hindu.
2.1.3.      Misi Penginjilan Katolik Roma
Bulla Paus Alexander VI mempercayakan tugas kepada raja spanyol dan raja Portugal mengabarkan iman Katolik di negara-negara yang baru ditemukan di seluruh dunia. Raja Spanyol maupun raja Portugal pada masa itu merupakan orang katolik yang saleh.[3] Pada akhir abad ke-16 Gereja Katolik Roma sudah kuat di Goa, dan berkembang di daerah pantai India, di wilayah jajahan Portugis. Perluasan gereja di luar wilayah jajahan Portugal menemui kesulitan. Agama Hindu sudah mendarah daging dalam masyarakat dan budaya India. Gereja Katolik Roma berusaha menginjili bangsa Moghul. Kaisar Akhbar mengajak serkat Yesus yang berpusat di Goa mengutus pekabar injil untuk mengajarkan iman Katolik di sana. Tiga rombongan misi diutus ke sana, yakni pada 1576, 1790 dan 1594. Kaisar Akhbar memberi izin kepada rakyatnya untuk memeluk agama Kristen, dan sebuah gereja dibangun di Lahore.[4]
2.2.       Misi Protestan di India
Hubungan antara kekristenan dan kolonialisme semakin rumit. Berbeda dari raja-raja Portugal, perumasahan Inggris, East India Company (EIC), sama sekali tidak berhasrat mengabarkan Injil. Tujuan satu-satunya adalah memperoleh kekayaan. Maka pendeta-pendeta yang diutus ke India ditugaskan hanya untuk melayani orang Eropa, dan pegawai perusahaan. Akan tetapi, golongan Kristen Evangelikal memberi tekanan pada EIC melalui parlemen di Inggris, sehingga badan ini terpaksa membuka bebrapa kelonggaran. Sesudah mengambil tambuk pimpinan pemerintahan di India pada tahun 1858, pemerintah Inggris bersikap netral dan toleran terhadap semua agama.seorang yang bernama Carrey menjadi pelopor gelombang baru misi protestan di India. Banyak seklai tantangan yang dihadapi dia. Dengan segala usaha bersama dengan ketiga pekabar injil di Serampore (terkenal sebagai “Serampore Trio” merupakan langkah awal yang snagat bermakna dalam usaha perkembangan kekristenan di India.
Sekolah-sekolah dibuka, termasuk pada tahun 1819 dibuka perguruan tinggi di Serampore, yang kemudia ditingkatkan menjadi Universitas. Di situ diajarkan teologi Kristen, filsafat India dan ilmu pengetahuan barat. Di wilayah jajahan Inggris, EIS mengangkat pendeta-pendeta anglikan dnegan tugas melayani pegawai-pegawai berkebangsaan Inggris. Tekanan kaum evalengikal di parlemen Inggris menghasilkan perubahan-perubahan dalam anggaran dasar EIC pada tahun 1813 dan 1833, awalnya penginjilan berkurang lalu dihapuskan. Maka banyak lembaga pekabaran injil mengutus tenaga ke India. Dalam waktu 10 tahun, Curch Missionary Society (Anglikan) mengutus 26 orang ke India dan jumlahnya terus bertambah. Pada tahun 1851 ada 339 orang pendeta Protestan di India, kebanyakan bersama dengan keluarga, diutus oleh 19 lembaga misi. Orang Kristen Prostetan di India diperkirakan berjumlah lebih dari 90.000 orang.[5]
2.3.       Tokoh dan Metode Pekabaran Injilc
a.      Fransiscus Xaverius
Fransiscus Xavier lahir pada tahun 1506 di daerah pegunungan Baskis, Spanyol Utara,[6] tepatnya ia dilahirkan dalam istana Xavier di Navarre.[7] Ia kuliah di Universitas Paris bersama dengan Ignatius Loyola, yang mengajaknya mendirikan Serikat Yesuit.[8] Ayahnya adalah seorang pejabat tinggi di Spanyol. Juan de Yasu namanya.[9] Xaverius diutus pada tahun 1541 sebagai tanggapan terhadap permohonan Raja Portugal. Xaverius tiba di Goa pada bulan Mei 1542dan tinggal di sana selama beberapa bulan. Dia melayani para nelayan di desa-desa Parava, lalu mengunjungi Tranvancore dan Sri langka. Xaverius memakai anak-anak untuk mengajar orangtua mereka dengan empat pokok pernyataan iman Katolik yaitu  Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Hukum Taurat serta Ave Maria dengan cara menghafalkannya dengan sempurna. Diperkirakan selama sepuluh tahun pelayanannya, ia membaptis 700.000 orang. Pada tahun 1552 Xaverius diangkat menjadi pemimpin Ordo Yesuit di wilayah Timur.[10]
b.      Roberto Da Nobili
Nobilli dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan pada tahun 1577. Pada umur 20 tahun ia memasuki Ordo Yesuit yaitu pada tahun 1597. Kemudia dia diutus ke India dan tiba di sana pada tahun 1605.[11] Di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa Tamil. Ia melihat dua masalah yang merupakan rintangan berta bagi usaha mengabarkan injil di India, yaitu : (1) Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis ; (2) Para pekabar Injil menolak system kasta, yang berurat-berakar dalam kebudayaan India. Sehingga orang yang beralih agama menjadi Kristen berasal dari kasta yang paling rendah. Akan hal itu ia menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan kebudayaan setempat. De Nobili menjauhkan diri dari rekan-rekannya berkebangsaan Portugis dan memilih bertempat tinggal di bagian kota yang di diami orang Brahman. Tanda di muka rumahnya menerangkan bahwa ia bukan seorang “Perangi” (Portugis), melainkan seorang bangsawan Italia. Pada tahun 1609 de Nobili sudah membaptis 63 orang bangsawan India termasuk beberapa orang Brahman.[12]


c.       William Carrey
Ia dilahirkan dari sebuah keluarga miskin di Northhamptonshire, Inggris, pada tahun 1761. Orangtuanya adalah anggota gereja Anglikan dan Carey menerima baptisan dalam gereja itu. [13] Carrey menjadi seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus takkala beliau berusia 18 Tahun. Pada tahun 1786 William Carrey ditahbiskan menjadi seorang pendeta gereja baptis. Beliau ditugaskan untuk melayani kaum buruh kecil di kota Moulton, Inggris. Pada periode tahun 1786-1792, Carrey merasa semakin terbeban untuk melaksanakan tugas penginjilan sedunia.[14] Lembaga Pekabaran Injil Baptis mengirim Carrey sebagai pekabar Injilnya yang pertama ke India[15] pada tahun 1793.[16] Carrey menumpang kapal barang Denmark, ia berangkat ke India dan tiba di Malda sebagai pusat kegiatan pekabaran Injilnya yang pertama.[17] Ternyata British East India Company (BEIC, sebuah korporasi sejenis VOC) ternyata tidak bersedia mendukung pengiriman utusan Injil ke India. Akibat latang BEIC, Carey tidak dapat cepat melayani setelah mereka tiba di sana[18] sehingga Carey bekerja pada sebuah perkebunan nila sambil mempelajari bahasa-bahasa di India. Selama lima tahun ia menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahaasa Bengali dan mengunjungi 200 desa di India. Ia baru dapat menerbitkan terjemahan lengkap pada tahun 1809.[19] Kegiatan-kegiatan Carey di India berdasarkan pandangan-pandangannya yang prinsip dalam bidang pekabaran injil:
1.    Pekabaran injil harus dikerjakan seluas mungkin.
2.    Pekabaran injil harus dilakukan dalam bahasa-bahasa yang dipahami oleh para pendengar.
3.    Penyebaran Alkitab seluas mungkin dalam bahasa setempat.
4.    Mendirikan gereja secepat mungkin.
5.    Segera mendidik bangsa pribumi untuk menjadi pemberita Injil/ Pendeta.[20]
Pada umumnya Carey Menarik orang kasta rendah, sedangkan beliau banyak berjasa juga untuk pendidikan kaum wanita.[21]
d.      Sandhu Sundar Singh
Sadhu Sundar Singh berasa dari kelaurga sinkh yang cukup berada. Kehidupannya berubah sejak kematian ibunya. Mulai dari situ ia mulai membenci orang Kristen dan Tuhan yang mereka percayai. Pada Desember 1904 ia membakar sebuah Alkitab di depan ayahnya. Dan ia berdoa agar Allah yang belum dikenalnya menampakkan dri dihadapannya. Dan pada malamnya dia melihat terang bersinar di kamarnya. Dan mulai percaya kepada Allah. Pada tahun 1905 ia dibaptis pada umur 16 tahun. Ia memutuskan untuk menjadi seorang Sadhu Kristen. Sadhu adalah sebutan untuk Guru di agama India. Ia mulai mengajar dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki. Dari desa satu ke desa lain. Kehidupannya yang sederhana dan kesalehannya yang sungguh-sungguh mengesankan banyak orang membuat banyak orang menerima Yesus di dalam hati mereka. Mulai tahun 1920 sampai 1922 Singh berkunjung ke Eropa dan Amerika. Pada tahun 1929, dalam keadaan yang kurang sehat, ia pergi ke Tibet dan tidak terlihat lagi. Di duga mati dalam perjalanan. [22]
e.       Vengal Chakkarai
Vengal chakarai ialah tokoh teolog dari india. Ia lahir pada tahun 1880 di Madras dari keluarga hindu.[23] Ia adalah seorang yang berkasta tinggi. ia mengikuti pendidikan Kristen pertma kali di sebuah sekolah Kristen di Madras pada tahun 1897 dan lulus pada tahun 1901 dari jurusan filsafat. Ia dibaptis pada tahun 1903. Ia berusaha menjelaskan iman Kristen dari sudut pandang orang Hindu.[24] Ia mengarang buku Jesus the Avatar tahun 1927, The Cross and the India thought tahun 1932 dan sering menulis artikel untuk surat kabar The Guardian di Inggris. Teologinya bersifat Kristosentris.[25]
Beberapa Pemahaman Chakarai :
1.      Bertolak dari konsep hindu “avatar” Chakarai menggambarkan pribadi Yesus seperti avatar yang satu-satunya yang abadi. Manusia tidak dapat engenal Allah kecuali melalui Yesus, penjelmaan Allah. Yesus adalah manusia sejati dan Allah sejati. Kita mengenal Yesus melalui penyerahan hidup dengan penuh kasih kepada-Nya.[26]
2.      Yesus adalah benar-benar manusia (sat purusa)
3.      Roh Kudus adalah Kristus sendiri yang terus ada dan bekerja hingga saat ini.
4.      Allah tidak dapat dilihat sebagai pencipta dosa.
5.      Manusia sendiri yang bertanggung jawab atas dosa yang mereka lakukan.
6.      Pengetahuan tentang Allah bukan bersifat intelektual (jnana) melainkan sebuah pengalaman personal dengan Allah sendiri (anubhava). Pengetahuan ini disebut oleh chakkarai sebagai bakti marga.
7.      Dosa dilihat sebagai sebuah borgol (pasa) yang mencegah jiwa manusia (pasu) untuk mencapai Tuhan.
8.      Esensi dosa adalah keinginan untuk mecari Misteri yang teralang.[27]
2.4.       Faktor Penghambat Perluasan Kekristenan di India
Sistem kasta termasuk itni pokok kebudayaan Hindu. Kitab suci Hindu Veda menggambarkan 4 golongan utama : Brahman (Imam dan pemikir), Ksatria (penguasa), Vaisa (Pedangan, Petani, Tukang), dan Sudra ( Buruh, Pekerja, Pegawai Sederhana), yang terakhir disebut Paria atau di luar kasta, yang tidak dapat disentuh. Setipa kasta mempunyai fungsi dan peranan dalam keseluruhan masyarakat.
Adanya system kasta menimbulkan dua pokok persoalan bagi misi Kristen baik katolik maupun protestan.
1)      Apakah seharusnya kasta ditolak sebagai suatu system keagamaan, yang idka dapat dipisahkan dari agama Hindu, atau dibiarkan sebagai system sosial saja? Para utusan injil ingin menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan kebudayaan India, tetapi engan menghindari bahaya Sinkretisme.
2)      Menghadapi masyarakat India yang bertingkat-tingkat. Kasta manakah yang seharusnya diprioritaskan dalam pekabaran Injil? Ada yng menganggap kasta tertinggi golongan strategis, sedangkan yang lain menganggap kasta rendah lebih terbuka terhadapa Kekristenan.[28]
2.5.       Sumbangsi Sejarah Kekristenan di India
Sesudah mengambil tampuk pimpinan pemerintahan di India pada tahun 1858, pemerintah Inggris bersikap netral dan toleran terhadap semua agama, “Pax Britannica” menegakkan stabilitas di India serta melindungi hak-hak orang Kristen dari ancaman tetangga-tetangga yang beragama Hindu. Pemerintah tidak melarang penginjilan, tetapi juga mendukungnya. Namun pemerintah memberikan dana kepada sekolah-sekolah Kristen. Ratusan pekabar Injil berbondong-berbondong datang ke India pada abad ke-19. Mereka tidak diutus oleh pemerintah penjajah, bahkan kadang-kadang menghadapi oposisi yang kuat dari pihak pemerintah. Namun tak dapat dibantah bahwa pekabar-pekabar Injil datang ke India bersamaan dengan penjajahan Inggris, sehingga keduanya dianggap satu oleh bangsa India.[29]
Atas permintaan Raja Denmark, maka pada tahun 1706 seseorang Jerman Protestan, Ziegenbalg (1684-1719), bersama istrinya, mulai memberitakan Injil di Tranquebar. Beliau termasuk penganut pietisme dan berjasa dalam menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa Tamil.[30] Sesuatu telah terjadi. Pada pertemuan berikutnya sebuah perkumpulan misi telah terbentuk. Seorang dokter Kristen, Jhon Thomas, rela melayani di India dan ia membutuhkan seorang rekan. Carey merelakan diri untuk pergi bersamanya. Kesuksesan misi selama tiga dekade baru berawal. Menjelang kematiannya pada tahun 1834, Carey menerjemahkan Alkitab dalam empet puluh empet bahasa dan membuka beberapa sekolah. Berbagai pusat misi dengan aktif menginjili India dan sekitarnya, Burma dan Bhutan. Tetapi jauh diatas statistik itu, Carey telah mengembangkan filsafat misi yang hidup dan mempraktikkannya.[31]
2.6.       Pengertian Dalit
Dalit dalam bahasa sanskerta berarti ‘patah’, ‘diinjak-injak’, ‘tertindas’.[32] Kata Dalit mirip dengan kata Ibrani dal yang juga berarti ‘patah’ atau ‘diinjak-injak’.[33] Dengan demikian, secara etimologi kaum Dalit adalah orang-orang yang ‘patah’ dan tertindas. Orang-orang ini hidup dalam tekanan ekonomi dan sosial.[34] Kaum Dalit biasanya bekerja sebagai pekerja sewaan oleh para tuan tanah.[35] Mereka juga adalah orang-orang yang terlempar dari kasta. Secara ekomomi kaum Dalit termasuk miskin, pekerjaan mereka menjadi budak dan memiliki penghasilan yang sangat rendah, sedangkan secara politis mereka tidak memiliki kuasa.[36] Dari sisi keagamaan kaum Dalit dikenal sebagai kaum yang tercemar dalam ritus keagamaan.[37]
2.7.       Pengertian Teologi Dalit
Teologi dalit adalah cabang teologi Kristen yang membicarakan pembebasan terhadap sistem kasta di India.[38] Teologi Dalit muncul sekitar tahun 1980 sebagai bentuk keprihatinan terhadap kemiskinan dan peminggiran yang dialami oleh kasta rendah India.[39] Salah satu tokoh penting yang menjadi pionir Teologi Dalit adalah M. Azariah, seorang Uskup di kota Madras. Tokoh-tokoh lain, seperti Rettamalai Srinivasan dan Ayyankali merupakan tokoh dan aktivis kaum Dalit pada tahun 1900an.[40]
2.8.       Sumbangsi Sejarah Kekristenan di India Bagi Hidup Kekristenan di Indonesia
1.      Sejarah Kekristenan di India, bagi kekristenan bagi Indonesia pada saat ini ialah, salah satu contohnya yaitu tempat ibadah katolik (Velangkani). Dari bangunan yang mewah ini, kita dapat melihat ketekunan dan keseriusan mereka dalam membangun Rohani mereka. hal inilah yang membuat orang yang berdatangan kesana dapat merasakan berkat Tuhan, sehingga semua orang mengetahui sejarah kekristenan di India, melalui tempat ibadah katolik ini (Velangkani).
2.      Melalui sejarah kekristenan di India dapat kita lihat kegigihan para pekabar Injil sehingga daerah-daerah terpencil di Indonesia dapat mengenal Injil itu melalui pekabar injil tersebut.
III.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kami para penyaji menyimpulkan bahwa sebelum Gereja Katolik Roma dan Protestan melalukan penginjilan ternyata sebagian penduduk India sudah ada yang mengenal Kristen dengan bukti sejarah adanya Gereja Mar-Tomas di India Selatan dan beberapa bukti arkeologi. Maka dari itu Gereja Katolik Roma dan Protestan menurut kami hanya melanjutkan dari pada tugas penginjilan namun dengan metode yang berbeda. Dan pada akhirnya, pekerjaan penginjilan dari kedua Gereja itu tidak sia-sia dan hasilnya baik.

IV.    Refleksi Teologis
Refleksi teologis yang dapat kami ambil adalah mengenai bagaimana usaha yang dilakukan oleh pekabar Injil di India dalam mengabarkan Injil dan bagaimana munculnya Teologi Dalit yang menyerukan pembebasan terhadap sebuah penindasan. Sistem kasta yang merupakan cara mengkelompokkan masyarakat India menjadi sebuah kesulitan yang mendasar yang alami oleh pekabaran Injil. Hal ini juga kita jumpai pada kehidupan dewasa ini, bagaimana stratifikasi menjadi penghalang dalam memberitakan Injil. Akibat pengkelompokkan masyarakat (kasta) muncul Teologi Dalit yang menyerukan pembebasan atas penindasan. Injil hampir tidak tersentuh ke masyarakat bawah karena mereka tidak dianggap. Markus 2: 17, Yesus berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit; aku bukan datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa”. Jadi sebagai seorang pekabar Injil kita harus bias berada di posisi netral dalam hal mengabarkan Injil kita harus mengabarkan Injil kepada semua kalangan masyarakat. Baik masyarakat bawah ataupun atas. Baik yang sakit ataupun sehat, baik yang berdosa maupun yang benar karena Yesuspun melakukan yang terakhir.
V.       Daftar Pustaka
Alamadoss, Michael, Teologi Pembebasan Asia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Asia, Bandung : BIJI SESAWI, 2014 
Curtis, A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2016
David, M.D.,  Asia and Christianity, Bombay : Himalaya Publishig Co., 1985
Fabella,Virginia & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies, London: SCM Press, 2003
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta: Gunung Mulia, 1997
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta: Gunung Mulia, 2015
Stanley, B., The Bible and the Flag, Leicester: Appollos, 1990
Sugirtharajah, R.S. & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1, London: ISPCK, 1995
Van Schine, G., Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani, Jakarta: OBOR, 1995
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 2009
Wolterbeek, J.D., Geredja-Geredja Di Negeri-negeri Tetangga Indonesia, Djakarta: BPK-GM,1959
Yewangoe, Andreas Anangguru,  Theologia Crucis in Asia: Asian Christian views on suffering in the face of overwhelming poverty and multifaceted religiosity in Asia, Amsterdam : Editian Rodopi Bv., 1987



[1] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 14-15.
[2] J.D. Wolterbeek, Geredja-Geredja Di Negeri-negeri Tetangga Indonesia, (Djakarta: BPK-GM, 1959), 19-21.
[3] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 44.
[4] Ibid, 111.
[5] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,119-124.
[6] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 97.
[7] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2009),  192.
[8] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 97.
[9]  F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 192.
[10] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 98. 
[11] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja,144.
[12] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,112-113.
[13] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 53.
[14] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, (Bandung : BIJI SESAWI, 2014), 180-182. 
[15] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 53.
[16] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, 185.
[17] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 53.
[18] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, 185.
[19] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 54.
[20] F.D. Wellem, Riwayah Hidup Singkat, 53-54
[21] G.Van Schine, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani, (Jakarta: OBOR, 1995), 192.
[22] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 132-133.
[23] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 75-77.
[24] Andreas Anangguru Yewangoe, Theologia Crucis in Asia: Asian Christian views on suffering in the face of overwhelming poverty and multifaceted religiosity in Asia, (Amsterdam : Editian Rodopi Bv., 1987), 59-80.
[25] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 134
[26] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 134
[27] Andreas Anangguru Yewangoe, Theologia Crucis in Asia: Asian Christian views on suffering in the face of overwhelming poverty and multifaceted religiosity in Asia, 59-80
[28] M.D. David, Asia and Christianity, (Bombay : Himalaya Publishig Co., 1985), 169.
[29] B. Stanley, The Bible and the Flag (Leicester: Appollos, 1990), 16
[30] G.Van Schine, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani, 16
[31] A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 114-115
[32]Virginia Fabella & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies, (London: SCM Press, 2003), 64-65.
[33] R.S. Sugirtharajah & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1, (London: ISPCK, 1995), 37.
[34] Ibid, 37.
[35]Michael Alamadoss, Teologi Pembebasan Asia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 40-42.
[36] Ibid, 47-50.
[37] Ibid, 50-53.
[38] Ibid, 40-42.
[39] Virginia Fabella & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies, 65.
[40] R.S. Sugirtharajah & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1, 37.
Share:

POSTINGAN POPULER

Total Pageviews

FOLLOWERS